Anda di halaman 1dari 5

ZAT ADIKTIF LAIN

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar


yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
• Minuman berakohol
-Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
-Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
-Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.)
• Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
• Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Salah satu zat adiktif yang sering disalah gunakan pada anak-anak adalah
lem. Lem mengandung halusinogen sintetik klasik yaitu asam lisergat dietilamid
(LSD).

GANGGUAN TERKAIT INHALAN


I.Definisi
Kategori gangguan terkait inhalan mencakup sindrom psikiatri yang terjadi
akibat penggunaan bahan pelarut, lem, bahan perekat, bahan pembakar
(propellant) aerosol, bahan pengencer cat, dan bahan bakar. Contoh spesifik
zatnya adalah bensin, penghapus pernis, cairan pemantik, lem pesawat terbang,
semen karet, cairan pembersih, cat semprot, pelembab sepatu dan cairan
pengoreksi mesin ketik.
II.Neurofarmakologi
Orang biasanya menggunakan inhalan dengan pipa, kaleng, kantong
plastik atau kain dibasahi inhalan, yang melalui atau dari benda tersebut pengguna
dapat menghirup inhalan melalui hidung atau menghirup melalui mulut. Inhalan
secara umum bekerja sebagai depresan sistem saraf pusat. Toleransi terhadap
inhalan dapat terbentuk , meski gejala putus zat biasanya cukup ringan dan tidak
diklasifikasikan sebagai suatu gangguan dalam DSM-IV-TR.
Inhalan dengan cepat diabsorbsi melalui paru dan dengan cepat
dihantarkan ke otak. Efeknya dalam 5 menit dan dapat bertahan selama 30 menit
sampai beberapa jam, bergantung pada zat inhalan dan dosis. Sebagai contoh, 15
sampai 20 hirupan larutan 1% bensin dapat mengakibatkan mabuk selama
beberapa jam. Konsentrasi berbagai zat inhalan dalam darah meningkat ketika
digunakan bersama alkohol, mungkin karena berkompetisi untuk enzim hepar.
Inhalan dapat terdeteksi dalam darah selama 4 sampai 10 jam setelah penggunaan
dan sampel darah sebaiknya diambil diruang gawat darurat bila dicurigai terdapat
penggunaan inhalan.

III.Ketergantungan inhalan dan penyalagunaan inhalan


Sebagian besar orang mungkin menggunakan inhalan untuk jangka waktu
singkat tanpa menimbulkan pola penggunaan jangka panjang yang ketergantungan
dan penyalahgunaan. Namun ketergantungan dan penyalahgunaan inhalan dapat
terjadi dan didignosis menurut kriteria standar DSM-IV-TR untuk sindrom itu.

IV.Intoksikasi inhalan
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk intoksikasi inhalan merinci adanya
perubahan perilaku maladaptif dan sekurangnya dua gejala fisik. Keadaan
terintoksikasi sering ditandai dengan apatis, penurunan fungsi sosial dan
okupasional, daya nilai terganggu, serta prilaku impulsive atau agresif, dan dapat
disertai mual, anoreksia, nistagmus, refleks depresi dan diplopia.
V.Gangguan psikotik terinduksi inhalan
Gangguan psikotik terinduksi inhalan merupakan suatu diagnosis DSMIV-
TR. Klinisi dapat merinci halusinasi atau waham sebagai gejala predominan.
Keadaan paranoid mungkin merupakan sindrom psikotik yang paling sering
selama intoksikasi inhalan.

VI.Gambaran klinis
Pada dosis awal yang kecil, inhalan dapat menyebabkan disinhibisi serta
dapat menimbulkan perasaan euphoria dan eksitasi serta sensasi mengambang
yang menyenangkan, yang kemungkinan merupakan efek yang dicari oleh orang
yang menggunakan obat tersebut. Dosis tinggi inhalan dapat menyebabkan gejala
psikologis ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditorik dan visual, serta distorsi
ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat mencakup bicara cadel, penurunan
kecepatan bicara dan ataksia. Penggunaan jangka panjang dapat dikaitkan dengan
iritabilitas, labilitas emosi, dan hendaya memori.

