Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

MYASTEMIA GRAVIS
DI RUANG ICU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama Anggota Kelompok :
Mey Selvi Yanti, S.Kep NIM. 131723143002
Lilis Ernawati, S. Kep NIM. 131723143003
Tuhfa Eka Indriana, S.Kep. NIM. 131723143004
Asiadi, S.Kep NIM. 131723143005
Leli Ika Hariyati, S.Kep NIM. 131723143008
Crispina , S.Kep NIM. 131723143007
Yoga Aji, S. kep NIM. 131723143093

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Kritis


Tema : Myastemia Gravis
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang ICU
Tempat : Ruang Tunggu ICU
Waktu : 35 menit
Hari/Tanggal/jam : Kamis, 23 Agustus 2018/jam 15.00

I. Tujuan Instruksional Umum


setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di ruang
ICU memahami tentang myastemia gravis.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit tentang myastemia gravis,
diharapkan keluarga mampu:
1. Menjelaskan kembali pengertian myastenia gravis.
2. Menjelaskan kembali klasifikasi myastenia gravis.
3. Menjelaskan kembali etiologi myastenia gravis.
4. Menjelaskan kembali manifestasi dan gejala myastenia gravis.
5. Menjelaskan kembali komplikasi dari myastenia gravis.
6. Menjelaskan kembali pencegahan dari myastenia gravis.
7. Menjelaskan pengobatan di rumah.

III. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya Jawab
IV. Media
a. Leaflet
V. Materi
1. Pengertian myastenia gravis.
2. Klasifikasi myastenia gravis.
3. Etiologi myastenia gravis.
4. Manifestasi dan gejala myastenia gravis.
5. Komplikasi dari myastenia gravis.
6. Pencegahan dari myastenia gravis.
7. Pengobatan di rumah.

VI. Pelaksanaan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1. 2 menit Pembukaan
1. Penyampaian salam 1. Membalas salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan topik 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
5. Kontrak waktu 5. Mendengarkan dan
menyetujui
2. 25 menit Penyajian materi
1. Pengertian 1. Menjawab pertanyaan dan
myastenia gravis. mengemukakan pendapat
2. Klasifikasi
2. Memperhatikan dan
myastenia gravis.
mendengarkan
3. Etiologi myastenia
3. Memperhatikan dan
gravis.
mendengarkan
4. Manifestasi dan
4. Memperhatikan dan
gejala myastenia
mendengarkan
gravis.
5. Komplikasi dari
5. Memperhatikan dan
myastenia gravis.
mendengarkan
6. Pencegahan dari
6. Memperhatikan dan
myastenia gravis.
mendengarkan
7. Pengobatan di
rumah 7. Memperhatikan dan
mendengarkan
3. 10 menit Evaluasi
1. Mengevaluasi 1. Menjawab pertanyaan
kembali
pengetahuan peserta
mengenai materi
yang telah
disampaikan
4. 3 menit Terminasi
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
2. Mengucapkan 2. Memperhatikan dan
terima kasih mendengarkan
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam
salam

VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Mey selvi, S.Kep.
2. Penyaji : Yoga Aji P, S. Kep.
3. Fasilitatator : Crispina , S.Kep. Leli ika h, S. Kep, Tuhfa,
S. Kep.
4. Observer : Lilis, S.Kep.
5. Notulen : Asiadi, S. Kep.

VIII. Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator
: Penyuluh : Audiens

: Moderator : Fasilitator
Uraian tugas
Moderator : Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari
pembukaan, penyampaian materi, evaluasi, dan yang
terakhir terminasi.
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari
menggali pengetahuan peserta tentang mobilisasi pasca
operasi dan sesi diskusi (tanya jawab).
Fasilitator : Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan agar dapat
berjalan dengan baik.
Observer : Mengobservasi jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir, mengobservasi performa penyuluh,
mencatat pertanyaan dan mengobservasi keantusiasan
peserta penyuluhan.
IX. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Kesiapan materi
- Kesiapan SAP
- Kesiapan media: Leaflet
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
- Peserta hadir ditempat penyuluhan
- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang ICU RSUD Dr.
Soetomo
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
- Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
- Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji
- Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
- Suasana penyuluhan tertib
- Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
- Peserta yang hadir sesuai jumlah absensi kehadiran
- Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji
- Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan
dengan benar yang diajukan penyaji tentang myastemia gravis.
- MATERI PENYULUHAN

