Anda di halaman 1dari 48

BT CLS

PELATIHAN Basic Trauma & Cardiac Life Support


Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penatalaksanaan


pasien dengan gangguan sirkulasi

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

Mengidentifikasi shock
Melakukan kontrol perdarahan
Melakukan penatalaksanaan pemberian cairan
SYOK

PATOFISIOLOGI
Perfusi jaringan tubuh yang normal membuthkan 4 komponen
yang intak. Hal tersebut yaitu:
1. Sistem vaskuler yang intak untuk mengirimkan darak
teroksigenasi ke seluruh bagian tubuh: pembuluh darah.
2. Pertukaran udara yang adekuat di paru-paru agar darah dapat
masuk ke pembuluh darah: oksigenasi.
3. Volume cairan yang adekuat pada sistem vaskuler: sel darah
merah dan plasma.
4. Pompa yang berfungsi baik: jantung.
SYOK

Jantung harus bisa memompakan darah, volume darah harus cukup,


pembuluh darah harus intak, dan paru-paru harus terisi dengan
darah yang teroksigenasi.

Tekanan darah = Cardiac Output x Peripheral Vascular Resistance


Cardiac Output = Heart Rate x Stroke Volume

Dengan demikian, jika terjadi penurunan cardiac output (baik karena heart rate
ataupun stroke volume yang menurun) atau peripheral vascular resistance (misal
terjadi vasodilatasi pada syok neurogenik), tekanan darah akan ikut turun
SYOK
Cara pencegahannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1
Pertahankan jalan nafas bebas.
2
Pertahankan oksigenasi dan ventilasi yang baik.
3
Kontrol perdarahan.
4 Pertahankan sirkulasi dengan heart rate dan
volume intravaskuler yang adekuat.
Penting pula diingat bahwa tekanan positif yang Anda berikan saat melakukan
ventilasi pada seseorang dapat mengurangi darah yang kembali ke jantung
sehingga cardiac output jadi menurun
SYOK

SYOK
oksigen, elektrolit, glukosa, dan cairan yang tidak adekuat

Gangguan dalam sirkulasi menyebabkan sel-sel tubuh


“SYOK”

Perburukan pada jaringan tubuh. Pada akhirnya akan menimbulkan


KEMATIAN SEL
SYOK

Sel-sel mati dan yang kelaparan tersebut mulai


melakukan proses metabolism anaerob

Produksi Asam Laktat

Akumulasi asam laktat dalam darah dan organ-organ


membentuk suatu sistem asidosis yang terus
memperparah aktifitas seluler.
Fungsi otot respirasi jadi melemah, terjadi gagal
nafas, dan hipoksia makin memberat.
SYOK

Delivery oxygen yang tidak adekuat menyebabkan tubuh merespon dengan


cara meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis (meningkatnya tonus simpatis)

peningkatan pelepasan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)

Meningkatkan baik laju dan kekuatan kontraksi


jantung dan menyebabkan vasokonstriksi di perifer.

Midbrain merespon terhadap kondisi hipoksia yang progresif ini dan


menyebakan Asidosis dengan adanya peningkatan laju pernafasan.
INITIAL ASSESMENT

AKRAL :
DINGIN, BASAH, PUCAT
NADI :
CEPAT DAN LEMAH

SYOK
SYOK

syok merupakan suatu proses seluler yang


memliki manifestasi klinis. Pasien akan tampak pucat,
diaforetik, dan mengalami takikardi. Pada tingkat
seluler, sel-sel kekurangan oksigen dan nutrisi. Dengan
demikian, syok merupakan suatu kondisidimana
perfusi jaringan tubuh jelek dan mampu merusak
organ-organ tubuh secara permanen, dan
menyebabkan kematian. Tanda dan gejala klinis dari
syok menunjukkan adanya proses kritis yang
mengancam setiap sel di dalam tubuh pasien, terutama
pada organ-organ vital
ASESMEN PADA SYOK

SYOK YANG TERKOMPENSASI DAN TIDAK TERKOMPENSASI


Umumnya, onset gejala dan tanda-tanda terjadinya syok
hipovolemik (termasuk syok hemoragik) terjadi berdasarkan
urutan sebagai berikut:

