Disusun Oleh :
Pembimbing:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ
dr. Aristo
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Tanggal Lahir : 11 November 1983
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Labu
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Tanggal Pemeriksaan : 22 Desember 2018
Tempat Pemeriksaan : Ruang Cemara, Anutapura Palu
Tanggal Masuk RS : 21 Desember 2018
3
sekarang tinggal bersama dia karena kedua orang tuanya sudah meninggal.
Pasien bercerita anak ini sekarang terjerat masalah di POLDA dan memiliki
keinginan ingin bunuh diri. Hal itu yang membuat beban pikiran pasien
menjadi berat belum lagi urusan dikantor, masalah keluarga yang ia tanggung
sendiri. Kadang pasien tidak pulang kerumah ia biasa menenangkan diri
disuatu tempat ia mengatakan tidak tau mau meluapkan masalahnya ke siapa,
kadang pasien sampai berteriak sendiri karena tidak sanggup menghadapi
masalahnya.
Pasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara, semua saudaranya tinggal
diluar kota palu, yang dipalu hanya dia. Ayah pasien sudah lama meninggal
dan ibunya sudah mulai sakit-sakitan. Sebagai anak pertama ia memiliki
beban besar untuk memenuhi kebutuhan ibunya dan ditambah lagi sisa dia
yang merawat ibunya dipalu kadang dia mengeluh sulit membagi waktu antara
pekerjaan, keluarga dan masalah lainnya yang sampai membuat dia sedih, ia
mengatakan sering ke makam ayahnya hanya untuk curhat dan mengeluh
mengenai masalahnya. Saat bercerita mengenai ayahnya pasien menangis.
Pasien juga mengatakan berat badannya turun. Ketika ada kegiatan dikantor
dia merasa lebih ingin sendiri daripada berkumpul dengan teman-teman yang
lain. Kadang juga jika ada seminar ia tidak bisa berkonsentrasi karena selalu
memikirkan anak sepupunya, keluarga dan pekerjaannya yang lain.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)
4
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya.
Tidak ada
5
Pendidikan terakhir pasien S1
o Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai guru mengaji.
o Riwayat hubungan dan perkawinan :
Pasien telah menikah dan memiliki anak. Pasien juga merasa hubungan
rumah tangganya baik-baik saja.
o Riwayat militer :
Tidak ada
B. Keadaan afektif
6
Mood : depresi
Afek : tumpul
Keserasian : serasi
Empati : tidak dapat dirabarasakan
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A. Produktivitas : cukup
7
B. Kontinuitas : relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. Preokupasi : ingin memiliki anak perempuan
B. Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 5 : pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan
penyesuaian social disebabkan oleh perasaan atau gangguan dari pasien
sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada
pengalaman di masa depan
b. Pemeriksaan Fisik
8
GCS E4M6V5, pupil bundar isokor, ukuran 2,5 mm, reflex cahaya +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+, Pemeriksaan kaku kuduk : (-), reflex fisiologis (+),
reflex patologis (-). fungsi kortikal luhur dalam batas normal.
9
anak perempuan yang sangat cantik), arus pikiran produktivitas cukup,
kontinuitas relevan, tidak terdapat gangguan isi pikiran .Tilikan derajat 5
dan dapat dipercaya.
10
Aksis V: GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
IX. PROGNOSIS
1. Faktor pendukung :
a. Sudah menikah sehingga ada yang memperhatikan
b. Faktor stressor jelas
c. Respon terhadap pengobatan baik
2. Faktor penghambat :
a. Perhatian dari anak kandungnya kurang
Prognosis: dubia ad bonam
X. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
11
Obat dyspepsia : Lansoprazole 15 mg 1x1
Non Psikofarmako
a) Terapi perilaku kognitif
- Perilaku kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic
secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
behavioural adalah relaksasi dan biofeedback.
b.) Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih
bisa beradaptasi optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.
c.) Psikoterapi berorientasi pada tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.
XI. FOLLOW UP
12
penyesuaian dengan ansietas, atau gangguan penyesuaian dengan campuran
ansietas dan mood depresi. Contohnya mencakup:
1. Gangguan ansietas depresi : gejala ansietas dandepresi yang secara klinis
bermakna, tetapi tidak memenuhi kriteria gangguan mood spesifik atau
gangguan ansietas spesifik
2. Gejala fobia sosisal yang secara klinis bermakna terkait dengan dampak
social karena memiliki keadaan medis umum atau gangguan jiwa (cth
penyakit Parkinson, penyakit kulit, gagap, anoreksia nervosa, gangguan
dismorfik tubuh)
3. Situasi dengan gangguan yang cukup berat sehingga diperlukan diagnosis
gangguan ansiestas, tetapi orang tersebut gagal melaporkan cukup gejala
guna memenuhi kriteria lengkap gangguan ansietas spesifik apapun;
contohnya orang yang melaporkan semua gambaran gangguan panic
semuanya merupakan serangan yang terbatas gejala
4. Situasi saat klinisi telah menyimpulkan bahwa terdapat gangguan ansietas
tetapi tidak mampu membedakan apakah gangguan tersebut primer, akibat
keadaan medis umum, atau dicetuskan zat
13
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
c. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
dalam area fungsi social, pekerjaan atau area fungsi lainnya
d. Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum
e. Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresi berat, gangguan
distimik, gangguan panic, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain
(termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.
14
f. Halusinasi gustatorik : persepsi palsu akan rasa, misalnya rasa yang tidak
enak, disebabkan kejang unsinatus; paling sering terjadi pada gangguan medis
g. Halusinasi taktil (haptik) : persepsi palsu akan sentuhan atau sensasi
permukaan , contohnya pada ekstremitas yang diamputasi (phantom limb); sensasi
merayap pada atau dibawah kulit (formikasi)
h. Halusinasi somatic : sensasi palsu akan adanya sesuatu yang terjadi pada atau
ditujukan ke tubuhnya paling sering berasal dari visera (disebut juga halusinasi
senestesik)
i. Halusinasi liliput : persepsi palsu bahwa ukuran obyek terlihat mengecil
(disebut juga mikropsia)
j. Halusinasi yang kongruen-mood : halusinasi yang isinya tidak konsisten
dengan mood depresif atau manik (contohnya, pasien depresi mendengar suara
mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar
suara yang mengatakan dirinya amat berharga, berkuasa, dan berpengetahuan
tinggi
k. Halusinasi yang tidsk kongruen-mood : halusinasi yang isinya tidak konsisten
dengan mood depresif maupun manik (mislanya, pada depresi, halusinasi tidak
melibatkan tema seperti harga diri dan kekuasaan yang tinggi)
l. Halusinosis : halusinasi, paling sering auditorik, akibat penyalahgunaan
alcohol kronik dan yang terjadi pada kesadaran yang jernih, berlawanan dengan
delirium tremens, yaitu halusinasi yang terjadi pada kesadaran berkabut
m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang ditimbulkan oleh sensasi lain
(contohnya, sensasi auditorik yang disertai atau memicu sensasi visual; suara yang
dianggap terlihat atau kejadian visual yang dianggap sebagai sesuatu yang
terdengar)
n. Fenomena trailing : abnormalitas persepsi terkait obat halusinogenik berupa
obyek bergerak terlihat sebagai serangkaian citra yang terpisah dan terputus
o. Halusinasi perintah : persepsi palsu akan perintah yang membuat seseorang
merasa wajib mematuhi atau tak kuasa menolak
15
DAFTAR PUSTAKA
16
3. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2.
Jakarta: EGC; 2014
LAMPIRAN WAWANCARA
17
P : Waalaikumsalam. Iya dokter, saya Ibu M.
DM : ibu M usianya berapa?
P : 61 tahun dok.
DM : ibu tinggal dimana?
P : di Pantai barat.
DM : ke rumah sakit diantar siapa ibu?
P : anak saya dokter (anak menantunya)
DM : maaf kalau boleh saya tahu anaknya ada berapa ibu?
P :Cuma 1 dokter laki-laki, saya ini mau sekali punya anak
perempuan jadi saya bilang sama anak mantuku anggap saya seperti mama
sendiri saja, sudah ada juga cucuku perempuan dokter
DM :Alhamdulillah ibu berarti sudah merasakan seperti punya anak
perempuan sekarang
P :iya dokter Alhamdulillah tapi biasa masih ada keinginan punya
anak perempuan dokter
DM : iya ibu serahkan semua kepada Allah kalau dikehendaki pasti
akan ada gantinya dari Allah kan sudah ada cucu perempuan mungkin itu
hadiah dari Allah untuk ibu
P : iya dokter
DM : kalau boleh tahu, ibu sekarang kerjanya apa?
P : jadi guru mengaji saya dokter, dulu saya sekolah ilmu tajwid dulu
DM : jadi sekarang setelah dirawat ini masih sering mengaji?
P : masih dokter ini saya ada bawa yasin dan Al-Quran
DM : Alhamdulillah, jadi apa buat ibu sampai masuk rumah sakit?
P : jadi begini dokter, saya kan dikampung sementara menyapu tiba
tiba rasa mau terbanting, tetangga bilang kalau rasa begitu terus mending
dirawat ke palu saja karena ada anak yang urus dipalu. Jadi saya berpikir
mending saja kepalu Karena saya takut kalau tiba-tiba saya jatuh terus
meninggal tidak ada yang lihat dan urus jadi mending pergi sama anakku
saja
DM : jadi ibu kepalu?
P : iya dokter, jadi naik mobil rental tapi ada penumpang diturunkan
ditempat pengungsian tapi lama lagi cari keluarganya baru saya belum
makan sudah lewat jam makan jadi tiba-tiba sakit uluhati tembus sampai
belakang
DM : terus apa yang ibu lakukan?
P : saya tahan dokter. Sampai dirumah sy langsung memasak.
Sementara memasak tiba-tiba tangan semua gemetar dan dingin semua
18
ujung kaki jadi saya dibawah menantuku ke rumah sakit. Tapi yang saya
kecewakan anakku tidak ada saya dapat dirumah. Dia ada pergi kerja
DM : Tidak apa ibu yang penting ibu sudah dibawa cepat kerumah sakit
P : iya dokter
DM : jadi sekarang apalagi keluhan yang ibu rasakan?
P : ini dokter saya sering cemas dengan susah tidur (dengan raut
wajah sedih)
DM : Rasa cemasnya itu sudah dari kapan ibu? Dan susah tidurnya dari
kapan?
P : saya rasa begini dari setelah gempa lalu itu dok, jadi sering saya
pikirkan keadaanya anakku dipalu saya kasih tinggal. Bagaimana kerjanya.
Kalau susah tidur dari setelah gempa juga tapi sekarang saya susah tidur
karena ada orang yang dating lihat-lihat saya dok
DM : orang seperti apa itu dilihat ibu?
P : anak perempuan cantik sekali dokter, tapi tidak ada dia bilang
apa-apa cuma ba lihat-lihat saya saja, jadi dalam hatiku “tidak usah
diperhatikan biar secantik apa dia”
DM : itu anak perempuan datang terus lihat ibu satiap malam?
P : tidak dokter biasa dia Cuma datnag malam kamis sama malam
jumat saja.
DM : jadi apa biasa ibu lakukan kalau ada dia?
P : Biasa saya mengaji dok
DM : iya ibu tidak usah dipikirkan hal seperti itu yang penting ibu
banyak berdzikir, berdoa, mengaji pasti dia pergi sendiri
P : iya dokter rajin saya berdzikir dan mengaji
DM : Alhamdulillah, jadi ibu sering kumpul kalau ada orang pengajian
atau ada kumpul-kumpul tetangga ibu ikut?
P : biasa ikut asal tidak membicarakan orang atau ada orang yang
bicara tinggi. Saya tidak suka orang begitu. Ingat jabatan dan harta itu
tidak dibawa mati.
DM : jadi biasa ibu tidak ikut kalau ada orang seperti itu?
P : iya dokter lebih baik saya menyendiri daripada saya
mengecewakan orang.
DM : kenapa takut mengecewakan orang ibu?
P : takut saja dok
DM : selain takut ada ibu rasa seperti tiba-tiba sedih
P : iya biasa begitu dok, biasa karena terpikir anakku dan mamaku
yang baru meninggal.
19
DM : kapan orang tuanya ibu meninggal? Bagaimana hubungannya ibu
dengan orang tua?
P : 1 tahun yang lalu dok, saya dekat sekali sama mama. Saya anak
yang paling dia sukai katanya waktu masih hidup. Jadi biasa kalau ada
berita berita buruk tentang orang meninggal begitu saya tidak bisa dengar
dokter saya rasa takut seperti tidak bisa menerima, mending saya tidak
usah dengar itu berita.
DM : mungkin bisa ibu menerima jika disampaikan secara pelan-pelan
P : iya kalau dengan cara pelan mungkin agak bisa saya terima dok,
tapi jangan buat berita yang tiba-tiba bikin kaget saya
DM : iya ibu, ibu M apakah sebelumnya ibu pernah menderita sakit
berat yang sampai harus dirawat? Kepala terbentur atau mungkin infeksi?
P : tidak ada dok.
DM : mohon maaf sebelumnya bu, apakah ibu merokok? Atau pernah
mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang sebelumnya?
P : tidak pernah juga.
DM : ibu, masa kecilnya ibu bagaimana?
P : saya tidak ingat kalau masa kecil sekali.
DM : mohon maaf sebelumnya bu, pendidikan terakhir ibu M apa?
P : saya sekolah ilmu tajwid terakhir dok.
DM : mohon maaf ibu, kehidupan keluarganya ibu bagaimana kalau
boleh saya tahu?
P : saya harap anak saya baik-baik saja, saya berdoa dilancarkan
pekerjaannya dan dia dilindungi
DM : sekarang ibu tinggal bersama siapa?
P : saya tinggal bersama suami dikampung berdua, anak satusatunya
dipau
DM : ibu M, apakah ada lagi keluhan yang ibu rasakan yang belum
sempat ibu katakan atau belum sempat saya tanyakan?
P : tidak ada dok.
DM : kalau begitu wawancara sampai disini dulu bu M, nanti ibu akan
diberikan obat oleh dokter ahli, saya harap ibu dapat minum teratur.
P : iya dok.
DM : terima kasih Ibu. Saya permisi dulu. Assalamualaikum bu.
P : Waalaikumsalam dok.
20