Anda di halaman 1dari 9

Gaya Kepemimpinan Negara Inggris

Profil Negara Inggris


Negara Inggris memiliki nama resmi Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia
Utara (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland). Inggris berbatasan dengan
Republik Irlandia di sebelah barat, Selat Inggris di sebelah selatan, Samudra Atlantik di sebelah
barat, dan Laut Utara (di sebelah utara dan timur). Sebagian besar wilayah Inggris terdiri dari
bagian tengah dan selatan Pulau Britania Raya di Atlantik Utara. Inggris juga mencakup lebih
dari 100 pulau kecil seperti Isles of Scilly dan Isle of Wight.
Inggris adalah negara maju di benua Eropa, ibu kota Inggris bernama London. Inggris
Raya adalah negara bagian terbesar dan terpadat di negara-negara bagian yang membentuk
Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara (Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara). Negara-
negara lain adalah Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Sistem Pemerintahan di Inggris
Inggris adalah negara dengan sistem monarki parlementer atau yang kerap disebut
dengan istilah kerajaan dengan konstitusi. Kepala pemerintahan Inggris dipegang oleh seorang
perdana menteri dan ratu sebagai kepala negara. Kerajaan Inggris menjadi salah satu monarki
paling kuat hingga saat ini di mana banyak kecenderungan negara-negara Eropa sudah
meninggalkannya dan berganti sistem demokrasi.
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Dalam monarki parlementer, kekuasaan, eksekutif dipegang oleh kabinet (perdana menteri) dan
bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja sebagai kepala negara (simbol kekuasaan) yang
kedudukannya tidak dapat diganggu gugat.
Negara Inggris merubah sistem pemerintahan monarki absolut menjadi negara yang
dijalankan oleh parlemen sejak abad ke 17. Dari sinilah Negara Inggris mendapatkan julukan
mother of parliament. Inggrislah yang pertama kali menempatkan sistem parlemanter dalam roda
pemerintahan. Inggris membagi sistem parlementer ke dalam empat bagian yaitu raja dan ratu,
kabinet, parlemen, dan badan pengadilan. Raja dan Ratu didudukkan sebagai sebuah simbol. Ia
adalah simbol kekuasaan dan simbol sistem monarki yang dianut oleh Inggris, roda
pemerintahan sepenuhnya di bebankan kepada perdana menteri.
Pada dasarnya monarki adalah sistem pemerintahan yang dilakukan oleh kerajaan. Tapi
ada beberapa hal yang membedakan monarki di Inggris dengan monarki di negara lain. Inggris
menganut sistem monarki yang kekuasaannya tidak mutlak di pegang oleh ratu. Ada beberapa
eleman lain yang terkait jika mengambil kebijakan. Ada beberapa pokok dasar hukum yang
harus dipatuhi oleh roda pemerintahan Inggris. Antara lain: adanya oposisi, ratu adalah simbol
keagungan tapi tidak boleh ikut campur dalam kebijakan politik. Inggris menunjukan bahwa
monarki yang mereka anut tidak tergantung terhadap kekuasaan raja atau ratu. Mereka hanyalah
simbol diagungkan, tapi tidak punya kekuatan dalam pemerintahan. Itulah mengapa setiap
kebijakan politik inggris selalu dilakukan oleh Perdana Menteri yang dipilih.
Inggris terkenal sebagai negara yang demokratisi, tetapi sangat menghormati tradisi
kerajaan. Ini terlihat dari sikap masyarakat yang menghargai keberadaan raja dan ratu, walaupun
sebenarnya bertentangan dengan sikap demokrasi.
Kerajaan Inggris merupakan negara demokrasi dengan sistem parlementer yang
menganut paham liberal. Paham ini mendasarkan dan mengutamakan kebebasan individu yang
seluas-luasnya. Sistem politik Inggris banyak dipraktekkan di negara-negara Eropa Barat. Raja
atau ratu merupakan simbol keagungan, kedaulatan, dan persatuan negara yang senantiasa
dibanggakan. Adat dan tradisi masih tetap dipegang teguh. Kekuasaan pemerintah terdapat pada
kabinet (perdana menteri beserta para menteri), sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala
negara.
Sehari-hari pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri, oleh partai pemenang
pemilihan umum. Namun demikian, ada partai oposisi sebagai pendamping. Secara keseluruhan,
mereka bekerja untuk raja atau ratu. Partai-partai yang memperebutkan kekuatan di parlemen
adalah Partai Konservatif dan Partai Buruh. Parlemen Inggris terdiri atas dua kamar (bikameral),
yaitu House of Commons dan House of Lords. House of Commons atau Majelis Rendah adalah
badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-calon
partai politik. House of Lord atau Majelis Tinggi adalah perwakilan yang berisi para bangsawan
dengan berdasarkan warisan. House of Commons yang diketuai oleh Perdana Menteri, memiliki
keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord.
Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet inilah
yang benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari
House of Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari partai mayoritas di House of
Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada kepercayaan dari House of Commons.
Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya. Partai yang
menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah, sedangkan
partai yang kalah menjadi partai oposisi. Para pemimpin oposisisi membuat semacam kabinet
tandingan. Jika sewaktu-waktu kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih
penyelenggaraan pemerintah.
Meski berbentuk kerajaan, demokrasi tetap tumbuh di Inggris karena berubahnya
monarki absolut di Inggris menjadi monarki konstitusional. Dalam sistem monarki
konstitusional, raja atau ratu diberikan tempat terhormat, namun tidak lagi mempunyai kekuatan
politik. Monarki konstitusional memperkecil peranan raja atau ratu di bidang politik dan
memperbesar kekuasaan perdana menteri dan parlemen. Negara Inggris dikenal sebagai pelopor
dari sistem parlementer. Parlemen Inggris dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang demokratis.
Pemegang kedaulatan, yaitu Ratu Elizabeth II sejak 1952, adalah kepala negara yang juga
bertindak sebagai kepala dari lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta panglima
tertinggi angkatan bersenjata dan pemimpin Gereja Inggris (Church of England). Dalam
praktiknya, kekuasaan membuat hukum dan peraturan perundang-undangan dilakukan melalui
parlemen. Dalam tradisi asli Inggris, pemegang kedaulatan berkuasa tidak berdasar atas sebuah
aturan, namun saat ini, Ratu pun tunduk pada hukum, mengatur hanya bila mendapat persetujuan
parlemen, dan bertindak atas nasihat para menterinya.
Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Perdana Menteri, ia dipilih oleh Ratu, yang secara
tradisi merupakan ketua dari partai berkuasa dalam parlemen. Dalam menjalankan tugasnya,
Perdana Menteri dibantu para menteri yang dipilih dari partai berkuasa dan kebanyakan yang
berada dalam the House of Commons, serta harus orang-orang yang menyetujui segala kebijakan
pemerintah secara umum. Secara kolektif, para menteri bertanggung jawab atas semua keputusan
yang dibuat kabinet kepada parlemen. Secara individu, menteri-menteri tersebut bertanggung
jawab kepada parlemen atas kinerja departemen mereka masing-masing. Sebagai kepala
pemerintahan, Perdana Menteri merupakan representasi pemerintah danmemiliki hak
memberikan rekomendasi penunjukan hakim senior dan uskup senior pada Gereja Inggris.
Perdana Menteri memilih menteri-menteri dalam kabinet. Selanjutnya, kabinet membentuk
kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan ditawarkan kepada parlemen sebagai rancangan
peraturan. Pertemuan yang dilakukan oleh kabinet diadakan dalam sebuah rapat tertutup yang
terjaga kerahasiannya.
Profil Kepala Negara
Ratu Elizabeth II (Elizabeth Alexandra Mary, lahir 21 April 1926) adalah Ratu monarki
konstitusional dari 16 negara berdaulat (dikenal sebagai Alam Persemakmuran) dan teritori
beserta dependensinya, serta ketua dari 54 anggota Negara-Negara Persemakmuran. Ratu
Elizabeth juga merupakan Gubernur Agung Gereja Inggris.
Setelah naik takhta pada tanggal 6 Februari 1952, Ratu Elizabeth menjadi Ketua
Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh Alam Persemakmuran (Commonwealth Realms)
merdeka, yaitu: Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Pakistan dan
Sri Lanka. Sejak tahun 1956 hingga 1992, jumlah Alam Persemakmuran nya bervariasi dan
beberapa wilayah merdeka bertransformasi menjadi negara republik. Saat ini, selain empat
negara pertama yang disebut di atas, Elizabeth juga merupakan Ratu dari Jamaika, Barbados,
Bahama, Grenada, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu, Saint Lucia, Saint Vincent dan
Grenadines, Belize, Antigua dan Barbuda, serta Saint Kitts dan Nevis. Masa pemerintahannya
selama 69 tahun merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Monarki Britania Raya
mengalahkan nenek buyutnya, Ratu Victoria, yang memerintah selama 63 tahun.
Elizabeth lahir di London dan menempuh pendidikan secara privat. Ayahnya naik takhta
menjadi George VI pada tahun 1936 setelah pamannya, Edward VIII, melepaskan takhtanya, dan
secara tidak terduga Elizabeth menjadi penerus takhta berikutnya. Elizabeth mulai menjalankan
tugas sosialnya selama terjadinya Perang Dunia II dengan bertugas di palang merah. Pada tahun
1947, ia menikah dengan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh, dan kemudian dikaruniai empat
orang anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward. Upacara penobatannya dilaksanakan
pada tahun 1953.
Ratu Elizabeth sudah melakukan berbagai pertemuan dan kunjungan kenegaraan
bersejarah, termasuk kunjungan kenegaraan ke Republik Irlandia dan kunjungan timbal balik
dari dan ke Paus Katolik Roma. Ratu Elizabeth juga telah menjadi saksi hidup atas berbagai
perubahan besar yang terjadi dalam konstitusi Alam Persemakmurannya, seperti devolusi di
Britania Raya, dan pemisahan konstitusi Kanada. Sedangkan secara personal, Ratu juga telah
menyaksikan berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam monarkinya, termasuk kelahiran dan
pernikahan anak serta cucunya, upacara penobatan Pangeran Wales, dan perayaan Yubileum
perak, emas, dan berlian Ratu pada tahun 1977, 2002, dan 2012.
Kepemimpinan Ratu Elizabeth II
Ratu Elizabeth II adalah simbol stabilitas, idealisme, dan objek patriotisme bagi Britons.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri adalah pemerintahannya (Her Majesty's
Government). Parlemen yang terpilih adalah parlemennya (Her Majesty's Parliament). Bersama
Perdana Menteri, Ratu Elizabeth II adalah pemimpin yang menjamin unwritten constitution
Inggris berjalan lancar dan efektif.
Hal yang dapat dipelajari dari kepemimpinan Ratu Elizabeth II:
1. Keinginan self-learning yang kuat
Ratu Elizabeth II mewarisi tahta kerajaan pada usia 27 tahun. Ratu Elizabeth II
tidak menerima pendidikan formal sama sekali. Pendidikan Ratu Elizabeth II terbatas
pada homeschooling yang diberikan sampai usia 17 tahun.
"In a way, I didn't have an apprenticeship. My father died much too young, and so it was
kind of taking on," tandas Ratu Elizabeth II dalam dokumenter Elizabeth R: A Year in the
Life of The Queen pada tahun 1992.
Tetapi Ratu Elizabeth II tidak menyerah. Dua sosok utama dijadikan mentor oleh
Ratu Elizabeth II adalah Elizabeth Bowes-Lyon, sang Ibu Suri dan Winston Churchill,
Perdana Menteri pertamanya. Dari merekalah Ratu Elizabeth II belajar bagaimana sebuah
monarki konstitusional bekerja. Selain itu, Ratu Elizabeth II juga belajar dari pengalaman
yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
Inilah yang membuat Ratu Elizabeth II menjadi a voice of experience bagi setiap
Perdana Menteri yang bekerja dengannya.
2. Komitmen pada kewajiban
Constant, continous, and regimented adalah tiga kata yang Ratu Elizabeth II
gunakan untuk mendeskripsikan tugasnya sebagai kepala negara. Pada tahun 2018 saja,
Ratu Elizabeth II harus menghadiri 293 engangements/acara dalam berbagai macam
bentuk, mulai dari peresmian jalan, fasilitas publik, dan lain sebagainya.
Setiap harinya, Ratu Elizabeth II harus membaca dan membalas korespondensi
dari berbagai pihak. Mulai dari notulensi rapat kabinet, korespondensi dari pemerintahan
negara persemakmuran, sampai surat dari rakyat. Semua hal tersebut harus dibalas
segera, demi kelancaran sistem monarki konstitusional.
3. Totalitas dalam mengerjakan segala sesuatu
"For the Queen, there is no such thing as an average engagement," ujar Edward Young,
wakil sekretaris privat Ratu. "Every visit is very-very carefully planned for. There was
just as much preparation put into a visit to a school or hospital, as there is to an
Audience with Prime Minister."
Pernyataan di atas sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan totalitas Ratu
Elizabeth II dalam melaksanakan tugasnya. Itulah sebabnya semua kegiatan yang Ratu
Elizabeth II lakukan selalu berlangsung dengan efisien dan tepat sasaran.
4. Kemampuan menjadi pendengar yang baik
Hal ini terbukti dalam sesi Audiensi/Audience dengan Perdana Menteri. Sesi yang
diadakan seminggu sekali pada malam Kamis ini dilakukan untuk mendiskusikan
masalah pemerintahan. Perdana Menteri memaparkan segala masalah, pencapaian, dan
kejadian di pemerintahan pada minggu tersebut.
Sementara, Ratu Elizabeth II berperan sebagai pendengar satu-satunya, yang
dapat memberikan saran dan peringatan kepada sang Perdana Menteri. "It's rather nice to
feel that one was sort of sponge, and everybody can come to one and tell one things.
Some things stayed there and some get out of the other ear, and some things never come
out at all. One just knows about it."
Ratu Elizabeth II bisa menggambarkan dirinya sebagai spons bagi Perdana
Menterinya, karena Beliau seorang pendengar yang baik. Begitu pun dengan pengakuan
para bekas Perdana Menteri. "A great support, because she is the one person you can talk
to," kata Harold Macmillan, Perdana Menteri ketiga di masa Ratu Elizabeth II.
Kemampuan inilah yang menjadi dasar hubungan baik Ratu Elizabeth II dengan banyak
orang. Mulai dari keluarga terdekat sampai pemimpin dunia.
5. Kemampuan membangun relasi dengan orang lain
Ini terbukti dari bertahannya Commonwealth of Nations sebagai sebuah
organisasi. Bayangkan saja, dari 9 negara anggota di tahun 1949, organisasi ini
berkembang sampai 53 negara anggota. Tidak mungkin hal ini terjadi, jika Ratu Elizabeth
II sebagai kepala tidak mampu membangun relasi dengan para pemimpin dunia.
Selain itu, Ratu Elizabeth II juga melaksanakan pertemuan dengan setiap kepala
pemerintahan negara persemakmuran pada setiap Commonwealth Heads of Government
Meeting (CHOGM). Upaya ini adalah sebuah pendekatan interpersonal yang sangat
jenius. Masing-masing kepala pemerintahan merasa berarti (valued) dalam komunitas
Persemakmuran. Sebab segala hal tentang perkembangan negara mereka didengar oleh
sang kepala secara langsung. Selain itu, ada penilaian pribadi yang tercipta di antara
masing-masing kepala negara dengan Ratu Elizabeth II sebagai kepala Persemakmuran.
Penilaian inilah yang menjadi pengikat kerjasama dan harmoni di antara 53 negara
tersebut.
Kesimpulan terhadap 5 kualitas kepemimpinan.
1. Menjadikan keberagaman sebagai prioritas organisasi
Ratu Elizabeth II berusaha mempersatukan Inggris Raya dengan berbagai macam
perbedaan yang ada. Ratu Elizabeth II menyadari bahwa persatuan akan membuat negara-
negara persemakmuran yang menjadi kuat meskipun memiliki wilayah yang kecil. Hal ini
dibuktikan dengan Ratu Elizabeth II mampu mengembangkan organisasi negara
persemakmuran ini dari 9 negara menjadi 53 negara.
2. Mengenal orang-orang dengan perbedaan mereka
Ratu Elizabeth II mampu mengenal dan mengelola tiap perbedaan dari masing-masing
orang. Hal ini dibuktikan dengan hampir 70 tahun Ratu Elizabeth II menjadi kepala
negara, beliau mampu mengenal dan bekerjasama dengan para perdana menteri Inggris
yang sudah silih berganti. Ratu Elizabeth II juga dapat menjadi sosok yang sangat
dihormati warga Inggris, bahkan warga diseluruh dunia.
3. Komunikasi yang kaya
Ratu Elizabeth II memiliki gaya komunikasi yang baik, hal ini dibuktikan dengan
pengakuan dari perdana menteri Inggris, yaitu Ratu Elizabeth II adalah seorang
pendengar yang baik dan pemberi support yang baik demi kemajuan dan stabilitas negara
Inggris. Ratu Elizabeth II juga mampu berkomunikasi dengan para pemimpin negara
persemakmuran sehingga meningkatkan kerjasama dan harmonisasi organisasi tersebut.
4. Memegang tanggung jawab pribadi sebagai nilai inti
Ratu Elizabeth II memegang teguh prinsip sebagai kepala negara. Selama hampir 70
tahun menjabat, Ratu Elizabeth II masih terus konsisten membaca dan membalas
korespondensi dari berbagai pihak, melakukan kunjungan kenegaraan, semua kegiatan
yang Ratu Elizabeth II lakukan selalu berlangsung dengan efisien dan tepat sasaran.
5. Menetapkan mutualisme sebagai wasit terakhir
Ratu Elizabeth II menyadari bahwa beliau tidak dapat menjalankan roda pemerintahan
sendiri, oleh karena itu, beliau selalu bekerjasama dengan Perdana Menteri dan Parlemen.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri adalah pemerintahannya (Her
Majesty's Government). Parlemen yang terpilih adalah parlemennya (Her Majesty's
Parliament). Bersama Perdana Menteri, Ratu Elizabeth II adalah pemimpin yang
menjamin unwritten constitution Inggris berjalan lancar dan efektif.
Referensi
1. DR.Sunarso,M.Si. 2012. Perbandingan Sistem Pemerintahan. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
2. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2018. “Profil Inggris”,
https://kemlu.go.id/london/id/pages/profil_inggris/2968/etc-menu diakses Pada 1 Maret
2021 Pukul 12.30
3. Ainur, Putri Islam. 2020. “Ratu Elizabeth II: Pemimpin Monarki Inggris Usai Perang
Dunia II hingga Era Modern Kini”, https://voi.id/memori/2529/ratu-elizabeth-ii-
pemimpin-monarki-inggris-usai-perang-dunia-ii-hingga-era-modern-kini diakses Pada 28
Febuari 2021 Pukul 18.00
4. Widyaningrum, Gita Laras. 2018. “Perubahan-perubahan Dramatis di Masa
Kepemimpinan Ratu Elizabeth II” ,
https://nationalgeographic.grid.id/read/13906364/perubahan-perubahan-dramatis-di-
masa-kepemimpinan-ratu-elizabeth-ii?page=all diakses Pada 28 Febuari 2021 Pukul
19.02
5. Treble, Patricia. 2018. “2018 royal work statistics: who's been busy, who's been busier
(congrats, Your Maj!)”, https://www.macleans.ca/royalty/2018-royal-work-statistics-
whos-been-busy-whos-been-busier-congrats-your-maj/ diakses Pada 1 Maret 2021 Pukul
13.10
6. Campbell,Craig. 2016. “The Queen and her 13: Which Prime Ministers got the royal seal
of approval?”, https://www.sundaypost.com/fp/the-queen-and-her-thirteen-her-majesty-
has-seen13-prime-ministers-during-her-reign-but-which-gained-the-royal-seal-of-
approval/ diakses Pada 1 Maret 2021 Pukul 13.27

Anda mungkin juga menyukai