Anda di halaman 1dari 41

Multiple Trauma

Oleh:
DISKEL 11
CASE OVERVIEW
Skenario Keterangan
Seorang laki laki berusia 20 th Identitas
Dibawa oleh temannya ke IGD, DD : Biomekanisme trauma
terjatuh dari lantai 3 saat bekerja Kemungkinan terjadi multiple trauma
Sebelum jatuh, pasien diketahui terkena Kemungkinan luka bakar listrik
kawat listrik
Pada pemeriksaan pasien terlihat sangat GCS = 9
gelisah, berkata tidak jelas dan V=2
melokalisir respon nyeri dan membuka M=5
mata dengan respon nyeri E=2
Pemeriksaan Fisik
TD = 90/60 mmHg Hipotensi
Nadi = 110 x/menit Takikardi
Respirasi = 30 x/menit Takipneu
CRT = > 2 detik, pucat Memanjang, perfusi jaringan menurun
Leher : Trakhea ditengah
JVP tidak meningkat
}Tanda hematopneumothoraks
Thorax :

}
-Pergerakan thorax kiri sedikit tertinggal
-VBS menghilang
-Perkusi hipersonor pada hemithoraks, Tanda hematopneumothorax sinistra
sinistra anterior +
-Post adult +
-Krepitasi +
Abdomen :
- Jejas di post sinistra
- Agak tegang
- Nyeri tekan (-)
- Defance muskular (+)
} Suspek Syok hemoragik

- Shifting dullness (+)


- Bising usus (-)
Terdapat luka bakar listrik pada lengan
kiri jejas pada dada dan abdomen
sebelah kiri
Tindakan di IGD
- Pemberian O2 Penanganan breathing
- Pemasangan 2 line infus Penangan circulation
- Konsultasi ke dokter spesialis bedah Bukan kompetensi dr umum
umum dan bedah syaraf Sebelum pemasangan seharusnya
- Setelah konsultasi, dokter IGD dokter memeriksa dulu dari awal,
melakukan pemasangan kateter urin
dokter lalai
namun terdapat kelemahan pada
sfingter ani pasien

DK : Hematopneumothorax sinistra +
trauma tumpul abdomen + cedera kepala
sedang + luka bakar listrik + spinal chord
injury
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Awal

1. Airway
Pada pasien: Clear, karena pasien dapat
berbicara meskipun tidak jelas.
Penanganan:
- Collar Neck Curiga fraktur cervical
- Long Spine Board Suspect spinal cord
injury
2. Breathing
Pada pasien: Takipnea (R= 30x/menit). Terdapat
hematopneumothoraks sinistra ventilasi perusi
Co2 Kompensasi dengan takipnea
Penanganan:
- Berikan O2 NRM 10-12 liter/menit (saturasi O2 80-90%).
- Kontrol O2 dengan pulse oksimetri (>95%).
- Needle torakosintesis (sela iga 2 linea midclavikula
sinistra)
- Segera pasang chest tube untuk tindakan definitif
Dipasang setinggi papilla mammae pada laki-laki atau
lipatan mammae pada perempuan tepat di anterior linea
aksilaris media pada hemitoraks yang tekena (sela iga V)
(perhatikan adanya udara atau cairan yang keluar)
3. Circulation
Pada pasien : Didapatkan tanda-tanda syok (takikardi,
hipotensi, CRT > 2 detik dan pucat). Ditemukan tanda-tanda
internal bleeding pada abdomen syok hemoragic (syok
hipovolemik)
Penanganan : Infus 2 line dengan abocath (No.16) atau
dengan RL hangat 1-2 L (cegah hipotensi). Perdarahan
internal tidak boleh diberika kristaloid karena tubuh dalam
keadaan hipotensi, vasokontriksi dan koagulasi jadi harus
dengan resusitasi hipotensi dengan pemberian cairan
hipertonik volume rendah (hipertonic saline dextran).
4. Dissabillity
Pada pasien : GCS 9 didapatkan cedera otak
sedang
Penanganan :
- ABC harus baik untuk cegah cedera kepala sekunder
karena O2 (stabilisasi kardiopulmoner)
- Konsultasi ke spesialis bedah saraf CT-scan
- Observasi dan pemeriksaan neurologi 12-24 jam
pertama
5. Dissabillity
Pada pasien : GCS 9 didapatkan cedera otak sedang
Penanganan :
- ABC harus baik untuk cegah cedera kepala sekunder karena O2
(stabilisasi kardiopulmoner)
- Konsultasi ke spesialis bedah saraf CT-scan
- Observasi dan pemeriksaan neurologi 12-24 jam pertama
6. Explosure
Pada pasien : Terdapat luka bakar listrik
Penanganan :
- Buka pakaian yang menutupi luka bakar listrik
- Tutup dengan kain lembab ( pendinginan luka)
- Debridement
- Terapi cairan (karena pada kasus > 15%) Pasang IV line cairan
RL
- Pasang Kateter Pantau Urine output
- Manitol 12,5 gr tiap 1 jam cairan supaya urine jernih.
Penatalaksanaan Lanjutan

Syok Hipovolemik
Pemasangan 2 iv line dengan kristaloid
(primary survey)
Transfusi darah
Tangani penyebab syok, yaitu :
perdarahan intraabdomen,
hemopneumothorax, dan luka bakar
derajat III.
Penatalaksanaan Lanjutan

Hemopneumothorax
Pasang chest tube yang dihubungkan
dengan sistem WSD (Water Sealed
Drainage)
Rujuk ke Dokter Spesialis Bedah Umum
untuk pertimbangan thorakotomi
Perdarahan Intaabdomen
Rujuk ke Dokter Spesialis Bedah Umum
untuk Laparotomi
Penatalaksanaan Lanjutan

Luka Bakar Derajat III


Debridement Luka
- Mencuci luka dengan NaCl 0,9%
- Jaringan nekrosis dan benda asing dibuang
- Jika ada bula -> aspirasi
- Daerah luka diberi betadine dan tulle
- Ditutup dengan dua kassa lembab dan kassa
kering di paling luar, lalu di plester (fiksasi)
Serum Tetanus
Rujuk ke Dokter Spesialis Bedah Plastik
Dapat diberikan analgetik (nyeri) dan
sedatif (untuk menenangkan pasien ketika
pemasangan kateter urin dan chest tube)
Suspek Spinal Cord Injury Rujuk ke
Dokter Spesialis Bedah Syaraf
Mekanisme Rujukan

Pasien segera dirujuk setelah dilakukan


tindakan life saving
Pasien pada kasus mengalami multiple
trauma (thorax & abdomen) dengan suspek
spinal cord injury dan syok hipovolemik et
causa perdarahan intraabdomen,
hemopneumothorax, dan luka bakar derajat
III, maka dirujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas spesialis bedah umum, bedah syaraf,
dan bedah plastik.
Mekanisme Rujukan

Syarat Transportasi :
Pasien dalam keadaan stabil (baik atau
buruk)
Imobilisasi dengan collar neck & spine
board
Didampingi oleh petugas
medis/paramedis
Surat Rujukan
Dokter yang merujuk dan pelayanan
kesehatan asal
Dokter dan Rumah Sakit yang dituju
Identitas pasien
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lanjutan
Hasil identifikasi luka luar (lokasi, deskripsi)
Diagnosis sementara
Tindakan yang telah dilakukan
ILMU KEDOKTERAN DASAR
Anatomi
Pleura
Gambar Pleura viseral dan parietal serta
struktur sekitar pleura
Cairan
Pleura
Fisiologi Tekanan
Pleura HIdrostatik

Gambar Skema tekanan dan pergerakan


cairan pada rongga pleura manusia
Canalis Analis

Bagian akhir dari intestinum crassum


Panjang 2,5 4 cm
Vaskularisasi dari:
A. Hemorrhoidalis superior
A. Hemorrhoidalis media
A. Hemorrhoidalis inferior
Memiliki 3 otot, yaitu:
M. Levator ani
M. Sphincter ani externus
M. Sphincter ani internus
Dalam keadaan tertutup dan hanya terbuka pada saat
BAB
Medulla Spinalis
Berfungsi sebagai pusat gerak refleks &
penghantar impuls sensorik dan motorik dari dan
ke otak
Terletak di canalis vertebralis columna vertebralis
Berawal dari foramen magnum dan berakhir di
regio lumbar setinggi L1-L2
Memiliki 3 pembungkus, yaitu:
Duramater
Arachnoidea mater
Pia mater
Dilindungi oleh cairan serebrospinal di dalam
ruang subarachnoid
Kulit
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
a. Stratum Korneum
b. Stratum Lusidum
c. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
d. Stratum Spinosum (stratum Malphigi)
atau prickle cell layer (lapisan akanta )
e. Stratum Basalis
2. Lapisan Dermis:
Pars Papilare
Pars Retikulare

3. Lapisan Subkutis (hipodermis)


FUNGSI KULIT

1.Fungsi Proteksi
2.Fungsi Absorpsi
3.Fungsi Ekskresi
4.Fungsi Persepsi
5.Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
6.Fungsi Pembentukan Pigmen
7.Fungsi Keratinisasi
8.Fungsi Pembentukan Vitamin D
PATOFISIOLOGI DAN
KOMPLIKASI
Komplikasi

Fibrilasi ventrikel
Gagal ginjal akut
Peritonitis
TTIK
Kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pneumothorax
Chest x-ray :
adanya gambaran hipodense (menunjukkan akumulasi cairan) pada rongga pleura di
sisi yang terkena dan adanya mediastinum shift (menunjukkan penyimpangan
struktur mediastinal (jantung)). Chest x-ray sebagi penegak diagnostik yang paling
utama dan lebih sensitif dibandingkan lainnya.
CT Scan :
diindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks minimal, untuk evaluasi lokasi
clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan kuantitas atau jumlah bekuan darah di
rongga pleura.
Nilai AGD
Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang menyebabkan asidosis respiratori.
Saturasi O2 arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi biasanya kembali ke
normal dalam waktu 24 jam.
Cek darah lengkap
menurunnya Hb dan hematokrit menunjukan jumlah darah yang hilang pada
hemothoraks.
Torakosentesis
Menunjukkan darah/cairan serosanguinosa (hemothoraks).
Perdarahan intra abdomen
Radiografi
X-ray toraks berguna untuk
1)mengidentifikasi adanya fraktur iga bawah = kecurigaan cedera hepar
dan lien, lalu evaluasi lebih lanjut dengan CT scan abdomen-pelvis
2)dapat membantu diagnosis cedera diafragma
3)dapat menemukan adanya pneumoperitoneum yang terjadi akibat
perforasi hollow viscus.
Computed Tomography Scan (CT Scan)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Trauma tumpul Indikasi laparotomi eksplorasi yang sudah jelas
Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil
Pemeriksaan fisik yang normal atau meragukan Agitasi

Mekanisme : trauma duodenal atau pankreas Alergi terhadap media kontras


Penurunan hematokrit pada penderita yang
ditangani secara non-operatif
Spinal cord injury

Foto Polos Vertebra


Merupakan langkah awal untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
melibatkan medula spinalis, kolumna vertebralis dan jaringan di
sekitarnya. Pada trauma servikal digunakan foto AP, lateral, dan
odontoid. Pada cedera torakal dan lumbal digunakan foto AP dan
lateral.

CT-scan Vertebra
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan jaringan lunak, struktur tulang,
dan kanalis spinalis dalam potongan aksial. CT-Scan merupakan
pilihan utama untuk mendeteksi cedera fraktur pada tulang belakang.\

MRI Vertebra
MRI dapat memperlihatkan seluruh struktur internal medula spinalis
dalam sekali pemeriksaan (Dewanto dkk, 2009).
BHP DAN ASPEK
MEDIKOLEGAL
Aspek medikolegal

Pasien dibawa oleh polisi melalui ambulans


Penyidik boleh meminta visum et repertum
melalui surat formal
Dokter membuat visum et repertum sesuai
keadaan yang ditemukan pada pasien
BHP
Medical Indications
- Meminimalisir akibat buruk mencegah pasien jatuh
dalam keadaan syok
- Mengobati secara proporsional
Quality of Life
- Menolong pasien emergensi
Patient Preferences
- Melakukan infromed consent pada pendamping
Contextual Features
- Tidak membeda-bedakan SARA
- Mendistribusikan keuntungan dan kerugian
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai