Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 20 Desember 2018


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DEPRESIF

Disusun Oleh :

Riestantya Utami Ningrum


N 111 18 038

Pembimbing:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ
dr. Aristo

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Riestantya Utami Ningrum


NIM : N 111 18 038
Judul Laporan Kasus : Gangguan campuran ansietas dan depresi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako Palu

Palu, 22 Desember 2018


Pembimbing

dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ

2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Tanggal Lahir : 11 November 1983
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Labu
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Tanggal Pemeriksaan : 22 Desember 2018
Tempat Pemeriksaan : Ruang Cemara, Anutapura Palu
Tanggal Masuk RS : 21 Desember 2018

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan utama
Cemas
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang perempuan usia 35 tahun masuk rumah sakit diantar oleh suaminya
karena pusing dan dada sesak. Kemudian dikonsul ke bagian jiwa karena
pasien merasa cemas, sedih dan sulit tidur serta tidak bersemangat menjalani
hari karena penyakit yang dirasakannya. Pasien mengatakan rasa cemas mulai
muncul sudah lama setelah kejadian gempa 28 september 2018 dan keluhan
sulit tidur biasa pasien mencoba tidur dari jam 10 malam kemudian jam 3
terbangun dan tidak bisa tidur kembali hal ini dirasakan sejak 1 bulan ini .
Pasien mengatakan yang membuat dia cemas karena terlalu banyak masalah
dalam hidupnya ia bercerita memiliki sepupu (anak dari keluarganya) yang

3
sekarang tinggal bersama dia karena kedua orang tuanya sudah meninggal.
Pasien bercerita anak ini sekarang terjerat masalah di POLDA dan memiliki
keinginan ingin bunuh diri. Hal itu yang membuat beban pikiran pasien
menjadi berat belum lagi urusan dikantor, masalah keluarga yang ia tanggung
sendiri. Kadang pasien tidak pulang kerumah ia biasa menenangkan diri
disuatu tempat ia mengatakan tidak tau mau meluapkan masalahnya ke siapa,
kadang pasien sampai berteriak sendiri karena tidak sanggup menghadapi
masalahnya.
Pasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara, semua saudaranya tinggal
diluar kota palu, yang dipalu hanya dia. Ayah pasien sudah lama meninggal
dan ibunya sudah mulai sakit-sakitan. Sebagai anak pertama ia memiliki
beban besar untuk memenuhi kebutuhan ibunya dan ditambah lagi sisa dia
yang merawat ibunya dipalu kadang dia mengeluh sulit membagi waktu antara
pekerjaan, keluarga dan masalah lainnya yang sampai membuat dia sedih, ia
mengatakan sering ke makam ayahnya hanya untuk curhat dan mengeluh
mengenai masalahnya. Saat bercerita mengenai ayahnya pasien menangis.
Pasien juga mengatakan berat badannya turun. Ketika ada kegiatan dikantor
dia merasa lebih ingin sendiri daripada berkumpul dengan teman-teman yang
lain. Kadang juga jika ada seminar ia tidak bisa berkonsentrasi karena selalu
memikirkan anak sepupunya, keluarga dan pekerjaannya yang lain.

Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)

 Faktor Stressor Psikososial


Pasien merasa cemas dan sulit tidur serta tidak bergairah menjalani
hari karena memikirkan anaknya. Serta merasa ketakutan ketika mengingat
kematian.

4
 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya.
Tidak ada

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya.


Riwayat penyakit terdahulu: hipertensi (+), riwayat trauma kapitis
(disangkal), riwayat penyakit infeksi (disangkal)
Riwayat penggunaan zat psikoaktif:
NAPZA(-)
 Merokok (-)
 Alkohol (-)
 Obat-obatan lainnya (-)
Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya:
Tidak ada

D. Riwayat Kehidupan Peribadi


 Riwayat Prenatal dan Perinatal :
Pasien dilahirkan dengan normal dan cukup bulan. riwayat ibu sakit selama
kehamilan dan menggunakan obat/zat adiktif, tidak diketahui pasien.
 Riwayat Masa Kanak-kanak Awal (1-3 tahun) :
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak seusianya. Pasien
dirawat dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya dan mendapatkan kasih
sayang dari orang tuanya.
 Riwayat Masa Kanak-kanak Pertengahan (4-11 tahun) :
Pasien bermain dan bergaul layaknya anak normal lainnya dan tidak
memiliki masalah dengan anak-anak lainnya.

 Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir / Pubertas/Remaja (12-18 tahun)


Pasien bersekolah sampai S1 dan sekolah untuk memperdalam ilmu tajwid
 Riwayat Masa Dewasa
o Riwayat Pendidikan

5
Pendidikan terakhir pasien S1
o Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai guru mengaji.
o Riwayat hubungan dan perkawinan :
Pasien telah menikah dan memiliki anak. Pasien juga merasa hubungan
rumah tangganya baik-baik saja.
o Riwayat militer :
Tidak ada

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Saat ini pasien tinggal
bersama suaminya.
F. Situasi Sekarang
Saat ini pasien sedang menjalani perawatan di ruang Walet bawah di RSU
Anutapura Palu.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.


Pasien tidak merasa bahwa ada yang salah dengan jiwanya.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan:
Tampak seorang perempuan, wajah sesuai umur, memakai baju
terusan berwarna orange dan tertutup sarung, memakai jilbab cream,
rambut sedikit keluar dan perawatan diri baik.
 Kesadaran: Compos Mentis
 Perilaku dan aktivitas psikomotor : tampak sedih
 Pembicaraan : spontan, intonasi rendah , kelancaran cukup
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan afektif

6
 Mood : depresi
 Afek : tumpul
 Keserasian : serasi
 Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


 Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai dengan tingkat pendidikan
 Daya konsentrasi : Baik
 Orientasi :
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
 Daya ingat
Jangka Panjang: baik
Jangka sedang : baik
Jangka pendek: baik
 Pikiran abstrak : baik
 Bakat kreatif : tidak ada.
 Kemampuan menolong diri sendiri : baik
D. Gangguan persepsi
 Halusinasi : Halusinasi hipnagogik (melihat anak perempuan yang
sangat cantik),
 Ilusi: tidak ada
 Depersonalisasi : Tidak ada
 Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berpikir
 Arus pikiran :
A. Produktivitas : cukup

7
B. Kontinuitas : relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
 Isi Pikiran
A. Preokupasi : ingin memiliki anak perempuan
B. Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian impuls
Baik

G. Daya nilai
 Norma sosial : Baik
 Uji daya nilai : Baik
 Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (insight)
Derajat 5 : pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan
penyesuaian social disebabkan oleh perasaan atau gangguan dari pasien
sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada
pengalaman di masa depan

I. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


a. Status internus
T : 170/90 mmHg N : 80 x/menit P : 22 x/menit S : 36,8°C
Kongjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterus, jantung dan paru dalam batas
normal, abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium, fungsi motorik dan
sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Fisik

8
GCS E4M6V5, pupil bundar isokor, ukuran 2,5 mm, reflex cahaya +/+, reflex
cahaya tidak langsung +/+, Pemeriksaan kaku kuduk : (-), reflex fisiologis (+),
reflex patologis (-). fungsi kortikal luhur dalam batas normal.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan usia 61 tahun keluhan pasien merasa sedih,
cemas dan sulit tidur serta tidak bersemangat menjalani hari karena
penyakitnya yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan sering merasa sedih dan cemas, yang dirasakan setelah
bencana gempa tanggal 28 september 2018 lalu, karena ia memikirkan
nasib dan keadaan anak tunggalnya yang ia tinggalkan dipalu.
Pasien juga mengatakan ada rasa berdebar-debar jika mendengar
kabar buruk seperti kabar orang meninggal dan seperti ada perasaan tidak
bisa menerima. Pasien mengatakan sering kaget, ada rasa takut ingat
kematian. Ibu pasien meninggal 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
sangat dekat dengan ibunya. Pasien biasa bersosialisasi dengan orang
sekitar namun jika berkumpul hanya membicarakan orang dan ada yang
berbicara tinggi atau orang bersifat pamer pasien tidak suka, pasien lebih
memilih untuk sendiri karena takut mengecewakan orang disekitarnya.
Pasien mengatakan ingin sekali mempunyai anak perempuan sejak dulu
agar ada yang mengurusnya.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur karena ada seorang anak
perempuan yang sangat cantik datang melihatnya, namun pasien berkata
dalam hati “tidak usah diperhatikan biar secantik apa dia”, pasien
mengatakan anak perempuan itu biasa datang melihat pasien pada malam
kamis dan jumat. Pasien mengatakan sering mengaji tiap malam.
Saat ini pasien bekerja sebagai guru mengaji. Hubungan dengan
keluarga dan orang sekitar baik. Jika pasien sembuh, ia ingin bisa
mengajar anak-anak mengaji dan nasyid lagi.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan mood depresi dan afek
tumpul. Terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi hipnagogik (melihat

9
anak perempuan yang sangat cantik), arus pikiran produktivitas cukup,
kontinuitas relevan, tidak terdapat gangguan isi pikiran .Tilikan derajat 5
dan dapat dipercaya.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis 1:
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan ada gejala klinik
bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa sulit tidur, cemas,
merasa sedih dan takut dan menimbulkan (disabilitas) berupa terganggunya
melakukan aktivitas social dan pekerjaan sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Gangguan Jiwa
Pada pasien tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita,
tetapi terdapat halusinasi hipnagogik yang bersifat fisiologis sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis
umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan
gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga didiagnosa Gangguan Jiwa
Non Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dimana pasien merasa cemas, sedih dan
sulit tidur dan terdapat bebarapa tanda depresi disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan cemas campuran depresif karena memenuhi kriteria PPDGJ
III diagnosa untuk Gangguan Ansietas Lainnya (F41)
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pasien memiliki beberapa kriteria
untuk diambil kesimpulan diagnosis Gangguan Campuran Ansietas dan
Depresi (F41.2)
Aksis II: ciri kepribadian tidak khas
Aksis III : Dyspepsia
Aksis IV: Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Dimana pasien terus merasa cemas karena memikirkan anaknya

10
Aksis V: GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Gangguan stress pasca trauma
- Gangguan skizoafektif tipe depresif

VIII. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik
ditemukan adanya riwayat hipertensi dan nyeri ulu hati yang
menyebabkan cemas terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
sehingga pasien memerlukan psikofarmaka.
 Psikologik
Ditemukan adanya masalah psikologis sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.

IX. PROGNOSIS
1. Faktor pendukung :
a. Sudah menikah sehingga ada yang memperhatikan
b. Faktor stressor jelas
c. Respon terhadap pengobatan baik
2. Faktor penghambat :
a. Perhatian dari anak kandungnya kurang
Prognosis: dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI
 Farmakoterapi :

Ansiolitik : Alprazolam 0,25 mg 2x1


Antidepresan : Kalxetin 5 mg 2x1

11
Obat dyspepsia : Lansoprazole 15 mg 1x1

 Non Psikofarmako
a) Terapi perilaku kognitif
- Perilaku kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic
secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
behavioural adalah relaksasi dan biofeedback.
b.) Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih
bisa beradaptasi optimal dalam fungsi social dan pekerjaannya.
c.) Psikoterapi berorientasi pada tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.

XI. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai


efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.

XII. PEMBAHASAN/ TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan ansietas yang tidak tergolongkan


Kategori ini mencakup gangguan dengan ansietas atau penghindaran fobik yang
nyata dan tidak memenuhi kriteria gangguan ansietas spesifik manapun gangguan

12
penyesuaian dengan ansietas, atau gangguan penyesuaian dengan campuran
ansietas dan mood depresi. Contohnya mencakup:
1. Gangguan ansietas depresi : gejala ansietas dandepresi yang secara klinis
bermakna, tetapi tidak memenuhi kriteria gangguan mood spesifik atau
gangguan ansietas spesifik
2. Gejala fobia sosisal yang secara klinis bermakna terkait dengan dampak
social karena memiliki keadaan medis umum atau gangguan jiwa (cth
penyakit Parkinson, penyakit kulit, gagap, anoreksia nervosa, gangguan
dismorfik tubuh)
3. Situasi dengan gangguan yang cukup berat sehingga diperlukan diagnosis
gangguan ansiestas, tetapi orang tersebut gagal melaporkan cukup gejala
guna memenuhi kriteria lengkap gangguan ansietas spesifik apapun;
contohnya orang yang melaporkan semua gambaran gangguan panic
semuanya merupakan serangan yang terbatas gejala
4. Situasi saat klinisi telah menyimpulkan bahwa terdapat gangguan ansietas
tetapi tidak mampu membedakan apakah gangguan tersebut primer, akibat
keadaan medis umum, atau dicetuskan zat

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Campuran Ansietas dan


Depresif
a. Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
b. Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1
bulan:
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikir kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah,
tidur tidak puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah menangis
7. Hypervigillance

13
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
c. Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
dalam area fungsi social, pekerjaan atau area fungsi lainnya
d. Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum
e. Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresi berat, gangguan
distimik, gangguan panic, atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain
(termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.

Halusinasi Fisiologis dan Patologis :


Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus
eksternal yang nyata; mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas
pengalaman halusinasi tersebut namun mungkin pula tidak.
a. Halusinasi hipnagogik : persepsi palsu yang terjadi saat akan jatuh tertidur;
umumnya dianggap sebagai fenomena yang tidak patologis
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun dari tidur,
biasanya dianggap tidak patologis
c. Halusinasi auditorik : persepsi palsu akan bunyi, biasanya berupa suara-suara
namun dapat pula berupa bunyi-bunyian lain, contohnya music; merupakan
halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatrik
d. Halusinasi visual : persepsi palsu yang melibatkan penglihatan baik suatu citra
yang berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tak berbentuk (misalnya, kilatan
cahaya); paling sering ditemukan pada gangguan berupa gangguan medis
e. Halusinasi olfactorik : persepsi palsu akan bau, paling sering terdapat pada
gangguan medis

14
f. Halusinasi gustatorik : persepsi palsu akan rasa, misalnya rasa yang tidak
enak, disebabkan kejang unsinatus; paling sering terjadi pada gangguan medis
g. Halusinasi taktil (haptik) : persepsi palsu akan sentuhan atau sensasi
permukaan , contohnya pada ekstremitas yang diamputasi (phantom limb); sensasi
merayap pada atau dibawah kulit (formikasi)
h. Halusinasi somatic : sensasi palsu akan adanya sesuatu yang terjadi pada atau
ditujukan ke tubuhnya paling sering berasal dari visera (disebut juga halusinasi
senestesik)
i. Halusinasi liliput : persepsi palsu bahwa ukuran obyek terlihat mengecil
(disebut juga mikropsia)
j. Halusinasi yang kongruen-mood : halusinasi yang isinya tidak konsisten
dengan mood depresif atau manik (contohnya, pasien depresi mendengar suara
mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar
suara yang mengatakan dirinya amat berharga, berkuasa, dan berpengetahuan
tinggi
k. Halusinasi yang tidsk kongruen-mood : halusinasi yang isinya tidak konsisten
dengan mood depresif maupun manik (mislanya, pada depresi, halusinasi tidak
melibatkan tema seperti harga diri dan kekuasaan yang tinggi)
l. Halusinosis : halusinasi, paling sering auditorik, akibat penyalahgunaan
alcohol kronik dan yang terjadi pada kesadaran yang jernih, berlawanan dengan
delirium tremens, yaitu halusinasi yang terjadi pada kesadaran berkabut
m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang ditimbulkan oleh sensasi lain
(contohnya, sensasi auditorik yang disertai atau memicu sensasi visual; suara yang
dianggap terlihat atau kejadian visual yang dianggap sebagai sesuatu yang
terdengar)
n. Fenomena trailing : abnormalitas persepsi terkait obat halusinogenik berupa
obyek bergerak terlihat sebagai serangkaian citra yang terpisah dan terputus
o. Halusinasi perintah : persepsi palsu akan perintah yang membuat seseorang
merasa wajib mematuhi atau tak kuasa menolak

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

16
3. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2.
Jakarta: EGC; 2014

LAMPIRAN WAWANCARA

 DM : Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya dokter muda Runi


yang sekarang lagi bertugas di bagian jiwa. Disini saya akan bertanya
mengenai keluhan yang ibu rasakan, ibu tidak perlu takut mengenai
sakitnya, silahkan ibu ceritakan saja apapun yang ibu rasa perlu untuk
diceritakan. Bisa saya tau dengan ibu siapa?

17
 P : Waalaikumsalam. Iya dokter, saya Ibu M.
 DM : ibu M usianya berapa?
 P : 61 tahun dok.
 DM : ibu tinggal dimana?
 P : di Pantai barat.
 DM : ke rumah sakit diantar siapa ibu?
 P : anak saya dokter (anak menantunya)
 DM : maaf kalau boleh saya tahu anaknya ada berapa ibu?
 P :Cuma 1 dokter laki-laki, saya ini mau sekali punya anak
perempuan jadi saya bilang sama anak mantuku anggap saya seperti mama
sendiri saja, sudah ada juga cucuku perempuan dokter
 DM :Alhamdulillah ibu berarti sudah merasakan seperti punya anak
perempuan sekarang
 P :iya dokter Alhamdulillah tapi biasa masih ada keinginan punya
anak perempuan dokter
 DM : iya ibu serahkan semua kepada Allah kalau dikehendaki pasti
akan ada gantinya dari Allah kan sudah ada cucu perempuan mungkin itu
hadiah dari Allah untuk ibu
 P : iya dokter
 DM : kalau boleh tahu, ibu sekarang kerjanya apa?
 P : jadi guru mengaji saya dokter, dulu saya sekolah ilmu tajwid dulu
 DM : jadi sekarang setelah dirawat ini masih sering mengaji?
 P : masih dokter ini saya ada bawa yasin dan Al-Quran
 DM : Alhamdulillah, jadi apa buat ibu sampai masuk rumah sakit?
 P : jadi begini dokter, saya kan dikampung sementara menyapu tiba
tiba rasa mau terbanting, tetangga bilang kalau rasa begitu terus mending
dirawat ke palu saja karena ada anak yang urus dipalu. Jadi saya berpikir
mending saja kepalu Karena saya takut kalau tiba-tiba saya jatuh terus
meninggal tidak ada yang lihat dan urus jadi mending pergi sama anakku
saja
 DM : jadi ibu kepalu?
 P : iya dokter, jadi naik mobil rental tapi ada penumpang diturunkan
ditempat pengungsian tapi lama lagi cari keluarganya baru saya belum
makan sudah lewat jam makan jadi tiba-tiba sakit uluhati tembus sampai
belakang
 DM : terus apa yang ibu lakukan?
 P : saya tahan dokter. Sampai dirumah sy langsung memasak.
Sementara memasak tiba-tiba tangan semua gemetar dan dingin semua

18
ujung kaki jadi saya dibawah menantuku ke rumah sakit. Tapi yang saya
kecewakan anakku tidak ada saya dapat dirumah. Dia ada pergi kerja
 DM : Tidak apa ibu yang penting ibu sudah dibawa cepat kerumah sakit
 P : iya dokter
 DM : jadi sekarang apalagi keluhan yang ibu rasakan?
 P : ini dokter saya sering cemas dengan susah tidur (dengan raut
wajah sedih)
 DM : Rasa cemasnya itu sudah dari kapan ibu? Dan susah tidurnya dari
kapan?
 P : saya rasa begini dari setelah gempa lalu itu dok, jadi sering saya
pikirkan keadaanya anakku dipalu saya kasih tinggal. Bagaimana kerjanya.
Kalau susah tidur dari setelah gempa juga tapi sekarang saya susah tidur
karena ada orang yang dating lihat-lihat saya dok
 DM : orang seperti apa itu dilihat ibu?
 P : anak perempuan cantik sekali dokter, tapi tidak ada dia bilang
apa-apa cuma ba lihat-lihat saya saja, jadi dalam hatiku “tidak usah
diperhatikan biar secantik apa dia”
 DM : itu anak perempuan datang terus lihat ibu satiap malam?
 P : tidak dokter biasa dia Cuma datnag malam kamis sama malam
jumat saja.
 DM : jadi apa biasa ibu lakukan kalau ada dia?
 P : Biasa saya mengaji dok
 DM : iya ibu tidak usah dipikirkan hal seperti itu yang penting ibu
banyak berdzikir, berdoa, mengaji pasti dia pergi sendiri
 P : iya dokter rajin saya berdzikir dan mengaji
 DM : Alhamdulillah, jadi ibu sering kumpul kalau ada orang pengajian
atau ada kumpul-kumpul tetangga ibu ikut?
 P : biasa ikut asal tidak membicarakan orang atau ada orang yang
bicara tinggi. Saya tidak suka orang begitu. Ingat jabatan dan harta itu
tidak dibawa mati.
 DM : jadi biasa ibu tidak ikut kalau ada orang seperti itu?
 P : iya dokter lebih baik saya menyendiri daripada saya
mengecewakan orang.
 DM : kenapa takut mengecewakan orang ibu?
 P : takut saja dok
 DM : selain takut ada ibu rasa seperti tiba-tiba sedih
 P : iya biasa begitu dok, biasa karena terpikir anakku dan mamaku
yang baru meninggal.

19
 DM : kapan orang tuanya ibu meninggal? Bagaimana hubungannya ibu
dengan orang tua?
 P : 1 tahun yang lalu dok, saya dekat sekali sama mama. Saya anak
yang paling dia sukai katanya waktu masih hidup. Jadi biasa kalau ada
berita berita buruk tentang orang meninggal begitu saya tidak bisa dengar
dokter saya rasa takut seperti tidak bisa menerima, mending saya tidak
usah dengar itu berita.
 DM : mungkin bisa ibu menerima jika disampaikan secara pelan-pelan
 P : iya kalau dengan cara pelan mungkin agak bisa saya terima dok,
tapi jangan buat berita yang tiba-tiba bikin kaget saya
 DM : iya ibu, ibu M apakah sebelumnya ibu pernah menderita sakit
berat yang sampai harus dirawat? Kepala terbentur atau mungkin infeksi?
 P : tidak ada dok.
 DM : mohon maaf sebelumnya bu, apakah ibu merokok? Atau pernah
mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang sebelumnya?
 P : tidak pernah juga.
 DM : ibu, masa kecilnya ibu bagaimana?
 P : saya tidak ingat kalau masa kecil sekali.
 DM : mohon maaf sebelumnya bu, pendidikan terakhir ibu M apa?
 P : saya sekolah ilmu tajwid terakhir dok.
 DM : mohon maaf ibu, kehidupan keluarganya ibu bagaimana kalau
boleh saya tahu?
 P : saya harap anak saya baik-baik saja, saya berdoa dilancarkan
pekerjaannya dan dia dilindungi
 DM : sekarang ibu tinggal bersama siapa?
 P : saya tinggal bersama suami dikampung berdua, anak satusatunya
dipau
 DM : ibu M, apakah ada lagi keluhan yang ibu rasakan yang belum
sempat ibu katakan atau belum sempat saya tanyakan?
 P : tidak ada dok.
 DM : kalau begitu wawancara sampai disini dulu bu M, nanti ibu akan
diberikan obat oleh dokter ahli, saya harap ibu dapat minum teratur.
 P : iya dok.
 DM : terima kasih Ibu. Saya permisi dulu. Assalamualaikum bu.
 P : Waalaikumsalam dok.

20

Anda mungkin juga menyukai