Anda di halaman 1dari 17

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak Secara Umum

1. Definisi Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 adalah “kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Definisi atau Pengertian pajak menurut Soemitro dalam

Mardiasmo (2019) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Dengan definisi yang diungkapkan oleh Prof. Dr.

Rochmat Soemitro, SH dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur

sebagai berikut :

a. Iuran wajib dari rakyat kepada negara berupa uang.

b. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

c. Tanpa terdapat jasa timbal atau kontraprestasi dari negara secara langsung.

d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2019) fungsi pajak sebagai berikut:

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah

dalam bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, pajak yang tinggi untuk

minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras dan barang-barang

mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Fungsi Stabilitas

Pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Sebagai contoh, mengatur jalan peredaran uang dimasyarakat,

pemugutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak sebagai penerimaan negara digunakan untuk membiayai semua

kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat

membuka kesempatan kerja, pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

3. Pengelompokkan Pajak

Diindonesia, Pengelompokan pajak dibagi menjadi 3 bagian. Berdasarkan

Mardiasmo (2019), pengelompokkan pajak adalah sebagai berikut :

a. Menurut Golongannya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

1) Pajak Langsung

Merupakan pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Penghasilan (PPh)

2) Pajak Tidak Langsung

Merupakan pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPn).

b. Menurut Sifatnya

1) Pajak Subjektif

Merupakan pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,

dalam arti ini adalah memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:

Pajak Penghasilan (PPh)

2) Pajak Objektif

Merupakan pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

(PPn) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

c. Menurut Lambaga Pemungutnya

1) Pajak Pusat

Merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh),

Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

(PPnBM) dan Bea Materai.

2) Pajak Daerah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Meruapakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Hotel,

Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak diindonesia tidak menimbulkan perlawanan dan

hambatan. Pemungutan dibagi menjadi tiga macam sistem. Berdasarkan

Mardiasmo (2019), sistem pemungutan sebagai berikut :

a. Official Assessment System

Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenangan kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak. Ciri-ciri nya sebagai berikut:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus

b. Self Assessment System

Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang tertuang. Ciri-

ciri nya sebagai berikut:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak tertuang ada pada wajib

pajak sendiri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang tertuang.

3) Fiskuas tidak ikut campur dan hanya mengawasi

c. Withholding System

Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang mwmberikan wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutuan)

untuk memotong atau memungut pajak yang tertuang oleh wajib pajak. Ciri-ciri nya

sebagai berikut: wewenang memotong atau memungut pajak yang tertuang ada

pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.

5. Pajak Penghasilan Final (Atas Sewa Tanah dan Bangunan)

Menurut PP Nomor 34 tahun 2017, Pajak atas persewaan tanah dan

bangunan adalah pajak yang diterima atau diperoleh melalui persewaan tanah

dan/atau bangunan dikenai objek PPh yang bersifat final.

Berdasarkan pasal 4 ayat (1) PP Nomor 34 tahun 2017, tarif PPh Final

sebagai berikut:

a. Besarnya tarif 10% atas sewa tanah dan/atau bangunan

b. DPP atas objek penghasilan dari jumlah bruto nilai persewaan tanah

dan/atau bangunan.

6. Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2008 merupakan “pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau

penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21”.

a. Pemotong PPh Pasal 23

Wajib pajak yang ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 23, sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 23 ayat (1) UU PPh meliputi :

1) Badan pemerintah

2) Subjek badan dalam negeri

3) Penyelenggara kegiatan

4) Bentuk usaha tetap

5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

6) Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapatkan

penunjukan dari Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak PPh Pasal

23

b. Objek Pemotongan PPh Pasal 23

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23. Berdasarkan UU PPh sebagai

berikut :

1) Dividen

2) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang

3) Royalty

4) Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong

pajak pennghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

5) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali

sewa tanah dan/atau bangunan.

6) Imbalan sehubungan dengan jasa Teknik, jasa menajemen, jada konstruksi,

jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak

penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.

c. Tarif Pemotongan

Tarif pemotongan PPh Pasal 23 terdiri dari dua. Berdasarkan pasal 23 ayat

(1) UU PPh yaitu :

1) Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:

a) Dividen.

b) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

c) Royalti.

d) Hadiah, penghargaan bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak

penghasilan pasal 21.

2) Sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai atas:

a) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali

sewa tanah dan/atau bangunan.

b) Imbalan sehubungan dengan jawa Teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,

jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak

penghasilan pasal 21. Jasa lain terdiri dari:

(1) Jasa penilaian (appraisal).

(2) Jasa aktuaris.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

(3) Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi laporan keuangan.

(4) Jasa hukum.

(5) Jasa arsitektur.

(6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape.

(7) Jasa perancangan (design).

(8) Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas

bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh Bentuk Usaha Tetap

(BUT).

(9) Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan migas.

(10) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi

dan penambangan selain migas.

(11) Jasa penunjangan di bidang penerbangan dan bandar udara.

(12) Jasa penebangan hutan.

(13) Jasa pengolahan limbah.

(14) Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services).

(15) Jasa perantara dan/atau keagenan.

(16) Jasa dibidang perdaganan surat-surat berharga, kecuali yang

dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI.

(17) Jasa custodian/penyimpanan/penitian, kecuali yag dilakukan oleh

KSEI.

(18) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara.

(19) Jasa mixing film.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

(20) Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise,

banner, pamphlet, baliho dan folder.

(21) Jasa sehubungan dengan software atau hardware komputer, atau

sistem computer termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.

(22) Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website.

(23) Jasa internet termasuk sambungannya.

(24) Jasa penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi,

dan/atau program.

(25) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,

AC, TV kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang

lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau

sertifikat sebagai pengusaha konstruksi.

(26) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,

telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau

bangunan, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang

lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai isin dan/atau

sertifikat sebagai pengusaha konstruksi.

(27) Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat tarnsportasi darat, laut, dan

udara.

(28) Jasa maklon.

(29) Jasa penyelidikan dan keamanan.

(30) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

(31) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media

luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi.

(32) Jasa pembasmian hama.

(33) Jasa kebersihan .

(34) Jasa sedot septic tank.

(35) Jassa pemeliharaan kolam.

(36) Jasa catering atau tata boga.

(37) Jasa freight forwarding.

(38) Jasa logistic.

(39) Jasa pengurusan dokumen.

(40) Jasa pengepakan.

(41) Jasa loading dan unloading.

(42) Jasa laboratorium dan/atau dilakukan oleh Lembaga atau rangka

penelitian akademis.

(43) Jasa pengelolaan parkir.

(44) Jasa penyondiran tanah.

(45) Jasa penyiapan dan/atau pegelolahan lahan.

(46) Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit.

(47) Jasa pemeliharaan tanaman.

(48) Jasa pemanen.

(49) Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,

dan/atau perhutanan.

(50) Jasa dekorasi.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

(51) Jasa percetakan/penerbitan.

(52) Jasa penerjemah.

(53) Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam pasal 15

UU PPh.

(54) Jasa pelayanan kepelabuhanan.

(55) Jasa pengangkutan melalui jalur pipa.

(56) Jasa pengelolaan penitipan anak.

(57) Jasa pelatihan dan/Kursus.

(58) Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM.

(59) Jasa sertifikasi.

(60) Jasa survey.

(61) Jasa tester.

(62) Jasa selain jasa-jasa tersebut diatas yang pembayarannya dibebankan

pada APBN dan APBD.

B. e-SPT Masa PPh 23/26

Aplikasi e-SPT Masa PPh 23/26 adalah sebuah aplikasi yang disediakan

oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memudahkan wajib pajak dalam melaporkan

SPT PPh Pasal 23/26 secara elektronik. Wajib pajak cukup melakukan download

aplikasi tersebut pada leptop atau personal computer dan melakukan pengisian

surat pemberitahuan (SPT) PPh 23/26 dengan mudah. Kemudahan dalam membuat

surat pemberitahuan (SPT) pajak penghasilan bagi penyedia jasa dan pemakai jasa

undang-undang PPh khususnya pasal 23 dan 26. Ketika keluarnya bukti potong
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

dapat langsung didistribusikan dan saat dimonitor pun dapat dengan mudah diakses

di e-SPT PPh Masa Pasal 23/26 dengan memilih masa pajaknya.

C. e-Bupot Pasal 23/26

e-Bupot Pasal 23/26 adalah sebuah aplikasi yang diterbitkan oleh DJP

dengan tujuan untuk memberikan kemudahan, kepastian hukum dan meningkatkan

pelayanan kepada wajib pajak guna pembuatan pemotongan, membuat dan

melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23/26 dalam bentuk dokumen elektronik sesuai

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-04/PJ/2017.

1. Persyaratan penggunaan aplikasi Ebupot Unifikasi

a. Memiliki Efin untuk mendaftar pada akun DJP Online

b. Memiliki sertifikat elektronik untuk dapat menggunakan aplikasi e-

Bupot Unifikasi

D. e-Bupot Unifikasi
Aplikasi ebupot unifikasi adalah sebuah perangkat lunak yang disediakan

oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan dalam membuat bukti

pemotongan/pemungutan unifikasi, serta mengisi dan menyampaikan SPT (Surat

Pemberitahuan) Masa PPh Unifikasi. Aplikasi ebupot unifikasi ini diterbitkan oleh

DJP didesain dalam bentuk web-based serta tujuan dari aplikasi ini yaitu

memberikan kemudahan dan pelayanan bagi pemotong/pemungut PPh dalam

membuat dan melaporkan SPT Masa Unifikasi sesuai dengan yang telah diatur

dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2020. Penerapan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

ebupot unifikasi ini awalnya hanya diterapkan kepada Kantor Pelayanan Pajak

tertentu seperti yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-20/PJ/2021. Dalam berjalannya waktu DJP mengeluarkan peraturan terbaru

untuk memperluas jangkauan wajib pajaknya yang mana telah diatur dalam

peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2021. Penerapan aplikasi e-

Bupot Unifikasi ini mulai wajib digunakan pada bulan April 2022, yang bertujuan

guna menetapkan kepada seluruh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

penggunaan e-Bupot Unifikasi.

