Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN SYOK HIPOVOLEMIK


Oleh Rizki Dwi Darmayanti, 1506689976, Mahasiswa Profesi FIK UI
RSUP Fatmawati

A. Definisi
Syok merupakan suatu sindrom klinis yang diakibatkan dari perfusi jaringan yang
tidak adekuat akibat terjadinya ketidakseimbangan hemodinamik dan metabolik seperti
perdarahan masif, trauma atau luka bakar yang berat, infark miokard luas atau emboli
paru, sepsis, tonus vasomotor yang tidak adekuat, ataupun respon imun (Kurniati,
Trisyani, Ikaristi, & Theresia, 2018). Menurut VonRueden, Bolton, dan Vary dalam
Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever (2010), syok merupakan kondisi di mana perfusi
yang tidak memadai untuk memberikan pasokan oksigen serta nutrisi bagi organ-organ
tubuh dan fungsi seluler. Pemberian aliran darah yang cukup bagi jaringan serta sel-sel
memerlukan pompa jantung yang adekuat, pembuluh darah dalam kondisi baik, serta
volume darah yang memadai (Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever, 2010). Apabila
ketiga kondisi tersebut mengalami gangguan, perfusi ke jaringan akan berkurang. Jika ini
berlangsung secara terus menerus dan tanpa diberikan penanganan, akan memberikan
dampak seperti kurangnya asupan oksigen dan nutrisi bagi sel, akhirnya akan
menyebabkan kematian sel dan jaringan.

B. Etiologi
Syok hipovolemik tejadi akibat penurunan jumlah volume sirkulasi darah yang
dapat disebabkan oleh kehilangan cairan ataupun darah sehingga terjadi penurunan
volume curah jantung (Mahadevan & Garmel, 2007). Menurut Hannon & Porth (2015),
syok hipovolemik terjadi jika kehilangan darah sekitar 20% atau lebih dari total volume
sirkulasi darah. Kehilangan darah dapat disebabkan oleh perdarahan, luka bakar yang
berat, ataupun kehilangan cairan ekstravaskular akibat dehidrasi, muntah, dan diare. Syok
ini juga dapat disebebkan oleh perpindahan cairan ekstraselular dari kompartemen
vaskular menuju kompartemen interstisial (Hannon & Porth, 2015).
Penyebab umum syok hipovolemik diantaranya adalah perdarahan (hematom
subkapsular hati, aneurisma aorta pecah, perdarahan gastrointestinal), kehilangan plasma
(luka bakar yang luas, pankreatitis, deskuamasi kulit, sindrom dumping), dan kehilangan
cairan ekstraselular (muntah, dehidrasi, diare, terapi diuretik yang sangat agresif, dan
insufisiensi adrenal) (Kurniati, Trisyani, Ikaristi, & Theresia, 2018).

C. Patofisiologi
Mekanisme kompensasi tubuh pada saat terdapat onset kehilangan volume darah
diPerubahan volume darah dalam jumlah lebih dari 10-25% akan menyebabkan
penurunan stroke volume namun tekanan arteri tetap terjaga karena sistem simpatis
memicu peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi. Hal tersebut menyebabkan
tekanan diastolik meningkat. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung (cardiac
output) dan resistensi sistemik vaskular.
Peningkatan denyut jantung merupakan tanda awal terjadinya stok hipovolemik
sebagai dampak dari upaya mempertahankan volume curah jantung. Selain itu, pulsasi
akan menjadi lemah dan sulit teraba akibat respon vasokonstriksi dan penurunan
kompartemen vaskular. Respon haus muncul akibat penurunan volume darah yang
menyebabkan meningkatnya osmolaritas serum.
Selain itu, frekuensi napas juga akan menjadi cepat dan dalam sebagai bentuk
kompensasi tubuh akibat peningkatan produksi asam serta penurunan jumlah oksigen
dalam darah. Penurunan volume intravaskular akan menyebabkan penurunan jumlah
aliran darah balik vena serta penurunan CVP. Saat terjadi syok berat, vena perifer akan
menjadi kolaps. Stimulasi sistem simpatis akan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pada pembuluh darah permukaan kulit sehingga menyebabkan akral dingin dan pucat.
Penurunan jumlah urin output disebabkan oleh penurunan aliran darah renal yang
memicu terjadinya peningkatan produksi renin. Oliguria, yaitu 20 ml/jam ataupun
kurang, merupakan tanda ketidakadekuatan perfusi ginjal. Selain itu, pada kasus syok
klien akan menunjukkan gejala seperti lelah, agitasi hingga penurunan kesadaran. Hal ini
terjadi karena peningkatan kerja simpatis dan produksi epinefrin.
(Mekanisme kompensasi tubuh pada kasus syok hipovolemik. Hannon & Porth, 2015)

