Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS

PNEUMOTHORAX SPONTAN
C SEKUNDER ET
CAUSA TUBERCULOSIS PARU
DISUSUN OLEH :
AGUSTIAN WAHYUNINGRAT DARMI, S.KED
196100802001

Pembimbing :
dr. MUAL B. E. PARHUSIP, Sp.P
PENDAHULUAN
Spontan Primer
Pneumothorax dikarakteristikan dengan
Pneumothorax Spontan Sekunder
dyspnea dan nyeri dada yang berasal dari
paru dan dinding dada -> gangguan
Traumatik respirasi normal
Iatrogenik

Di US :
Pda perokok berat terjadi
PSP terjadi pada usia Laki-laki 7/100.000
peningkatan 102 kali
20-30 tahun Perempuan 1/100.000
lebih tinggi
(rasio 3:1)

Tuberculosis : Tahun 2004 8,8 juta Jumlah kematian


penyakit yang kasus baru terbesar di asia
diakibatkan oleh tuberculosis didunia tenggara (625.000
infeksi M.Tuberculosis (WHO) orang)

Choi, W. 2014 Catherine LM. 2014 KEMENKES RI, 2014


LAPORAN KASUS
Anamnesis dilakukan pada 08/03/2021 dengan pasien (auto-
anamnesis)
MRS : 22/02/2021
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 10/12/1981
KELUHAN UTAMA
Sesak Napas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 3 hari
SMRS. Sesak napas telah dialami pasien sejak 1 bulan SMRS.
• Sesak napas terus-menerus, semakin lama semakin memberat
• Sesak tidak dipengaruhi aktivtias ataupun posisi
• Riwayat trauma disangkal
• Pasien mengalami batuk sejak 1 bulan SMRS, batuk kering, darah (-)
• Demam (-), Nyeri dada (-), Diare (-), bengkak pada kaki (-), rasa kebas pada kaki
(-), keringat malam (-),
• Nafus makan baik. BAK dan BAB normal
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat Operasi (+) soft tissue tumor mammae pada dada kiri pasien,
pasien mengaku operasi 3 tahun yang lalu di seruyan. Nyeri luka bekas
operasi (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat diabetes melitus (-)
• Riwayat Alergi Obat (-)
• Riwayat Alergi Makanan (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit paru sebelumnya (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat TB tulang (+) pada saudara pasien, pasien jarang bertemu dan tidak
tinggal serumah dengan pasien ataupun orang yang sering kontak dengan
saudaranya yang mengalami TB tulang. Saat ini saudara pasien masih dalam
pengobatan TB tulang.

 Pasien mengaku keponakan perempuannya pernah dirawat dirumah sakit di


banjarmasin karena paru-paru nya terisi cairan dan dilakukan pengambilan cairan,
pasien tidak mengetahui diagnosis penyakit keponakan perempuannya.
RIWAYAT SOSIAL

 Pasien saat ini bekerja menjadi penambang emas, pasien dapat makan,
tinggal dan tidur dengan temannya dalam 1 pos yang terdiri dari 7 orang,
pos yang ditempati sempit dan tidur saling berdekatan.

 Riwayat merokok (+) pasien merokok 1 bungkus (12 batang) /hari


dengan dengan jenis rokok filter sejak usia 14 tahun. Indeks
brikman : 12x25 = 300 (perokok sedang)
PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

b) Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)

c) Tanda Vital
 Tekanan darah :110/80 mmHg

 Laju nadi : 92 x/menit, kuat angkat, tunggal dan reguler

 Laju napas (RR) : 26 x/menit, asimetris, pernapasan torako-abdominal

 Suhu : 36,6oC di axilla

 SpO2 : 99% dengan oksigen ruangan


STATUS GENERALIS
 Antropometri
o Tinggi badan : 168 cm

o Berat Badan : 45 Kg

o IMT : 17,7 kg/m2 (berat badan kurang/underweight)

 Kepala : Normosefali, trauma (-), Rambut hitam tebal

 Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-), Refleks pupil direk (+/+). Refleks pupil indirek (+/+), edema palperbra (-)

 Telinga : bentuk normal, nyeri tekan (-), secret tidak ada

 Hidung : bentuk normal, epistaksis (-), secret (-), pernapsan cuping hidung (-)

 Mulut : bentuk normal, bibir lembab, sianosis (-), pucat (-), gusi tidak berdarah, tidak ada pembengkakan

 Lidah : bentuk normal, pucat (-), tremor (-), Simtetris


STATUS GENERALIS
 Faring : hiperemi (-), pseudomembran (-)

 Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)

 Thorax : simetris, retraksi (+) pada supraklavikula dan interkosta

 Jantung
 Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis sinistra

 Palpasi : Ictus Cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra, Thrill tidak ada

 Perkusi

 Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

 Batas Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

 Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), Gallop (-)


STATUS GENERALIS
• Paru
• Anterior
• Inspeksi
• Auskultasi
• Bentuk : Asimetris, hemitoraks kanan lebih
tertinggal dibandingkan hemitoraks kiri • Suara napas dasar : Vesikuler
• Retraksi (+) pada daerah supraklavikula dan menurun pada pulmo sinistra dan
suara paru menghilang pada pulmo
interkosta
dextra
• Pola pernapasan torakoabdominal
• Suara napas tambahan : Ronki (+),
• Palpasi Wheezing (-)
• Frenitus vocal menghilang pada pulmo dextra
• Hiperekspansi dinding dada kanan (+)
• Perkusi
STATUS GENERALIS
• Paru
• Posterior • Auskultasi
• Inspeksi • Suara napas dasar : Vesikuler
• Bentuk : Asimetris, hemitoraks menurun pada pulmo sinistra dan
kanan lebih tertinggal suara paru menghilang pada pulmo
dibandingkan hemitoraks kiri dextra
• Retraksi (-) • Suara napas tambahan : Ronki (+),
• Pola pernapasan torakoabdominal Wheezing (-)
• Palpasi
• Frenitus vocal meghilang pada
pulmo dextra
• Perkusi
STATUS GENERALIS
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, Supel (+), distensi (-), caput medusae (-), venektasi vena (-)

 Auskultasi : Bising Usus (+) 9x/menit, kesan normal

 Perkusi
 Timpani pada 9 regio abdomen

 Ascites (-)

 Nyeri ketok CVA -/-

 Palpasi

 Massa (-), Nyeri tekan pada 9 regio abdomen (-)

 Ballotement (-)

 Hepar dan Lien tidak teraba


STATUS GENERALIS
 Anus dan Rektum : Anus (+), Hemoroid (-)

 Ekstremitas

  Dextra Sinistra
Atas Akral hangat, CTR <2”, Edema (-), Akral hangat, CTR <2”, Edema (-),
Sianosis (-), tidak ada jari tabuh Sianosis (-), tidak ada jari tabuh

Bawah Akral hangat, CTR <2”, Edema (-), Akral hangat, CTR <2”, Edema (-),
Sianosis (-), tidak ada jari tabuh Sianosis (-), tidak ada jari tabuh
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Hasil pemeriksaan darah lengkap
Tanggal Tanggal
Parameter Nilai Rujukan 22/02/2021 jam 13.46 WIB 16/03/2021

- WIB
Leukosit 4.500 - 11.000/μL 8,480 /μL 6,260 /μL
Neutrofil 1,50-7 x103/μL 5,96 x103/μL 2%
Limfosit 1-3,7 x103/μL 1,85 x103/μL 31%
Monosit 0-0,7 x103/μL 0,41 x103/μL 8%
Eosinofil 0-0,4 x103/μL 0,23 x103/μL 10%
Basofil 0-0,1 x103/μL 0,03 x103/μL 0%
IG      
Hemoglobin 10,5 - 18,0 g/dL 15,4 g/dL 14,6 g%
Hematokrit 37-48% 47% 44%
MCV 86,6 - 102 fL 94 fL 89 fL
MCH 25,6 – 30,7 pg 30,8 pg 30 pg
MCHC 28,2 – 31,5 g/dL 32,8 g/dL 33 g/dL
Trombosit 15x104-40x104/μL 28,6 x 104 /μL 18,6 x 104 /μL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Hasil Pemeriksaan Kimia Darah

Tanggal
Parameter Nilai Rujukan
22/02/2021

Glukosa – Sewaktu < 200 mg/dl 163 mg/dl

Creatinin 0,7 – 1,5 mg/dl 1,27 mg/dl

Ureum 21-53 mg/dl 37 mg/dl

HbsAg (-)/negatif (-)/negatif

SGOT/AST L : <37 ; P: <31 27 U/L

SGPT/ALT L : <42 ; P: <32 21 U/L


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Hasil Pemeriksaan Hematologi tanggal 22 Februari 2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

PT 11,2 Detik 9,3-11,4


APTT 25,9 Detik 24,5-32,8
INR 1,08    
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 20/02/2021

o Cor tidak membesar, CTR <50%, aorta normal, trachea deviasi


ke kiri
o sinuses costofrenikus kanan tumpul, kiri tajam dan diafragma
kanan mendatar, kiri normal
o pulmo : hili tidak terlihat, corakan bronkovaskuler kiri
meningkat
o tampak lesi hiperlusen avaskuler di hemitorak kanan atas
hingga ke bawah dengan atelectasis complete paru kanan
o tampak bercak infiltrat di lapang atas hingga bawah paru kiri
o jaringan lunak dan tulang dinding dada tidak tampak kelainan
Kesan : Pneumotoraks dextra dengan complete atelectasis
paru dextra. TB paru aktif dengan lesi luas.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 26/02/2021

o Paru kanan pada area hilus sudah mulai mengembang


o Cairan hidrothoraks meningkat pada hemithoraks kanan
bawah
o Kedudukan WSD kanan baik
o Infiltrat pada paru kiri
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 04/03/2021

o Masih tampak hiperlusen avaskuler di hemitorak kanan dengan parenkim paru yang
kolaps ke medial
o Masih terpasang selang WSD di hemitoraks kanan, ujung atas setinggi paravertebral
Th V kanan
o Tampak bercak infiltrat dengan noda keras kalsifikasi di lapang atas-bawah paru kiri
o Pada jaringan lunak tampak lesi lusen multiple di lateral hemitoraks kanan
o Cor tidak membesar, CTR <50%, aorta normal, trachea deviasi ke kiri
o Sinus costofrenikus kanan tumpul, kiri normal, diafragma kanan tertutup lesi
opasitas, diafragma kiri normal
o Pulmo : hili kabur, corakan bronkovaskuler meningkat
o Tulang dinding dada tidak tampak kelainan.

Kesan :

Tension hydropneumothoraks dextra, belum perbaikan

TB paru aktif, dengan lesi luas


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 09/03/2021

o Pneumothoraks kanan masih belum banyak berubah


o Paru kanan sudah mulai mengembang
o Jantung dan trakea sudah mulai ke tengah (pressure
berkurang)
o Kedudukan WSD kanan baik

Kesan : Paru kanan sudah mulai mengembang,


pressure pneumothoraks mulai berkurang
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 13/03/2021

o Pneumothoraks kanan sudah semakin berkurang


o Paru sudah semakin mengembang
o Pressure berkurang
o Pneumonia bilateral
o Kedudukan WSD baik

Kesan : Perbaikan, paru semakin mengembang,


pneumothoraks berkurang
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
tanggal 18/03/2021

o Terpasang WSD di hemitorak kanan, kedudukan baik


o Pneumothorak kanan telah berkurang
o Cor tidak membesar, CTR <50%, aortna normal, trachea di tengah
o Sinuses costofrenikus kanan tumpul, kiri tajam dan diafragma mendatar
o Pulmo : hili normal, corakan bronkovaskuler meningkat
o Multipel nodul opak di lapang atas hingga bawah kedua paru
o Jaringan lunak tampak lesi lusen hemitorak sisi lateral kanan
o Tulang dinding dada tidak tampak kelainan

Kesan :

o Pneumothorax dextra, telah perbaikan.


