Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan ke : 12 (Dua belas)

Har i&tanggal : Senin, 11 Desember 2017

Pemateri : Ari Susanti. S.KM., M.Kes

Judul Materi : Konsep Dan Prinsip Patient Safety Serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya
PATIENT SAFETY DAN CLINICAL RISK MANAGEMENT

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah
keselamatan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan
nyaris terjadi (near miss).

The Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai freedom from
accidental injury. Senada dengan hal ini Hughes (2008) menyatakan bahwa keselamatan
pasien merupakan pencegahan cidera terhadap pasien. Pencegahan cidera didefinisikan bebas
dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan
medis. Praktek keselamatan pasien adalah mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan
yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan diagnosis atau kondisi perawatan
medis.

Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat
KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera. Kondisi
Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang
selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Dari beberapa definisi
dari diatas dapat di simpulkan secara garis besar keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem rumah sakit yang membuat asuhan pasien lebih aman dengan pencegahan cidera
terhadap pasien.

Menurut Institute of Medicine (IOM), Patient Safety didefinisikan sebagai freedom from
accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga
akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission). Accidental injury dalam prakteknya berupa kejadian tidak
diinginkan atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat
disebabkan karena:

1. Keberuntungan

Contoh : pasien menerima suatu obat kontra indikasi, tetapi tidak timbul reaksi obat.

2. Pencegahan

Contoh : suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan

3. Peringanan

Contoh : suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, tetapi diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya.

Resiko terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja saat memberikan pelayanan


kesehatan kepada pasien dapat diminimalisir dengan pengorganisasian risiko atau risk
management secara benar. Risk management tersebut meliputi :

4. Identifikasi risiko.

Bertujuan untuk mengidentifikasi konsekuensi serta kemungkinan risiko yang akan


terjadi serta untuk membagi penanganan terhadap suatu risiko berdasarkan tingkat
prioritas atau kebutuhan.

5. Analisis risiko.

Bertujuan untuk menganalisis serta memisahkan risiko kecil yang dapat diterima
dengan risiko besar yang tidak dapat diterima. Selain itu, analisis risiko juga bertujuan
untuk mengumpulkan data yang dapat bermanfaat dalam proses evaluasi dan
perencanaan penanganan risiko.

6. Evalausai terhadap risiko yang terjadi.


Bertujuan untuk membandingkan tingkat atau level dari suatu risiko yang ditemukan
dengan kriteria risiko yang tidak dapat dihindari. Hasil akhir dari tahap ini adalah
menyusun prioritas risiko sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang lebih lanjut.

7. Penanganan terhadap risiko yang terjadi

Bertujuan untuk mengidentifikasi atau menentukan pilihan tindakan yang dapat


dilakukan untuk menangani suatu risiko, mengkaji pilihan tindakan tersebut,
merencanakan persiapan untuk penanganan risiko, dan melakukan pilihan tindakan
tersebut.

8. Pengamatan secara terus menerus

Bertujuan untuk menjamin atau memastikan bahwa pengorganisasian tindakan yang


telah direncanakan bermanfaat dan dapat mengontrol pelaksanaan dari penganganan
risiko tersebut.

9. Komunikasi

Menurut Depkes RI (2006) Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety) tujuan keselamatan pasien adalah :

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


b. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient safety

Faktor-faktor yang mempengaruhi performa dan penerapan patient safety di rumah sakit
adalah sebagai berikut :

a. Kepemimpinan Kuntoro (2010) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu seni


dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka
memiliki motivasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi
tertentu, sehingga sangat berperan dalam menentukan arah organisasi,
mengembangkan budaya, memastikan pelayanan dan mempertahankan organisasi
yang efektif.
b. Individu Patient safety merupakan tantangan global yang memerlukan
pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai area, mencakup faktor manusia dan
system perencanaan. Menurut Jones (2007) pemberian layanan kesehatan adalah
aktivitas tim, serta para professional dan anggota tanpa lisensi dari berbagai
disiplin. Berdasarkan model manajemen tradisional, penekanan adalah pada
individu dalam tempat kerja, dan lebih menghargai pencapaian individu. Dalam
hal keselamatan pasien, pemimpin harus memastikan bahwa menempatkan
pekerja yang dimiliki mempunyai keterampilan untuk menjalankan fungsinya
sehingga pelayanan yang diberikan bermutu dan safety. Rumah sakit harus dapat
mengadakan pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan para staf, karena pengetahuan para staf akan menentukan sikap
mereka dalam mendukung keselamatan pasien.
c. Budaya Jones (2007) berpendapat the organizational culture affects the outcomes
of quality for the organization. Budaya organisasi mempengaruhi hasil dari mutu
organisasi. Perubahan budaya adalah semboyan baru dalam patient safety.
Menurut Whithebead, Weiss & Tappen (2010) suatu kultur keselamatan
mempromosikan kepercayaan, kejujuran, keterbukaan, dan ketransparanan.
Organisasi dan kepemimpinan senior harus melakukan perubahan arah untuk
mengembangkan budaya keselamatan, suatu lingkungan yang tidak menyalahkan
di mana pelaporan kesalahan dipromosikan dan dihadiahi
d. Infrastruktur Dua elemen penting untuk peningkatan safety dan mutu adalah
disain proses pelayanan dan ketersediaan infrastruktur informasi. Menurut
Hughes (2008) temuan riset menunjukkan bahwa IT aplikasi dapat tingkatkan
keselamatan pasien dengan standardisasi, kesalahan , dan mengengurangi data
tulis tangan, diantara fungsi lain. e.
e. Lingkungan Tidak mungkin untuk mempertimbangkan konsep perawatan yang
aman dan efektif yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam isolasi
dari lingkungan fisik dan pengaturan di mana perawatan diberikan. Hughes (2008)
berpendapat bahwa lingkungan kerja adalah tempat dimana perawat menyediakan
perawatan pada pasien yang bisa menentukan kualitas dan keselamatan
pelayanan.

Standar Patient Safety


Menurut Gerties dalam Rebecca (2007) patient-centered care terdiri dari 7 upaya
keselamatan pasien :
 Peduli terhadap nilai-nilai pasien, pecegahan dan pengendalian
kebutuhannya.
 Melakukan koordinasi dan integrasi perawatan.
 Pendidikan, Komunikasi dan Informasi
 Kenyaman fisik
 Dukungan emosi
 Membuat pasien sebagai keluarga atau teman.
 Transition and Continuity (keberlanjutan)

Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar
keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan


informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
2. Mendidik pasien dan keluarga Rumah sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Rumah Sakit menjamin
keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus
mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
- Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
“.
- Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi insiden.
- Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
- Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
- Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
- Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
- Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
- Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
- Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Langkah penerapan patient safety (Depkes R1, 2006)


Mengacu kepada standar keselamatan pasien , maka rumah sakit harus mendesain
(merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah
sakit, kebutuhan pasien,petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit” yaitu :
b. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
c. Pimpin dan dukung staf anda
d. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
e. Kembangkan sistem pelaporan
f. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
g. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
h. Cegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

Sembilan Solusi live saving patient safety di RS (KKPRS, 2007)


i. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
j. Pastikan identifikasi pasien.
k. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien
l. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
m. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
n. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
o. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube).
p. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
q. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan lnfeksi
nosokomial.

Dasar hukum patient safety


Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
r. Pasal 53 (3) UUNo.36/2009 tentang kesehatan Pelaksanaan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
s. Pasal 32n UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
t. Pasal 29b UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap rumah sakit mempunyai
kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
u. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang rumah sakit Rumah sakit tidak
bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien
setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.
v. Pasal 32d UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional.
w. Pasal 32e UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi
x. Pasal 32j UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap pasien mempunyai hak
mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
y. Pasal 32q UU No.44/2009 tentang rumah sakit Setiap pasien mempunyai hak
menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
z. Pasal 43 UU No.44/2009
 Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
 Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
 Rumah sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
menteri.
 Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam
angka meningkatkan keselamatan pasien.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.
 Permenkes RI no.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu
system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi:
1. Assessment risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden
5. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan risiko
DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan . Nuha Medika : Yogyakarta.

Yulia, Sri. 2010. Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman Perawat
Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien di RS Tugu Ibu Depok, tesis M.Kep,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok

Depkes RI, 2006, Panduan nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).

Mustikawati, Yully H. 2011. Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera dan Kejadian
Tidak Diharapkan di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, tesis M.Kep,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok..

Anda mungkin juga menyukai