Anda di halaman 1dari 2

Asas Musyawarah untuk Mufakat dan Implementasinya di dalam Peradilan Tata Usaha

Negara

Asas tersebut terdiri atas dua unsur penting, yaitu kata “ Musyawarah” dan kata “Mufakat”.
Musyawarah jika ditelaah secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memilki 2 arti,
yaitu dapat berarti "berunding" atau "berembuk"1, sedangkan pengertian pengertian musyawarah
menurut KBBI adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas
penyelesaian masalah2. Asas musyawarah untuk mufakat sendiri sebenarnya merupakan sebuah
prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia.
Asas tersebut pada dasarnya merupakan manifestasi dari sila ke- 4 Pancasila yang berbunyi
“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Tidak hanya di dalam Pancasila, asas ini pun memperoleh kepastian hukum akan keberlakuannya
di Indonesia dengan diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
( UUD NRI 1945) yang pada intinya mengatur adanya kewajiban bagi setiap penyelenggara
kekuasaan negara dalam menyelenggarakan kekuasaannya untuk selalu berdasarkan musyawarah.
Asas ini lahir dan diterapkan di Indonesia agar tidak terjadi kekuasaan yang absolut didalam
pengambilan keputusan, sehingga akan berdampak kepada kesewenang-wenangan di dalam
pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan yang dapat merugikan kepentingan umum
atau kepentingan rakyat. Asas ini di dalam pengimplementasiannya sangat berkaitan prinsip
perdamaian sebab musyawarah dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut
kepentingan bersama sehingga perdamaian harus diutamakan dalam kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat, termasuk dalam hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. 3

Musyawarah untuk mufakat di dalam Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan salah
satu alternatif penyelesaian sengketa yang dilakukan secara kekeluargaan, sehingga musyawarah
merupakan alternatif penyelesaian sengketa yang lebih dikedepankan sebelum sengketa
diperkarakan ke pengadilan. Diterapkannya mekanisme penyelesaian sengketa musyawarah untuk

1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Musyawarah,”
http://kbbi.web.id/musyawarah, diakses pada 8 September 2018
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Mufakat,” http://kbbi.web.id/mufakat ,
diakses pada 8 September 2018
3
Tim Penyusun Naskah Akademik RUU Hukum Acara Perdata, Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang tentang Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kemeterian Hukum dan
HAM Republik Indonesia, 2015), hlm. 32.
mufakat juga selaras dengan keberlakuan asas ultimum remedium dalam Peradilan Tata Usaha
Negara yang memandang bahwa pengadilan harus dianggap sebagai upaya terakhir apabila dalam
upaya damai yaitu musyawarah untuk mufakat tidak mencapai kata sepakat. Sehingga ada kalanya
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara berkembang menjadi sengketa hukum yang
memerlukan penyelesaian lewat pengadilan4.

Musyawarah untuk mufakat di dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara


diejawantahkan dengan adanya upaya administrasi dengan pendekatan musyawarah sebagaimana
diatur di dalam Pasal 48 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yang telah diubah dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan penjelasan Pasal 48 tersebut, upaya
administratif didefinisikan sebagai prosedur yang ditentukan dalam suatu peraturan perundang-
undangan untuk menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara yang diselesaikan dilingkungan
pemerintah itu sendiri atau dalam kata lain diluar badan peradilan. Upaya administrasi tersebut
harus ditempuh melalui prosedur yang ditentukan oleh perundang-undangan sebagaimana disebut
oleh undang-undang diatas, yaitu : (i) Prosedur Keberatan dan (ii) Prosedur Banding Administratif.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat ditarik sebuah poin bahwa upaya administratif
merupakan salah satu sarana perlindungan hukum bagi Subjek Hukum (Natuurlijk Persoon dan
Rechtspersoon) yang dirugikan atau hak-haknya terlanggar sebagai imbas dari keputusan tata
usaha negara (beschikking). Penyelesaian sengketa dengan upaya administrasi dilakukan secara
damai dan kekeluargaan sehingga tidak mempersoalkan dan menghasilkan adanya putusan
menang ataupun kalah melainkan menekankan penyelesaian sengketa secara kekeluargaan dengan
setiap pihak mendapatkan pertimbangan secara lengkap terhadap suatu keputusan Tata Usaha
Negara ditinjau dari aspek legalitas dan aspek oportunitasnya (doelmatigheid).

4
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ,(Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), hlm.8

Anda mungkin juga menyukai