MIOKARD INFARK
Pembimbing :
Disusun Oleh :
PROGRAM PENDIDIKAN
PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Penguji
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Non ST Elevasi Miokard Infark”. Penulisan laporan kasus ini
adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Kardiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
9
DAFTAR ISI
Halaman
2.1
Anatomi jantung ....................................................................... 3
2.2
NSTEMI ................................................................................... 10
2.2.1 Definisi ......................................................................... 10
2.2.2 Etiologi ......................................................................... 10
2.2.3 Patofisiologi ................................................................. 10
2.2.4 Diagnosis ...................................................................... 16
2.2.5 Penatalaksanaan ............................................................ 17
2.2.6 Prognosis ...................................................................... 18
BAB III STATUS ORANG SAKIT ............................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit Non ST Elevasi Miokard
Infark.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap Non
ST Elevasi Miokard Infark serta melakukan penatalaksanaan yang tepat,
cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung merupakan organ berotot yang terletak secara oblik pada sebelah
kiri garis mediastinum medial dan diatas diafragma. Bagian depan jantung
dibatasi oleh sternum dan iga 3, 4 dan 5. Posisi jantung miring kedepan kiri dan
apeks kordis berada paling depan dekat linea medio-klavikular kiri dalam rongga
dada. Umumnya pada dewasa jantung berukuran panjang 12cm, lebar 8-9cm dan
ketebalan 6 cm. Berat jantung bervariasi pada wanita dan pria, dimana pada
wanita berat jantung normal adalah 230-280g sedangkan pada pria 248-340 g.
Anatomi jantung dapat dibagi dua, yaitu anatomi luar dan dalam.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium, terdiri
dari 2 lapisan yaitu perikardium visceral (epikardium) dan parietal. Epikardium
meluas sampai beberapa sentimeter diatas pangkal aorta dan arteri pulmonal.
Selanjutnya jaringan ini akan berputar-lekuk (refleksi) menjadi perikardium
parietal sehingga terbentuk ruangan yang berisi cairan perikardium agar jantung
mudah bergerak saat pemompaan darah. Pada orang normal jumlah cairan
pericardium adalah sekitar 10-20 ml.
Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel
kanan dan kiri. Bagian kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh.
Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
Ventrikel kanan berfungsi sebagai penerima darah dari atrium kanan dan
memompakannya ke paru-paru. Ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan
darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, dinding ruang
ventrikel lebih tebal dari dinding ruang atrium.
Antara atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar yang keluar dari jantung
terdapat katup-katup jantung, yaitu katup atrio-ventrikular dan katup semilunar.
Bentuk katup semilunar aorta dan pulmonal adalah sama. Kedua katup ini terletak
pada alur keluar pada masing-masing ventrikel dangan katup pulmonalyang
terletak lebih antero-superior dan agak ke kiri. Aliran darah yang melewati katup
mitral atau trikuspid diatur oleh interaksi antara atrium, annulus fibrosus, daun
katup, chordaetendineae, otot papilaris dan otot ventrikel. Katup mitral terdiri dari
daun katup mitral anterior dan daun katup mitral posterior.
2.2 Nstemi
2.2.1 Definisi
Berdasarkan spektrum SKA, NSTEMI didefinisikan sebagai gambaran
EKG depresi segmen ST atau inversi gelombang T prominen dengan biomarker
nekrosis yang positif ( mis, troponin) dengan tidak dijumpainya elevasi segmen
ST pada gambaran EKG dan sesuai dengan gambaran klinis (rasa tidak nyaman
pada dada atau sesuai dengan angina)
9
2.2.2 Etiologi
Tabel 2.1 Penyebab NSTEMI2
2.2.3 Patofisiologi
Ciri khas patofisiologi kondisi NSTEMI adalah akibat ketidakseimbangan
antara suplai dan demand oksigen miokard. Mekanisme yang paling sering terlibat
dalam ketidakseimbangan tersebut disebabkan oleh menurunnya suplai oksigen ke
miokard, melalui lima mekanisme dibawah ini:2
1. Yang paling sering disebabkan oleh menyempitnya arteri koroner
yang disebabkan oleh trombus yang terdapat pada plak
ateroskelotik yang terganggu dan biasanya nonoklusif.
Mikroemboli dari agregat trombosit dan komponen-komponen dari
plak yang terganggu tersebut diyakini bertanggung jawab terhadap
keluarnya markers miokard pada pasien-pasien NSTEMI.
Trombus/plak oklusif juga dapat menyebabkan sindroma ini
namun dengan suplai darah dari pembuluh darah kolateral.
Patofisiologi molekuler dan seluler paling sering yang
menyebabkan plak aterosklerotik terganggu adalah inflamasi
9
2.2.4 Diagnosis
Gejala utama dari NSTEMI adalah nyeri dada yang khas. Diagnosis kerja
NSTEMI dipikirkan dengan menyingkirkan diagnosis lain berdasarkan EKG
(tidak didapatinya ST elevasi persisten), selanjutnya biomarker-biomarker seperti
troponin akan membedakan NSTEMI dengan UA, modalitas imaging digunakan
untuk menyingkirkan diferensial diagnosis.
2.2.4.1 Anamnesis
Nyeri dada akut adalah salah satu alas an pasien – pasien dating ke unit
gawat darurat dan diketahui pasien selama ini sebagai pertanda SKA. Namun
setelah evaluasi lebih lanjut hanya sekitar 15-20% pasien dengan nyeri dada akut
yang betul – betul mengalami SKA. Sehingga perlu pula diketahui gejala – gejala
lain yang sering dialami namun kurang diwaspadai oleh pasien NSTEMI. 1,2
Presentasi klinis dari NSTEMI meliputi berbagai gejala yang cukup luas.
Presentasi klinis yang selama ini umum diketahui antara lain:3
pemeriksaan fisik jantung dan dada yang lengkap.2 Tujuan utama dari pemeriksaan
fisik adalah untuk menyingkirkan penyebab nyeri dada non kardiak dan kelainan
jantung non iskemik (emboli paru, diseksi aorta, perikarditis, penyakit jantung katup)
atau kemungkinan penyebab diluar jantung seperti penyakit paru akut
(pneumothoraks, pneumonia, efusi pleura).1,3
Pemeriksaan fisik seperti diaphoresis, pucat, kulit dingin, sinus takikardia, suara
jantung ketiga atau keempat, ronkhi basah basal, dan hipotensi menunjukkan
kemungkinan area iskemik yang luas dan beresiko tinggi.5 Pemeriksaan fisik lain
seperti pucat, banyak keringat dan tremor dapat mengarahkan ke kondisi-kondisi
pencetus seperti anemia dan tirotoksikosis.3
Perbedaan tekanan darah pada anggota gerak atas dan bawah, nadi yang iregular,
murmur jantung, friction rub, nyeri saat palpitasi dan massa regio abdomen adalah
pemeriksaan fisik yang mungkin didapati pada kondisi selain NSTEMI.
1. EKG
EKG 12 lead saat istirahat merupakan alat diagnostik lini pertama dalam
penilaian pasien-pasien yang disangkakan NSTEMI. EKG harus didapat dalam 10
menit setelah kontak medis pertama dan secepatnya diinterpretasikan oleh dokter.
Karakteristik abnormalitas gambaran EKG yang ditemui pada NSTEMI adalah
depresi segmen ST atau elevasi transient dan atau perubahan pada gelombang T
(inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normal).1,3
Jumlah lead yang menunjukkan depresi segmen ST dan derajat depresi
segmen ST mengindikasikan luas dan keparahan iskemia dan berkorelasi dengan
prognosis. Deviasi segmen ST yang baru, bahkan hanya 0,05 mV merupakan hal
yang penting dan spesifik dalam hal iskemik dan prognosis. Depresi segmen ST >
2 mm meningkatkan resiko mortalitas. Inversi gelombang T juga sensitif untuk
iskemik namun kurang spesifik, kecuali bila ≥ 0,3mV baru dinyatakan
bermakna.1,5
Jika EKG inisial normal atau inkonklusif, perekaman EKG ulangan
sebaiknya dilakukan saat pasien mengalami gejala dan gambaran EKG ini
dibandingkan dengan gambaran EKG saat pasien dalam kondisi asimtomatis.
9
2. Biomarker
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan penting dalam
diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membedakan NSTEMI dengan UA.
Troponin lebih spesifik dan sensitif dibandingkan enzim jantung tradisional
lainnya seperti creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu CKMB dan mioglobin.
Peningkatan troponin jantung menggambarkan kerusakan selular miokard yang
mungkin disebabkan oleh embolisasi distal oleh trombus kaya platelet dari plak
yang ruptur atau mengalami erosi. Pada kondisi iskemik miokard (nyeri dada,
perubahan EKG, atau abnormalitas gerakan dinding jantung yang baru),
peningkatan troponin mengindikasikan adanya infark miokard.2,3
Pada pasien-pasien dengan infark miokard, peningkatan awal troponin muncul
dalam 4 jam setelah onset gejala. Troponin dapat tetap meningkat sampai dua
minggu akibat proteolisis aparatus kontraktil. Nilai cut off untuk infark miokard
adalah kadar troponin jantung melebihi persentil 99 dari nilai referensi normal
(batas atas nilai normal).3
Kondisi-kondisi mengancam nyawa lainnya yang menunjukkan gejala nyeri
dada seperti aneurisma diseksi aorta atau emboli pulmonal, dapat juga
menyebabkan peningkatan troponin dan harus selalu dipertimbangkan sebagai
diferensial diagnosis. Peningkatan troponin jantung juga dapat terjadi pada injuri
miokard yang tidak berhubungan dengan pembuluh koroner.3
Gambar 2.3 Waktu rilisnya berbagai biomarker setelah infark miokard 2,5
9
Foto thoraks biasanya dilaksanakan pada saat awal pasien masuk ke rumah sakit,
sehingga dapat dievaluasi kemungkinan lain penyebab nyeri dada dan sekaligus
sebagai skrining kongesti paru yang akan mempengaruhi prognosis.5
Pemeriksaan ekokardiografi dan doppler sebaiknya dilakukan setelah hospitalisasi
untuk menilai fungsi global ventrikel kiri dan abnormalitas gerakan dinding
regional. Ekokardiografi juga diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari
nyeri dada.1
Cardiac magnetic resonance (CMR) dapat menilai fungsi dan perfusi jantung
skaligus mendeteksi bekas luka pada jaringan, namun teknik imaging ini belum
secara luas tersedia. Begitu pula dengan nuclear myocardial perfusion tampaknya
akan sangat bermanfaat, namun tidak tersedia dalam layanan 24 jam. Myokard
skintigrafi juga dapat digunakan pada pasien dengan nyeri dada tanpa perubahan
gambaran EKG atau bukti adanya iskemik yang sedang berlangsung ataupun
infark miokard. Multidetector computed tomography (CT) tidak digunakan untuk
mendeteksi iskemia, namun menawarkan kemungkinan untuk menyingkirkan
adanya PJK. CT angiography, jika tersedia dapat digunakan untuk menyingkirkan
SKA dari etiologi nyeri dada lainnya.3
Angiografi koroner merupakan pemeriksaan baku emas untuk mengetahui
dan menilai keparahan penyakit arteri koroner. Angiografi urgent dilakukan untuk
tindakan diagnostik pada pasien-pasien dengan resiko tinggi dan dengan diagnosis
banding yang tidak jelas.3
9
2.2.5 Tatalaksana
Pasien dengan sangkaan SKA harus dievaluasi dengan cepat. Keputusan
yang dibuat berdasarkan evaluasi awal terhadap pasien memiliki konsekuensi
klinis dan ekonomis yang bermakna. Pasien NSTEMI atau diduga NSTEMI yang
dalam keadaan stabil sebaiknya dirawat inap dan menjalani tirah baring dengan
monitoring ritme EKG berkelanjutan dan diobservasi akan kemungkinan iskemik
berulang. Pasien dengan resiko tinggi, termasuk mereka dengan rasa tidak nyaman
padia dada yang terus menerus dan atau hemodinamik tidak stabil sebaiknya
dirawat di unit koroner (coronery care unit ) dan di observasi setidaknya 24-48
jam.1
Terdapat empat komponen utama terapi pada NSTEMI yaitu terapi
antiiskemia, antiplatelet/antikoagulan, terapi invasif (kateterisasi
dini/revaskularisasi), dan perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah
perawatan RS.9 Terapi fibrinolitik (thrombolitik) menggunakan streptokinase,
urokinase, tenekteplase atau preparat lainnya sebaiknya tidak digunakan pada
pasien dengan NSTEMI.1
miokard. Selain itu nitrat akan menyebabkan dilatasi arteri koroner normal
maupun arteri koroner yang mengalami aterosklerotik dan meningkatkan aliran
kolateral koroner.3
Pada pasien dengan NSTEMI yang memerlukan perawatan rumah sakit,
penggunaan nitrat intravena lebih efektif dibandingkan nitrat sublingual untuk
mengurangi gejala dan depresi segmen ST. Dosis harus di up titrasi sampai gejala
(angina atau dyspnoe) berkurang atau munculnya efek samping (sakit kepala atau
hipotensi).3
3. Calcium Channel Blocker
Calcium channel blockers merupakan obat vasodilator dan beberapa
diantaranya memiliki efek langsung terhadap konduksi atrioventrikular dan
denyut jantung. Terdapat tiga sub kelas dari calcium blocker yaitu
dihydropyridines (nifedipine), benzothiazepines (diltiazem), dan
phenylethylamines (verapamil). Ketiga sub kelas ini memiliki derajat yang
bervariasi dalam hal vasodilatasi, penurunan kontraktilitas miokard dan
penghambatan konduksi atrioventrikular. Nifedipin dan amlodipin memiliki efek
vasodilatasi perifer yang paling besar, sementara diltiazem memiliki efek vasodilator
yang paling kecil.3
2. Fondaparinux
Fondaparinux direkomendasikan atas dasar efikasi yang paling baik dan
profil keamanan nya. Fondaparinux paling sedikit menyebabkan komplikasi
perdarahan dan memiliki bioavailabilitas 100 % setelah disuntikkan secara sub
kutan dengan waktu paruh 17 jam serta diekskresikan oleh ginjal. Dosis yang
direkomendasikan adalah 2,5 mg/hari. Fondaparinux dikontraindikasikan pada
pasien yang memiliki CrCl < 20 ml/menit. Tambahan UFH dengan dosis 50-100
U/kg BB bolus diperlukan selama PCI karena didapatinya insidensi trombosis
kateter yang sedikit tinggi.1,3
Tidak ditemukan kasus heparin induced trombositopenia (HIT) akibat penggunaan
fondaparinux, sehingga monitoring jumlah trombosit tidak diperlukan. Monitoring
terhadap aktivitas anti Xa, activated partial thromboplastin time (aPTT), activated
clotting time (ACT), prothrombin dan thrombin time tidak memiliki pengaruh
yang signifikan.3
3. Unfractionated Heparin
UFH kurang baik diabsorpsi melalui rute sub kutan, sehingga penggunaan
infus intravena menjadi rute pemberian yang lebih dipilih. Dengan dosis bolus
inisial 60-70 IU/kgBB (maksimal 5000 IU) diikuti infus inisial 12-15 IU/kg/jam
(maksimal 1000 IU/jam). Batas terapeutik UFH cukup sempit, sehingga
diperlukan monitoring aPTT secara berkala, dengan target optimal 50-75 detik
(1,5-2,5 kali batas teratas nilai normal). Pada nilai aPTT yang lebih tinggi, resiko
komplikasi perdarahan akan meningkat, tanpa adanya efek anti trombotik. Efek
antikoagulan UFH akan hilang dengan cepat dalam beberapa jam setelah
penghentian, sehingga dalam 24 jam penghentian terapi terdapat resiko reaktivasi
proses koagulasi dan meningkatkan resiko kejadian iskemik berulang meskipun
diberikan bersamaan dengan aspirin.3
9
Pada setting PCI, UFH diberikan sebagai bolus dengan pemantauan ACT. Dosis
pemberian UFH pada setting PCI adalah 70-100 IU/kg atau 50-60 IU/kg bila
dikombinasikan dengan GP IIb/IIIa receptor inhibitors.3
4. Direct Thrombin Inhibitor
Bivalirudin saat ini direkomendasikan sebagai antikoagulan alternatif
untuk urgent dan elektif PCI pada pasien-pasien NSTEMI resiko sedang atau
tinggi. Bivalirudin menurunkan resiko perdarahan dibandingkan dengan
UFH/LMWH plus GP IIb/IIIa inhibitor, namun membutuhkan tambahan bolus
heparin selama PCI untuk mencegah stent thrombosis.1
Tidak dijumpai abnormalitas pada EKG awal atau EKG kedua (pada 6-9
jam)
Tidak dijumpai peningkatan kadar troponin (pada saat datang maupun pada
6-9 jam)
Tidak dijumpai inducible iskemi
Penatalaksanaan lebih lanjut untuk pasien-pasien ini sesuai dengan untuk evaluasi
penyakit arteri koroner stabil. Sebelum keluar dari rumah sakit, stress test untuk
merangsang iskemi akan berguna untuk rencana terapi kedepan dan dibutuhkan
sebelum angiografi elektif.3
2.2.5.7 CABG
Jika angiogram menunjukkan gambaran ateromatos namun tidak dijumpai lesi
kritis pada koroner, pasien akan disarankan untuk mendapat terapi medis. Pada
pasien dengan kelainan pada single-vessel, PCI dengan stenting pada culprit
lesion adalah pilihan pertama. Pada pasien dengan kelainan multi vessel,
keputusan mengenai PCI ataupun CABG harus dipertimbangkan berdasarkan
individu pasien masing-masing. Tindakan sekuensial, yang terdiri dari PCI pada
culprit lesion diikuti dengan tindakan CABG pada daerah non culprit lesion yang
terbukti iskemi dan atau berdasarkan penilaian fungsi, kelihatannya dapat
bermanfaat pada beberapa pasien.3
CABG biasanya disarankan pada pasien dengan penyakit arteri koroner yang
kompleks yang tidak dapat dilakukan PCI, seperti kelainan koroner left main
dengan triple vessel,oklusi total dan kelainan yang difus. Sangat penting pula
9
atau kontraindikasi lain. ARB dapat diberikan pada pasien-pasien yang intoleran
terhadap ACE inhibitor.10
Statin direkomendasikan untuk semua pasien NSTEMI, terlepas dari berapa kadar
kolesterol, inisiasi dini dimulai setelah masuk ke rumah sakit. Target LDL yang
diharapkan < 70 mg/dl.1 Penggunaan terapi antitrombotik jangka panjang setelah
keluar dari RS pada pasien NSTEMI dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.5. Penggunaan terapi antitrombotik jangka panjang setelah keluar dari RS pada pasien
NSTEMI5
24
2.2.6 Prognosis
Sejumlah metode untuk penilaian resiko kematian dan kejadian iskemik pada
pasien-pasien dengan NSTEMI telah cukup dikenal, hal ini memberikan dasar
pengambilan keputusan bagi tindakan terapeutik.2 Thrombolysis In Myocardial
Infarction (TIMI) skor, Platelet glycoprotein IIb/IIIa in Unstable agina: Receptor
Suppression Using Integrilin (PURSUIT) skor, dan Global Registry of Acute
Coronary Events (GRACE) RSs skor dapat dihitung dengan menggunakan
variabel-variabel tertentu yang dinilai saat pasien masuk ke rumah sakit.11 Salah
satu skor yang sering dipakai yaitu TIMI skor.
Dengan skor TIMI dapat dinilai semua sebab mortalitas, resiko infark miokard
baru atau berulang, atau iskemik berulang yang berat yang membutuhkan
tindakan revaskularisasi dalam 14 hari. Skor 0-1 berarti resiko untuk mengalami
semua hal diatas tersebut adalah 4,7%, skor 2 resiko 8,3%, skor 3 resiko 13,2%,
skor 4 resiko 19,9 %, skor 5 resiko 26,2%, skor 6-7 resiko 40,9 %.2 Untuk skor
TIMI < 3 dikatakan resiko rendah, skor TIMI 3-4 resiko menengah dan skor TIMI
5-7 adalah resiko tinggi.1
28
BAB III
Nama Pasien:
Umur: Jenis Kelamin:
DJ 58 tahun Laki-laki
Alamat:
Kampung Raja
Pekerjaan: Agama:
Babussalam Aceh Islam
Petani
Tenggara
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis Alloanamnesis
Anamnesis :
Hal ini dialami penderita + 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
dirasakan seperti tertimpa beban berat dan menjalar hingga ke punggung dan
lengan kiri. Nyeri dirasakan dengan durasi > 20 menit dan dirasakan semakin
memberat dalam 1 hari ini. Keringat dingin (+), mual (+), dan muntah (-).
Riwayat nyeri dada sebelumnya dijumpai 1 tahun yang lalu. Sesak nafas tidak
dijumpa. Riwayat Sesak napas sebelumnya disangkal. Kaki bengkak (+).
25
Riwayat kaki bengkak (+). Karena keluhan tersebut pasien berobat ke RSUD
H. Sahidin Kutacane untuk mendapatkan penanganan awal dan pasien dirawat
selama 3 hari, kemudian pasien dirujuk ke RSUP HAM untuk mendapatkan
tatalaksana lanjutan. Riwayat Hipertensi (+) dengan tekanan darah sistolik
tertinggi 180 mmHg namun pasien tidak rutin mengonsumsi obat anti
hipertensi. Riwayat DM disangkal. Riwayat merokok (+) sejak usia muda dan
sudah berhenti selama 1 tahun terakhir.
Status Presens :
Kesadaran : CM
TD :100/80 mmHg
RR : 24x/i
HR : 85x/i
Suhu : 36,7ºC
Sianosis :-
Ikterus :-
DOE :-
Edema :+
Dispnu :-
Pucat :-
29
Pemeriksaan Fisik
Asites (-)
Akral : Hangat
29
Pemeriksaan Penunjang:
Elektrokardiografi
Gambar 3.1. Irama: Sinus ,rate: 85 x/i, Aksis: Normal ; Gelombang P: normal (0.08); Interval
PR; durasi 0,16 ; Kompleks QRS: durasi 0,08s ; Segmen ST: Isoelektris all leads; Gelombang T :
inversi di leadv5-v6; Lain-lain ; VES Multifocal.
Foto toraks :
29
Interpretasi :
Bentuk dan ukuran jantung membesar, CTR 62%, segmen aorta elongasi, segmen pulmonal
normal, pinggang jantung normal, apex downward,infiltrat (-).Kesan: kardiomegali + aorta
elongasi
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 11,4 g/dl (P : 13-18 W : 12-16)
Leukosit 8740/mm3 (4000 – 11000)
Trombosit 236.000/mm3 (150000 – 450000)
Hematokrit 34% (P : 42 – 56 W : 36 – 47)
Eritrosit 3,90 juta/mm3 (P : 4,50 – 5,60 W : 4,10 – 5,10)
ELEKTROLIT
Elektrolit Lengkap
Natrium 139 mmool/L (135 – 150)
Kalium 3,8mmol/L (3,6 – 5,5)
Chlorida 106mmol/L (96 – 108)
Enzim Jantung
CK MB 60 u/L
Troponin I 2.10 ng/mL (0,8-1,30)
APTT 82,8 detik (27 – 39)
Ginjal
Blood Area Nitrogen 49 mg/Dl (10 – 20)
Ureum 108 mg/dL (21 – 43)
Kreatinin 2,48 mg/dL (0,6 – 1,1)
Metabolisme Karbohidrat
KGD s 100 mg/dL (<200)
29
Diagnosa kerja :NSTEMI TIMI RISK 4/7 GRACE 145 CRUSADE 58 ; AKI dd CKD
1. Fungsional :
2. Anatomi : Arteri Koroner
3. Etiologi : Atherosklerosis
4.
Diferensial Diagnosis:
1. Diseksi Aorta
2. Pericarditis
Pengobatan:
- Bed rest
- O2 2-4L/menit
- Klopidogrel 1x75 mg
- ISDN 3X5 mg
- Carvedilol 2x3.125 mg
- Candesartan 1x8 mg
- Simvastatin 1x20 mg
- Laxadyn 1 X C1
- Clobazam 1 x 10 mg
29
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
31Maret Nyeri dada Sens: CM NSTEMI - Injfurosemid 20 mg extra
2019 (+) TD: 100/80mmHg TIMI risk 4/7 - Aspilet loading 160 mg
HR: 85x/i crusalecgrece - Klopidogrelloading 180 mg
RR : 24x/i 145
- Bed rest
Kepala
Mata: anemis (-), - ISDN 5 mg p.o extra
ikterik (-) - IVFD NACL 0,9 % 10 rpm
Leher mikro
TVJ R+2 cm H2O - Bolus UFH 3900 iv
Thorax
COR: S1 S2 (N)
regular, murmur (-),
gallop (-)
Pulmonal:
SP: vesikuler (+/+)
ST: rales (-/-)
Abdomen
Soepel, BU(+)N
Ekstremitas
Akralhangat, edema
pretibial (+/+)
iregular, murmur(-),
gallop (-)
Pulmonal:
SP: vesikuler (+/+)
ST: rales (-)
Abdomen
Soepel, BU(+)N
Ekstremitas
Akralhangat, edema
pretibial (-/-)
29
BAB V
DISKUSI KASUS
Tatalaksana
Tatalaksana Di IGD
Terapi awal yang diberikan (MONACO) - Bed Rest
: - O2 2-4L/menit
1. Morfin - IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per mikro per
2. Oksigen menit
3. Nitrat - ISDN 5 mg extra sublingual
4. Aspirin - Loading Aspilet 160 mg
5. Clopidogrel - Loading Klopidogrel 300mg
- Bolus UFH 3000 IU
Terapi Perfusi : Di CVCU
1. Primary PCI - Bed rest
- O2 2-4L/menit
- IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per mikro per
menit
- Inj. UFH 800 IU
- Klopidogrel 1x75 mg
- ISDN 3X5 mg
- Carvedilol 2x3.125 mg
- Candesartan 1x8 mg
- Simvastatin 1x20 mg
29
- Laxadyn 1 X C1
- Clobazam 1 x 10 mg
BAB VI
KESIMPULAN
Bapak D, 58 tahun, didiagnosis dengan NSTEMI Timi Risk 4/7 Grace 145 Crusade 58, AKI dd
CKD dan diberi tatalaksana
Non Farmakologis : Bed Rest
O2 2-4 l/menit
Farmakologis : IVFD NaCl 0,9% 10 tetes per mikro per menit
- Inj. UFH 800 IU
- Klopidogrel 1x75 mg
- ISDN 3X5 mg
- Carvedilol 2x3.125 mg
- Candesartan 1x8 mg
- Simvastatin 1x20 mg
- Laxadyn 1 X C1
- Clobazam 1 x 10 mg
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Daga LC, Kaul U, Mansoor A. Approach to STEMI and NSTEMI. J Assoc Physicians
India. 2011 Dec;59 Suppl:19-25
2. Anderson JL, Adams CD, Antman EM, Bridges CR, Califf RM, Casey DE, et al. 2012
ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACCF/AHA 2007 Guidelines for the
Management of Patients With Unstable Angina/Non–ST-Elevation
3. Myocardial Infarction A Report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. diunduh dari
http://circ.ahajournals.org/ by guest on March 4, 2014
4. Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E, Bueno H, et al. ESC Guidelines
for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without
persistent ST-segment elevation The Task Force for the management of acute coronary
syndromes (ACS) in patients presenting without persistent ST-segment elevation of the
European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal (2011) 32, 2999–3054
5. Hamm CW, Heeschen C, Falk E, Fox KAA. Acute Coronary Syndromes :
Pathophysiology, Diagnosis and Risk Stratification. diunduh dari
https://www.mst.nl/opleidingcardiologie/.../1405126957_chapter_12.pdf on April 30,
2014
6. Kumar A, Cannon CP. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and Management, Part
I.Mayo Clin Proc. 2009;84(10):917-938
7. Paxinos G, Katritsis DG. Current Therapy of Non-ST-Elevation Acute Coronary
Syndromes. Hellenic J Cardiol 2012; 53: 63-71
8. Myrtha R. Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA).
CDK.2011;38(7)
9. NTCM. EKG Pada Iskemia, Infark Miokard. PERKI-DKI Jaya
10. Harun S, Alwi I. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing; 2009. Hlm 1757-1766
11. ACCF/AHA. ACCF/AHA Pocket Guideline Management of Patients With Unstable
Angina/Non–ST-Elevation Myocardial Infarction (Adapted from the 2007 ACCF/AHA
Guideline and the 2011 ACCF/AHA Focused Update). diunduh dari
http://content.onlinejacc.org/ on Februari 20, 2013
12. Goncalves PA, Ferreira J, Aguiar C, Gomes RS.TIMI, PURSUIT, and GRACE risk
scores: sustained prognostic value and interaction with revascularization in NSTE-ACS.
European Heart Journal (2005) 26, 865–872
29