SYOK YANG TERKOMPENSASI

SYOK YANG TIDAK TERKOMPENSASI


ASESMEN PADA SYOK
Syok Yang Terkompensasi
Saat syok masih terkompensasi, tubuh masih mampu mempertahankan perfusinya
melalui mekanisme kompensasi dan akan memberikan gejal dan tanda sebagai
berikut:
 Lemas, pusing – disebabkan karena penurunan volume darah.
 Haus – karena hypovolemia.
 Pucat – akibat vasokonstriksi dan/atau berkurangnya sel darah merah yang
beredar di dalam sirkulasi darah.
 Takikardia – disebabkan karena efek katekolamin pada jantung.
 Diaphoresis (berkeringat) – akibat efek katekolamin pada kelenjar keringat.
 Takipnea – disebabkan otak yang meningkatkan laju pernafasan yang
dikendalikan oleh adanya kondisi stres, katekolamin, asidosis, dan hipoksia.
 Menurunnya urinary output – karena hipovolemia, hipoksia, dan efek
katekolamin.
 Nadi perifer teraba lemah – akibat terjadinya vasokonstriksi, takikardia, dan
hilangnya volume darah.
ASESMEN PADA SYOK
Syok Yang Tidak Terkompensasi
 Saat syok masih terkompensasi, tubuh masih mampu mempertahankan
perfusinya melalui mekanisme kompensasi dan akan memberikan gejal
dan tanda sebagai berikut:
 Hipotensi – disebabkan karena hypovolemia, baik absolut maupun
relative, dan/atau menurunnya cardiac output akibat syok obstruktif.
 Penurunan kesadaran – disebbakan karena berkurangnya perfusi ke
otak, asidosis, hipoksia, dan adanya rangsangan katekolamin.
 Henti jantung – disebabkan karena gagal organ sebagai akibat
sekunder dari hilangnya darah atau cairan, hipoksia, dan akhirnya
terjadi aritmia yang disebabkan adanya stimulasi dari katekolamin
atau perfusi yang sangat renda
ASESMEN PADA SYOK

Observasi ketat pada pasien yang mengalami sindroma syok.


Pantau pulse pressure (tekanan yang mengalirkan darah melalui sistem vaskuler).

Tekanan ini dapat dihitung dengan menggunakan


Rumus Tekanan darah sistolik - Tekanan darah diastolik.

Umumnya adalah sekitar 40 mm Hg


(misalnya tensi 120/80, maka pulse pressure = 40)

Pulse pressure yang sempit disebabkan oleh vasokonstriksi yang meningkatkan


tekanan diastolik lebih tinggi dibandingkan dengan sistolik
SYOK

Meskipun masing-masing individu memiliki respon yang berbeda terhadap


kondisi perdarahan pasca trauma, namun banyak pasien yang memiliki pola klasik
dari “early shock” dan “late shock” sebagai berikut”:
 Early shock: Ini terjadi jika kehilangan volume darah sebanyak 15 – 25 %.
Kondisi ini cukup untuk menimbulkan tanda-tanda klinis awal seperti
takikardi, pucat, pulse pressure yang sempit, rasa haus, lemas, dan
kemungkinan delayed capillary refill. Pada kondisi ini, tubuh masih berusaha
melakukan kompensasi (pada kasus perdarahan, dehidrasi, tension
pneumothorax, dan lain-lain).
 Late shock: Ini terjadi jika kehilangan volume darah sebanyak 30 – 45 %.
Kondisi ini menyebabkan hipotensi dan lain-lain. Pada saat ini, tubuh telah
mengalami kegagalan dalam mengkompensasi syok tersebut. Dengan
demikian, hipotensi merupakan tanda klinis awal dari “late shock”.
Manajemen yang agresif pada kondisi ini harus sesegera mungkin dilakukan
untuk mencegah kematian pada pasien tersebut.
INITIAL ASSESMENT

Derajat syok
Di bagi menjadi 4 Kelas Syok :
1. Kelas 1 : <15% vol.darah hilang
Tensi
2. Kelas 2 : 15-30% vol.darah hilang Normal

3. Kelas 3 : 30-40% vol.darah hilang


Tensi 
4. Kelas 4 : > 40 % vol.darah hilang
INITIAL ASSESMENT

Perdarahan Kelas I
Kehilangan 750 BVL (15%) Respon Tubuh
Respiration
Slightly 14-20/min
anxious