o Emphysema subkutan
o Multiple nodul tipe coin lesion, metastase intrapulmonal
MASALAH
A. Anamnesis
• Sesak napas
• Batuk
B. Pemeriksaan Fisik
• Respiratory rate 26x/menit, asimetris
• IMT : 17,7 kg/m2 (Underweight)
• Paru anterior et posterior
• Asimeris hemitoraks kanan lebih tertinggal saat bernapas
• Retraksi (+) pada supraklavikula dan interkosta
• Frenitus taktil (-) pada pulmo dextra
• Hiperekspansi hemitoraks kanan (+)
• Hipersonor pada perkusi dinding dada kanan
• Vesikuler menurun serta ronki (+) pada pulmo sinistra
• Suara napas (-) pada pulmo dextra
MASALAH
C.Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologis
• Sinsuses costofrenikus kanan tumpul
• Diafragma kanan mendatar
• Hili dari pulmo tidak terlihat, corakan bronkovaskuler meningkat
• Tampak lesi hiperlusen avaskuler di hemitoraks kanan atas hingga bawah dengan
atelektasis complete paru kanan
• Tampak bercak infiltrate di lapang atas hingga bawah paru kiri
DIAGNOSIS BANDING
Pneumothorax
Pleural
(tension)

Tuberculosis

Parenkimal

Pneumonia
Paru

Embolisme
Vascular
pulmoner
Sesak napas Jantung

Saluran napas atas


Aspirasi
(stridor)
Ginjal
Airway
saluran napas
Asma
bawah
DIAGNOSIS KLINIS

Pneumothorax Dextra et causa Tuberculosis


Paru klinis kasus baru on OAT Kategori I
bulan I
PLANNING

 Pemeriksaan TCM

 Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)


TERAPI

 IVFD Hydromal 16 tpm

 Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr (H1) IV

 Injeksi Ranitidine 2x50 mg IV


MONITORING

 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

 Observasi keluhan (sesak napas dan batuk)


EDUKASI

 Edukasi mengenai Diagnosis pasien

 Edukasi bahwa pasien akan menjalani rawat inap

 Edukasi mengenai pemasangan infus dan pemberian obat-obatan

 Edukasi istirahat yang cukup

 Edukasi mengenai pemeriksaan TCM

 Edukasi mengenai pemsangan WSD


TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi :
PNEUMOTHORAX • Pneumothorax spontan primer
• pneumothorax spontan sekunder
• pneumothorax iatrogenik
Pneumothorax adalah terkumpulnya • Pneumothorax traumatic
• Tension pneumothorax
udara diluar paru tetapi didalam • Pneumomediastinum
kavitas pleura. Hal ini terjadi saat udara
terkumpul diantara pleura parietalis dan
visceralis didalam dada. Akumulasi dari
udara dapat memberikan tekanan pada
paru dan menyebabkan paru kolaps.

Pneumothorax sekunder lebih


pneumothorax spontan sering Pneumothorax spontan jarang
sering terjadi pada seorang
terjadi pada usia 20-30 tahun terjadi pada orang berusia
yang berusia 60-65 tahun,
dan puncaknya ada awal 20 >40 tahun. rasio pria dan
dengan rasio pria
tahun wanita sebesar 6,2:1.
dibandingkan wanita 3,2 : 1.

KEMENKES RI. 2014 Gupra D. 2000 Bensel L. 1987


DIAGNOSIS PNEUMOTHORAX
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fiskk umumnya akan ditemukan hal berikut 2 :
• Nyeri dada o Ketidanyamanan saat bernapas
• sesak nafas o Peningkatan frekuensi napas
o Ekspansi paru yang asimetris
• Nyerinya biasa bersifat akut, o Penurunan frenitus taktil
o
terlokalisir pada sisi yang terjadi, dan o
Perkusi yang hipersonor
Penurunan intensitas suara napas atau tidak adanya suara
bersifat pleuritik. napas

• Batuk, hemoptisis, orthopnea dan Pada tension pneumothorax dapat ditemukan tanda tambahan
seperti berikut :
sindrom horner adalah manifestasi
o Takikardia lebih dari 134 kali per menit
yang tidak umum dijumpai pada pasien o Hipotensi
dengan pneumothorax. Sekian persen o
o
Distensi vena jugularis
Sianosis
pasien dapat asimptomatik atau hanya o Gagal napas
o
mengelum gejala lemas. Cardiac arrest

Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen Thorax
• USG
• CT Scan
Alfred PF. 2008 PDPI. 2011 Bensel L. 1987 Catherine L. 2014
PENATALAKSANAAN

Pilihan Terapi

Terapi
Observasi Aspirasi Pleurodesis Torakoskopi
Operatif

Alferd PF. 2008


TUBERCULOSIS PARU
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Infeksi Biomolekuler
Mycobacterium Tuberculosis complex • Batang lurus
• (-) spora (-) kapsul
• Lebar 0,3-0,5 um
• Panjang 1-4 um
TUBERCULOS

• Asam mikolat,
complex waves,
trehalosa dimikolat
TB Primer Sarang primer / afek primer Kompleks primer
IS

Tuberculosis bentuk dewasa


TB Post primer Berasal dari TB primer
(localized tuberculosis)

Sekitar 75% pasien TB


WHO 2013 : 8,6 juta 1,1 juta orang (13%) 170.000 orang adalah kelompok usia
450.000 orang TBMDR
kasus TB di tahun 2012 Pasien TB+HIV meninggal dunia paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun)

PDPI. 2011
KLASIFIKASI
Tuberkulosis
Ekstraparu

Tuberculosis TB di luar TB di luar


Paru
paru ringan paru berat

Berdasarkan Berdasarkan
hasil BTA penderita

Tuberkulosis Tuberculosis Kasus kambuh Kasus pindahan Kasus lalai


Kasus baru Kasus gaga Kasus kronik
paru BTA (+) paru BTA (-) (relaps) (transferrin berobat

PDPI. 2011
DIAGNOSIS TUBERCULOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS a. Suara napas bronkial
A. Gejala Klinik b. Amforik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi c. Suara napas melemah
2 golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala d. Ronki basah
sistemik.
e. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma
a. Gejala Respiratorik
i. Batuk ≥ 3 minggu dan mediastinum
ii. Batuk darah f. Pleuritis tuberkulosa : pekak pada
iii. Sesak napas perkusi, suara napas melemah sampai
iv. Nyeri dada tidak terdengar pada sisi yang terdapat
b. Gejala Sistemik cairan
i. Demam g. Limfadenitis tuberkulosa : pembesaran
ii. Gejala sistemik lain : malaise, keringat
KGB, tersering pada daerah leher,
malam, anoreksia, berat badan
menurun
kadang-kadang diketiak.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang • BACTEC
• Pemeriksaan Bakteriologik • Pemeriksaan cairan pleura
• Pemeriksaan Radiologik • Histopatologi jaringan
• Polymerase Chain Reaction (PCR) • Uji tuberkulin
• Pemeriksaan Serologi • Pemeriksaan darah
• IGRA

PDPI. 2011
TATALAKSANA
Obat anti Pengobatan Terapi Tindakan Invasif
tuberkulosis Suportif pembedahan lain

Penderita rawat jalan Indikasi Mutlak


• Makan bergizi • Batuk darah yang tidak bisa
• Penurun demam diatasi secara konservatif
Lini 1 • Obat mengatasi gejala batu sesak • Fistula bronkopleura dan empiema Bronkoskopi

Penderita rawat inap Indikasi Relatif


• Indikasi rawat inap : Batukd • Kerusakan satu paru atau lobus
darah, pneumotoraks, empyema, dengan keluhan
Lini 2 efusi pleura massif, sesak napas • Sisa kaviti menetap Pungsi pleura
berat

KRITERIA SEMBUH
 BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir Pemasangan WSD

pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat


 Pada foto thoraks, gambaran radiologik serial tetap sama/perbaikan
 Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

PDPI. 2011
TATALAKSANA
Jenis obat (lini 1) : Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) kombinasi dosis tetapi
• Rifampisin ini terdiri dari :
• INH • Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
• Pirazinamid isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg
• Etambutol • Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
Jenis obat tambahan
DOSIS OAT
lainnya (lini 2) : i. Rifampisin : 10 mg/kgBB, maksimal 600 mg 2-3 x/minggu atau
• Kanamisin ii. INH 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg, 10 mg/kgBB 3x seminggu, 15
• Kuinolon mg/kgBB 2x seminggu atau 300 mg/hari untuk dewasa intermitten : 600
• Obat lain : Makrolid, mg/kali
amoksilin + asam iii.Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kgBB, 35 mg/kgBB 3x seminggu
klavulanat iv. Etambutol : fase intensif 20 mg/kgBB, fase lanjutan 15 mg/kgBB, 30
mg/kgBB 3x seminggu, 45 mg/kgBB 2x seminggu
• Derivat rifampisin dan
v. Stretomisin : 15 mg/kgBB
INH

PDPI. 2011
WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

Water Sealed Drainage (WSD) → sistem


Tujuan utama pemasangan
drainase kedap air (water sealed) →
WSD → membuat tekanan
mengalirkan udara dan atau cairan dari
intra pleura positif →
rongga pleura
negatf kembali

Fungsi pemasangan WSD :


• Diagnostik : menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil
• Terapi : mengeluarkan darah, cairan, atau udara
• Preventif : mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura
Indikasi Kontraindikasi
• Pneumotoraks- • tidak ada kontraindikasi absolut
massif,tension,progresif kecuali menempelnya paru
• Hemotoraks menempel di dinding dada atau
• Luka tusuk dada ada giant bullae
• Empiema • Kontraindikasi relative →
• Pleurodesis gangguan pembekuan darah yang
• Pasca bedah toraks tidak terkontrol
• Fistel bronkopleura
• Chylotoraks
• Effusi pleura masif
PRINSIP WATER SEAL DRAINAGE

• Gravitasi → udara dan cairan mengalir dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih
rendah
• Udara / cairan menghasilkan tekanan positif (>736 mmHg) dalam rongga pleura
• Udara / cairan water seal pada selang dada menghasilkan tekanan positif kecil
(761 mmHg)
• Suction, kekuatan tarikan lebih kecil dari tekanan atmosfir (760 mmgHg)
• Suction kekuatan -20 mmHg → tekanan sub atmosfir 746 mmHg →
udara/cairan berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah
SISTEM PLEURAL DRAINAGE

• Bottle Collecting system


• Sistem satu botol / one bottle collection system
• Sistem dua botol
• Sistem tiga botol
• One Way Flutter valve

Sistem Satu Botol


• Saat tekanan selang kaku menjadi positif dan
tekanan dalam selang kaku lebih besar daripada
maka udara/cairan akan masuk ke dalam botol dan
dikeluarkan lewat lubang ventilasi
• Jika tekanan pleura negative maka cairan dalam
botol akan masuk ke selang kaku atau ke arah
rongga pleura
Sistem Dua Botol
• Botol pertama sebagai penampung/drainase. Botol kedua
sebagai water seal
• Keuntungannya → water seal tetap pada satu level.
Dapat dihubungkan serangan suction control
• Baik di gunakan untuk evakuasi cairan

Sistem Tiga Botol


• Botol pertama → penampung / drainase. Botol kedua
→ water seal. Botol ke tiga sebagai suction kontrol,
tekanan dikontrol dengan manometer.
• Digunakan bila menggunakan continues suction/
mesin penghisap
• Bila menggunakan mesin penhisap daapt
menggunakan tekanan -15 sampai -20
ONE WAY FLUTTER VALVE

• Dibuat dengan prinsip klep satu arah yang akan menutup bila
tekanan dalam pleura lebih kecil dari tekanan atmosfir dan
membuka jika sebaliknya. Disarankan untuk pneumotoraks
tanpa cairan
PEMBAHASAN
Pria usia 39 tahun
Diagnosis : Pneumothorax Spontan Sekunder Dextra et
causa Suspek TB paru

• Diagnosis
• Tatalaksana
• Prognosis
• Tindak lanjut
PNEUMOTHORAX SPONTAN SEKUNDER DEXTRA
ANAMNESIS
TEORI KASUS
• 95% pasien yang mengalami • Sesak napas
pneumothorax ditemukan adanya sesak.
Gangguan pleura parietaslis/visceralis ->
menciptakan one way valve -> udara
mengisi rongga pleura -> peningkatan
tekanan ipsilateral hemotoraks ->
penurunan ekspansi dinding dada ->
peningkatan usaha bernapas -> sesak
napas

Narasimhan P. 2013 Alfred PF.2008 PDPI,2011


PNEUMOTHORAX SPONTAN SEKUNDER DEXTRA
PEMERIKSAAN FISIK

TEORI KASUS
• Pneumothorax -> hubungan antara alveoli dan • Frekuensi napas 26x/menit, asimetris
rongga pleura -> udara dari paru memasuki • Dinding dada kiri dan kanan asimetris,
rongga pleura -> ⇑tekanan intra pleural-> kolaps hemitoraks kanan lebih tertinggal saat bernapas
area paru-> ⇓compliance paru-> peningkatan • Retraksi (+) daerah supraklavikula dan interkosta
usaha bernapas -> penggunaan otot bantu napas • Frenitus taktil dada kanan (-)
• Kolaps paru -> ⇑ resonansi suara pada paru -> • Hiperkspansi dinding dada kanan
perkusi hipersonor dan fremitus vocal dirasakan • Hipersonor perkusi dada kanan
melemah sampai tidak ada • Suara napas (-) pada dada kanan

Narasimhan P. 2013 Alfred PF.2008 PDPI,2011


PNEUMOTHORAX SPONTAN
SEKUNDER DEXTRA
PEMERIKSAAN PENUNJANG

TEORI KASUS

• Pasien pneumothorax didapatkan gambaran • Sinus costofrenikus kanan tumpul


radiologis tepi luar pleura visceralis (dan paru) • Tampak lesi hiperlusen avaskuler di hemitoraks
terpisah dari pleura parietalis (dan dinding dada) kanan atas hingga bawah
dengan adanya ruang gas lusen tanpa adanya • Dengan atelektasis paru complete patu kanan
pembuluh darah pulmoner

Narasimhan P. 2013 Alfred PF.2008


TUBERCULOSIS PARU
ANAMNESIS
TEORI KASUS
• Sesak : inflamasi lokal jaringan • Sesak napas
akibat infeksi bakteri -> akumulasi • Batuk
eksudat, debris sel, cairan serosa
dan fibrin -> ⇓ efisiensi pertukaran
gas
• Batuk : iritasi pada saluran napas
dan kegagalan proses bersihan
siliar -> terjadi stimulasi reseptor
batuk

Narasimhan P. 2013 Alfred PF.2008 PDPI.2011


TUBERCULOSIS PARU
PEMERIKSAAN FISIK
TEORI KASUS
• Pada pasien dengan TB paru sering • IMT pasien Underweight
mengalami anoreksi dan berat badan • Auskultasi pulmo sinistra : Suara
nurun vesikuler ⇓, Ronki (+)
• kelainan paru pada umumnya terletak
pada lobus superior terutama daerah apex
dan segmen posterior, serta daerah apex
lobus inferior, dapat ditemukan suara
napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah

PDPI. 2011
TUBERCULOSIS PARU
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

TEORI KASUS
• Bayangan berawan/nodular di segmen apical dan • Tampak bercak infiltrate di lapang atas hingga bawah
segmen superior lobus bawah paru kiri
• Kaviti, terutama lebih dari satu di kelilingi oleh
bayangan opak berawan atau nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral atau bilateral

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan peunjang maka pasien di diagnosis TB paru klinis
dimana diperlukan pemeriksaan BTA ataupun TCM untuk menegakkan diagnosis TB paru pada pasien ini.

PDPI. 2011
TATALAKSANA
TEORI KASUS

• Ceftriaxone -> sefalosporin generasi ke 3 -> golongan • Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr


betalaktam -> dosis 1-2 gram/hari. Pada infeksi berat • Injeksi Moxiflocaxin 1x400 mg
dapat hingga 4gr/hari • Injeksi Azithromycin 1x500 mg
• Moxifloxacin -> golongan fluoroquinolone -> dosis • Injeksi. Cefixime 2x200 mg
1x400 mg/hari selama 10 hari • FDC 4x1 per oral
• Azithromycin -> golongan makrolid -> dosis 1x500
mg selama 3 hari
• Cefixime -> sefalosporin generasi ke 3 -> Dosis :
2x50-100 mg pada infeksi berat 2x200 mg per hari
• FDC terdiri dari 2-4 kombinasi obat dalam satu tablet.
Paket FDC tahap intensif : 1 tablet mengandung 4
jenis obat : Rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg,
Pyrazinamide 400 mg, dan etambutol 275 mg

Farmakolgi, 2015
TATALAKSANA
TEORI KASUS

• Ranitidine -> antagonis reseptor H2 bekerja dengan • Injek ranitide 2x50 mg


cara memblok reseptor histamin pada sel parietal -> • Injeksi ketorolac 3x3
dosis : 50 mg diencerkan sampai 20 ml diberikan • B6 per oral 1x1
selama tidak kurang dari 2 menit; dapat diulang 6-8
jam
• Ketorolac -> OAINS memiliki aktivitas analgetic dan
anti-inflamasi-> dosis ketorolac : dosis awal 10 mg
diberikan tidak kurang dari 15 detik, kemudian 10-30
mg setiap 4-6 jam (k/p)
• B6 (pyridoxine) -> diindikasian untuk mencegah atau
mengobati defisiensi B6-> indikasi lain mencegah atau
mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya
isoniazid, sikloserin, hidralazinem, penicillamine.

Farmakolgi, 2015
TATALAKSANA
TEORI KASUS

• Infus hyrdormal diindikasikan untuk koreksi dari • Infus Hydormal 16 tpm


penurunan volume cairan ekstraseluler dan atau • Tindakan pemasangan Water Sailed Drainage (WSD)
interstitial. Dimana mengandung kalori, elektrolit dan
air. Per 1000 ml terkandung Na 130 meq, Cl 109 meq,
K 4 meq, Ca 2,7 meq, lactate 20 meq, maltose 50 g,
(Nacl 6 g, KCL 0,3g, CaCl 0,2 g, Na lactate 3,1 g)
Osmolaritas : 412 mOsm: 2000 kalori.
• WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke
rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem
penjepit bedah. Indikasi pemsangan WSD adalah
hematotoraks dan pneumothroaks

Farmakolgi, 2015
PROGNOSIS

• Prognosis pada pasien ini

 Ad Vitam : ad bonam

 Ad Functionam : dubia ad bonam

 Ad Sanationam : dubia ad bonam

RCOG, 2011
TINDAK LANJUT
• Dilakukan rawat jalan jika Pneumothorax telah diatasi dan paru
telah mengembang dan pernapsan baik
• Diedukasi untuk tidak berpergian via transportasi udara atau
melakukan scuba diving minimal selama 2 minggu
• Diperlukan pemeriksaan TCM untuk menegakkan diagnosis pasti
TB paru
• Diedukasikan mengenai pengawasan ketaatan minum obat dan
kontrol secara teratur pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan

Mawarni PA, 2018


KESIMPULAN
• Tn. Y usia 39 tahun dengan Spontan Sekunder Dextra et causa TB
paru klinis
• Dignosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
• Terapi : Antibiotik dan OAT, Terapi simptomatik, pemberian
kebutuhan nutrisi dan cairan, serta pemasangan WSD
• Prognosis ad bonam karena pasien telah dilakukan tatalaksana yaitu
pemasangan WSD untuk penanganan pneumothorax dan terapi
antibotik untuk penanganan dari underlying disease penyebab
pneumothorax pada pasien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai