Anda di halaman 1dari 13

Syok Hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan cairan tubuh atau

darah yang menyebabkan jantung tidak mampu memompakan cukup darah ke seluruh tubuh
sehingga perfusi jaringan tubuh menjadi terganggu. Keadaan ini bersifat emergensi dan dapat
menyebabkan seluruh organ gagal berfungsi dan lebih parah lagi, dapat menimbulkan kematian
organ. Hipovolemia berbeda dengan dehidrasi, dimanapada hipovolemia biasanya terjadi
penurunan sodium dalam darah, sedangkan pada dehidrasi tidak.

Kehilangan cairan tubuh hingga mencapai 1/5 dari total cairan tubuh dapat menebabkan syok
hypovolemik. Kehilangan cairan tubuh tersebut dapat disebabkan oleh

 Kehilangan darah (seperti perdarahan interna maupun eksterna)


 Kehilangan plasma (seperti terbakar, luka bakar)
 Kehilangan sodium dan cairan intravaskular (seperti keringat berlebih, diare, atau
muntah)
 Dilatasi (pelebaran) pembuluh darah (akibat cidera pada saraf yang mengontrol
pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah mengalami dilatasi, obat -
obatan yang menyebabkan vasodilatasi [pelebaran pembuluh darah] seperti
antihipertensi)

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala syok hipovolemik tidak akan muncul sampai sesorang mengalami kehilangan
cairan tubuh atau darah hingga 10-20%. Apabila terjadi syok hipovolemia, tanda dan gejala
yang akan muncul yaitu terjadi takikardi (denyut jantung menjadi cepat), menurunnya tekanan
darah, dan terjadi gangguan perfusi jaringan sehingga pasien tampak pucat dan terjadi
penurunan capilary refill (pengisisan kapiler) pada jidat, kuku, dan bibir. Pasien juga dapat
merasakan pusing, mual, lemas, dan merasa sangat haus. Semua tanda - tanda-tanda tersebut
dapat muncul pada kebanyakat tipe syok.

Berbeda dengan orang dewasa, tekanan darah pada anak - anak ketika terjadi syok hipovolemia,
akan tertap normal untuk mempertahankan suplai atau perfusi jaringan sehingga sering kurang
diperhatikan Namun apabila telah mngalami tahap dekompensasi, tekanan darah nya akan
menurun secara cepat.Oleh karena itu, ketika terjadi pendarahan internal (pendarahan yang
terjadi di dalam tubuh) pada anak-anak, harus segera ditangani meskipun tidak tampak tanda -
tanda syok pada umum nya (tekanan darah yang menurun).

Ketika terjadi perdarahan pada pasien, ingat tanda - tanda pasien yang dapat mengalami syok
hipovolemia akibat perdarahan, yaitu "blood on the floor, plus 4 more = intrathoracic,
intraperitoneal, retroperitoneal, pelvis/thigh" (darah pada lantai, tambah 4 lebih = intratorakik,
intraperitoneal, retroperitoneal, pelvis/paha). tanda - tanda pendarahan internal dapat dilihat dari
mekanisme cidera (trauma yang yang bisa menyebabkan cidera pada organ dalam), dan tanda tanda
Gray Turner's sign atau Cillen's sign.

Gray Turner's sign (gambar 1)merupakan memar berwarna kebiruan yang terdapat pada daerah
pinggang. Tanda ini biasa terapat pada keadaan serangan akut pankreatitis disertai pendarahan
retroperitoneal. Tanda ini muncul selama 24 - 48 jam. Gray turner'sign ini biasanya juga disertai dengan
Cullen's sign (gambar 2). Cullen's sign merupakan edema dan memar superfisial pada jaringan lemak
disekitar umbilikus.
Gambar 1 - Gray Turner's sign

Gambar 2 - Cullen's sign

Stage Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik dibagi menjadi 4 tingkatan. Empat tingkatan ini dikanal juga dengan 'Tenis's
Shock Hypovolemic Shock". Hal ini dikarenakan 4 tingkatan dari persentase kehilangan darah
pada stage ini mirip dengan skor pada olah raga tenis, yaitu 15, 15-30, 30-40, 40.

Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4


(Classic sign)
% Kehilangan <15% volume 15% - 30% 30% - 40% >40% volume
volume darah total (750 ml) volume total volume total total (>2000 ml)
(750 – 1500 ml) (1500 – 2000
ml)
Cardiac Normal Tidak mampu Tidak mampu Tidak mampu
Output terkompensasi dikompensasi dikompensasi dikompensasi
oleh konstriksi oleh konstriksi oleh konstriksi oleh konstriksi
pembuluh darah pembuluh darah pembuluh darah pembuluh darah
Tekanan Normal TD sistolik TD sistolik Menurun
darah normal namun menurun <100 hingga < 70
diastolic mmHg mmHg
meningkat
sehingga gap
antara sistolik
dan diastolic
(pulse pressure)
menurun.
Laju nafas Normal Meningkat Takipnea jelas Takipnea jelas
namun < 30 (>30 x /menit) (>30 x /menit)
x/menit
Nadi Normal Takikardi Takikardia jelas Takikardia
(>100x/menit) (>120 x / menit) (>130 x/ menit)
dengan pulsasi
yang lemah
Kulit Kulit mulai Pucat, dingin Berkeringat, Berkeringat,
pucat karena alian dingin dan dingin, dan
darah menuju ke pucat sangat pucat
organ vital
Status Mental Normal hingga Gelisah ringan Bingung, Penurunan
sedikit tampak (restless) cemas, agitasi kesadaran,
cemas/ gelisah lethargy, coma
Pengisian normal Delayed (Waktu Delayed absent
Kapiler pengisian
kapiler
memanjang)
Urine Output normal Menurun (20-30 20 ml /jam Sangat menurun
ml / jam) hingga absent-
Tidak berarti

Manajemen & Terapi

 First Aid

Ketika terdapat pasien yang menunjukkan tanda dan gejala syok hipovolemia, tindakan
pertama adalah sesegera mungkin mencari bantuan medis. Sementara menunggu bantuan
medis datang, lakukan hal hal berikut :

1. Buat pasien merasa nyaman dan hangat (untuk mencegah terjadinya hipotermia)
2. Pastikan bahwa tidak ada permasalahan pada ABC (Airway, Breathing, and
Circulation)
3. Apabila tampak akadanya pendarahan eksternal, maka lakukan penekanan secara
langsung pada lokasi perdarahan. Apabila hal tersebut gagal lakukan penekanan secara
tidak langsung atau pun dengan cara memberikan torniquet.
4. Baringkan pasien dalam posisi datar dengan kak ditinggikan 45 derajat untuk
mempertahankan sirkulasi. Apabila terdapat cidera pada kepala, leher, tungkai bawah,
seperti fraktur, maka jangan berusaha untuk digerakkan sebelum sudah terfiksasi
dengan baik kecuali apabila pasien dalam keadaan darurat
5. Jika terjadi reaksi alergi, tangani reaksi alergi terebut

Hospitalisasi bertujuan untuk mengani cairan atau darah yang hilang ketika terjadi syok.

 Field Care

Pada perawatan di lapangan atau saat transportasi menuju ke rumah sakit, berikan oxygen
kepada pasien untuk mempertahan splai oksigen ke jaringan. Terapi cairan intravena seperti
pemberian Ringer Lactat dapat mengkompensasi kehilangan darah pada pasien, namuncairan
intravena tidak mengangkut darah pada pasien, sehingga tetap lebih baik untuk mendapatkan
tranfusi darah.

Selain itu juga, dilakukan metode "Permissive Hypotension" terutama pada pasien trauma,
yaitu melakukan terapi cairan secara restriktif sehingga tekanan darah sistolik miningkat tanpa
mencapai normotensif (tekanan darah normal), dengan tujuan untuk mencegah terlarutnya
faktor pembekuan secara berlebihan.

 Hospital Care

Ketika pasien dirumah sakit, dilakukan beberapa pemeriksaan meliputi :

1. Daah rutin, Kimia darah


2. Central venous Line/ Tekanan Darah
3. Analisis Gas darah (AGD)
4. Pengukuran urin output melalui kateter
5. Saturasi Oksigen

Selanjutnya dilakukan intervensi sebagai berikut :

1. Pasang Oksigen sesuai kebutuhan


2. Pasang jalur IV untuk bisa dilakukan resusitasi cairan. Cairan Kristaloid bermanfaat
jika diberikan pada stage 2 syok hipovolemik dan dibutuhkan pada stage 3 dan 4.
Pemberian transfusi darah diindikasikan jika Hb < 10
3. Pembedahan pada tempat pendarahan
4. Terapi inotropik (dopamin, dan noradrenalin)

Prognosis
Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat. Prognosis nya bergantung dari :
 Jumlah darah / cairan yang hilang
 Laju hilang nya darah/ cairan
 Penyakit atau cidera yang menyebabkan kehilangan darah
 penyakit yang menyertai, seperti diabetes, penyakit jantung, paru-paru, dan ginjal

Komplikasi dari kondisi ini meliput :

1. Kerusakan Ginjal
2. Kerusakan Otak
3. Gangren pada lengan atau tungkai hingga amputasi
4. Serangan Jantung
5. Syok yang berat dapat berujung pada kematian
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada
beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok.
Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok
harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner &
Suddarth,2002).

B. TUJUAN
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi dari syok Hipovolemik
2. Menyebutkan jenis-jenis hipovolemik
3. Melakukan asuhan keperawatan dengan syok hipovolemik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti
perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik
selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab
syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner &
Suddarth,2002).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis (Toni Ashadi,2006).
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara
langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang berasal
dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan)
(sherwood, )
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke
jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan
bisacedera.(Az Rifki, 2006).
B. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti
hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang besar.
Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur
menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma atau
cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis

C. Manifestasi klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia
lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-
tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan
dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting
untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk
hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah
jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan
darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang
dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

D. Patofisiologi
Tahap-tahap syok:
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan,
Menurut Guyton, (1997) syok dibagi dalam tida tahap utama yaitu:
a. Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi
normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.
b. Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua bentuk
terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada saat itu, orang
tersebut masih hidup.
E. Pathway

F. Penatalaksanaan
a. Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator
tambahan sesuai kebutuhan.
b. Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan
untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi
jaringan.
1) Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk bertindak
sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinu (CVP) memberi
petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk
penggantian volume cairan darurat.
2) Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau lebih kateter
mungkin perlu untuk penggantiaqn cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan
hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
a) Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih kateter mungkin perlu
untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan
pada penggantian volume.
b) Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah dan
pencocokan silang, dan hemtokrit.
c) Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada tingkat yang
memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.
3) Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini mendekati
komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk
pemeriksaan golongan darah danm pencocockan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak
sebgai tambahan terapi komponen darah.
4) Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan darah telah
parah atau pasien terus mengalami hemoragi.
5) Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit sering
bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
6) Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi cairan dan
darah sesuai ketentuan.
c. Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine
menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
d. Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
e. Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan darah,
denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran
koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien terhadap tindakan.
Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan menytakan perbaikan
atau pentimpangan pasien.
f. Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong aliran
darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien dengan cidera kepala).
Hindarkan gejala yang tidak perlu.
g. Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen) untuk
meningkatkan kerja kardiovaskuler.
h. Dukung mekanisme devensif tubuh
a. Tenangkan dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa khawatir.
b. Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik.
c. Pertahankan suhu tubuh.
1) Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari
vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran karena perspirasi.
2) Pasien yang mengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi meningkatkan efek
metabolik selular terhadap syok.

G. Komplikasi
H. Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam
nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings)
penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-
tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan
menyusul bila keadaan penderita mengijinkan.
1. Airway dan breathing
prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi
dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih
dari 95%.
2. Sirkulasi - kontrol perdarahan
termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh
akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya
dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick
Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang
pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat.
Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin
diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.
3. disability – pemeriksaan neurologi
dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan
mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai
perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial
tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi
otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
4. Exposure – pemeriksaan lengkap
setelah mengurus prioritas- prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus
ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari cidera.
Bila menelanjangi penderita, sangat penting mencegah hipotermia.
5. Dilasi lambung – dikompresi.
Dilatasi lambung sering kali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak dan
dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tidak dapat diterangkan, biasanya
berupa bradikardi dari stimulasi saraf fagus yang berlabihan. Distensi lambung membuat terapi
syok menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi lambung membesarkan resiko
respirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi
lambung dilakukan dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung. Namun, walaupun
penempatan pipa sudah baik, masih mungkin terjadi aspirasi.
6. Pemasangan kateter urin
Katerisasi kandung kenving memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi
dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine. Darah pada uretra atau prostad pada letak
tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak
bagi pemasangan keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh.
I. Skunderu survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage) sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lirus dengan empat kali radius
kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille). Karena itu lebih baik
kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan terbesar dengan cepat.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau
pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan pembulu darah periver,
maka digunakan akses pembulu sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau vena subklavia
dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena seksi pada
vena safena dikaki, tergantung tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses vena sentral
didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu tidak seratus
persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur vena sentral
ini harus diubah atau diperbaiki.
Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius sehubungan dengan usaha
penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau hemotorak, pada penderita pada saat itu
mungkin sudah tidak stabil.
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus dicoba sebelum
menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk memilih prosedur atau
caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan crossmatch,
pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan pada
wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak haris
diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena jugularis interna untuk
mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya pneumo atau hemotorak.

J. Tersieri survey
Terapi awal cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan cara
menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial dan intraseluler. Larutan
Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun
NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini memiliki potensi untuk
terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah besar bila fungi ginjalnya
kurang baik.

Diagnosa
1. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
2. Perubahan perfusi jaringn b/d penurunan suplay darah ke jaringan.
3. Nyeri b/d trauma hebat.
4. Gangguan keseimbangan cairan b/d mual, muntah.
5. Gangguan pola eliminasi urine b/d Oliguria.
6. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai pengobatan.
L. Daftar pustaka
Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-pyk.
Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).
Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).Http://www. Kalbefarma. Com /
file/cdk/15 penatalaksanaan. (diakses 12 Desember 2006).
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC, Jakarta.
Doenges, E, Marilynn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan. (Edisi 3). EGC, Jakarta.
Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
(Edisi 4). EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai