Anda di halaman 1dari 13

EBP

PENINGKATAN KESELAMATAN KESEHATAN PASIEN

Di susun oleh :
Kelompok VI

 Stomi Jevisa Marota  Vivi Dyah Putri Novianti


(NH0119076) (NH0119077)
 Yusuf Arman Dahlan Wiranto  Yuliasti
(NH0119083) (NH01190810)
 Windy  Yuyun Marsela
(NH0119080) (NH0119084)
 Warda Samara Putri  Agustina Sofia Atama Kafomai
(NH0119078) (NH0119086)
 Wellni  Yunita Aristiani Bahrun
(NH0119076) (NH0119082)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkankan kepada Tuhan yang maha Esa karena dengan
Rakmat dan Hidayahnya, kita semua diberikan kemudahan dan kelancaran untuk
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keselamatan kerja dalam keperawatan
Dalam Keperawatan dengan Judul “EBP Peningkatan Keselamatan Kesehatan
Pasien”.

Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yamg telah membantu dalam
menyusun makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Selanjutnya semoga dengan penyusunan Makalah ini dapat bermanfaat bagi


teman-teman. Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terjadi banyak
kekuraangan atau kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan pembuatan Makalah.........................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAAN...................................................................................................................2
A. Definisi EBP (Evidence Based Practice)......................................................................2
B. Komponen EBP.............................................................................................................3
C. Langkah – Langkah Emplementasi Evidence Based Practice.......................................4
BAB III....................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu masalah yang sangat
penting. Di rumah sakit menjadi salah satu tempat yang wajib menerapkan system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakitmerupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan kerja yaitu dengan cara pencegahan kecelakaan
akibat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitas.
Sistem manajrmen keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit penting
dilaksanakan oleh para tenaga kerja kgusus K3 bahwa kegiatan di rumah sakit
berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
pisikisosial.yang sapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap
perkerja pasien, pengunjung dan masyarakat di lingkungan rumah sakit.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimna pengertian dari EBP (Evidence Based Practice).?
2. Apa apa saja Komponen EBP (Evidence Based Practice).?
3. Mengetahui Langkah – Langkah Emplementasi Evidence Based Practice.?

C. Tujuan pembuatan Makalah


1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah keselamatan kerja dalam
keperawatan
2. Agar dapat mengetahui pengertian dari EBP dan apa saja komponen dari EBP
3. Mengetahui langkah langkah emplementasi EBP

1
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Definisi EBP (Evidence Based Practice)


Secara umum, Evidence-Based Practice merupakan sebuah pendekatan yang
bertujuan untuk meningkatkan proses melalui pertanyaan yang manakah bukti
penelitian ilmiah yang berkualitas tinggi yang dapat diperoleh dan diterjemahkan
ke dalam keputusan praktik terbaik untuk meningkatkan kesehatan. EBP adalah
segala tindakan yang berbasis bukti, baik dalam pengobatan, eksplisit dan
bijaksana dalam penggunaan EBP untuk mengambil keputusan dalam perawatan
pasien.
Menurut (Muhal 1998) Evidence Based Practice adalah penggabungan dari
seorang perawat mengenai hasil penelitian yang didapatkannya dengan
menerapkannya di praktik klinis kepada pasien serta ditambah dengan pilihan
dari pasien dalam keputusan klinis.
Menurut Carlon (2010). Evidence Based Practice adalah suatu kerangka kerja
untuk menguji, mengevaluasi dan menerapkan temuan-temuan penelitian
dengan tujuan untuk memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien.
Menurut (Macnee, 2011). Evidence based practice merupakan sebuah proses
yang akan membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar
mampu memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk
membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien.
Menurut (Bostwick, 2013) Evidence Based Practice adalah starategi untuk
memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang
positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik.

2
Menurut Majid et al (2011) Evidence Based Practice adalah salah satu teknik
yang cepat untuk perkembangan dalam praktik keperawatan karena EBP mampu
memberikan penanganan masalah – masalah klinis secara efektif yang mungkin
terjadi disaat pemberian pelayanan kesehatan serta pemberian perawatan
berdasarkan hasil – hasil penelitian yang tertera. 2

B. Komponen EBP
Menurut Gerrish, Ashworth, Lacey, dan Bailey (2008). Komponen yang ada
dalam penerapan evidence based practice dalam pemberian asuhan keperawatan
adalah (1) adanya bukti eksternal, (2) adanya bukti internal, dan (3) adanya
manfaat terbaik untuk kondisi pasien dan keinginan pasien serta meminimalkan
pembiayaan. Bukti eksternal meliputi hasil penelitian, teori-teori yang lahir dari
penelitian, pendapat dari ahli, serta hasil dari diskusi panel para ahli. Bukti
internal meliputi penilaian klinis, hasil dari proyek peningkatan kualitas
pelayanan klinis, hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien, alasan klinis, serta
evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk
melakukan3
Dalam (Grove et al., 2012) Evidence Based Practice dijelaskan bahwa
clinical expertise yang merupakan komponen dari bukti internal adalah
merupakan pengetahuan dan skill tenaga kesehatan yang 25 profesional dan ahli
dalam memberikan pelayanan.
Hal atau kriteria yang paling menunjukkan seorang perawat ahli klinis atau
clinical expertise adalah pengalaman kerja yang sudah cukup lama, tingkat
pendidikan, literatur klinis yang dimiliki serta pemahamannnya terhadap
research. Sedangkan patient preference adalah pilihan pasien, kebutuhan pasien
harapan, nilai, hubungan atau ikatan, dan tingkat keyakinannya terhadap budaya.
Melalui proses EBP, pasien dan keluarganya akan ikut aktif berperan dalam
mengatur dan memilih pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Kebutuhan
pasien bisa dilakukan dalam bentuk tindakan pencegahan, health promotion,

3
pengobatan penyakit kronis ataupun akut, serta proses rehabilitasi. Beberapa
komponen dari EBP dan dijadikan alat yang akan menerjemahkan bukti kedalam
praktek dan 26 berintegrasi dengan bukti internal untuk meningkatkan kualitas
pelayanan.

C. Langkah – Langkah Emplementasi Evidence Based Practice


Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam Evidence Based Practice dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal.
Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam
praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice
adalah sebagai berikut4:
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
Inquiry yaitu semangat melakukan penyelidikan sikap kritis untuk selalu
bertanya terhadap fenomenafenomena serta kejadian-kejadian yang terjadi
saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan dalam
melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya
yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam
lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan.
Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk
melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong
untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini,
sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan
Evidence Based Practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai
Evidence Based Practice, mampu membimbing orang lain, dan mampu
mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi, ketersediaan
infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti
komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta

4
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence
based practice (Tilson et al, 2011).
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
(Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa pada langkah selanjutnya
membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan format PICOT yaitu
P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau pokok persoalan
yang menarik), C(Comparison intervention atau intervensi yang
dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame atau kerangka
waktu). Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai PICOT
adalah pada Mahasiswa keperawatan(population) bagaimana proses
pembelajaran PBL tutotial (Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan
small group discussion (comparison atau intervensi pembanding) berdampak
pada peningkatan critical thinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam
kurun waktu 1 semester (time frame). Ataupun dalam penggunaan PICOT
non intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru (Population) yang
payudaranya terkena komplikasi (Issue of interest) terhadap kemampuannya
dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama pada saat bayi baru
lahir.
Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat berbeda
jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan kita akan
mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita
butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011).
3. Mencari bukti-bukti terbaik
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan
untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe
dan tingkatan penelitian. Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence
atau bukti terbaik adalah metaanalysis dan systematic riview. Systematic
riview adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode
kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian

5
yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika
meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka evidence pada
tingkatan selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat
ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED,
NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbaik, sebelum di
implementasikan ke institusi atau praktek 49 klinis, hal yang perlu kita
lakukan adalah melakukan appraisal atau penilaian terhadap evidence
tersebut. Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut?
(apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan
bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke
dalam praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan
informasi lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan
yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien.
Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif mengenai pengalaman
atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi resiko kegagalan
dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013).

6
Setelah mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka langkah
selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi tersebut untuk membuat
keputusan klinis yang tepat 61 dan efektif untuk pasien. Tingkat keberhasilan
pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi oleh evidence yang digunakan
serta tingkat kecakapan dalam melalui setiap proses dalam EBP (Polit &
Beck, 2008).
6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan
untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah
perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan
apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan
pasien (Melnyk & Fineout, 2011).
7. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah menyebarluaskan
hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu menimbulkan
perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat
perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck, 2013)
Menurut (Levin & Feldman, 2012) terdapat 5 langkah utama evidence
based practicedalam setting akademikyaitu Framing the question (menyusun
pertanyaan klinis), searching for evidence, appraising the evidence,
interpreting the evidence atau membandingkan antara literatur yang
diperoleh dengan nilai yang dianut pasien dan merencanakan pelaksanaan
evidence kedalam praktek, serta evaluating your application of the evidence
atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan
masalah klinis.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makala ini kami simpulkan bahwa EBP (evidence based practice) adalah
merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan proses
melalui pertanyaan yang manakah bukti penelitian ilmiah yang berkualitas tinggi
yang dapat diperoleh dan diterjemahkan ke dalam keputusan praktik terbaik
untuk meningkatkan kesehatan. EBP adalah segala tindakan yang berbasis bukti,
baik dalam pengobatan, eksplisit dan bijaksana dalam penggunaan EBP untuk
mengambil keputusan dalam perawatan pasien.
Adapun komponen dar para ahli Menurut Gerrish, Ashworth, Lacey, dan
Bailey (2008). Komponen yang ada dalam penerapan evidence based practice
dalam pemberian asuhan keperawatan adalah (1) adanya bukti eksternal, (2)
adanya bukti internal, dan (3) adanya manfaat terbaik untuk kondisi pasien dan
keinginan pasien serta meminimalkan pembiayaan
Dari langkah – langkah implementasinya Berdasarkan (Melnyk et al., 2014)
ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam
Evidence Based Practice dimulai dengan semangat untuk melakukan
penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan
merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya
pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian.

B. Saran

Kami sadar bahwa makalah ini tidak dapat dikatakan sempurna, kami memmberikan
saran ke pembaca agar mencari refrensi lain agar menambahkan ilmu bagi pembaca
dan kami meminta kritik dan masukan untuk membangun makalah ini semoga
pembaca dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harefa, E. I. J. KESEHATAN KERJA ( K3 ) OLEH PERAWAT DI RUMAH


SAKIT. Keselam. dan Kesehat. kerja 1, (2014).

Yulia, S., Hamid, A. Y. S. & Mustikasari, M. Peningkatan Pemahaman Perawat


Pelaksana dalam Penerapan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan
Keselamatan Pasien. J. Keperawatan Indones. 15, 185–192 (2012).

Setyawati, A., Harun, H., Herliani, K. & Gerrish, M. Peningkatan Pengetahuan


Perawat dan Bidan Tentang Evidence-Based Practice Melalui Pelatihan
Penerapan Evidence-Based Practice. J. Apl. Ipteks Untuk Masy. 6, 53–56
(2017).

Nurhaliza, S. Latar Belakang Hasil Tujuan Pembahasan Metode. 1–5 (2008).

https://repostory.umy.ac.id

https://www.lalacomputer.com

Anda mungkin juga menyukai