Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana urtikaria kronik

Identifikasi dan menghilangkan penyebab.

Mengurangi faktor non spesifik yang memperberat vasodilatasi kulit

(alkohol, aspirin, olahraga, stress emosional)


NAC
Antihistamin H1 non sedatif

NAC
Antihistamin H1 non sedatif

Tambahan obat:

antihistamin H1 pada malam


hari, antidepresan trisiklik,
antihistamin H2.
Antihistamin H1 +
kostikosteroid oral jangka
pendek +
pencarian/penanganan untuk
urtikaria karena vaskulitis,
faktor tekanan, dan lain-lain +
dicoba obat lain

NAC: not adequately controlled

Gambar 13. Pedoman Penatalaksanaan Urtikaria Kronik.20


1. Hindari:
Faktor pencetus, NSAIDS, aspirin, penghambat ACE, alkohol, kelelahan fisik,
stress.

2. Medikamentosa :
Terapi medikamentosa bersifat simtomatis. Obat lini pertama adalah
antihistamine generasi II (Nonsedating second-generation) loratadine,cetirizine.
Sebagai alternatif dapat dipilih antihistamine generasi terbaru; fexofenadine HCl,
desloratadine, levo-cetirizine.Waktu pemberian antihistamine sebaiknya
mengikuti ritme diurnal urtikaria. Penambahan antihistamine AH2 (simetidin)
pada beberapa kasus memberikan perbaikan. Jika pruritus menonjol pada malam
hari bahkan tidak jarang penderita cemas maka dapat ditambahkan antihistamine
generasi klasik / I sekali sehari pada malam hari. Apabila semua tahapan terapi
yang diberikan tersebut belum memberikan hasil dapat diberikan kortikosteroid,
dan pemberiannya tidak lebih dari 3 minggu. Penggunaan antagonis leukotrin
(zafirlukast, montelukast ) belum banyak ada bukti-bukti klinis. Pada kasus-kasus
yang resisten terhadap mod malitas terapi diatas; dapat dicoba pemberian
cyclosporin dosis rendah ; 2.5 – 3 mg per Kg BB per hari, dengan dosis maksimal
6 mg / Kg BB per hari.
Pemberian levothyroxine;
pada penderita yang mempunyai antibodi antithyroide meskipun penderita dalam
kondisi euthyroid. Plasmapheresisdapat dipertimbangkan pada penderita yang
menunjukkan adanya antibodi terhadap reseptor IgE.
4First - line
Pada kasus ini diterapi dengan loratadine 10 mg (AH-1 generasi II) 1 x per hari,
feniramin hydrogen maleat 25 mg (AH-1 gen I) 1 x per hari, methyl prednisolone
16 mg 2 x per hari dan menghindari faktor pemicu.
Tatalaksana idiopatik kronik atau autoimun urtikaria/angioudem

Antihistamin non-sedatif
Respon
Satu agen atau kombinasi pada 2 – 4 kali dosis rekomendasi untuk rhinitis

Respon tidak adekuat :


Respon
1. Antihistamin lain dengan dosis maksimal
Pertahankan dosis pada Contoh : hydroxazine atau diphenhydramine
urtikaria ringan – tidak perlu 25 – 50 mg (5 x sehari)
dihilangkan 2. H2 antagonist + Leucotriene antagonist

Insufficient response

Adanya riwayat penggunaan kortikosteroid 1. Steroid dosis rendah perhari (10 mg


atau memiliki hipertensi, diabetes, prednisone atau setaranya) atau
osteoporosis, striae yang parah, obesitas alternatif steroid (20 – 25mg 2x
sehari) dengan penurunan dosis
secara perlahan 5 mg dan 1 mg
tablet prednison
Penggunnan siklosporin dan steorid secara 2. Siklosporin merupakan alternatif #1
bersamaan dengan dosis maksimum 15
mg/hari. Penurunan dosis secara bertahap
sampai tidak dibutuhkan lagi

Inaktif siklosporin atau efek Respon baik dengan steroid Respon cukup terhadap
samping inhibitor : steroid
Penurunan dosis setiap 2-3
 Steroid dosis rendah minggu masih bisa ditoleransi Siklosporine – respon
 Methotrexate penggunaan untuk urtikaria ringan ; pertama diperoleh,
mingguan angioudem jarang menghilangkan kortikosteroid
 Gamma globulin IV
 Plasmaphareisi untuk sub
group autoimun

Anda mungkin juga menyukai