VII.Penanganan
Intoksikasi inhalan biasanya tidak memerlukan perhatian medis dan
sembuh spontan. Namun efek intoksikasi seperti koma, bronkospasme,
larongospasme, aritmia jantung memerlukan penanganan. Perawatan utamanya
mencakup penentraman, dukungan dalam diam, dan perhatian pada tanda vital
dan tingkat kesadaran.
Perjalanan penyakit dan penanganan gangguan psikotik terinduksi inhalan
menyerupai intoksikasi inhalan. Gangguan berlangsung singkat selama beberapa
jam sampai paling lama beberapa minggu setelah intoksikasi. Penanganan agresif
terhadap penyulit yang mengancam nyawa seperti henti jantung atau nafas,
bersama dengan penatalaksanaan konservatif intoksikasi, sudah memadai.
Kebingungan, panik, dan psikosis mengharuskan perhatian khusus terhadap
keamanan pasien.

Jadi, pada penyalahgunaan zat adiktif lem berdasarkan PPDGJ-III menyimpulkan:


F.18 GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN
PELARUT YANG MUDAH MENGUAP

Diagnosis Banding:
F.16 GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN
HALUSINOGENIKA

GANGGUAN TERKAIT HALUSINOGEN


Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbgai
istilah seperti Psikedelik dan Psikotomimetik karena selain menginduksi
halusinasi, halusinogen juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan
suatu pengalaman kesadaran yang meluas dan meningkat. Halusinogen
diklasifikasikan sebagai obat gologan I; BPOM AS menyatakan bahwa zat ini
tidak memiliki kegunaan medis dan potensi penyalahgunaan yang tinggi.
Halusinogen klasik yang terdapat secara alamiah adalah psilocybin (dari
semacam jamur) dan mescaline (dari kaktus peyote); lainnya adalah harmin,
harmalin, ibugain, dan dimetiltriptamin. Halusinogen sintetik klasik adalah asam
lisergat dietilamid (LSD) yang terkandung dalam lem.

I. Neurofarmakologi
Meskipun sebagian besar zat halusinogenik bervariasi efek
farmakologisnya, LSD dapat berfungsi sebagai prototipe halusinogenik. Efek
farmakodinamik LSD masih kontroversial, meskipun disepakati secara umum
bahwa obat tersebut bekerja pada sistem serotonergik, baik secara antagonis
maupun agonis. Data saat ini menunjukkan bahwa LSD bekerja sebagai agonis
parsial pada reseptor serotonin pasca sinaps.
Halusinogen dapat dikonsumsi per inhalasi atau per oral. Toleransi LSD
dan halusinogen lain terbentuk dengan cepat dan hampir komplet setelah 3 sampai
4 hari penggunaan berkelanjutan. Toleransi juga berbalik dengan cepat, biasanya
dalam 4 sampai 7 hari. Baik ketergantungan fisik maupun gejala putus zat tidak
terjadi pada pemberian halusinogen tapi pengguna dapat mengalami
ketergantungan psikologis pada pengalaman yang menginduksi tilikan dari
episode penggunaan halusinogen.

II. Ketergantungan Halusinogen dan Penyalahgunaan Halusinogen


Penggunaan halusinogen dalam jangka panjang jarang terjadi. Seperti
dinyatakan di atas tidak ada kecanduan fisik. Meski ketergantungan psikologis
terjadi, hal tersebut jarang, sebagian karena tiap pengalaman LSD berbeda dan
sebagian tidak ada euforia yang dapat diandalkan. Namun ketergantungan
halusinogen dan penyalahgunaan halusinogen adalah sindrom yang murni,
didefinisikan dengan kriteria DSM-IV-TR.
Gangguan yang dapat terjadi terkait halusinogen adalah dapat berupa:
-Gangguan persepsi
-Gangguan psikotik
-Gangguan mood
-Gangguan ansietas

Anda mungkin juga menyukai