2. Jenis PPh yang diunifikasikan

a. PPh Pasal 4 Ayat (2)

b. PPh Pasal 15

c. PPh Pasal 22

d. PPh Pasal 23

e. PPh Pasal 26

3. Persyaratan penggunaan aplikasi Ebupot Unifikasi

a. Pemotong/pemungut harus memiliki EFIN (Electronic Filling

Identification Number) untuk dapat menggunakan Akun DJP Online.

Menurut paasal 1 ayat (31) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-04/PJ/2020 EFIN (Electronic Filling Identification Number)

adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh direktorat jenderal pajak


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

kepada wajib pajak untuk melakukan transaksi elektronik dengan

Direktorat Jenderal Pajak.

b. Memiliki Sertifikat Elektronik untuk menandatangani Bukti

Pemotongan/Pemungutan Unifikasi dan SPT Masa PPh Unifikasi.

Menurut pasal 1 ayat (49) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-04/PJ/2020 sertifikat elektronik (digital certificate) adalah

sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat tanda tangan elektronik

dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam

transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak

atas penyelenggara sertifikasi elektronik.

4. Kewajiban pemotong/Pemuungut PPh

a. Membuat bukti pemotongan/pemungutan Unifikasi dan menyerahkan

bukti pemotongan/pemungutan Unifikasi kepada pihak yang dipotong

dan/atau dipungut

b. Menyetorkan PPh yang telah dipotong, dipungut dan/atau disetor

sendiri

c. Melaporkan bukti pemotongan/pemungutan Unifikasi menggunakan

SPT Masa PPh Unifikasi beserta lampiran paling lama 20 (dua puluh)

hari setelah masa pajak berakhir.

5. Data yang diperlukan dalam membuat bukti potong

a. Nama pihak yang dipotong/dipungut


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

b. NPWP/NIK/TIN pihak yang dipotong/dipungut

c. Nomor unik transaksi

d. Jumlah PPh yang dipotong/dipungut

6. Batas Waktu dan Sanksi

a. Jangka waktu Penyetoran PPh yang telah dipotong/dipungut paling

lama 10 (sepuluh) hari setelah masa pajak berakhir

b. Jangka waktu Penyetoran PPh terutang yang disetorkan sendiri paling

lama 15 (Lima Belas) hari setelah masa pejak berakhir

c. Jangka waktu Penyetoran SPT Masa PPh Unifikasi paling lama 20 (dua

Puluh) hari setelah masa pajak berakhir

d. Dikenai denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) apabila tidak

menyampaikan SPT Masa PPh Unifikasi.

7. Jenis bukti pemotongan

a. Bukti pemotongan pembetulan

Bukti pemotongan pembetulan terjadi ketika terdapat kekeliruan dalam

pengisian bukti pemotongan/pemungutan yang telah dibuat

b. Bukti pemotongan pembatalan

Bukti pemotongan pembatalan terjadi ketika terdapat transaksi yang

dibatalkan dalam pengisian bukti pemotongan/pemungutan yang telah

dibuat

c. Bukti pemotongan penambahan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Bukti pemotongan penambahan terjadi Ketika terdapat tamabahan

objek yang belum dilaporkan dalam SPT Masa PPh.

E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya yang mungkin mempunyai ketertarikan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti. Dengan penelitian terdahulu dapat memberikan

penulis sebagai bahan referensi ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan.

Berikut merupakan penelitian yang menjadi acuan dan referensi peneliti dalam

melakukan penelitian:

1. Arianty (2022)

Penelitian ini mengenai “Unifikasi e-Bupot sebagai Aplikasi Pemenuhan

Kewajiban Perpajakan bagi Pemotong Pajak”. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kewajiban perpajakan apa saja yang dapat dipenuhi oleh

pemotong pajak dengan menggunakan aplikasi ini dan menganalisis kelebihan dan

kekurangan aplikasi ini. Penelitian tersebut dilakukan dengan analisis deskriptif,

data yang diperolah dari tinjauan literatur dan studi kasus.

2. Bulan (2021)

Penelitian ini mengenai “Mekanisme Penerapan Aplikasi E-bupot dalam

Pemenuhan Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan PPh Pasal 23 pada PT.Semen

Indonesia (Persero) Tbk”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan e-

Bupot dalam melaksanakan kewajiban perpajakan PPh Pasal 23 pada PT. Semen

Indonesia dan juga menjelaskan tentang kendala dan upaya yang dilakukan PT.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Semen Indonesia dalam penerpaan e-Bupot. Penelitian tersebut dilakukan dengan

metodologi kualitatif deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai