Anda di halaman 1dari 25

ASMA BRONKHIAL

Oleh:
Aisyiah Sarahdita Said
Pembimbing:
dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2018
Pendahuluan

Asma pada anak mempunyai berbagai aspek khusus yang


umumnya berkaitan dengan proses tumbuh dan kembang
seorang anak.

Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan


masih tetap merupakan masalah bagi pasien, keluarga,
dan bahkan para klinisi dan peneliti asma.

Pengetahuan dasar tentang masalah sensitisasi alergi dan


inflamasi khususnya, telah banyak mengubah sikap kita
terhadap pengobatan asma anak
Tinjauan Pustaka
ASMA
BRONKHIAL?

IDAI mendefinisikan, asma bronkhial adalah


penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi
Epidemiologi

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan


7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).

Prevalensi pada anak menderita asma


meningkat 8-10 kali di Negara berkembang
dibanding negara maju.

Di Indonesia, prevalensi asma pada anak


berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk
usia 13-14 tahun sebesar 5,2%

Secara global, morbiditas dan mortalitas asma meningkat pada 2 dekade


terakhir. Peningkatan ini dapat dihubungkan dengan peningkatan urbanisasi.
Etiologi

Klasifikasi asma dibuat berdasarkan rangsangan utama yang


membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan dengan episode akut.
Berdasarkan stimuli yang menyebabkan asma, dua kategori timbal balik
dapat dipisahkan :

Asma Ekstrinsik Imunologik 

Biasanya terlihat pada anak-anak umumnya tidak berat dan lebih mudah
ditangani daripada bentuk intrinsik.

Mempunyai riwayat keluarga yang jelas dari semua bentuk alergi dan


mungkin asma bronkial.

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor


pencetus seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, dan spora jamur.
Asma Intrinsik Imunologik 

Ditandai
Ditandai dengan
dengan adanya
adanya reaksi
reaksi non
non alergi
alergi yang
yang
bereaksi
bereaksi terhadap
terhadap pencetus
pencetus yang
yang tidak spesifik
tidak spesifik atau
atau
tidak
tidak diketahui,
diketahui, seperti
seperti aspirin
aspirin dan
dan obat-obat
obat-obat
sejenisnya,
sejenisnya, latihan
latihan jasmani,emosi,
jasmani,emosi, cuaca/
cuaca/ udara
udara
dingin
dingin atau
atau bisa
bisa juga
juga disebabkan
disebabkan oleh
oleh adanya
adanya infeksi
infeksi
saluran
saluran pernafasan
pernafasan dan
dan emosi.
emosi.

Serangan
Serangan asma
asma ini
ini menjadi
menjadi lebih
lebih berat
berat dan
dan sering
sering
sejalan
sejalan dengan
dengan berlalunya
berlalunya waktu
waktu dan
dan dapat
dapat
berkembang
berkembang menjadi
menjadi bronkhitis
bronkhitis kronik
kronik dan
dan emfisema
emfisema
Patogenesis
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya
asma yang diderita
1. Batuk
2. Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas
(ekspirasi)
3. Wheezing (mengi)
4. Nafas dangkal dan cepat
5. Ronkhi
6. Retraksi dinding dada
7. Pernafasan cuping hidung
8. Hiperinflasi toraks
Klasifikasi

Berdasarkan timbulnya gejala

Intermiten Episode gejala asma >6x/tahun atau jarak antar gejala 26 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <ix/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari


Berdasarkan derajat serangan
Parameter klinis, Ringan Sedang Berat
fungsi paru, Tanpa ancaman henti Dengan ancaman henti
laboratorium nafas nafas

Sesak Berjalan, bayi: Berbicara, Istirahat  


menangis keras
Bayi: tangis pendek Bayi: tidak mau
dan lemah, kesulitan minum/ makan
menyusu atau makan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang  
lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata  
Kesadaran Mungkin irritable Biasanya irritable Biasanya irritable Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering hanya Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, Sulit/tidak terdengar
pada akhir ekspirasi ekspirasi ± inspirasi terdengan tanpa
stetoskop sepanjang
ekspirasi dan inspirasi
Penggunaan otot Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradox
bantu respiratorik torako-abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang ditambah Dalam, ditambah Dangkal/ hilang
interkostal retraksi suprasternal nafas cuping hidung
PEFR atau FEV1 (%        
nilai prediksi terbaik)
     
Pra-bonkodilator
>60% 40-60% <40%
Pasca-brokodilator
>80 % 60-80% <60 %, respon < 2 jam
Sa O2 >95% 91-95% ≤ 90%  
Pa O2 Normal (biasanya >60 mmHg <60 mmHg  
tidak perlu diperiksa)
Pa CO2 < 45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg  
Diagnosis
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004 yang telah disempurnakan mendefinisikan sebagai asma
adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secra
episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta
terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarga.

Anamnesis

* Apakah anak mengalami serangan mengi atau


serangan mengi berulang?
* Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada
malam hari?
* Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah
berolahraga?
* Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa
berat atau batuk setelah terpajan allergen atau
polutan?
* Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan
>10 hari untuk sembuh?
* Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian
pengobatan anti asma?
Pemeriksaan fisik

Pada serangan ringan anak masih aktif, dapat


berbicara lancar, tidak dijumpai adanya retraksi
baik di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi
nafas masih dalam batas normal.

Pada serangan sedang dan berat dapat dijumpai


adanya wheezing terutama pada saat ekspirasi,
retraksi, dan peningkatan frekuensi nafas dan
denyut nadi bahkan dapat dijumpai sianosis.

Berbagai tanda atau manifestasi alergi, seperti


dermatitis atopi dapat ditemukan
Pemeriksaan Penunjang

Radiologi: Pada waktu serangan menunjukan gambaran


hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun

Gambar: Gambaran radiologi asma bronchial


• Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
Pemeriksaan yang positif pada asma.
tes kulit

• Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat


dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
Scanning asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
paru

• Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas


reversibel. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
Spirometri aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik.
SPIROMETRI
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.

Hasil pemeriksaan spirometri pada


penderita asma:
1. Volume ekspirasi paksa dalam 1
detik (FEV1) menurun
2. Kapasitas vital paksa
(FVC)menurun
3. Perbandingan antara FEV1 dan
FEC menurun. Hal ini
disebabkan karena penurunan
FEV1 lebih besar dibandingkan
penurunan FVC
4. Volume residu (RV) meningkat
5. Kapasital fungsional residual
(FRC) meningkat 8
Uji kecepatan aliran puncak ekspiratoir (APE):
1. Tes ini merupakan tes sederhana dengan menggunakan alat
pengukur aliran puncak Wright. Bila hasil pengukuran
menunjukkan:
2. Kecepatan APE mula-mula kurang dari 60 liter/menit, atau
3. Peningkatan APE terhadap standar (sesudah diberikan terapi
selama 1 jam) kurang dari 50% maka pasien dianjurkan untuk
menjalani rawat inap di rumah sakit.
Tatalaksana
Golongan obat pereda (reliver)

beta agonis kerja pendek dan


golongan statin. Golongan
beta agonis kerja penedek
diantaranya terbutaline (0,05-
0,1 mg/kgBB/x pemberian),
salbutamol/Ventolin (0,05-0,1
mg/kgBB/x pemberian) dan
fenoterol.

Obat antikolinergik :
Ipratropium bromide /
atrovent® (solution 0,025 %),
usia > 6 tahun : 8-20 tetes,
usia < 6 tahun : 4-10 tetes.
Pemberian obat pengendali:

Klasifikasi Kontroler Pereda

Episodik jarang Tidak memerlukan Memerlukan

Episodik sering Memerlukan Memerlukan

Persisten Memerlukan Memerlukan


Golongan obat asma sebagai kontroler dibagi menjadi
beberapa golongan :

*Golongan anti-inflamasi non-steroid (namun saat ini tidak tersedia)


*Golongan anti-inflamasi steroid
* Budesonid (Pulmicort)
* Flutikason (flixotide)
*Golongan beta agonis kerja panjang
* Procaterol
* Bambuterol
* Lameterol
*Golongan obat lepas lambat
* Terbutaline kapsul
* Salbutamol (volmax)
* Teofilin tablet salut
*Golongan antileukotrien
* Zafilukas
* Montelukas
*Golongan kombinasi steroid + LABA
*Symbicort (LABA kerja cepat).
Jika pemakaian beta dua
agonist hirupan lebih dari 3
Pada asma episodic jarang,
kali dalam seminggu (tanpa
diperlukan obat Pereda Asma episodic sering
penggunaan pra-aktivitas
berupa beta 2 agonist atau diberikan obat anti-
fisik) atau serangan
teofilin saat serangan, inflamasi steroid dengan
sedang/berat muncul lebih
tidak diperlukan obat dosis rendah.
dari 1 kali dalam sebulan
kontroler.
maka penangannya masuk
dalam asma episodic sering

Pada pasien <12 tahun diberikan budesonide 100-200 mcg atau flutikason 50-100 mcg, pada
pasien diatas 12 tahun diberikan budesonide 200-400 mcg atau flutikason 100-200 mcg.
Evaluasi 6-8 minggu (maksimal 8-12 minggu), jika memburuk naikkan hingga 400 mcg dan jika
membaik dosisnya diturunkan.
Pencegahan

Kontrol lingkungan
merupakan upaya
pencegahan untuk
menghindari pajanan
alergen dan polutan, baik
untuk mencegah sensitisasi
maupun penghindaran
pencetus
Prognosis

Prognosis dalam jangka panjang asma anak secara umum


baik. Sebagian besar asma anak hilang atau berkurang
dengan bertambahnya umur. Informasi mengenai
perjalanan klinis asma menyatakan bahwa prognosis baik
ditemukan pada 50-80% pasien, khususnya pasien yang
penyakitnya ringan dan timbul pada masa kanak-kanak.5
KESIMPULAN
 
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
elemen. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10%pada
anak). Di Indonesia, prevalensi asma pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan
untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2%.

Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan

Tata laksana asma dilakukan berdasarkan klasifikasi asma dan berdasarkan


derajat serangan asma

Anda mungkin juga menyukai