Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE ISKEMIK

Oleh:

Novinta Dewi Utami


1306464682

Kelas F

Keperawatan Medikal Bedah

RSCM

Lantai 5 (Neuro)

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia
2017
I. Anatomi dan Fisiologi
Otak merupakan organ yang sangat penting yang terdiri dari 100 miliar neuron dan
serabut terkait. Otak merupakan organ semisolid yang memiliki berat 1,4Kg. Otak
dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum)
dan batang otak (medulla oblongata).
1. Serebrum
Serebrum terbagi oleh suatu lekukan yang disebut fisura longitudinalis menjadi
dua yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Lapisan terluar serebrum disebut
korteks serebri, memiliki tebal 2-5 mm. di bawah korteks serebri terdapat traktus
asosiasi dengan beragam ketebalan yang terletak di atas traktus komisura yang
disebut korpus kolusum. Korteks serebri terdiri dari substansia grisea yang
didominasi oleh badan sel saraf dan dendrit yang terbentuk dalam kelokan-
kelokan atau girus. Di substansi grisea terdapat juga terdapat sel glia yaitu sel-sel
yang memberinutrisi kepada sel saraf. Substansi grisea dapat dianalogikan sebagai
computer-komputer ssp yang memproses informasi. Di bawah substansi grisea
terdapat substansi alba (berwarna putih). Substansi alba terdiri dari akson yang
dilapisi myelin. Substansi alba ini dapat dianaloinan sebagai kabel pda ssp.
Lekukan di antara girus membagi otakmenjadi 5 bagian yang memiliki peran dan
fungsi masing-masing.

No Bagian Otak Fungsi


1 Lobus Frontalis 1. Prefrontalis :
- Mengontrol perhatian jangka panjang
- Motivasi
- Kemampuan memformulasikan dan
memilih tujuan
- Kemampuan menginiasi dan mengakhiri
aksi
- Kemampuan memonitor diri
- Kemampuan memberi umpan balik
- Kemampuan penalaran, memecahkan
masalah dan stabilitas emosi
2. Presentralis (korteks motorik) mengontrol
segala aktivitas motoric volunteer.
Kebanyakan serabut saraf di area ini
menyilang ke sisi otak yang berlawanan
sehingga menyebabkan pengontrolan tubuh
bagian kanan dikontrol oleh hemisfer kiiri
dan sebaliknya. Dalam kosteks motorik ini
dibagi menjadi beebrapa area. Area anterior
berhubungan dengan aktivitas motorik
volunteer. Di area ni terdapat area Brocca,
yang terletak di anterior korteks mototrik
primer dan superior sulkus lateralis. Area
Brocca berfungsi untuk pkoordinasi
aktivitas muscular kompleks di mulut,
lidah dan laring serta pembicaraan
ekspresif. Kerusakan pada area ini akan
mempenaruhi kemampuan kien untuk
berbicara, biasa disebut afasia brocca.
2 Lobus Temporalis Mengandung area reseftif auditori primer
(interpretasi) dan area asosiai auditori. Memori
bahasa disimpan di area asosiasi auditori lobus
temporalis kiri. Memori tentang suara selain
bahasa seperti music, binatang dll di simpan di
temporalis kanan. Kerusakan pada area ini
menyebabkan seseorang tidak dapat
memahami atau mengenali bahasa, music
ataau suara lainnya. Di lobus ini terdapat area
Wrenicke yang berisi sel-sel yang
memfasilitasi pemahaman bahasa.
3 Lobus Parietallis - Area anterior lobus parietal berfungsi untuk
(Pemrosesan interpretasi rangsang somasi taktil seperti
somatosensorik) suhu, sentuhan, tekanan. Kesadaran
tentang sensasi ini sebenarnya sudah dapat
dideteksi oleh bagian thalamus, namun
bagian otak parietalis menentukan lokasi
sumber masukan senorik dan
memperkirakan diskriminasi ruangnya.
Sehingga kita dapat mengetahui bentuk
suatu benda yang kita pegang dan
mengetahui perbedaan halus dan kasar.
-Area asosisasi parietal kanan: mengetahui
ukuran bentuk an posisi tubuh terhadap
suatu benda. Bagian kiri berfungsi untu
orientasi kanan kiri dan matematika.
4 Lobus Oksipetalis - Pengelolaan awal masukan penglihatan
5 Sentra (Insula) - Pengecapan daru lobus paretalis..
Daerah asosiasi bagian-bagian otak.
Otak besar memiliki bagian lain yaitu nucleus basal (glia basal). Nucleus basal
merupakan struktur yang terdiri dari beberapa substansia grisea yang tetanam jauh
dalam substansia alba serebri. Nukleus basal memodifikasi jalur mototrik yang
menghasilkan funsii inhibitorik. Nucleus basal memiliki fungsi penting di
antaranya adalah
a. Menghambat tonus otot di seluruh tubuh
b. Memilih dan mempertahankan aktivitas motorik yang berguna untuk menekan
gerakan yang tidak berguna.
c. Membantu mempertahankan kontraksi lambat yang menetap terutama dalam
postur dan penopangan.
3. Serebelum
Serebelum atau otak kecil merupakan bagian otak yang memiliki fungsi
mengintegrasikan informasi sensoris berhubungan dengan posisi bagian tubuh,
koordinasi gerakan otot skeletal, dan mengatur kekuatan otot yang pening untuk
keseimbangan dan postur tubuh.
Kebanyakan traktus di serebelum berjalan melalui nuclei tanpa menyilang. Sehingga
hemisfer kanan mengordinasikan sisi kanan tubuh, begitu sebaliknya.
4. Hipokampus
Memiliki fungsi untuk aktivitas penyimpanan memori. Hipokampus membantu
mengoversi memori jangka pendek menjadi jangka menengah dan jangka panjang
dalam thalamus.
5. Talamus
Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, keasadaran kasar terhadap sensasi,
tingkat kesadaran, control motoric. Talamus menyalurkan semua sensasi asenden
(sensorik) kecuali penghidu.
6. Hipotalamus
Hipotalamus sangat penting dalam berbagai fungsi autonomy seperti senyut jantung,
tekanan darah, keseimbangan elektrolit, motilitas lambung dan usus, suhu tubuh, rasa
lapar dan system bangun-tidur. Hipotalamus anterior penting untuk pengaturan suhu.
7. Medula Oblongata
Medula oblongata terdiri dari otak tengah yang memiliki fungsi penting salah satunya
sebagai asal saraf kranial III dan IV. Otak tengah juga berfungsi untuk memberikan
reflex auditori dan reflex visual. Bagian selanjutnya adalah pons. Pons berfungsi
untuk pemroses auditor, sekresi serotonin dan noreprineprin dan membedakan
sentuhan. Medula oblongata sendiri berfunsi sebagai pusat pernapasan dan pengaturan
reflex otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur, penerimaan dan integrasi
semua masukan sinaps dari korda spinalis, pusat tidur.
8. Medula Spinalis
Medula spinalis adalah suatu silinder panjang jaringan saraf yang berjalan dari batang
otak. Struktur ini memiliki panjang 45 cm dan garis tengah 2 cm (seukuran jempol).
Dari medula spinalis keluar pasangan-pasangan nervus spinalis melalui ruang-ruang
yang terbentuk antara lengkung tulang. Nervus spinalis diberi nama sesuai bagian
tempat keluarnya, yakni terdapat 8 pasang nervus servikalis (leher), 12 pasang nervus
torakalis (dada), 5 pasang nervus lumbalis (perut), 5 pasang nervus sakralis (panggul),
dan 1 pasang nervus koksigeus (tuang ekor).
Nervus spinalis berhubungan dengan kedua sisi medula spinalis melalui akar dorsal
dan akar ventral. Serat aferen yang membawa sinyal datang dari reseptor perifer
masuk ke medula spinalis melalui akar dorsal, sementara badan sel untuk neuron
eferen mengirim akson keluar melalui akar ventral.
Medula spinalis memiliki dua fungsi utama, yakni (1) sebagai penghubung untuk
transmisi informasi antara otak dan bagian tubuh lainnya dan (2) mengintegrasikan
aktivitas refleks antara masukan aferen dan keluaran eferen tanpa melibatkan otak
atau disebutk refleks spinal. Contohnya adalah saat seseorang terpicu menarik tangan
saat menyentuh kompor yang panas. Saat reseptor kulit merasakan panas, informasi
dikirim ke sistem saraf pusat melalui potensial aksi. Semakin kuat rangsangan maka
semakin tinggi frekuensi potensial aksi yang di kirim. Setelah masuk ke medula
spinalis, neuron eferen menyebar untuk bersinaps dengan berbagai antar neuron,
antara lain:
- Neuron aferen merangsang antarneuron eksitatorik yang merangsang neuron
motorik eferen yang menyebabkan bisep fleksi sehingga menjauhi kompor
- Neuron aferen merangsang antarneuron inhibitor yang merangsang neuron
eferen yang menyebabkan trisep untuk tidak berkontraksi
- Neuron aferen merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik melalui
medula spinalis ke otak melalui jalur asender. Saat impuls mencapai daerah
korteks sensorik maka orang tersebut merasakan nyeri, lokasi, dan jenis
rangsangan. Informasi juga disimpan sebagai memori untuk membantu orang
tersebut memikirkan situasi yang dihadapi seperti apa yang terjadi, apa yang
harus dilakukan, dsb.
Struktur Protektif Otak
Otak memiliki struktur protektif yang berupa
1. Kranium atau tengkorak
2. Meningen
Meningen merupakan 3 membran pembungkus otak dan medulla spinalis. Meningen
terdiri dari 3 lapisan yaitu piameter, arachnoid dan durameter.
a. Piameter
Piameter merupakan struktur jaringan ikat dengan vaskularisasi yang langsung
terhubung dengan otak dan medulla spinalis sehingga mengikuuti setiap sulkus
dan fisura. Lapisan ini berfungsi sebagai struktur penyokong yang mlintasi semua
jaringan otak dan medulla spinalis. Piameter dan astrosid membentuk sawar darah
otak.
b. Arachnoid
Struktur arachnoid merupakan jaringan ikat tipis yang memiliki fungsi tempat
mengalirnya cairan serebrospinal (CSS). Ruang antara lapisan arachnoid dan
piameter disebut subarachnoid.
c. Durameter
Durameter merupakan lapisan membrane vascular yang tidak dapat diregangkan,
kuat dan terdiri dari lapisan periosteum (lapisan yang merupakan bagian dari
tulang kranial. Ruangan otak yang sering diisi oleh darah post trauma adalah
subdural (ruangan antara durameter dan arachnoid) dan epidural (lapiran antara
durameter dan periosteum).
II. Definisi, etiologi, faktor resiko
A. Definisi
Stroke atau sering disebut juga dengan sebutan cedera vaskular serebral adalah
cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stoke dibagi
menjadi dua yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat
penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian otak yang diakibatkan
karena adanya trombus (bekuan darah di arteri serebril) atau embolus (bekuan
darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Sedangkan stroke
hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak.

B. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari 4 kejadian berikut: (1) trombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh otak atau leher); (2) embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain;
(3) iskemia (penurunan aliran darah ke area otak); dan (4) hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak) akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicara, atau sensasi.

C. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya stroke adalah:
1. Hipertensi—faktor risiko utama
2. Penyakit kardiovaskular – embolisme serebral yang berasal dari jantung,
seperti penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel
kiri, abnormalitas irama, penyakit jantung kongestif.
3. Kolestrol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral
6. Diabetes
7. Kontrasepsi oral yang disertai dengan hipertensi, merokok, dan kadar
ekstrogen tinggi
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat, khususnya kokain
10. Konsumsi alkohol

III. Patofisiologi
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan bagian
tubuh lain, misalnya otot, otak tidak dapat menggunakan metabolism anaerobic jika
terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang cukup
banyak dibanding organ lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolism
serebral. Iskemik jangka pendek dapat mengarah kepada penurunan sistem neurologis
sementara. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada jaringan otak atau infark dalam hitungan menit. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi
kolateral ke area yang disuplai.
Iskemia dengan cepat dapat mengganggu metabolism. Kematian sel dan perubahan
yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen dasar klien
dan kemampuan mengkompensasi menentukan seberapa cepat perubahan yang tidak
dapat diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat terganggu oleh masalah perfusi
lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum, misalnya pada
hipotensi atau henti jantung. Tekanan perfusi serebral harus turun 2/3 di bawah nilai
normal (nilai tengah tekanan arterial sebanyak 50 mmHg atau dibawahnya dianggap
nilai normal) sebelum otak tidak menerima aliran darah yang adekuat. Dalam waktu
yang singkat, klien yang sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami
manifestasi dari gangguan neurologis.
Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri serebral atau
perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik pada
jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dan karena adanya
pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel di bagian tengah atau utama pada
lokasi stroke akan mati dengan segera setelah kejadian stroke terjadi. Hal ini dikenal
dengan istilah cedera sel-sel saraf primer. Daerah yang mengalami hipoperfusi juga
terjadi di sekitar bagian utama yang mati. Bagian ini disebut penumbra. Ukuran dari
bagian ini bergantung pada jumlah sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral
merupakan gambaran pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh darah
utama dari otak. Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh darah kolateral dapat
menjelaskan berbagai macam tingkat keparahan manifestasi stroke yang dialami oleh
klien di daerah anatomis yang sama.
Beberapa proses reaksi biokimia akan terjadi dalam hitungan menit pada kondisi
iskemik serebral. Reaksi tersebut seperti neurotoksin, oksigen radikal bebas, nitro
oksida, dan glutamat akan dilepaskan. Asidosis lokal juga akan terbentuk.
Depolarisasi membrane juga akan terjadi. Sebagai hasilnya akan terjadi edema
sitotoksik dan kematian sel. Hal ini dikenal dengan cedera sel-sel saraf sekunder.
Bagian neuron penumbra paling dicurigai terjadi sebagai akibat dari iskemik serebral.
Bagian yang membengkak setelah iskemik dapat mengarah kepada penurunan fungsi
saraf sementara. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau hari dan klien
dapat mendapatkan kembali beberapa fungsi-fungsinya.

IV. Manifestasi Klinis dan Komplikasi


Stroke menyebabkan defisit neurologik, sesuai dengan lokasi lesi (pembuluh darah
yang tersumbat), ukuran area yang perfusi tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Berikut ini defisit neurologik yang biasa terjadi:
Defisit Neurologik Manifestasi
Defisit Lapang Penglihatan
- Homonimus hemianopsia (kehilangan - Tidak menyadari orang atau objek di
setengah lapang penglihatan) tempat kehilangan penglihatan
- Mengabaikan salah satu sisi tubuh
- Kesulitan menilai jarak
- Kehilangan penglihatan perifer - Kesulitan melihat pada malam hari
- Tidak menyadari objek atau batas objek
- Diplopia - Penglihatan ganda
Defisit Motorik
- Hemiparesis - Kelemahan wajah, tangan, dan kaki pada
sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer
yang berlawanan)
- Hemiplegia - Kelemahan wajah, tangan, dan kaki pada
sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer
yang berlawanan)
- Ataksia - Berjalan tidak mantap, tegak
- Tidak mampu menyatukan kaki, perlu
dasar berdiri yang luas
- Disartria - Kesulitan dalam membentuk kata
- Disfagia - Kesulitan dalam menelan
Defisit sensori
- Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan - Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
dari lesi) - Kesulitan dalam propriosepsi
Defisit verbal
- Ataksia ekspresif - Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami; mungkin dapat bicara dalam
respon kata tunggal
- Ataksia reseptif - Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan; mampu bicara tapi tidak
masuk akal
- Ataksia global - Kombinasi baik ataksia ekspresif dan
reseptif
Defisit kognitif - Kehilangan memori jangka pendek dan
panjang
- Penurunan lapang perhatian
- Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi
- Alasan abstrak buruk
- Perubahan penilaian
Defisit Emosional - Kehilangan control diri
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stress
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan dan marah
- Perasaan isolasi