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala syok hipovolemik tergantung kepada tingkat keparahan penurunan
jumah volume darah pada pasien. Berikut ini merupakan manifestasi klinis syok
hipovolemik berdasarkan derajat keparahannya (Emergency Nursing Association, 2009
dalam Kurniati, Trisyani, Ikaristi, & Theresia, 2018):
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
% kehilangan <15% (<750 15-30% (750- 30-40% (1500- >40% (>2000 ml)
darah ml)) 1500 ml) 2000 ml)
Catdiac output Normal Dekompensasi Dekompensasi Dekompensasi
Tekanan darah Normal Gap TD melebar < 100 mmHg <70 mmHg
Frekuensi napas Normal 20-30x/menit 30-40x/menit >35x/menit
Denyut nadi Normal >100x/menit >120x/menit >140x/menit
Kulit Mulai pucat Pucat, dingin Pucat, dingin, Sangat pucat,
berkeringat dingin,
berkeringat
Status mental Normal Lemas Cemas, bingung Letargi, koma
CRT Normal >2 detik >2 detik Absen
Urine ourput >30 ml/jam 20-30 ml/jam 5-20 ml/jam Absen
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
cairan darah darah
(Data dari American of Surgeons Committee on Trauma. (2008). ATS: Advanced trauma lige support for doctors
students course manual 8th ed. (Kurniati, Trisyani, Ikaristi, & Theresia, 2018))

E. Pengkajian primer
Airway  Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas
 Terjadi penurunan kesadaran
 Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
 Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
 Gelisah
 Sianosis
 Kejang
 Retensi lendir / sputum di tenggorokan
 Suara serak, batuk, atau sumbatan jalan napas
Breathing  Kaji pengembangan dada
 Dengarkan dan kaji suara napas
 Kaji penggunaan otot bantu napas
 Kaji kedalaman dan kecepatan pernapasan
Circulation  Kaji kecepatan dan kualitas nadi (distal ke proksimal)
 Amati tekanan darah (hiporensi/hipertensi)
 Kaji CRT
 Observasi warna kulit
 Suhu dan akral
 Amati perdarahan yang mengancam jiwa baik eksternal maupun internal
 Kaji nyeri
 Kaji jumlah produksi urin dan CVP
Dissability  Kaji status mental
 Amati keadaan umum dan tingkat kesadaran (Alert-Verbal-Pain-Unresponsive)
Exposure  Lepaskan seluruh pakaian pasien untuk mengamati perdarahan secara
komprehensif namun tetap mempertahankan suhu tubuh
 Lakukan pemeriksaan penunjang lainnya (X-ray dada, pelvis, spinal dan servical)
F. Pengkajian sekunder
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan toksikologi
 Analisa gas darah arteri
 Foto rontgen toraks

G. Masalah/diagnosis keperawatan
 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan preload
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, muntah
 Nyeri akut berhubungan dengan trauma
 Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan oliguria

H. Penanganan kegawatdaruratan
 Manajemen pasien dengan kondisi syok hipovolemik diarahkan pada pencegahan
kehilangan darah/cairan tubuh lebih lanjut dan memulihkan volume sirkulasi.
Perdarahan akan sangat membahayakan dan mengancam jiwa pada satu jam pertama
setelah onset perdarahan.
 Lakukan manajemen jalan napas yang agresif (tangani sesuai urutan ABC). Pasien
mungkin membutuhkan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
 Kontrol perdarahan eksternal dengan penekanan langsung, balut tekan, ataupun
menggunakan tourniquet.
 Berikan dukungan sirkulasi jika memerlukan resusitasi cairan dengan menggunakan
kateter intravena dengan lumen yang besar serta infus larutan kristaloid yang hangat.
Biasanya dimulai dari cairan kristaloid isotonik yang hangat, 2-4 liter dalam 20-30
menit pertama untuk orang dewasa. Jika akses intravena perifer tidak adekuat maka
lakukan pada akses intravena sentralis.
 Berikan pasien posisi kaki lebih tinggi untuk meningkatkan aliran balik vena
 Jaga suhu pasien agar tetap hangat
 Pasang monitor jantung pada pasien dan kaji adanya disritmia
 Pertahankan tekanan sistolik minimal 90 mmHg dan nadi radial teraba
 Berikan oksigen aliran tinggi hingga 15 liter/menit jika diperlukan
 Pada kondisi syok hipovolemik yang ebrkepanjangan dapat dibarengi dengan
pemberian inotoprik seperti dopamin, vasopressin, ataupun dobutamin untuk
meningkatkan tekanan ventrikel setelah dilakukan resusitasi cairan tubuh
 Pemberian nalokson melalui intravena sebanyak 30 mcg/kg dalam 3-5 menit dan
kemudian dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam pemberian dextrose diharapkan dapat
membantu meningkatkan MAP
 Pasang kateter urin dan monitor haluaran urin perjam
 Persiapkan pasien untuk prosedur diagnostik untuk mendapatkan data penunjang,
seperti serial hemoglobin dan hematokrit, berat jenis urin, serum elektrolit, derajat
keasaman tubuh, CT-Scan, dan prosedur lainnya.
I. Algoritma/clinical pathway kasus RJP
Tidak Sadar

Pemeriksaan
Kehilangan cairan
ABC

Sadar
Ekstravaskuler
(diare, muntah)
luka bakar

Intravaskuler CVP <8 = resusitasi


bolus NS/RL 20
ml/kg
Identifikasi sumber
Perdarahan CVP ≥8, MAP<60 =
dan kontrol perdarahan
berikan vasodilator
CVP ≥8, MAP≥60 =
resusitasi lengkap

Derajat I: tidak Derajat II: gejala Derajat III: gejala


ada komplikasi, takikardi, takikardi, takipnea, Derajat IV: gejala takikardi, TD
takikardi penurunantekanan oliguria, perubahan sistolik menurun, TD diastolik tidak
darah, kulit teraba status mental, teraba, kehilangan kesadaran,
minimal, CRT>3
dingin, ansietas oliguria, kulit dingin dan pucat
detik penurunan tekanan
ringan
darah sistolik

Gejala: turunnya tugor


jaringan,
mengentalnya sekresi
oral, bibir trakea, dan
Syok hipovolemik lidah menjadi kering,
Ganti cairan yang mata cekung
hilang
Hentikan cairan
yang keluar Berikan darah 10 ml/kg,
dapat diulangi jika perlu
Derajat I, II, III, (target: hb >10) (berikan
ekstravaskuler darah jika Hb ≤ 9); bedah
Derajat IV
untuk menghentikan
perdarahan; jika trauma
dan cedera organ
abdomen padat, bedah
Kristaloid (NaCl/ Kristaloid dan diperlukan jika 40 ml/kg
Ringer laktat) Darah darah ditransfusikan
dalam 24 jam atau
hipotensi persisten.

Dipantau dengan pemasangan kateter (urin min 0,5ml/kgbb/jam


J. Pemantauan (monitoring)
 Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan
sesuai indikasi. Pastikan golongan darah untuk pemberian transfusi.
 Kaji analisa gas darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory arrest
lakukan CPR
 Berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Monitor saturasi oksifgen dan hasil AGD
untuk mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi diperlukannya intubasi
dan penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ekspansi dada.
 Monitor tanda-tanda vital, status neurologis, dan ritme jantung secara
berkesinambungan.
 Observasi warna kulit dan cek capillary refill
 Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac output,
setiap 15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien terhadap treatmen yang
diberikan.
 Monitor intake dan output. Pasang kateter urin dan kaji setiap jam. Laporkan jika
urin tidak meningkat.
 Berikan transfusi sesuai indikasi, monitor Hb secara serial dan HCT.
 Berikan dopamin atau norephineprin, untuk meningkatkan kontraktilitas jantung
dan perfusi renal.
 Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera.
K. Web of causation (WOC) kasus

Perdarahan atau penurunan volume cairan intravaskular

Penurunan cardiac output

Penurunan perfusi jaringan

Mekanisme kompensasi diaktifkan

Pelepasan epinephrine dan Stimulasi RAAS,


norepinephrine pelepasan ADH

Peningkatan denyut jantung dan Perpindahan cairan


resistensi/tahanan vaskular intraseluler ke intravaskular

Peningkatan volume darah


dan cardiac output

Kehilangan cairan berlanjut

Cardiac output semakin menurun


 tekanan darah menurun

Kegagalan mekanisme
kompensasi tubuh

Perfusi jaringan semakin Kegagalan organ


tidak adekuat multisistem

Anda mungkin juga menyukai