I. Definisi Myastemia Gravis


Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari transmisi
neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah Myasthenia adalah
bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau serius.
Myasthenia Gravis termasuk salah satu jenis penyakit autoimun. Menurut
kamus kedokteran, penyakit autoimun itu sendiri adalah suatu jenis penyakit
dimana antibodi menyerang jaringan-jaringannya sendiri. Myasthenia Gravis
dapat menyerang otot apa saja, tapi yang paling umum terserang adalah otot yang
mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk dan ekspresi
wajah. Bahu, pinggul, leher, otot yg mengontrol gerakan badan serta otot yang
membantu pernafasan juga dapat terserang.
Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi
neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang
(volunteer). Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan
umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh
fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth 2002).
Myasthenia gravis adalah gangguan neuromuskuler yang mempengaruhi
transmisi impuls pada otot-otot volunter tubuh (Sandra M. Neffina 2002).
Health Community dalam sebuah website-nya mendefinisikan Myasthenia
Gravis sebagai penyakit autoimun kronis yang berakibat pada kelemahan otot
skelet. Otot-otot skelet adalah serabut-serabut otot yang terdiri dari berkas-berkas
atau striasi (striasi otot) yang berhubungan dengan tulang. Myasthenia Gravis
menyebabkan kelelahan yang cepat (fatigabilitas) dan kehilangan kekuatan pada
saat beraktivitas, dan membaik setelah istirahat.
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila penderita
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau pada
neuromuscular junction (Ngoerah, 1991).
II. Klasifikasi

Untuk menentukan prognosis dan pengobatannya, penderita miastenia gravis


dibagi atas 4 golongan yaitu antara lain :
1. Golongan I : Miastenia Okular
Pada kelompok ini terdapat gangguan pada satu atau beberapa otot okular
yang menyebabkan timbulnya gejala ptosis dan diplopia, seringkali ptosis
unilateral. Bentuk ini biasanya ringan akan tetapi seringkali resisten terhadap
pengobatan.
2. Golongan II : Miastenia bentuk umum yang ringan
Timbulnya gejala perlahan-lahan dimulai dengan gejala okular yang kemudian
menyebar mengenai wajah, anggota badan dan otot-otot bulbar. Otot- otot
respirasi biasanya tidak terkena. Perkembangan ke arah golongan III dapat
terjadi dalam dua tahun pertama dari timbulnya penyakit miastenia gravis.
3. Golongan III : Miastenia bentuk umum yang berat
Pada kasus ini timbulnya gejala biasanya cepat, dimulai dari gangguan otot
okular, anggota badan dan kemudian otot pernafasan. Kasus-kasus yang
mempunyai reaksi yang buruk terhadap terapi antikolinesterase berada dalam
keadaan bahaya dan akan berkembang menjadi krisis miastenia.
4. Golongan IV : Krisis miastenia
Kadang-kadang terdapat keadaan yang berkembang menjadi kelemahan otot
yang menyeluruh disertai dengan paralisis otot-otot pernafasan. Hal ini
merupakan keadaan darurat medik. Krisis miastenia dapat terjadi pada
penderita golongan III yang kebal terhadap obat-obat antikolinesterase yang
pada saat yang sama menderita infeksi lain. Keadaan lain yang berkembang
menjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan adalah disebabkan oleh banyaknya
dosis pengobatan dengan antikolinesterase yang disebut krisis kolinergik. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit ini, penderita akan
bertambah lemah pada waktu menderita demam, pada golongan III biasanya
akan terjadi krisis miastenia pada waktu adanya infeksi saluran nafas bagian
atas, pada kebanyakan wanita akan terjadi peningkatan kelemahan pada saat
menstruasi.
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kelas subkelas Gejala
I
Adanya kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat
menutup mata, dan kekuatan otot-otot lain normal.
II
Terdapat kelemahan otot okular yang semakin parah, serta
adanya kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot
okular.
IIa Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau
keduanya. Juga terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal
yang ringan
IIb
Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau
keduanya. Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-
otot aksial lebih ringan dibandingkan klas IIa.
III
Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular.
Sedangkan otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami
kelemahan tingkat sedang.
IIIa
Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau
keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot
orofaringeal yang ringan.
IIIb
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau
keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot
anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dalam derajat
ringan.
IV Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan
dalam derajat yang berat, sedangkan otot-otot okular
mengalami kelemahan dalam berbagai derajat
IVa
Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh
dan atau otot-otot aksial. Otot orofaringeal mengalami
kelemahan dalam derajat ringan.
IVb
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau
keduanya secara predominan. Selain itu juga terdapat
kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial,
atau keduanya dengan derajat ringan. Penderita
menggunakan feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
V
Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.

Tipe ini terdapat pada 10-20% bayi baru lahir dari ibu-ibu yang menderita
Miastenia gravis. Beratnya gejala tidak berkaitan dengan beratnya penyakit pada
ibu. Segera atau beberapa jam setelah lahir, bayi menjadi lemah, nabgis dan
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak akan
tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau dalam cuaca panas, gejala-
gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya agak
menurun.Miastenia gravis juga dapat dikelompokkan secara lebih sederhana
seperti dibawah ini :
a. Miastenia gravis dengan ptosis atau diplopia ringan.
b. Miastenia gravis dengan ptosis, diplopi, dan kelemahan otot-otot untuk untuk
mengunyah, menelan, dan berbicara. Otot-otot anggota tubuhpun dapat ikut
menjadi lemah. Pernapasan tidak terganggu.

c. Miastenia Gravis yang berlangsung secara cepat dengan kelemahan otot-otot


okulobulbar. Pernapasan tidak terganggu. Penderita dapat meninggal dunia.
Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Millichap dan Dodge membagi Miastenia gravis pada anak dalam 3 tipe (Endang
Thamrin dan P. Nara, 1986) :
a. Neonatal transient Miastenia gravis
gerakan berkurang, tidak dapat mengisap, sukar menelan, pernapasan
melemah. Gejala ini berlangsung tidak lebih dari 1 Bulan dan bayi berangsur-
angsur kembali normal karena masuknya anti-AChR dari ibu secara
transplasenter ke dalam tubuh bayi.
b. Neonatal persistent Miastenia gravis (congenital Miastenia gravis)
Gejala timbul pada waktu lahir, tetapi ibunya tidak sakit Miastenia gravis.
Gejala hampir sama dengan tipe neonatal transient Miastenia gravis, bersifat
ringan, berlangsung lama, makin lama makin buruk . Relatif resisten terhadap
pengobatan dan remisi komplit jarang.
c. Juvenile Miastenia gravis
Tipe ini timbul pada umur 2 tahun sampai remaja. Keluhan dan gejala sama
seperti pada orang dewasa dan gejala pertama biasanya diplopia dan ptosis
atau gejala THT seperti gangguan mengunyah, menelan atau suara sengau.

III. Etiologi
a. Penuaaan (sarkopenia)
b. Autoimun
pada miastenia gravis, sistem kekebalan membentuk antibodi yang menyerang
reseptor yang terdapat di sisi otot dari neuromuscular junction. Reseptor yang
dirusak terutama adalah reseptror yang menerima sinyal saraf dengan bantuan
asetilkolin (bahan kimia yang mengantarkan impuls saraf melalui junction
atau disebut juga neurotransmiter). Apa yang menjadi penyebab tubuh
menyerang asetilkolinnya sendiri, tidak diketahui.
c. Genetik
pada kelainan kekebalan tampaknya memegang peran yang penting. Antibodi
ini ikut dalam sirkulasi darah dan seorang ibu hamil yang menderita miastenia
gravis bisa melalui plasenta dan sampai ke janin yang dikandungnya.
Pemindahan antibodi ini bisa menyebabkan miastenia neonatus, dimana bayi
memiliki kelemahan otot yang akan menghilang beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah dilahirkan. Gangguan tersebut kemungkinan dipicu
oleh :

- Infeksi.
- Operasi, atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti nifedipine atau
verapamil (digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi), quinine
(digunakan untuk mengobati malaria), dan procainamide (digunakan untuk
mengobati kelainan ritme jantung).
- Neonatal myasthenia terjadi pada 12% bayi yang dilahirkan oleh wanita
yang mengalami myasthenia gravis. Antibodi melawan acetylcholine, yang
beredar di dalam darah, bisa lewat dari wanita hamil terus ke plasenta
menuju janin. Pada beberapa kasus, bayi mengalami kelemahan otot yang
hilang beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lahir. Sisa 88% bayi
tidak terkena.

IV. Manifestasi Klinis.


a. Gangguan otot-otot okular

Pada 90% penderita, gejala awal berupa gangguan otot-otot okular yang
menimbulkan kelopak mata turun (ptosis) dan diplopia ( penglihatan ganda )
ini karena otot mata lemah. Mula timbul dengan ptosis unilateral atau
bilateral. Setelah beberapa minggu sampai bulan, ptosis dapat dilengkapi
dengan diplopia (paralysis ocular). Kelumpuhan-kelumpuhan bulbar itu
timbul setiap hari menjelang sore atau malam. Pada pagi hari orang sakit tidak
diganggu oleh kelumpuhan apapun. Tetapi lama kelamaan kelumpuhan bulbar
dapat bangkit juga pada pagi hari sehingga boleh dikatakan sepanjang hari
orang sakit tidak terbebas dari kesulitan penglihatan. Gejala ini biasanya
intermitten, dan dapat hilang untuk beberapa minggu kemudian terjadi
kembali.
b. Kelumpuhan otot okular kedua belah sisi.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan ptosis unilateral atau bilateral, salah satu
otot okular paretik, paresis N III interna (reaksi pupil). Diagnosis dapat
ditegakkan dengan memperhatikan otot-otot levator palpebra kelopak mata.
Walaupun otot levator palpebra jelas lumpuh pada miastenia gravis, namun
adakalanya masih bisa bergerak normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan
otot okular kedua belah sisi akan melengkapi ptosis miastenia gravis. Bila
penyakit hanya terbatas pada otot-otot mata saja, maka perjalanan penyakitnya
sangat ringan dan tidak akan menyebabkan kematian
c. Kesulitan berbicara (dysarthria) & kesulitan menelan (dysphagia)
miastenia gravis menyerang otot-otot wajah, laring, dan faring.Pada
pemeriksaan dapat ditemukan paresis N VII bilateral atau unilateral,
kelemahan otot pengunyah, paresis palatum mol/arkus faringeus/uvula/otot-
otot farings dan lidah. Keadaan ini dapat menyebabkan regurgitasi dan
tersedak melalui hidung jika pasien mencoba menelan, menimbulkan suara
yang abnormal, atau suara nasal, dan pasien tidak mampu menutup mulut
yang dinamakan sebagai tanda rahang yang menggantung.
d. Suara parau ( disfonia ) dan kelemahan otot leher
Otot leher yang lemah yang selalu membuat kepala cenderung jatuh jatuh
kedepan atau ke belakang miastenia gravis menyerang otot-otot leher
sehingga kepala harus ditegakkan dengan tangan. Kemudian otot-otot anggota
gerak berikut otot-otot interkostal. Atrofi otot ringan dapat ditemukan pada
permulaan, tetapi selanjutnya tidak lebih memburuk lagi
e. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkosal progressif menyebabkan gawat
napas.
Terserangnya otot-otot pernapasan terlihat dari adanya batuk yang lemah, dan
akhirnya dapat berupa serangan dispnea dan pasien tidak mampu lagi
membersihkan lendir. gejala berat berupa melemahnya otot pernapasan
(respiratory paralysis), yang biasanya menyerang bayi yang baru lahir
f. Kelemahan menyeluruh biasanya bermula pada batang tubuh, lengan, tungkai
dalam satu tahun pertama onset
g. Otot lengan biasanya yang paling parah.
Kelemahan otot cenderung memburuk setiap harinya, terutama setelah
aktivitas.
Menurut Department of Health and Human Services-USA, tanda dan gejala
dari Myasthenia Gravis, yaitu :
- satu atau kedua kelopak mata layu.
- penglihatan kabur atau ganda.
- sulit untuk berjalan.
- kelemahan di lengan, tangan, jari, kaki dan leher.
- perubahan ekspresi wajah.
- kesulitan dalam menelan.
- kesulitan dalam berbicara.
- sesak napas (marasa seperti kekurangan udara).

V. Komplikasi
- Apabila otot pernafasan melemah, maka akan terjadi gagal pernafasan akut.
- Komplikasi lainnya adalah kesulitan menelan (dysphagia).
Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada pasien termasuk riwayat
penyakit sebelumnya (misal, infeksi virus pada pernapasan), pasca operasi,
pemakaian kortikosteroid yang ditappering secara cepat, aktivitas berlebih
(terutama pada cuaca yang panas), kehamilan, dan stress emosional.

VI. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan suatu bentuk pencegahan yang dilakukan pada
saat individu belum menderita sakit. Bentuk upaya yang dilakukan yaitu dengan
cara promosi kesehatan atau penyuluhan degan cara memberikan pengetahuan
bagaimana penanggulangan dari penyakit Miastenia gravis yang dapat dilakukan
dengan;
a. Memberi pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol,
khususnya apabila minuman keras tersebut dicampur dengan air soda yang
mengandung kuinin. Kuinin ini merupakan suatu obat yang memudahkan
terjadinya kelemahan otot.
b. Menjaga kondisi untuk tidak kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan
menjaga kondisi untuk tidak stres. Karena kebanyakan pasienpasien
Miastenia gravis ini terjadi pada saat mereka dalam kondisi yang lelah dan
tegang.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini ditujukan pada individu yang sudah mulai sakit dan
menunjukkan adanya tanda dan gejala. Pada tahap ini yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pengobatan antara lain dengan mempengaruhi proses
imunologik pada tubuh individu, yang bisa dilaksanakan dengan; Timektomi,
Kortikosteroid, Imunosupresif yang biasanya menggunakan Azathioprine.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier (rehabilitasi), pada bentuk pencegahan ini mengusahakan
agar penyakit yang di derita tidak menjadi hambatan bagi individu serta tidak
terjadi komplikasi pada individu. Yang dapat dilakukan dengan;
a. Mencegah untuk tidak terjadinya penyakit infeksi pada pernafasan.
b. Karena hal ini dapat memperburuk kelemahan otot yang diderita oleh
individu.
c. Istirahat yang cukup
d. Pada Miastenia gravis dengan ptosis, yaitu dapat diberikan kacamata khusus
yang dilengkapi dengan pengait kelopak mata.
e. Mengontrol pasien Miastenia gravis untuk tidak minum obat-obat
antikolinesterase secara berlebihan.

VII. Pengobatan di rumah


Gaya hidup dan pengobatan di rumah yang dapat membantu untuk mengatasi
myastenia gravis:
1. Cek up tepat waktu untuk melacak kemajuan penyakit dan kondisi kesehatan
anda
2. Ikut instuksi dokter.
3. Coba temukan keseimbangan antara istirahat dan aktifitas fisik untuk
mencegah otot lemah.
4. Lakukan terapi fisik untuk menjaga otot kuat.
5. Untuk penglihatan ganda dan kondisi penglihatan kabur, harus berobat ke
dokter mata dan tidak mengemudi.
6. Jika memiliki kesulitan menelan, coba makanan dengan tekstur yang
bervariasi dan temukan satu yang paling cocok.
7. Hindari stres.
8. Tidak merokok dan hindari debu.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi. EGC:


Jakarta

Greenberg, Michael I. 2007. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta:


Erlangga

Smeltzer, Suzanna, C. 1996. Buku ajar keperawatan medical medah.


Jakarta: EGC
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN

Tempat: Ruang ICU


Hari/tanggal : Kamis, 23 Agustus 2018
Jam/Waktu : 15.00-15.35 / 35 menit

No Nama peserta Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √


a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta hadir
b. Acara dimulai
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan
tepat waktu
satu hari sebelum memperkenalkan diri
c. Peserta mengikuti
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan
acara sesuai
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan
dengan aturan
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan
yang disepakati
sebelum mekanisme d. Peserta
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan memahami
penyuluhan Pelaksanaan: materi yang telah
c. Peserta hadir pada e. Menggali pengetahuan dan disampaikan dan
tempat yang telah Pengalaman sasaran penyuluhan menjawab
ditentukan tentang myastenia gravis. pertanyaan
d. Pengorganisasian f. Menjelaskan materi penyuluhan dengan benar
penyelenggaraan berupa :
penyuluhan 8. Pengertian myastenia gravis.
9. Klasifikasi myastenia gravis.
dilakukan sebelum
10. Etiologi myastenia gravis.
dan saat penyuluhan
11. Manifestasi dan gejala myastenia
dilaksanakan
gravis.
12. Komplikasi dari myastenia
Pengorganisasian
gravis.
penyelenggaraan
13. Pencegahan dari myastenia
penyuluhan dilakukan
gravis.
sebelum dan saat
g. Memberikan kesempatan kepada
penyuluhan
sasaran penyuluhan untuk
dilaksanakan
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
h. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan
i. Peserta antusias dalam mengikuti
penyuluhan
j. Peserta mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan
dengan seksama

Catatan Evaluasi :

Surabaya, 23 Agustus 2018


Observer

(..................................................)
LEMBAR NOTULEN

Kegiatan : Penyuluhan Myastenia Gravis.


Topik : Myastenia Gravis.
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Agustus 2018
Tempat: Ruang ICU RSUD DR Soetomo Surabaya
Waktu : 35 menit

Kegiatan Diskusi

1. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Surabaya, 23 Agustus 2018


Notulen

(..................................................)

Anda mungkin juga menyukai