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan
luasnya area cedera. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematocrit pada tingkat yang dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat harus menjamin penurunan viskositas darah
dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu
dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau
fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

V. Pengkajian Keperawatan
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Tanda:
 Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
Gejala:
 Gangguan tonus Otot
 Gangguan penglihatan
 Gangguan tingkat kesadaran

SIRKULASI
Tanda:
 Adanya penyakit jantung, Keterangan: …………………………………
 Polisitemia
 Riwayat hipotensi postural
Gejala;
 Hipertensi arterial
 Nadi, Frekuensi: …… kali/ menit, Kuat/ lemah. Regular/ ireguler. Disaritmia
 Perubahan EKG
 Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka/ aorta yang abnormal
INTEGRITAS EGO
Tanda:
 Perasaan tidak berdaya
 Perasaan putus asa
Gejala:
 Emosi yang labil
 Ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira
 Kesulitan untuk mengekspresikan diri

ELIMINASI
Gejala:
 Perubahan pola berkemih sepert; inkontinensia/ anuria.
 Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan)
 Bising usus negatif (ileus paralitik)

MAKANAN/ CAIRAN
Tanda:
 Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringea).
 Obesitas (faktor resiko)
Gejala:
 Nafsu makan hilang
 Mual,
 Muntah selama fase akut (peningkatan TIK)
 Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan.
 Dyspagia
 Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah

NEUROSENSORI
Tanda:
 Status mental/ tingkat kesadaran =………E:….., M: ….., V: …. GCS = ……
 Lethargi
 Apatis
 Menyerang
 Penurunan memori
 Pemecahan masalah
 Ekstremitas/ paralysis
 Genggaman tidak sama
 Reflek tendon melemah secara kontralateral
 Pada wajah terjadi paralisi/ parese (ipsilateral)
 Afasia motorik
 Afasia reseftif/sensorik
 Kehilangan rangsang visual
 Kehilangan rngsang pendengaran taktil/ agnosia)
 Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saan pasien ingin menggunakannya
(apraksia)
 Ukuran/ reaksi pupil tidak sama
 Dilatasi/ miosis pupil ipsilateral (perdarahan/ herniasi) Kekakuan nukal biasanya
karena perdarahan.
 Kejang karena adanya pencetus perdarahan
Gejala:
 Sinkope/ pusing (sebelum serangan CSV/ selama TIA)
 Sakit kepala
 Kelemahan/ kesemutan kebas
 Penglihatan menurun
 Penglihatan ganda
NYERI/ KENYAMANAN
Tanda:
 Tingkah laku yang stabil/ gelisah, ketegangan pada otot/ fasia
 Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda
Gejala:
 Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda- beda

PERNAFASAN
Tanda:
 Ketidak mampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas
 Timbulnya pernafasan sulit dan / atau tidak teratur
 Suara nafas terdengar/ ronki (aspirasi sekresi)
Gejala:
 Merokok (faktor resiko)

KEAMANAN
Tanda:
 Motorik/ sensorik, masalah dengan penglihatan
 Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan)
 Kesulitan untuk melihat obyek kesisi kiri (pada stroke kanan)
 Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
 Tidak mampu mengenali obyek, warna/ kata dan wajah yang pernah dikenalnya
dengan baik
 Gangguan berespon terhadap panas dan dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh
 Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri
 Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/
kurang kesadaran diri (stroke kanan)

INTERAKSI SOSIAL
Tanda:
 Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

VI. Diagnosa Keperawatan


 Gangguan perfusi jaringan serebral
 Kerusakan mobilitas fisik
 Kerusakan komunikasi verbal
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan perfusi Perubahan perfusi  Mempertahankan tingkat Mandiri  Mempengaruhi penetapan intervensi.
jaringan serebral jaringan serebral kesadaran  Tentukan faktor-faktor yang Kerusakan/kemunduran tanda/gejala
berhubungan dengan berhubungan biasanya/membaik, fungsi berhubungan dengan neurologis atau kegagalan
interupsi aliran darah; dengan interupsi kognitif, dan keadaan/penyebab khusus selama memperbaikinya setelah fase awal
gangguan oklusif; aliran darah; motorik/sensori. koma/penurunan perfusi serebral dan memerlukan tindakan pembedahan
hemoragi; vasospasme gangguan oklusif; potensial terjadinya peningkatan TIK. dan/atau pasien harus dipindahkan ke
serebral; edema hemoragi;  Mendemonstrasikan tanda- ruang perawatan kritis (ICU) untuk
serebral. vasospasme tanda vital stabil dan tak melakukan pemantauan terhadap
serebral; edema adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
serebral dapat peningkatan TIK.  Pantau/catat status neurologist
diatasi. sesering mungkin dan bandingkan  Mengetahui kecenderungan tingkat
 Menunjukkan tidak ada dengan keadaan normalnya/standar. kesadaran dan potensial peningkatan TIK
kelanjutan deteriorasi/ dan mengetahui lokasi, luas dan
kekambuhan deficit. kemajuan/resolusi kerusakan SSP.
 Pantau tanda-tanda vital, seperti catat:
o Adanya hipertensi/hipotensi,
bandingkan tekanan darah yang o Variasi mungkin terjadi oleh karena
terbaca pada kedua lengan. tekanan/trauma serebral pada daerah
vasomotor otak. Hipertensi atau
hipotensi postural dapat menjadi factor
pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena
syok (kolaps sirkulasi vaskuler).
Peningkatan TIK dapat terjadi (karena
edema, adanya formasi bekuan darah).
Tersumbatnya arteri subklavia dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan
tekanan pada kedua lengan.
o Frekuensi dan irama jantung;
auskultasi adanya mur-mur. o Perubahan terutama adanya bradikardia
dapat terjadi sebagai akibat adanya
kerusakan otak. Disritmia dan mur-mur
mungkin mencerminkan adanya
penyakit jantung yang mungkin telah
menjadi pencetus CSV (seperti stroke
setelah IM atau penyakit katup).
o Catat pola dan irama dari
pernafasan, seperti adanya periode o Ketidakteraturan pernafasan dapat
apnea setelah pernafasan memberikan gambaran lokasi kerusakan
hiperventilasi, pernafasan Cheyne- serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan
Strokes. untuk intervensi selanjutnya termasuk
kemungkinan perlunya dukungan
terhadap pernafasan.

 Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk,  Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
kesamaan, dan reaksinya terhadap okulomotor (III) dan berguna dalam
cahaya. menentukan apakah batang otak tersebut
masih baik. Ukuran dan kesamaan pupil
ditentukan oleh keseimbangan antara
persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya. Respons terhadap
refleks cahaya mengkombinasikan fungsi
dari saraf cranial optikus (II) dan saraf
cranial okulomotor (III).

 Gangguan penglihatan yang spesifik


 Catat perubahan dalam penglihatan, mencerminkan daerah otak yang terkena,
seperti adanya kebutaan, gangguan mengindikasikan keamanan yang harus
lapang pandang/ kedalaman persepsi mendapat perhatian dan mempengaruhi
intervensi yang akan dilakukan.

 Perubahan dalam isi kognitif dan bicara


 Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, merupakan indikator dari lokasi/derajat
seperti fungsi bicara jika pasien sadar. gangguan serebral dan mungkin
mengindikasikan penurunan/peningkatan
TIK.

 Menurunkan tekanan arteri dengan


 Letakkan kepala dengan posisi agak di meningkatkan drainase dan meningkatkan
tinggikan dan dalam posisi anatomis sirkulasi/perfusi serebral.
(lateral).
 Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat
 Pertahankan keadaan tirah baring; meningkatkan TIK. Istirahat total dan
ciptakan lingkungan yang tenang; ketenangan mungkin diperlukan untuk
batasi pengunjung/aktivitas pasien pencegahan terhadap perdarahan dalam
sesuai indikasi. Berikan istirahat kasus stroke hemoragik/perdarahan
secara periodik antara aktivitas lainnya.
perawatan, batasi lamanya setiap
prosedur.  Manuver Valsava dapat meningkatkan TIK
dan memperbesar resiko terjadinya
 Cegah terjadinya mengejan saat perdarahan.
defekasi, dan pernafasan yang
memaksa (batuk terus-menerus).  Merupakan indikasi adanya iritasi
meningeal. Kejang dapat mencerminkan
 Kaji rigiditas nukal, kedutan, adanya peningkatan TIK/trauma serebral
kegelisahan yang meningkat, peka yang memerlukan pehatian dan intervensi
rangsang dan serangan kejang. selanjutnya.

 Menurunkan hipoksia yang dapat


Kolaborasi menyebabkan vasodilatasi seebral dan
 Berikan oksigen sesuai indikasi. tekanan meningkat/terbentuknya edema.

o Dapat digunakan untuk


 Berikan obat sesuai indikasi: meningkatkan/memperbaiki aliran darah
o Antikoagulasi, seperti natrium serebral dan selanjutnya dapat mencegah
warfarin (Coumadin); heparin, pembekuan saat embolus/thrombus
antitrombosit (ASA); dipiridamol merupakan factor masalahnya.
(Persantine). Merupakan kontraindikasi pada pasien
dengan hipertensi sebagai akibat dari
peningkatan resiko perdarahan.
o Penggunaan dengan hati-hati dalam
perdarahan untuk mencegah lisis bekuan
o Antifibrolitik, seperti asam yang terbentuk dan perdarahan berulang
aminokaproid (Amicar). yang serupa.

o Hipertensi lama/kronis memerlukan


penangan yang hati-hati; sebab
o Antihipertensi. penanganan yang berlebihan
meningkatkan resiko terjadinya
o Narkotik, seperti demerol/kodein. perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi
sementara seringkali terjadi selama fase
stroke akut dan penanggulangannya
seringkali tanpa intervensi terapeutik.

o Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi


kolateral atau menurunkan vasospasme.
o Vasodilatasi perifer, seperti
siklandelat (Cyclospasmol);
papaverin (Pavabid/Vasospan);
isoksupresin (Vasodilan). o Penggunaannya controversial dalam
mengendalikan edema serebral.
o Steroid, deksametason
(Decadrone). o Dapat digunakan untuk mengontrol
kejang dan/atau untuk aktivitas sedative.
Catatan: Fenobarbital memperkuat kerja
o Fenitoin (Dilantin), fenobarbital. dari antiepilepsi.
o Mencegah proses mengejan selama
defekasi dan yang berhubungan dengan
peningkatan TIK.
o Pelunak feses.
 Mungkin bermanfaat untuk mengatasi
situasi.

 Persiapkan untuk pembedahan,  Memberikan informasi tentang keefektifan


endarterektomi, bypass pengobatan/kadar terapeutik.
mikrovaskuler.

 Pantau pemeriksan laboratorium


sesuai indikasi, seperti masa
protrombin, kadar Dilantin.
Kerusakan mobilitas Mempertahankan  Klien mampu Mandiri
fisik berhubungan / meningkatkan mempertahankan posisi  Kaji kemampuan secara  Dapat memberikan informasi mengenai
dengan gangguan kekuatan dan optimal dari fungsi yang fungsional/luasnya kerusakan awal pemulihan
neuromuskuler: fungsi bagian dibuktikan dengan tak dan dengan cara yang teratur
kelemahan. tubuh adanya kontraktur,
footdrop.  Ubah posisi minimal setiap 2 jam  Menurunkan resiko terjadinya iskemia
 Klien mampu
mempertahankan/  Letakkan pada posisi telungkup satu  Membantu mempertahankan ekstensi
meningkatkan keskuatan atau dua kali sehari jika klien dapat pinggul fungsional
dan fungsi bagian tubuh mentoleransinya
yang terkena/ kompensasi
 Klien menunjukkan tanda-
tanda mampu melakukan  Mulai melakukan latihan rentang  Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
aktifitas gerak aktif dan pasif pada semua sirkualsi, membantu mencegah kontraktur
 Klien mampu ekstremitas saat masuk.
mempertahankan integritas
kulit  Tempatkan bantal di bawah aksila
untuk melakukan abduksi pada tangan  Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku

 Tinggikan tangan dan kepala


 Meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah terbentuknya edema
 Posisikan lutut dan panggul dalam
posisi ekstensi  Mempertahankan posisi fungsional

 Pertahankan kaki dalam posisi netral


dengan gulungan/ bantalan trokanter  Mencegah rotasi eksternal pada pinggul

 Observasi daerah yang terkena: warna,


edeme atau tanda lain dari gangguan  Jaringan yang mengalami edema lebih
sirkulasi mudah mengalami trauma dan
penyembuhannya lambat
 Inspeksi kulit terutama pada daerah-
daerah yang menonjol secara teratur.  Mencegah terjadinya dekubitus

 Libatkan orang terdekat untuk


berpartisipasi dalam aktifitas/latihan  Meningkatkan kemandirian
dan merubah posisi

 Anjurkan pasien untuk membantu


pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak
sakit.
Kolaborasi
 Baerikan tempat tidur khusus sesuai
indikasi
 Mencegah terjadinya komplikasi
 Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
secara aktif
 Menentukan program latihan yang tepat
 Berikan obat relaksasi otot sesuai
indikasi
 Menghilangkan spstisitas pada ekstremitas
yang terganggu
Kerusakan komunikasi Meningkatkan  Klien menunjukkan Mandiri
verbal berhubungan kemampuan pemahaman tentang  Kaji tipe/derajat disfungsi  Membantu menentukan daerah dan derajat
dengan kerusakan komunikasi masalah komunikasi kerusakan serebral yang terjadi dan
sirkulasi serebral verbal  Klien dapat kesulitan pasien dalam beberapa atau
mengekspresikan seluruh tahap proses komunikasi
kebutuhannya
 Klien menggunakan  Minta pasien untuk mengikuti perintah  Melakukan penilaian terhadap adanya
sumber-sumber dengan sederhana seperti buka mata, tunjuk kerusakan sensorik
tepat pintu dengan kalimat yang sederhana
 Tunjukkan objek dan minta pasien  Melakukan penilaian terhadap adanya
untuk menyebutkan nama benda kerusakan motorik (klien mungkin
tersebut mengenali tapi tidak mampu
menyebutkannya)

 Minta pasien mengucapkan suara  Mengidentifikasi adanya disartria sesuai


sederhana komponen motorik dari yang dapat
mempengaruhi artikulasi

 Berikan metode komunikasi  Memberikan komunikasi tentang kebutuhan


alternative seperti menulis di kertas berdasarkan keadaan/ deficit yang
atau gambar mendasarinya

 Gunakan pertanyaan terbuka dan  Menurunkan kebingunan dan s\ansietas


kontak mata selama komunikasi

 Bicara dengan nada normal dan  Nada suara yang tinggi memicu
hindari percakapan yang cepat. ketidaknyamanan dan rasa marah
Berikan jarak waktu untuk klien
merespons

 Diskusikan mengenai hal-hal yang  Meningkatkan percakapan yang bermakna


disenangi dan dikenal pasien

Kolaborasi
 Konsultasikan kepada ahli terapi  Menentukan terapi yang tepat
wicara
REFERENSI:
Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperwatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Media.
Brunner, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner & suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. 12th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Terj. Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Ganong, William F. (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.C., Bucher, L., & Camera, I.M. (2014). Medical
surgical nursing: Assessment and management of clinical problems. 9 th edition.
Missouri: Elsevier Mosby.
Sherwood, L. (2009). Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. Edisi keenam. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai