Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

ACUTE GENERALIZED
EXANTHEMATOUS PUSTULOSIS
(AGEP)
 
dr .Sumi Ramadhani, Sp.PD

Minggu IV
Rizki Rahmadani Dalimunthe 150100004
Anita Rahmawati 150100048
Kobinath Nanda Kumar 100100317
 
Pendahuluan
Erupsi obat alergi dapat memberikan berbagai
macam gejala klinis yang berbeda. Salah satu
bentuk erupsi obat alergi berat adalah
pustulosis eksantema generalisata akut (PEGA)
atau acute generalized exanthematous
pustulosis (AGEP). Insiden PEGA menurut
EuroSCAR sebesar sebesar 1-5 kasus persatu
juta individu setiap tahun dan dapat terjadi
pada semua umur.
Tujuan dan Manfaat Penulisan

01
Dapat mengerti dan memahami tentang
pustulosis eksantema generalisata akut
(PEGA).

02
Dapat menerapkan teori terhadap pasien
dengan pustulosis eksantema generalisata
akut (PEGA).

03
Sebagai persyaratan dalam memenuhi
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedoteran Universitas
Sumatera Utara.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Defenisi
Pustulosis eksantema generalisata akut (PEGA)
atau acute generalized exanthematous pustulosis
(AGEP) adalah suatu varian dari erupsi alergi obat
tipe berat yang ditandai dengan munculnya pustul
steril non folikular di atas kulit eritematosa secara
akut disertai demam.
Epidemiologi

Data dari studi retrospektif tahun 1992-2007 yang dilakukan di


satu pusat kesehatan di Taiwan mendapatkan 16 pasien
yang memenuhi kriteria EuroSCAR scoring system dan
dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan etiologinya; 10
pasien diduga disebabkan oleh obat sistemik dan 6 pasien
yang bukan disebabkan karena obat.
ETIOLOGI
90% kasus PEGA disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap obat

• Pristinemisin, aminopenisilin, kuinolon, hidroksiklorokuin, golongan


Obat resiko sulfonamide, terbinafrin, dan diltiazem
tinggi

• Kortikosteroid, antibiotik golongan makrolid, oxicam anti-inflammasi non-


Obat resiko steroid (AINS), dan semua antiepilepsi kecuali valproic acid
rendah

• Infeksi virus (infeksi parvovirus, sitomegalovirus, dan coxackie B4 virus)


• Pemberian vaksinasi pada populasi pediatri serta gigitan laba-laba juga
Lain -lain diduga menjadi faktor penyebab PEGA
Patofisiologi

Antigen-presenting Fase II, drug-presenting


keratinocytes di MHC Memroduksi kemokin
cells (APCs) mengakti-
kelas I dan sel-sel poten CXCL8
vasi sel T reaktif Langerhans (di MHC kelas (interleukin 8)
spesifik obat I dan II) menstimulasi sel T

Sel T spesifik obat baik Mengawali proses


Sel T menghasilkan
perforin/granzyme B dan CD4(+) maupun aktivasi dan
mengaktifkan mekanisme CD8(+) keduanya perekrutan neutrofil
Fas/FasL-killing yang akan bersifat sitotoksik dan dalam proses
mengakibatkan kematian akan mengakibatkan peradangan dimediasi
keratinosit oleh netrofil pada kulit
sekresi sitokin.

Migrasi neutrofil
Kerusakan jaringan Masuk ke dalam dan
polimorfonuklear
dan memungkinkan mengisi vesikel
(PMN) ini bersamaan
pembentukan vesikel sehingga terbentuk
dengan meningkatnya
subkorneal yang berisi pustul yang steril.
CXCL8 melewati
sel CD4+
Gambaran klinis
Erupsi akut pustul steril non-
folikular diatas kulit yang
eritematosa, diawali ataupun
disertai keluhan pruritus dan
demam (>38°C)
Diagnosis
Anamnesis

 Riwayat penggunaan obat seperti


pristinemisin, aminopenisilin, kuinolon,
hidroksiklorokuin, sefalosforin, golongan
sulfonamide, terbinafrin, dan diltiazem.

 Bercak merah yang timbul biasanya disertai


demam
Pemeriksaan
Fisik
 Demam (>38°C)

 Timbul pustul kecil


seperti kepala pentul
berukuran <5 mm,
berwarna putih, di atas
dasar kulit yang eritema
eksematous dan kadang-
kadang didapatkan
gambaran seperti tanda
Nikolsky yang positif.

Venus
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Labotarium
 Neutrofil (>7.109/l)

 Eosinofilia

 Fungsi renal (kreatinin <60 mL/min)

 Pada PEGA biasanya ditemukan leukositosis


dengan neutrofilia pada 90% kasus dan
eosinofilia pada 30% kasus.
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan histopatologik

 Biopsi dari pustul kecil kemerahan yang umumnya


subkorneal sampai intraepidermal

 Gambaran histopatologik PEGA ditandai pustul


intrakorneal, subkorneal, dan/atau intraepidermal dengan
edema papila dermis berisi infiltrat neutrofil dan
eosinofil.
3. Pemeriksaan imunologik
 Pemeriksaan
imunologik in vivo
(patch test) dan in
vitro (LTT test) dapat
mengindentifikasi
drug-specific T cells
substansi penyebab.
Diagnosis banding
 Psoriasis pustular generalisata (PPG)

 Subkorneal pustulosis (Snedon-Wilkinson disease)

 Sindrom Steven-Johnson/nekrolisis epidermal


toksik (SSJ/NET)
Tatalaksana
 Menghentikan obat penyebab yang biasanya akan diikuti
dengan resolusi.

 Prednison 40-60 mg/hari setara dengan prednison 1-2


mg/kgBB/hari

 Diberikan metilprednisolon berikut untuk taperingnya


dilakukan melalui jalur intravena dengan dosis 62,5 mg.

 Antipiretik dan antihistamin diberikan untuk mengurangi


demam dan pruritus selama bukan sebagai obat penyebab.
Prognosis
● Mortalitas pasien PEGA di bawah 5%. PEGA memiliki prognosis
baik karena cepat mengalami resolusi setelah mendapat pengobatan
dan penghentian obat penyebab. Prognosis buruk sering berkaitan
dengan usia lanjut, infeksi sistemik, disfungsi organ multipel, dan
koagulasi intravaskular diseminata. Pasien dengan risiko kematian
tertinggi adalah yang memiliki komorbid dan keterlibatan difus
membran mukosa dan kulit.
BAB 3
STATUS PASIEN
Tanggal Masuk 22 Desember 2019 Dokter Ruangan:
dr. Jesicca

Jam 10.34 WIB Dokter Chief of Ward:


dr. Ayuhati

Ruang 3.2.6 Dokter Penanggung Jawab:

dr.Masrul, Sp.PD, KGEH

ANAMNESIS PRIBADI
Nama : JP
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Suku : Batak
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 562
Anamnesis Penyakit
● Bintil merah berisi nanah pada seluruh tubuh dialami pasien ± 2 minggu
SMRS dan memberat ± 5 hari ini yang terasa gatal, nyeri dan panas. Awalnya
bercak merah gatal di belakang leher kemudian menyebar ke daerah wajah,
dada, tangan,kaki hingga ke seluruh tubuh disertai bentol-bentol merah
halus. Bintil merah semakin banyak dan kulit tampak bersisik.

● Riwayat demam dijumpai bersifat hilang timbul bersamaan dengan


munculnya bintil, dengan karakteristik demam yang tidak terlalu tinggi dan
turun bila diberi obat penurun panas. Saat ini pasien tidak demam. Nafsu
makan berkurang dijumpai, penurunan berat badan tidak dijumpai.
● Riwayat konsumsi obat dijumpai, yaitu cefadroxil, yang dibeli sendiri untuk
mengobati batuk pasien pada 3 minggu sebelum timbul bentil-bentil merah dan
pasien memutuskan untuk menghentikan obatnya karena ruam muncul dan semakin
banyak.

● Sebelumnya, 1 minggu yang lalu pasien berobat ke dokter spesialis kulit, dan diberi
obat berupa bedak tabur, namun pasien tidak ingat namanya.

● Riwayat alergi obat-obatan, serta makanan tidak dijumpai pada pasien dan keluarga.
Riwayat DM dan hipertensi tidak dijumpai pada pasien maupun keluarganya.

● RPT : Tidak ada


● RPO : Cefadroxil
ANAMNESIS ORGAN
Sesak napas :- Edema : -
Jantung Angina pectoris : - Palpitasi : -
Lain-lain : -

Saluran Batuk-batuk : - Asma, bronkitis : -


pernapasan Dahak :- Lain-lain : -

Nafsu makan : Menurun Penurunan BB : -


Saluran Keluhan menelan : - Keluhan defekasi : -
pencernaan Keluhan perut : - Lain-lain : -

Nyeri BAK : - BAK tersendat : -


Saluran Mengandung batu : - Keadaan urin : normal
urogenital Lain-lain : -
ANAMNESIS ORGAN
Sakit pinggang : - Keterbatasan gerak : -
Sendi dan tulang Keluhan persendian : - Lain-lain : -

Haus/polidipsi : - Gugup : -
Endokrin Poliuri : - Perubahan suara : -
Polifagi : - Lain-lain : -

Sakit kepala : - Hoyong : -


Saraf pusat Lain-lain : -

Pucat : - Perdarahan : -
Darah dan Petechiae : - Purpura : -
pembuluh darah Lain-lain : -

Sirkulasi perifer Claudicatio intermitten : - Lain-lain : -

Anamnesis keluarga Riwayat keluarga tidak ada


FISIK DIAGNOSTIK
KEADAAN UMUM KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Compos mentis Pancaran wajah : Lemas
Tekanan darah : 110/70 mmHg Sikap paksa : -
Nadi : 98 x/menit Refleks fisiologis : ++
Pernapasan : 22 x/menit Refleks patologis : -
Temperatur : 37.10C

Anemia (-), Ikterus (-), Dispnoe (-), Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)

Turgor Kulit : Baik


FISIK DIAGNOSTIK
KEADAAN GIZI
BW = BB / (TB-100) x 100% = 109 %
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 153 cm
IMT : 24,7 kg/m2 (obese)
FISIK DIAGNOSTIK
KEPALA
Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)
Sklera Ikterus (-/-)
Mata
pupil : isokor, ukuran 3 mm, refleks cahaya direk (+/+) indirek
(+/+), kesan: normal
Daun Telinga Normal, Liang Telinga Normal,Membrane
Telinga
Timpani Intact
Hidung Tidak dijumpai deformitas maupun deviasi
Bibir : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Mulut
Lidah : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
Struma tidak membesar, posisi trakea medial,
Leher TVJ : R-2 cm H2O.
Kaku kuduk (-), pembesaran KGB (-), lain-lain (-)
THORAX DEPAN
Bentuk : Simetris fusiformis
Inspeksi
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan paru

Nyeri tekan: Tidak dijumpai


Palpasi Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri, kesan normal
Iktus : Teraba ICS V LMCS
Paru
Batas Paru Hati R/A : Relatif ICS V, Absolut ICS VI
Peranjakan: ± 2 cm
Jantung
Perkusi
Batas atas jantung : ICS II Linea sternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS IV-V LMCS
Batas kanan jantung: ICS V Linea parasternal dextra
Kesan normal

Paru
Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Auskultasi Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1
desah sistolik (-), desah diastolik (-), lain-lain (-)
Heart rate : 98x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi Simetris Fusiformis

Palpasi Stem fremitus kanan =kiri, kesan normal

Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru

Suara Pernafasan : Vesikuler


Auskultasi
Suara Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

ABDOMEN
Bentuk : Simetris
Gerakan usus : Tidak terlihat
Inspeksi Vena kolateral :-
Caput medusa :-
Lain-lain :-

Palpasi Dinding abdomen : Soepel


HATI LIMPA
Permukaan - Pembesaran Schuffner (-), Haecket(-)
Pinggir -
GINJAL
Ukuran -
Ballotement (-) -
Nyeri tekan -

AUSKULTASI
PERKUSI
Peristaltik usus Normoperistaltik
Pekak hati +
Lain-lain -
Pekak beralih -

INGUINAL tdp
PINGGANG
GENITALIA LUAR tdp
Tidak nyeri -
RECTAL TOUCHER tdp
ANGGOTA GERAK ATAS ANGGOTA GERAK BAWAH
Edema - -
Deformitas sendi -
Arteri femoralis + +
Jari tabuh -
Arteri tibialis posterior + +
Tremor ujung jari -
Arteri dorsalis pedis + +
Telapak tangan
-
sembab Refleks KPR ++ ++
Sianosis - Refleks APR ++ ++
Eritema Palmaris - Refleks fisiologis ++ ++
Lain-lain - Refleks patologis - -

Lain-lain - -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
HEMATOLOGI 18/06/2019
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hb g/dL 12,8 12-16


Eritrosit /mm3 4.630.000 4.100.000-5.100.000
Leukosit /mm3 18.120 4.000-11.000
Trombosit /mm3 201.000/uL 150.000-450.000
Hematokrit % 38 36-47
Eosinofil % 20,50 1,00-3,00
Basofil % 0,30 0,00-1,00
Neutrofil % 61,60 50,00-70,00
Limfosit % 11,10 20,00-40,00
Monosit % 6,50 2,00-8,00
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
URINALISIS 18/06/2019
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL NILAI RUJUKAN

Warna Kuning Kuning


Kejernihan Jernih Jernih
Bau Negatif Negatif
Buih + + (Normal)
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
RESUME

Keluhan Utama Pustul eritematosa dasar eritema


Telaah -Hal ini dialami ± 2 minggu SMRS dan memberat ± 5 hari ini. Bintil
terasa gatal, nyeri dan panas. Diawali bercak merah gatal di belakang
leher yg menyebar hingga ke seluruh tubuh disertai bentol-bentol
merah halus. Diikuti kulit bersisik.
-Riwayat demam (+) hilang timbul bersamaan dengan bintil, demam
yang tidak terlalu tinggi dan turun bila diberi obat penurun panas.
Saat ini demam (-). Nafsu makan berkurang dijumpai, penurunan
berat badan tidak dijumpai.
-Riwayat konsumsi obat (+), yaitu cefadroxil, yang dibeli sendiri
ANAMNESA untuk mengobati batuk pasien pada 3 minggu sebelum timbul bintil-
bintil merah dan pasien memutuskan untuk menghentikan obatnya
karena ruam muncul dan semakin banyak.
-Sebelumnya, 1 minggu yang lalu pasien berobat ke dokter spesialis
kulit, dan diberi obat berupa bedak tabur.
-BAK dan BAB dalam batas normal. Riwayat alergi obat-obatan dan
makanan pada pasien maupun keluarganya (-). Riwayat DM dan
hipertensi (-)
RPT : Tidak jelas
RPO : Cefadroxil
Sensorium Compos Mentis,
Tekanan Darah 110/70 mmHg
Nadi 98x/menit
Pernafasan 22x/menit
Temperatur 37,1 oC
PEMERIKSAAN Abdomen Hati : Permukaan :-
FISIK Pinggir :-
Permukaan :-
Nyeri Tekan :-
Limfa : Pembesaran (-) Schuffner (-), Haecket (-)

Darah Hb : 12.8 g/dL


Eritrosit : 4,63x106/mm3
Leukosit: 18.120x 103/mm3
Trombosit: 201 x 103/mm3
Neutrofil: 11,15x106/mm3
LABORATORIUM Urinalisa Warna : Kuning Protein : (-)
RUTIN Kejernihan : Jernih Reduksi : (-)
Bau : (-) Negatif Bilirubin : (-)
Buih : (+) Normal Urobilinogen : (+)
Feses Rutin Tidak dilakukan pemeriksaan
- Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)
DIAGNOSA BANDING - Psoriasis Pustulosa Generalisata  (PPG)
- Stevens-Johnson syndrome (SJS)
DIAGNOSA SEMENTARA Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)
Aktivitas : Tirah baring
Diet : DIet makan biasa

Tindakan suportif : IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i makro


PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
- Inj. Metil Prednisolon 250 mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
- Klindamisin 4 x 300 mg
- Citirizine tab 1x10 mg
Rencana Penjajakan Diagnostik/
Tindakan Lanjutan

1. Darah lengkap, elektrolit, RFT


2. Foto thorax
3. Cek Ig E
4 Urinalisa
5. Biopsi kulit
BAB IV
FOLLOW UP
Follow up 23/12/2019

S pustul eritematosa dasar eritem dan berskuama diseluruh tubuh


 O Sens: CM, TD: 120/70 mmHg Hr: 100x/i, RR: 20x/i, T: 37ºC
Mata: konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Leher: TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris fusiformis, stem fremitus kanan=kiri, sonor pada kedua paru
SP: vesikuler
ST: -
Abdomen: Tidak membesar, Hepar dan Limpa tidak teraba teraba
Timpani, Normoperistaltik
Ekstremitas: Edema (-/--/-)

A Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)


-Tirah baring
P
- Diet makan biasa
-Infus NaCl 0,2cc
-Ranitidin 50 mg/12 jam IV (H2)
-Metyprednisolon 250 mg/12 jam IV (H2)
- Klimdamisin tab 4x300mg(H2)
- Citirizine tab 1x10mg (H2)

R Cek RFT, Elektrolit


Follow up 26 Desember 2019 (Interna)
S Pustul eritematosa dasar eritema dan berskuama diseluruh tubuh
Sens: CM, TD: 110/70 mmHg Hr: 68x/i, RR: 18x/i, T: 36,7ºC
 O
Mata: konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Leher: TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris fusiformis, stem fremitus kanan=kiri, sonor pada kedua paru
SP: vesikuler
ST: -
Abdomen:Membesar (-) Nyeri tekan (-), Limpa membesar (-)
timpani, normoperistaltik
Ekstremitas: Edema (-/--/-) , pustul eritematous dasar eritema dan berskuama

A Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)


- Tirah baring
P
- Diet makan biasa
- Infus NaCl 0,2cc
- Ranitidin 50 mg/12 jam IV (H3)
- Metyprednisolon 125 mg/12 jam IV (H1)
- Clyndamicin tab 4x300mg(H3)
- Citirizine tab 1x10mg (H3)

R Foto thorax dan cek IgE, LFT


Follow up 27 Desember 2019 (Interna)
pustul eritematosa dasar eritema dan berskuama diseluruh tubuh berkurang.
S Ig E total : 1120 . 0 IU/mL, SGOT : 19 U/L, SGPT : 104 U/L
 O Sens: CM, TD: 120/80 mmHg Hr: 72x/i, RR: 24x/i, T: 36,ºC
Mata: konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Leher: TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris fusiformis, stem fremitus kanan=kiri, sonor pada kedua paru
SP: vesikuler
ST: -
Abdomen:Membesar (-) Nyeri tekan (-), Limpa membesar (-)
timpani, normoperistaltik
Ekstremitas: Edema (-/--/-) , pustul eritematous dasar eritema dan berskuama

Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)


A
P - Tirah baring
- Diet makan biasa
IInfus NaCl 0,2cc
- Ranitidin 50 mg/12 jam IV (H3)
- Metyprednisolon 125 mg/12 jam IV (H1)
- Clyndamicin tab 4x300mg(H3)
- Citirizine tab 1x10mg (H3)

R Susul hasil foto thorax


Follow up 30 Desember 2019 (Interna)
makula eritema disertai pustul eritematosa dan berskuama diseluruh tubuh berkurang.
S
 O Sens: CM, TD: 140/90 mmHg Hr: 70x/i, RR: 22x/i, T: 35,8ºC
Mata: konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Leher: TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thorax: simetris fusiformis, stem fremitus kanan=kiri, sonor pada kedua paru
SP: vesikuler
ST: -
Abdomen:Membesar (-) Nyeri tekan (-), Limpa membesar (-)
timpani, normoperistaltik
Ekstremitas: Edema (-/--/-) , pustul eritematous dasar eritema dan berskuama

Acute Generalized Exanthematous Pustulosis(AGEP)


A
P - Tirah baring
- Diet hati III
IInfus NaCl 0,2cc
- Ranitidin 50 mg/12 jam IV (H3)
- Metyprednisolon 62,5 mg/12jam
- Clyndamicin tab 4x300mg(H3)
- Citirizine tab 1x10mg (H3)

R Susul hasil foto thorax


BAB V
DISKUSI KASUS
  Teori Pasien
Definisi Pustulosis eksantema generalisata akut (PEGA) Bentol merah berisi nanah pada seluruh tubuh.
atau acute generalized exanthematous Awalnya bentol muncul di belakang leher
pustulosis (AGEP) adalah suatu varian dari kemudian menyebar ke daerah wajah, dada,
erupsi alergi obat tipe berat yang ditandai tangan kaki hingga ke seluruh tubuh. Bentol
dengan munculnya pustul steril non folikular merah semakin banyak dan kulit tampak
di atas kulit eritematosa secara akut disertai bersisik. Demam juga dijumpai.
demam
Etiologi Sekitar 90% kasus disebabkan oleh reaksi Riwayat konsumsi obat dijumpai, yaitu obat
hipersensitifitas terhadap obat. Obat-obatan cefadroxil, pada 3 minggu sebelum timbul
yang berisiko paling tinggi untuk menyebabkan bentol-bentol merah. Dimana sudah
PEGA meliputi pristinemisin, aminopenisilin, mengkonsumsi sefadroxil selama 1 bulan
kuinolon, hidroksiklorokuin, sefalosporin lamanya. Sekitar 2 minggu yang lalu pasien
golongan sulfonamide, terbinafrin, dan sudah berhenti mengonsumsisefadroxil,
diltiazem, kortikosteroid, antibiotik golongan namun ruam tetap bertambah.
makrolid, oxicam anti-inflammasi non-steroid  
(AINS), dan semua antiepilepsi kecuali valproic
acid, asetaminofen, benzodiasepin, inhibitor
ACE, beta bloker, asam asetilsalisilat, calcium
channel blocker (CCB), diuretik golongan tiazid,
alopurinol, dan sefalosporin.6
 
  Teori Pasien
Diagnosis Pada anamnesis akan didapati adanya riwayat Pada Anamnesis, pasien mengaku mengkonsumsi obat-
obatan, pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya makula
penggunaan obat seperti pristinemisin, aminopenisilin, eritema serta pustul eritematous. Pada EuroScar
kuinolon, hidroksiklorokuin, golongan sulfonamide, termasuk yang probable. Pemeriksaan penunjang
terbinafrin, diltiazem,sefalosporin. ditemukan leukositosis 18,12 x 10 3 /mm3, Ig E total :
1120 . 0 IU/mL
Kemudian adanya bercak merah yang timbul biasanya
 
disertai demam. Pustul nonfolikular mucul dan
menyebar dengan cepat, pustul mengalami resolusi
spontan dalam 15 hari diikuti dengan deskuamasi yang
berlangsung selama beberapa hari.
.EuroSCAR membuat skoring
penegakkan  
diagnosis PEGA berupa skema standar berdasar
manifestasi klinis dan gambaran histopatologik yang
mengklasifikasikan pasien suspek PEGA menjadi kasus
definite, probable, possible, atau bukan PEGA.
Pemeriksaan penunjang untuk PEGA antara lain darah
lengkap rutin, IgE total. Pada PEGA biasanya ditemukan
leukositosis dengan neutrofilia pada 90% kasus dan
eosinofilia pada 30% kasus.7
 
  Teori Pasien
Tatalaksana Tata laksana PEGA pertama ialah -Penghentian obat penyebab
-Tindakan Suportif ,
menghentikan obat penyebab yang biasanya -NaCL 0,9% 20gtt/i makro
akan diikuti dengan resolusi. Berdasarkan Medikamentosa
Panduan Praktik Klinis Perdoski 2017 - Metyprednisolon 250 mg/12 jam IV
- Ranitidin 50 mg/12 jam IV
pengobatan PEGA menggunakan prednison 40- -Clyndamicin tab 4x300mg
60 mg/hari setara dengan prednison 1-2 -Citirizine tab 1x10mg
mg/kgBB/hari. Pengobatan dengan  
 
kortikosteroid sistemik telah diteliti
memperpendek durasi rawat inap. Antipiretik
dan antihistamin diberikan untuk mengurangi
demam dan pruritus selama bukan sebagai obat
penyebab.14
 
BAB VI
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien, Nyonya JP, berusia 52 tahun, yang
datang dengan keluhan bentol bentol merah berisi nanah di sekuluruh
tubuh dan disertai demam. Pasien didiagnosis dengan AGEP dan
dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Selama dirawat, pasien
mendapat tirah baring serta diberikan IVFD NaCL 0,9% 20gtt/i makro,
Metyprednisolon 250 mg/12 jam IV , Ranitidin 50 mg/12 jam IV,
Clyndamicin tab 4x300mg., Citirizine tab 1x10mg . 

Anda mungkin juga menyukai