Heart rate
<100/min

Urine 30 BP Normal
mL/hr

crystalloid
INITIAL ASSESMENT

Perdarahan Kelas II

Respiration
Mildly
20 –30/min
anxious

Heart rate
>100/min
Urine
20-30 ↓Pulse BP
mL/hr pressure
Crystalloid ……..?
Blood……?
INITIAL ASSESMENT
Perdarahan Kelas III
Kehilangan 1500 – 2000 ml BVL (30 – 40 % )

Transient or Non Responder

Confused, Respirations
anxious 30-40/min

Heart rate >


120/min
Urine
5-25 ml/hr Pulse pressure

Crystalloid BP
Blood, operation
INITIAL ASSESMENT

Perdarahan Kelas IV
Kehilangan > 2000 ml BVL ( > 40 % )

Non Responder
Confused,
lethargic

Heart rate
>140/min Respirations
>35/min
Urine Pulse pressure
negligible

Rapid fluid, BP
blood, operation
SYOK

SINDROMA SYOK
Terdapat tiga kondisi syok yang dibedakan berdasarkan
penyebabnya yaitu:

1. Low-volume shock (hipovolemia absolut).


2. High-space shock (hipovolemia relative).
3. Mechanical shock (karena kardiogenik atau obstruktif).
SYOK

Low-Volume Shock (Hipovolemia Absolut)


Cedera yang menyebabkan hilangnya darah disebut perdarahan
post trauma (post-traumatic hemorrhage)

Sistem saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi. Hal ini dapat mengurangi dan
mempertahankan tekanan darah yang cukup tinggi

Jika volume darah kurang, sensor yang ada di pembuluh darah besar akan mengirimkan sinyal
ke kelenjar adrenal dan saraf-saraf simpatis untuk mensekresikan katekolamin.

Terjadilah vasokonstriksi sehingga bisa mempertahankan tekanan perfusi ke otak dan jantung.

jumlah darah yang hilang hanya sedikit, sistem simpatis masih mampu merespon untuk
mempertahankan tekanan darah.
Namun jika jumlah darah yang hilang sangat banyak, rongga vaskuler tidak bisa bertambah
kecil lagi untuk mempertahankan tekanan darah, sehingga akhirnya terjadi syok
SYOK

Low-Volume Shock (Hipovolemia Absolut)

Pada kondisi normal, pembuluh darah bersifat elastis dan dapat


mengalami distensi tergantung volume darah yang ada didalamnya. Hal ini
menyebabkan nadi di arteri radialis teraba kuat. Hilangnya darah
menyebabkan diameter arteri mengecil, hingga teraba seperti benang
(thready) sehingga disebut thready pulse.
Pasien dengan syok hipovolemik umumnya mengalami takikardi, pucat,
dan vena leher tidak mengalami distensi. Dengan demikian, jika Anda
menemukan pasien seperti ini, kemungkinan pasien mengalami perdarahan
akibat cedera di suatu tempat. Hipovolemi absolut dapat diidentifikasi saat
Anda melakukan primary survey.
INITIAL ASSESMENT

Sumber Perdarahan Pada


Syok Hemorhagik

Luar / eksternal
Dalam / Internal
1. Thoraks
2. Abdomen
3. Pelvis
4. Tulang panjang / Femur
5. Retroperitoneal
High-Space Shock (Hipovolemia Relatif)

1 SYOK HIPOVOLEMIK ABSOLUT 3 RAPID TRAUMA SURVEY


Vena Leher
SCENE SIZE-UP Tidak distensi
Apakah lokasi aman? Trakea
Di tengah
Dada
2 INITIAL ASSESSMENT
Kesadaran
Mungkin normal
Kemungkinan adakontusio atau luka tajam
Mungkin menurun Suara Nafas
Airway Normal atau salah satu sisi hilang
Snoring Abdomen
Breathing Kemungkinan tender/rigid/distensi
Cepat dan dangkal Pelvis
Nadi
Kemungkinan tidak stabil atau nyeri
Cepat/thready
Akral dingin/basah dan pucat Ekstremitas
Kemungkinan ada perdarahan Kemungkinan ada fraktur femur
yang tak terkontrol
High-Space Shock (Hipovolemia Relatif)

1 HIPOVOLEMIA RELATIF 3 RAPID TRAUMA SURVEY


Vena Leher
SCENE SIZE-UP
Apakah lokasi aman? Tidak distensi
Trakea
Di tengah
INITIAL ASSESSMENT Dada
2 Kesadaran Kemungkinan normal
Mungkin menurun
Airway Suara Nafas
Mungkin snoring Normal
Breathing Ekstremitas
Kemungkinan nafas diafragmatik
saja Motorik/sensorik absen
Nadi (umumnya dari leher atau
Normal atau bradikardi
Lemah
dada bagian atas ke bawah)
Warna kulit normal tanpa
diaforesis
SYOK

Syok neurogenik sering terjadi setelah mengalami cedera pada


korda spinalis. Jika mengalami cedera korda spinalis di area leher, hal ini
dapat mencegah otak dalam usahanya mengirim sinyal ke sistem saraf
simpatis. Akibatnya, cedera tersebut mencegah usaha otak untuk
meningkatkan laju nadi, dari meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung, ataupun dari melakukan vasokonstriksi pada arteriol-arteriol
perifer. Walaupun katekolamin yang ada di dalam sirkulasi darah masih
mampu mempertahankan tekanan darah untuk sementara waktu,
namun kerusakan dari aliran sistem saraf simpatis ini mengakibatkan
hilangnya tonus vaskuler normal dan ketidakmampuan tubuh dalam
melakukan kompensasi terhadap perdarahan yang terjadi
SYOK

Gambaran klinis dari syok neurogenik berbeda dengan yang


terjadi pada syok hemoragik dimana tidak ada pelepasan katekolamin
sehingga tidak tampak pucat, takikardi, atau berkeringat. Tekanan darah
pasien akan menurun, tapi laju nadinyatepat normal atau pelan, dan
kulitnya tetap hangat, kering, dan kemerahan. Pasien mungkin juga
mengalami paralisis dan/atau defisit sensorik akibat cedera korda
spinalis tersebut. Selain itu, juga tampak adanya pernafasan diafragma
dimana abdomen tampak menonjol saat pasien inspirasi. Penilaian
neurologis penting dilakukan pada syok neurogenik. Jangan
mengandalkan tanda-tanda syok pada umumnya untuk mencurigai ada
atau tidaknya perdarahan internal pada pasien seperti ini. Hipovolemia
relatif karena syok neurogenik dapat diidentifikasi pada primary survey
SYOK

Syok Mekanikal (Kardiogenik atau Obstruktif)

1. Tension pneumothorax
2. Tamponade jantung
3. Kontusio miokard
INITIAL ASSESMENT

Non hemorrhagic Shock

Sesak (+) ? – mungkin Tension


Pneumothorax

Sesak (-) ? – mungkin


Tamponade
Jantung
- Trias Beck
( nadi lemah cepat,suara
jantung menjauh,distensi vena
jugularis )
INITIAL ASSESMENT

Syok dengan bradikardi ?


Pikirkan cedera spinal
(neurogenic shock)
SYOK MEKANIKAL

TENSION PNEUMOTHORAX.

Pada kondisi ini, adanya tekanan positif yang sangat


tinggi dalam rongga dada menyebabkan kolaps vena kava
superior dan inferior, sehingga terjadi penurunan aliran darah
balik (venous return) ke jantung. Akibatnya dapat terlihat
pada terjadinya distensi vena leher. Bergesernya struktur di
dalma mediastinum juga dapat mengurangi aliran darah balik
dengan cara menimpa vena kava superior dan inferior, juga
menyabakan deviasi trakea ke sisi yang normal. Penurunan
aliran darah balik ini mengakibatkan menurunnya cardiac
output sehingga terjadilah syok
SYOK MEKANIKAL
Tamponade jantung.
Tamponade jantung atau tamponade pericardial terjadi jika
darah mengisi ruang potensial antara jantung dan pericardium,
sehingga menekan jantung dan mencegahnya dalam pengisian darah
seperti normal. Pada kondisi ini juga dapat ditemukan adanya distensi
vena leher seperti yang ditemukan pada tension pneumothorax.
Penurunan pengisian jantung ini menyebabkan cardiac output
menurun sehingga terjadilah syok
Kontusio miokard.
Kontusio miokard bisa menyebabkan menurunnya cardiac
output karena jantung kehilangan kekuatan untuk memompa
akibat adanya trauma langsung terhadap otot-otot jantung
dan/atau menimbulkan disritmia jantung
SYOK MEKANIKAL

1 SYOK MEKANIKAL / OBSTRUKTIF


3 RAPID TRAUMA SURVEY
SCENE SIZE-UP Kepala/Leher
Seat-belt? Setir mobil? Apakah Distensi vena leher; kemungkinan
lokasi aman? deviasi trakea
Dada
Kontusio atau luka tusuk,
kemungkinan gerakan asimetris
INITIAL ASSESSMENT
2
Suara Nafas
Kesadaran Menurun atau hilang pada sisi
Mungkin menurun yang cedera
Breathing Kemungkinan hipersonor pada
Cepat dan sesak perkusi
Nadi Kemungkinan ada ronki basah
Lemah/thready; mungkin irregular; Bunyi Jantung
nadi radialis teraba/tidak Kemungkinan muffled
Kulit
Pucat/dingin/diaforetik; mungkin
sianotik
MANAJEMEN SYOK

MANAJEMEN UMUM PADA PASIEN SYOK


Manajemen umum pada pasien syok termasuk sebagai berikut:
1. Kontrol perdarahan. Sel darah merah berfungsi sebagai pengangkut oksigen.
Perdarahan harus dikendalikan baik dengan cara balut tekan, bahan-bahan
hemostatic, atau segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan lanjutan
(operasi).
2. Beri oksigen beraliran tinggi. Pasien syok membutuhkan oksigen tambahan.
Evaluasi warna kulit belum tentu bisa memberitahu kondisi kebutuhan oksigen
pasien. Umumnya, pasien dengan syok kulitnya jadi pucat. Sianosis (karena
syok mekanikal) menunjukkan hipoksemia yang sudah sangat terlambat
penanganannya dan kemungkinan tidak tampak jika terjadi perdarahan yang
sangat masif. Usahakan untuk mempertahankan saturasi oksigen diatas 95 %.
3. Load and go. Segera rujuk pasien setelah Anda melakukan primary survey.
Hampir semua tindakan penyelamatan sebaiknya dilakukan dalam perjalanan
di dalam ambulans.
INITIAL ASSESMENT

PERBAIKAN VOLUME CAIRAN

Infus : Guyur, RL 1-2 lt yang


dihangatkan
(jangan lupa ambil sampel darah)
INITIAL ASSESMENT

PERDARAHAN EKSTERNAL

CONTROL BLEEDING
 BEBAT TEKAN

PADA CRUSH INJURY DAN


TRAUMATIC AMPUTATION 
TOURNIKET

HATI-HATI...!!!!!
MANAJEMEN SYOK

Perdarahan Yang Dapat Dikontrol


Pasien dengan perdarahan yang dapat dikokntrol
lebih mudah penanganannya. Sebagian besar perdarahan
dapat dikendalikan dengan penenkana langsung. Pada
beberapa situasi (seperti pada blast injury) mungkin
ditemukan perdarahan yang mengancam nyawa yang tidak
bisa dikendalikan hanya dengan melakukan penekanan
langsung di area tersebut. Pemakaian torniket jarang sekali
digunakan, namun jika memang dibutuhkan, harus segera
dilakukan.
Perdarahan Yang Dapat Dikontrol

Jika pasien menunjukkan tanda-tanda syok yang menetap meskipun telah dibalut
tekan, lakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Baringkan pasien pada posisi horizontal.


2. Beri oksigen beraliran tinggi, sebaiknya menggunakan non-rebreathing mask (NRM).
3. Segera rujuk.
4. Pasang akses intravena menggunakan kateter nomor besar. Jika sulit mendapat
akses pada pasien yang kritis, bisa dilakukan pemasangan akses intra-osseus (IO).
5. Beri cairan fisiologis 20 mL/kg BB secara bolus cepat sambil melanjutkan Ongoing
Exam. Jika perdarahan dapat berhenti, diperbolehkan untuk berusaha
mempertahankan tekanan darah yang normal, berbeda dengan pada pasien yang
tidak terkontrol perdarahannya. Jika masih syok, ulangi pemberian bolus cairan
tersebut dan evaluasi ulang. Pada beberapa kasus, karena perdarahan yang sangat
banyak, syok tetap berlangsung meskipun perdarah sudah dikontrol dan cairan
sudah diberikan. Pada kasus seperti ini, yang dibutuhkan adalah tranfusi darah dan
produknya.
6. Pasang monitor, termasuk pulse oximetry.
7. Lakukan Ongoing Exam dan terus observasi ketat, terutama jika masih ada
perdarahan.
Perdarahan Yang Tidak Dapat Dikontrol

Perdarahan Eksternal
Pasien dengan perdarahan eksternal yang tidak bisa dikontrol dengan cara penekanan langsung harus
segera dirujuk ke rumah sakit. angkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:
1. Lakukan penenkanan secara langsung di lokasi perdarahan (misalnya di arteri femoralis). Perdarahan akan
terjadi kemabli jika tekananannya dilepas.
2. Baringkan pasien pada posisi horizontal.
3. Pasang tourniquet pada perdarahan di ekstremitas untuk menghentikan perdarahan yang tidak bisa
dikontrol.
4. Jika masih belum bisa dikendalikan juga, dapat menggunakan agen hemostatic seperti QuikClot® Combat
Gauze, Hemcon Dressing, dan lain-lain jika tersedia.
5. Beri oksigen beraliran tinggi menggunakan NRM.
6. Segera rujuk pasien dengan aman.
7. Pasang akses IV dalam perjalanan di ambulans. Pertimbangkan penggunaan akses IO jika kesulitan
mendapatkan akses IV.
 Beri cairan fisiologis untuk mempertahankan tekanan darah cukup tinggi untuk mendapatkan perfusi
perifer yang adekuat. Yang dimaksud dengan mempertahankan perfusi perifer disini yaitu terabanya
nadi di perifer (seperti nadi radialis), mempertahankan kesadaran pasien (jika tidak ada cedera kepala),
dan mempertahankan “tekanan darah yang adekuat” (tekanan darah sistolik sekitar 80 - 90 mm Hg).
 Tranfusi darah segera.
8. Monitor kondisi jantung dan saturasi oksigen, serta waveform capnography (jika ada).
9. Lanjutkan Ongoing Exam dan terus monitor kondisi pasien dalam perjalanan.
Perdarahan Yang Tidak Dapat Dikontrol

Perdarahan Internal
Pasien dengan perdarahan internal yang tidak terkontrol merupakan pasien kritis
Penting diingat bahwa penggunaan cairan fisiologis dalam julah yang banyak pada kondisi
perdarahan internal malah dapat memperberat perdarahan dan menigkatkan mortalitas. Cairan
IV dapat meningkatkan tekanan darah, tapi juga dapat menyebabkan dilusi dari faktor-faktor
pembekuan. Selain itu, cairan IV tidak mengandung oksigen dan tidak bisa menggantikan sel-sel
darah merah. Selain itu, jangan sampai terjadi keterlambatan dalam merujuk pasien dengan
kondisi tersebut. Selalu catat hal-hal tersebut di dalam laporan tindakan pasien.
Dengan demikian, rekomendasi tindakan untuk pasien dengan perdarahan internal yaitu:
1. Segera transportasi pasien secara aman.
2. Letakkan pasien pada posisi horizontal.
3. Beri oksigen beraliran tinggi.
4. Pasang akses IV dengan kateter bernomor besar. Pertimbangkan penggunaan IO jika akses
vena sulit.
5. Lakukan resusitasi cairan untuk mempertahankan perfusi perifer.
6. Monitor kondisi jantung dan satursai oksigen serta waveform capnography (jika tersedia).
7. Lakukan Ongoing Exam dan lanjutkan observasi.
MANAJEMEN SYOK

Syok Mekanikal/Obstruktif
1. Pasien dengan tension pneumothorax harus segera dilakukan dekompresi
untuk mengurangi tekanan di dalam rongga dada dan rujuk ke RS.
2. Pasien dengan dugaan tamponade jantung harus segera dirujuk karena
onset dari mulai terjadinya tamponade hingga terjadinya kematian hanya
dalam hitungan menit. Pemasangan akses IV pada kasus seperti ini jangan
sampai menunda waktu transfer pasien. Pertimbangkan pemasangan IO
jika akses IV sulit dilakukan.
3. Kontusio miokard yang berat dapat menimbulkan gejala seperti pada
gagal jantung, dengan ditemukannya distensi vena leher, takikardi,
sianotik, dan kemungkinan aritmia. Beri oksigen beraliran tinggi dan
monitor kondisi jantung. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
memperparah kondisi pasien tersebut
MANAJEMEN SYOK

High-Space Shock
Pada high-space shock terjadi hipovolemia relative dengan
vaskuler yang intak. Oleh karena itu, manajemen awal terasmuk
pembeiran cairan IV. Pertimbangkan pemasangan IO jika akses IV
sulit.
Pada pasien yang tidak mengalami cedera kepala, penilaian
kesadaran berguna untuk memonitor keberhasilan ataupun
kegagalan resusitasi. Wasapada akan kemungkinan perdarahan
internal yang masif, dan tetap ingat bahwa menaikkan tekana darah
dapat memperberat perdarahan internal tersebut. Penggunaan
vasopressor terutama untuk kondisi syok oleh karena vasodilatasi seperti
pada syok sepsis.
MANAJEMEN SYOK

INTRAOSSEUS
 Indikasi
Intraosseus dapat digunakan pada pasien pediatri maupun dewasa yang
mengalami henti jantung ataupun pada kasus syok hipovolemik yang sulit
untuk mendapatkan akses intravena.
 Kontraindikasi
1. Terdapat infeksi pada lokasi insersi.
2. Fraktur pada ekstremitas.
3. Riwayat akses IO pada ekstremitas yang sama.
4. Tidak tamaknya landmark pada lokasi yang akan dilakukan insersi.
5. Prosthesis.
 Lokasi Pemasangan Intraosseus
1. Proksimal os tibia, 1-2 jari medial dari tuberositas tibia.
2. Proksimal os humerus, lateral diatas penonjolan tuberkulum mayor.
3. Distal os tibia, 2 jari diatas malleolus medial.
PROSEDUR INTRAOSSEUS

Insersi jarum dengan membentuk Sambil menstabilkan kateter, cabut stylet


Lakukan tindakan aseptik sudut 90° terhadap permukaan dari kateter dengan cara memutarnya
Identifikasi lokasi insersi. dan biarkan mengering. tulang. berlawan arah jarum jam.

Pasang EZ-connect Konfirmasi penempatan kateter


Flush kateter dengan saline (10 cc Hubungkan dengan selang infus.
dan amankan jarum. dengan melakukan aspirasi.
pada dewasa, 5 cc pada anak). Flush
(-), aliran (-).
MANAJEMEN SYOK

MANUAL IO PADA PEDIATRI


1. Tentukan lokasi insersi.
2. Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
 Jarum kateter nomor 16 atau 18.
 Spuit 5 dan 10 cc.
 Cairan antiseptic.
 Selang infus dan cairan infus.
 Plester.
3. Identifikasi lokasi insersi, di proksimal os tibia, 1 jari dibawah tuberositas tibia, sisi tengah
maupun sedikit ke arah medialnya.
4. Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik.
5. Gunakan jarum berukuran yang sesuai (14 – 18).
6. Dengan menggunank teknik aseptic, tusukkan jarum ke dalam rongga sumsum tulang
perpendicular terhadap kulit, menjauh dari lempeng epifisis. Lanjutkan ke arah periosteum.
Penetrasi tulang dengan gerakkan seperti mengebor atau sambil diputar-putar hingga Anda
merasakan seperti berkurangnya tahanan saat jarum menembus rongga sumsum tulang.
Konfirmasi dengan mencabut stylet dan aspirasi darah.
7. Flush dengan 5 cc cairan normal saline. Ingat: Flush (-), aliran (-) !
8. Hubungkan ke selang infus.
9. Amankan posisi kateter menggunakan plester atau yang lainnya.
INITIAL ASSESMENT

Cara Monitoring Syok


Monitor terhadap pemberian cairan, meliputi :
 Perbaikan perfusi ( Cek akral hangat, nadi lebih
besar, kesadaran membaik, dsb)
 Pantau produksi urin, produksi urin normal :
Dewasa : 0.5 cc/KgBB
Anak : 1 cc /KgBB
Bayi : 2 cc /KgBB
Diskusi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai