Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

EPIDEMIOLOGI KLINIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Pendidikan


Profesi Dokter Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas

Disusun Oleh :
Lika Hanifah, S.Ked
196100802021

Penguji :
Ravenalla Abdurrahman Al Hakim Sampurna Putra S. SKM., MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2021
REFERAT

EPIDEMIOLOGI KLINIS

Diajukan oleh :

LIKA HANIFAH, S.KED

196100802021

Telah disetujui oleh :

Penguji

Ravenalla A.A.H.S.P.S.,SKM.,MPH

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa referat ini adalah murni ide saya yang diarahkan
dan diberikan bimbingan penuh oleh seluruh pembimbing saya dan tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat pula karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain terkecuali yang secara
jelas tertulis mengacu dan disebutkan di dalam daftar pustaka. Namun apabila di
kemudian hari ternyata di dalam referat ini terdapat tindakan plagiat ataupun
menggunakan jasa orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Universitas Palangka
Raya.

Palangka Raya, September 2021

Lika Hanifah

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga referat dengan
judul “EPIDEMIOLOGI KLINIS” dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan referat ini terdapat banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi
namun pada akhirnya dapat dilalui berkat adanya bimbingan, arahan, dukungan, dan
bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Rasa hormat dan terima
kasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan doa semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Amin ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan referat ini. Akhir kata penulis
berharap referat ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak dan masukan bagi
pembaca.

Palangka Raya, September 2021

Lika Hanifah

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAAN .................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 2
2.1 Definisi ........................................................................................................... 2
2.2 Pendekatan Epidemiologi Klinis .................................................................... 3
1. Normal dan abnormalitas ............................................................................... 3
2. Diagnosis ........................................................................................................ 3
3. Frekuensi ........................................................................................................ 5
4. Risiko.............................................................................................................. 5
5. Prognosis ........................................................................................................ 6
6. Pengobatan ..................................................................................................... 7
7. Penyebab ........................................................................................................ 7
5. Pencegahan ..................................................................................................... 7
2.3 Riwayat Alamiah dan Pencegahan Penyakit ................................................ 10
1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit ............................................................. 10
2. Tahapan-Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit ............ Error! Bookmark not
defined.
3. Manfaat Mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit........ Error! Bookmark not
defined.
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan
penyakit, serta upaya pengendalian penyakit tersebut. Menurut International
Epidemiological Association epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi
dan determinan (faktor yang menentukan) dari keadaan atau peristiwa terkait
kesehatan pada populasi tertentu, dan aplikasi dari ilmu tersebut untuk
mengendalikan masalah kesehatan. Ilmu epidemiologi telah berkembang sangat pesat
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga ilmu ini hampir mencakup seluruh aspek
kehidupan, tidak hanya mengenai penyakit menular tetapi juga mencakup aspek
sosial perilaku hingga genetik dan biologi molekuler telah menjadi kajian
epidemiologi.1
Epidemiologi klinis adalah penerapan prinsip-prinsip dan metode epidemiologi
untuk masalah yang terdapat dalam ilmu kedokteran klinis. Tujuan dari epidemiologi
klinis sendiri yaitu untuk menggunakan metode epidemiologi dalam observasi klinis
dan interpretasi yang mengacu pada suatu kesimpulan yang tepat berdasarkan prinsip
dasar ilmiah sehingga bisa menghasilkan kesimpulan yang tepat dan terpercaya dalam
pengelolaan pasien. Epidemiologi klinis berasal dari dua disiplin utama yaitu medis
klinik dan epidemiologi.2,3
1.2. Tujuan Penulisan
Referat ini disusun untuk membantu memberikan informasi dan bahan belajar
dalam memahami prinsip dasar epidemiologi klinis.
1.3. Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca
khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya agar
dapat mengetahui dan memahami lebih dalam epidemiologi klinis.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Epidemiologi secara terminologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 3
kata yaitu epi (di atas/di antara/ yang di antara), demos (populasi, orang, masyarakat),
dan logos (ilmu). Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,
penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi dan
distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi
juga meliputi pemberian ciri pada distribusi ststus kesehatan, penyakit, atau masalah
kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama,
pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan sebagainya.3,4
Epidemiologi klinis (clinical epidemiology) sudah dikenal 50 tahun yang lalu
ketika John R Paul mendefinisikan epidemiologi klinik “a marriage between
quantitative concepts used by epidemilogists to study disease in populations and
decision making in the individual case which is the daily fare of clinical medicine”,
yang dapat didefiniskan epidemiologi klinik adalah perkawinan antara konsep
kuantitatif yang digunakan ahli epidemiologi untuk mempelajari penyakit pada
populasi dan pengambilan keputusan pada individu kasus yang merupakan kegiatan
sehari-hari kedokteran klinis. Definisi tersebut mengartikan epidemiologi klinik
merupakan ilmu yang berasal dari dua disiplin induk, kedokteran klinis (clinical
medicine) dan epidemiologi. Disebut clinical karena epidemiologi klinis bertujuan
membantu klinisi untuk membuat keputusan klinis dengan lebih baik untuk pelayanan
pasien, menyangkut diagnosis, kausa, prognosis, terapi, maupun pencegahan.
Epidemiologi klinis disebut epidemiologi karena semua prinsip, konsep, dan metode
yang digunakan untuk membuat keputusan klinis pasien diadopsi dari prinsip, konsep
dan metode kuantitatif epidemiologi populasi.5

2
2.2. Pendekatan Epidemiologi Klinis
2.2.1. Normal dan abnormalitas
Normalitas dan abnormalitas seseorang ditentukan dengan distribusi
kekerapan yaitu mean, median, dan sebarannya. Namun untuk menentukan
kriteria abnormal tidak mudah karena penyakit terjadi secara bertahap. Dalam
fenomena kedokteran, kriteria normal atau abnormal biasanya ditetapkan melalui
alat ukur. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk membantu para klinisi
dalam menentukan batas normal dan abnormalitas adalah:6
1. Normal adalah suatu keadaan yang pada umumnya terjadi (Normal adalah
Umum)
Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu atau kedaan yang biasanya
terjadi dan sering terjadi sedangkan abnormal adalah hal yang tidak lazim dan
tidak sering terjadi. Kelemahan akan hal ini adalah tidak adanya dasar biologis
untuk dignakan sebagai petunjuk baku ke arah abnormalitas
2. Abnormalitas berassosiasi dengan penyakit
Kriteria ini didasakan pada distribusi dari pengamatan yang dilakukan
terhadap orang sehat maupun yang sakit. Dalam hal ini erat kaitannya dengan
sensitivitas dan spesifitas. Dimana sensitivitas merupakan proporsi dari orang
yang benar-benar sakit, yang kemudian dikategorikan sebagai keadaan
abnormal berdasarkan uji atau tes. Sedangkan spesifitas merupakan proporsi
dari orang-orang yang sehat atau normal.
3. Abnormal sebagai keadaan yang dapat diobati
Dengan semakin meningkatnya teknologi kedokteran, semakin memberikan
peluang untuk dapat meneliti berbagai masalah kesehatan atau penyakit yang
pada akhirnya bertujuan untuk dapat menemukan obat yang mutakhir,
sehingga hampir seluruh penyakit dapat diobati.
2.2.2. Diagnosis
Uji diagnostik diartikan sebagai hasil tes yang dilakukan di laboratorium,
atau informasi klinik yang didapat dari anamnesis (riwayat penyakit),

3
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis merupakan proses yang
tidak pasti karena hanya berupa kemungkinan. Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan adanya gold standard atau patokan baku emas dalam menentukan
hasil diagnosis yang tepat yaitu tes yang sensitif dan tes spesifik. Tujuan dari
melakukan uji diagnostik adalah untuk membantu memastikan diagnosis yang
paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya diagnosis itu
merupakan sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji diagnostik
seharusnya dilakukan dengan prosedur ilmiah seperti layaknya sebuah penelitian.
Namun hal ini tidak akan mungkin dapat dilakukan pada kasus yang memang
membutuhkan tindakan klinis segera. Berikut digambarkan hubungan antara
sebuah hasil uji diagnostik dengan keberadaan penyakit:5,6
1. True positif (a): menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita
penyakit dengan hasil tes yang positif
2. True negatif (d): menunjuk pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan
hasil tes yang negative

3. False positif ( ) : menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak

sakit tetapi tes menunjukkan hasil yang positif


4. False negatif ) : menunjuk pada banyaknya kasus yang sebenarnya

menderita penyakit tetapi hasil tes negative


5. Sensituvitas ( : probabilitas hasil uji positif pada orang yang menderita

penyakit

6. Spesifisitas ) : probabilitas hasil uji negatif pada orang yang tidak

menderita penyakit

4
Tabel 2.1 Hubungan Antara Hasil Uji Diagnostik
Penyakit Jumlah
Ada Tidak ada
(a) (b)
Positif Positif sebenarnya Positif palsu a+b

Hasil Uji True positif False positif


Diagnostik (c) (d)
Negatif Negatif palsu Negatif sebenarnya c+d

False negatif True negative

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

2.2.3. Frekuensi
Hasil observasi klinis biasanya dinyatakan dalam bentuk ukuran antara lain
jumlah kasus proporsi, insidensi, prevalensi, dan rasio.
2.2.4. Risiko
Faktor risiko penyakit merupakan suatu kondisi atau sifat fisik atau
perilaku yang dapat meningkatkan probabilitas kejadian penyakit pada manusia.
Faktor risiko berguna dalam prediksi kejadian penyakit mempelajari penyebab
penyakit, membantu menegakkan diagnosis, menentukan prognosis dan untuk
pencegahan penyakit. Jenis-jenis faktor resiko, yaitu:6
1. Faktor lingkungan
2. Faktor perilaku
3. Faktor biologis
4. Faktor sosial
5. Faktor genetik

5
2.2.5. Prognosis
Prognosis merupakan prediksi tentang kelangsungan sebuah penyakit yang
mencerminkan sebagai probabilitas akan perkembangannya pada masa atau tahap
selanjutnya. Prediksi tersebut didasarkan kepada kelompok penderita tertentu dan
hasilnya dapat berbeda untuk penderita secara individual. Pengetahuan tentang
kecenderungan prognosis ini sangat membantu untuk menentukan pengobatan
yang tepat. Dalam hal ini, informasi epidemiologis sangat diperlukan untuk
melakukan prediksi-prediksi tentang prognosis dan akibat penyakit. Hal ini
disebabkan pengalaman klinis yang hanya mengandalkan pada sejumlah
penderita yang terbatas saja dan follow -up yang tidak adekuat, tidak cukup
memadai untuk melakukan prediksi tentang prognosis penyakit. Prognosis dalam
pengertian mortalitas diukur sebagai tingkat fatalitas kasus (Case Fatality Rate)
atau Probabilitas Kelangsungan Hidup. Sedangkan metode yang digunakan untuk
mengukur prognosis adalah analisis survival (Survival Analysis).3
Studi prognostik bertujuan menyajikan kemungkinan suatu kejadian dalam
perjalanan klinis seorang pasien dengan profil tertentu; kemungkinan ini
diestimasi dari insidens empiris perjalanan klinis pada sekelompok pasien dengan
profil yang sama. Yang menjadi objek pada studi prognostik adalah insidens
suatu keadaan/kejadian sebagai fungsi dari faktor prognostik. Gambaran
prognosis terdiri atas: 6
1. Harapan hidup 5 tahun, yaitu persentase penderita yang mampu hidup selama
5 tahun dari saat tertentu dalam perjalanan penyakitnya.
2. Kausa fatal, yaitu persentase penderita yang mati karena penyakit itu.
3. Respon, yaitu persentase penderita yang menunjukkan adanya perbaikan
setelah adanya intervensi.
4. Remisi, yaitu persentase pasien yang mencapai fase dimana penyakit tidak
dapat dideteksi.
5. Kambuh, yaitu persentase penderita yang kembali sakit setelah lewat fase
bebas penyakit.

6
2.2.6. Pengobatan
Merupakan upaya untuk penyembuhan dan untuk menghindari cacat dari
penyakit atau suatu teknik pengobatan yang diperoleh melalui uji klinik.6
2.2.7. Penyebab
Merupakan kondisi yang menimbulkan penyakit dan patogenesis. Bukti
suatu kejadian penyakit memiliki hubungan sebab-akibat antara lain:5
1. Temporal, yaitu kausa mendahului efek
2. Kekuatan, resiko penyakit relatif besar
3. Respon terhadap dosis, semakin besar paparan maka kejadian penyakit
semakin tinggi
4. Reversibilitas, yaitu penurunan paparan diikuti dengan penurunan penyakit
5. Konsistensi, kejadian jika berulang akan menghasilkan dampak yang sama
6. Spesifitas, artinya satu penyebab hanya menimbulkan satu efek
7. Analogi, yaitu hubungan sebab-akibat telah terbukti untuk penyakit yang sama
2.2.8. Pencegahan
Pencegahan bertujuan untuk tidak mencapai sakit dan mencegah perjalanan
penyakit. Tingkat pencegahan yaitu: 5
1. Primordial prevention
2. Primary prevention
Primary prevention atau pencegahan primer ini dapat dilakukan selama fase
pre pathogenesis yaitu terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Pencegahan dalam arti sesungguhnya merupakan terjadinya sebelum sakit
atau ketidakfungsian dan diaplikaskan ke dalam populasi sehat pada
umumnya. Pencegahan primer merupakan suatu usaha agar masyarakat yang
berada dalam stage of optimum health tidak jatuh ke dalam stage yang lebih
buruk. Pencegahan primer ini melibatkan tindakan yang diambil sebleum
terjadinya masalah kesehatan dan mencakup aspek promosi kesehatan dan
perlindungan. Dalam aspek promosi kesehatan, pencegahan primer berfokus
pada peningkatan kesehatan secara keseluruhan dari mulai individu, keluarga,

7
dan kelompok masyarakat. Perlindungan kesehatan ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan yang spesifik. Contohnya seperti
dilakukannya vaksinasi Covid-19 di puskesmas sebagai pelindung untuk
penyakit Covid-19. Aspek perlindungan kesehatan dari pencegahan primer ini
juga dapat melibatkan, mengurangi, atau menghilangkan faktor risiko sebagai
cara untuk mencegah penyakit. Primary prevention dilakukan dengan 2
bentuk kegiatan, yaitu:
a. Health promotion atau peningkatan kesehatan
Peningkatan status kesehatan masyarakat, dengan melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
- Pendidikan kesehatan
- Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM)
- Pengamatan tumbuh kembang anak atau growth and development
monitoring
- Pengadaan rumah sehat
- Pengendalian lingkungan masyarakat
- Program pemberantasan penyakit tidak menular (P2M)
- Simulasi dini dalam kesehatan keluarga dan asuhan pada anak atau
balita penyuluhan tentang pencegahan penyakit
b. General and specific protection (perlindungan umum dan khusus)
Merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara
khusus dan umum terhadap seseorang atau masyarakat, antara lain:
- Imunisasi balita
- Hygiene perorangan
- Perlindungan diri dari terjadinya kecelakaan
- Perlindungan diri dari lingkungan kesehatan dalam kerja
- Perlindungan diri dari karsinogen, racun, dan alergen
3. Secondary prevention (pencegahan sekunder)

8
Pada pencegahan tingkat ini memfokuskan pada upaya penemuan kasus
secara dini atau awal dan pengobatan tepat dan adekuar. Pencegahan sekunder
ini dilakukan mulai saat fase patogenesis (masa inkubasi) yang dimulai saat
bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologik sehingga akan dapat memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. Pencegahan
terhadap masyarakat yang masih atau sedang sakit dengan 2 bentuk kegiatan
a. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan
segera atau adekuat)
Yang merupakan kegiatan early diagnosis and prompt treatment yaitu
pemeriksaan kasus dini, pemeriksaan umum lengkap, pemeriksaan masal,
survey terhadap kontak, sekolah dan rumah, kasus, dan pengobatan
adekuat.
b. Disability limitation (pembatasan kecacatan)
Penyempurnaan dan intensifikasi terhadap terapi lanjutan, pencegahan
komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial
penderita merupakan bentuk kegiatan pembatasan kecacatan.
4. Tertiary prevention
Yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yang telah sembuh dari sakit
serta mengalam kecacatan. Contoh dari kegiatannya, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan lanjutan
b. Terapi kerja
c. Perkambungan rehabilitasi sosial
d. Penyadaran terhadap masyarakat
e. Lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat

Upaya pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau ketidakmampuan


terjadi penyembuhan hingga stabil/menetap atau tidak dapat diperbaiki.

9
Dalam pencegahan ini dapat dilaksanakan melalui program rehabilitas untuk
mengurangi ketidakmampuan dan meningkatkan efisiensi hidup penderita.
Kegiatan rehabilitasi ini dapat meliputi aspek medis dan sosial. Pencegahan
tersier dilaksanakan pada fase lanjut proses patogenesis suatu penyakit atau
gangguan pada kesehatan. Penerapannya pada upaya pelayanan kesehatan
masyarakat melalui program Public Health Nursing (PHN) yaitu merawat
penderita penyakit kronis di luar pusat pelayanan kesehatan yaitu di rumahnya
sendiri. Dengan demikian pada tahap patogenesis ini dimaksudkan untuk
dapat memperbaiki keadaan masyarakat yang sudah jatuh pada tahap sakit
ringan, sakit, dan sakit berat agar dapat memungkinkan kembali ke tahap
sehat optimum.

2.3. Riwayat Alamiah dan Pencegahan Penyakit


2.3.1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit
Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan penyakit secara alamiah
dimulai dari masa sebelum sakit hingga masa akhir penyakit dengan tanpa adanya
intervensi dari luar. Menurut Centers for Disease Control (CDC) Tahun 2010
menyatakan bahwa riwayat alamiah penyakit merupakan perjalanan alamiah time
atau waktu dan perkembangan penyakit pada individu, diawali pada saat paparan
dengan penyebab penyakit kausal hingga akhir dari penyakit, apakah seseorang
tersebut mengalami kesembuhan, kematian, kecacatan tanpa adanya campur
tangan atau intervensi faktor lain. Pengetahuan mengenai riwayat alamiah
penyakit disamping pemahaman tentang suatu penyebab adalah penting untuk
tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit1.
2.3.2. Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit
Tahapan-tahapan riwayat alamiah penyakit sebagai berikut1:
1. Tahap Pre-pathogenesis
Pada tahap ini sebenrnya sudah terjadi interaksi antara pejamu (host)
dengan bibit penyakit (agent). Tetapi interaksi ini masih berada di luar

10
tubuh, dalam arti bibit penyakit (agent) belum masuk ke dalam tubuh
pejamu (host). Sehingga pejamu (host) tidak tampak adanya keluhan
sakit karena pada keadaan seperti ini penyakit belum ditemukan dan
daya tahan tubuh host masih kuat.
2. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah masa masuknya penyakit dalam tubuh sampai
munculnya gejala sakit. Definisi lain menyebutkan tahap inkubasi
adalah periode waktu sejak masuknya penyebab awal pada pejamu
hingga timbulnya manifestasi klinis dari suatu penyakit infeksi. Masa
inkubasi suatu penyakit sangat penting diketahui untuk
mengidentifikasi jenis penyakitnya dan bermanfaat untuk informasi
diagnosis.
3. Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini adalah tahap pada saat host dalam kondisi sakit
dini. Pada umumnya penyakit yang diderita host masih ringan. Pada
tahap ini merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat
karena apabila host mengganggap sepele masalah penyakit dini
biasanya adanya penyakit lanjutan yang lebih parah sehingga
penyakitnya terlambat dalam pengobatan.
4. Tahap penyakit lanjut
Tahap penyakit lanjut adalah host dalam kondisi sakit berlanjut. Pada
tahap ini penyakit bertambah hebat dengan segala kelainan patologis
dan gejalanya. Pada tahap ini host atau penderita datang ke fasilitas
kesehatan untuk melakukan pengobatan dan perawatan.
5. Tahap Akhir Penyakit
Tahap akhir penyakit adalah berakhirnya perjalanan penyakit dapat
berada dalam lima keadaan antara lain:
a. Sembuh sempurna

11
Pada keadaan ini pejamu sembuh secara sempurna artinya bentuk dan
fungsi tubuh kembali kepada keadaan seperti semula sebelum
menderita penyakit.
b. Sembuh dengan cacat
Penyakit yang diderita pejamu telah sembuh tetapi sayangnya sembuh
dalam kondisi cacat. Kondisi cacat tersebut tidak hanya cacat fisik
tetapicacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat
sosial.
c. Karier
Pada tubuh pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu
saat misalnya pada saat kondisi tubuh pejamu menurun penyakit dapat
timbul kembali. Hal ini dapat membahayakan dalam keadaan kesehatan
masyarakat karena merupakan sumber penularan penyakit.
d. Kronis
Pada kondisi ini penyakit yang diderita pejamu bertambah berat yang
sifatnya kronis.
e. Meninggal dunia
Terhentinya perjalanan penyakit ditandai dengan kondisi pejamu tidak
sembuh melainkan meninggal dunia.
2.3.3. Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit
Manfaat dengan mengetahui riwayat alamiah penyakit antara lain1,2:
1. Untuk Diagnostik
Masa inkubasi digunakan untuk pedoman penentuan jenis penyakit.
Sebagai contoh antara penyakit satu berbeda masa inkubasinya dengan
penyakit lainnya. Masa inkubasi diare berdasarkan agent nya sangat
beragam masa inkubasinya. Diare dengan agent Vibrio cholera masa
inkubasinya beberapa jam sampai dengan 5 hari, Salmonellossis masa
inkubasinya 2 – 3 hari, sedangkan diare dengan agent E.coli masa
inkubasinya 3 – 4 hari. Hal ini membantu dalam proses diagnosis sehingga

12
tepat dalam pengobatannya. Jika masa inkubasi tidak diketahui akan sulit
dalam mengambil keputusan pengobatan dan sangat berbahaya jika salah
dalam pengobatan akan merugikan penderita dan akhirnya penyakitnya
akan bertambah parah.
2. Untuk Pencegahan
Apabila mengetahui perjalanan penyakit dapat dilakukan upaya-upaya
pencegahan sesuai dengan tahapannya. Sebagai contoh tahap penyakit dini
akan berbeda upaya preventif nya dengan penyakit lanjut. Pada tahap
penyakit dini agar tidak bertambah parah pada penyakit lanjut maka
penderita harus rutin melakukan pengobatan sesuai standar, sedangkan
pada tahap penyakit lanjut dengan upaya pencegahan bagaimana agar
seseorang tidak drop out dari pengobatannya sehingga tidak memperburuk
kondisi penderita dan dapat memperpanjang harapan usia penderita.
3. Untuk Terapi
Dengan mengetahui perjalanan alamiah penyakit dapat diberikan tindakan
terapi yang tepat sehingga dapat memberikan hasil yang diharapkan. Jika
telah mengetahui masa inkubasi penderita dan dapat menentukan agent dari
penyakit seseorang maka akan mempermudah proses terapi. Terapi yang
tepat kepada pasien akan membantu memulihkan kesehatan pasien, jika
salah akan mengakibatkan resisten terhadap agent sehingga terapi yang
diberikan tidak bermanfaar bagi pasien.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab,
pengendalian, dan faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,
kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi
pemberian ciri pada distribusi ststus kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan
masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang, dan sebagainya. Tujuan dari epidemiologi
klinis adalah untuk menggunakan metode epidemiologi dalam observasi klinis dan
interpretasi yang mengacu pada suatu kesimpulan yang tepat berdasarkan prinsip
dasar ilmiah sehingga bisa menghasilkan kesimpulan yang tepat dan terpercaya dalam
pengelolaan pasien maka dari itu epidemiologi klinis dapat memberikan informasi
bagi para klinis dalam mengelola pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Fletcher, Roberth H, dkk. Sari Epidemiologi Klinik. Yogyakarta: UGM Press.


1991
2. Bhisma M. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM Press.
2003
3. Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
4. Nangi, Guntur Moh. Fitri Yanti SAL. Dasar Epidemiologi. 1 ed. Yogyakarta:
Deepublish; 2019. 1–44 hal.
5. Bhisma Murti (2005). Pengantar Evidence-Based Medicine, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.
6. Knapp RG, Clinton MM. Clinical epidemiology and biostatistics. Unites States:
National Medical Series. 1992

15

Anda mungkin juga menyukai