Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI

A. PENDAHULUAN
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang
kompleks ,sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang
lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh
yang penting ini juga mengatur aktivitas sitem tubuh yang lain. Karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai
sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran,
pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya
dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku.

B. TELAAH PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF

Pembagian sistem saraf secara anatomis terdiri dari:


a. Sistem saraf sentral /pusat , merupakan pusat pengendali/
pengambil keputusan/memori, meliputi :
- otak (encephalon) terdiri dari :
1. Cerebrum ,
2. Diensephalon
3. Serebellum
4. Brain stem /batang otak (meliputi: midbrain, pons medula
oblongata),
- sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
b. Sistem saraf perifer / tepi: untuk konduksi impuls, meliputi:
- 12 saraf kranial (nervus cranialis)
- 31 saraf spinal (nervus spinalis)

Pembagian sistem saraf secara fisiologi:


a. Somatis : mensarafi struktur dinding tubuh (otot, kulit, membran
mukosa),
Meliputi: saraf aferent (sensorik ) dan efferent (motorik)
b. Otonom: mengontrol aktivitas otot-otot dan kelenjar-kelenjar
bagian dalam tubuh serta pembuluh darah
Meliputi : saraf simpatis & parasimpatis

SSP dilindungi oleh:


‐ tulang kranium dan kolumna vertebra
‐ membran jaringan penunjang (meningen)
‐ cairan serebrospinal (CSF).

MENINGEN
Merupakan selaput yang membungkus otak dan susmsum tulang belakang
Terdiri dari tiga lapisan:
- Duramater (lapisan luar)
- Arachnoid (lapisan tengah)
merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter .
Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural
yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan
subdural terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan
sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal
- Piamater (lapisan dalam)
merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang
mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid.

CAIRAN SEREBROSPINAL / CEREBRO SFINAL FLUID / CSF


CSF ialah cairan bening yang diproduksi dalam ventrikel otak , dan
sebagian besar diproduksi oleh jaringan vascular yang disebut dengan
pleksus khoroid. Pleksus khoroid terletak di dasar setiap ventrikel . CSF
dibentuk oleh filtrasi darah dan oleh sekresi pleksus khoroid.
Jaringan pleksus khoroid membentuk sawar darah otak (brain-blood barrier )
yang melindungi otak dari zat berbahaya. Jumlah cairan CSF berkisar 80 -
200ml (rata-rata sekitar 130ml). CSF juga berperan sbg media penyerap
tekanan (shock-absorbing medium) untuk melindungi otak dari tekanan
dinding kranial.

Komposisi CSF
- tidak mengandung darah;
- konsentrasi K+, Ca2+, HCO3-, dan glukosa di CSF < di darah;
- konsentrasi Na+ di CSF = di darah;
- protein sangat sedikit, & tidak ada sel darah.

VENTIKEL di Otak
Di dalam otak terdapat empat ruang yang penuh berisi cairan,
dinamakan ventrikel, Ada 4 ventrikel di otak, yaitu:
(1) ventrikel lateral kanan,
(2) ventrikel lateral kiri,
(3) ventrikel ke-3 di diensefalon,
(4) ventrikel ke-4 di antara pons & serebelum

SISTEM SARAF PUSAT (SSP)

Fungsi SSP adalah: mengintegrasi, memproses, dan mengkoordinasi data


sensorik dengan perintah motorik

 OTAK
Merupakan pusat kendali tubuh
Berat ±2% dari total BB (±1-1,5 kg)
Memerlukan 20% dari oksigen dalam tubuh
Memerlukan 70% glukosa tubuh
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari curah jantung (750 ml
permenit). Darah arteri yang disuplai berasal dari arteri karotid internal dan
arteri vertebral.
Terdapat substansi kelabu (subtansi grisea : mengandung serabut saraf tidak
bermyelin) dan substansi putih ( Substansia alba: mengandung serabut saraf
bermyelin)
Bagian- Bagian Otak :
1. Serebrum (telencephalon)
Serebrum dibagi menjadi hemisfer serebri kiri dan kanan oleh suatu
lekukan dalam yang dikenal sebagai fissura longitudinalis.
Serebrum terdiri dari:
a. Korteks serebri, merupakan lapisan substansi grisea
setebal ± 3 mm yg menutupi permukaan dalam hemisfer
serebri . Di dalam cortex cerebri inilah semua impuls
diterima dan dianalisa.

Fungsi korteks serebri:


 korteks motorik primer: mengontrol gerakan volunter
otot dan tulang pada sisi tubuh kontra lateral
Bila ada lesi: terjadi paralise kontralateral
 Korteks sensorik primer: merupakan penerima
sensasi umum
Bila ada lesi: gangguan sensasi pada kontralateral
 Korteks visual:
Bila ada lesi iritatif mengakibatkan halusinasi visual
Bila ada Lesi destruktif : mengakibatkan gangguan
lapang pandang
 Korteks auditorik:
Bila ada lesi: mengakibatkan kehilangan
pendengaran ringan
 Area asosiasi: penting untuk beraktivitas mental
(berbicara, menuliskan kata-kata,mengenali bentuk
benda yang diletakkan di tangan dengan mata
tertutup)
 Korpus kallosum:
Bila ada lesi mengakibatkan tidak mampu
menjalankan perintah untuk melakukan gerakan
terampil

b. Korpus striatum
Fungsi:menerima informasi dari lobus frontal & dari sistem
limbik
Sistem limbik berfungsi untuk menerima informasi dari
berbagai area asosiasi di korteks serebri . Sistem limbik
terdiri dari:
(1) Hipokampus → bagian yg berperan dlm proses belajar &
pembentukan memori jangka panjang
(2) Amigdala → merupakan pusat emosi (seperti: takut);
mengirim sinyal ke hipotalamus & medula oblongata yang
kemudian mengaktifkan respons flight or fight dari sistem
saraf otonom; menerima sinyal dari sistem penghidu &
menentukan pengaruh bau terhadap emosi
c. Rhincephalon

Serebrum terbagi menjadi empat lobus:


1. Lobus frontalis
Merupakan pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti
kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi
2. Lobus Parietalis
Lobus ini berisi area sensorik di mana impuls dari kulit seperti
rabaan, rasa sakit, dan suhu diinterpretasikan. Determinasi
jarak, ruang, dan bentuk
3. Lobus Oksipitalis
pusat penglihatan & area asosiasi penglihatan:
menginterpretasi & memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus &
mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain &
memori
4. Lobus temporalis
Berperan mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran ,
pembentukan & perkembangan emosi, ingatan jangka pendek. Area
wernicke terletak pada lobus ini.

2. Diensephalon
Terletak di bagian dalam serebrum
Dua struktur utama dari diensefalon: thalamus & hipothalamus
Thalamus
- terdiri dari 2 massa substansi grisea berbentuk oval terletak di
bagian atas tengah otak yang membentuk nukleus
- dibagi menjadi 3 area:
(1) epithalamus (yg berhubungan dgn sistem penghidu),
(2) thalamus ventral (belum diketahui fungsinya),
(3) thalamus dorsal
Berfungsi sebagai : pemancar sensori ( visual,
pendengaran, dan sesorik umum dari kulit ) motorik
volunter, kesadaran, bahasa, memori, & emosi.
Hypothalamus
Merupakan area terpenting dlm pengaturan lingkungan internal
tubuh (homeostasis)
Pusat-pusat pengaturan yg terdapat di hipotalamus:
1) Suhu:
- dingin (hipotalamus posterior)→ otot rangka menggigil,
- panas (hipotalamus anterior) →berkeringat, vasodilatasi
pemb.darah kulit
2) Lapar: pusat lapar (hipotalamus lateral) & kenyang (nukleus
ventromedial)
3) Haus: osmoreseptor di hipotalamus anterior
4) Bau: bagian posterior hipotalamus sebagai stasiun pemancar
sensasi bau
5) Respons takut & berani: hipotalamus lateral →peningkatan TD,
dilatasi pupil, & piloereksi.
6) Perilaku seksual; hipotalamus anterior diaktivasi olehhormon
seks (testosteron & estrogen) mengontrol aktivitas seksual pria &
wanita.
7) Fungsi endokrin; nukleus suprakhiasma mengontrol sekresi
hormon adrenocorticotropic (ACTH) dgn menerima informasi dari
mata & mengkoordinasikannya dengan berbagai irama tubuh
selama 24 jam (irama sirkadian).
8) Sekresi hipofisis posterior; hormon kelenjar hipofisis posterior
disintesis di badan sel saraf di nukleus supraoptik & paraventrikular
hipotalamus kmd ditransport turun mll akson ke ujung akson di
lobus posterior. Neuron ini memproduksi oksitosin & antidiuretic
hormone (ADH)/ vasopressin.
9) Sekresi hipofisis anterior; 6 hormon yg disekresi hipofisis anterior
dikontrol oleh hormon yg disekresi oleh neuron di hipotalamus.

3. Serebelum
Serebelum terdiri dari tiga bagian: bagian tengah dan dua hemisfer
lateral.
Secara sederhana, fungsi dari cerebellum adalah:
1. Fungsi koordinasi
 Untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara
fungsional, maka beberapa otot atau beberapa
persendian harus terkoordinasi dengan baik. Misalnya,
untuk membentuk kata-kata yang baik diperlukan
koordinasi berbagai macam otot/persendian seperti otot-
otot laring, otot mulut, ataupun respirasi.
 Tidak adanya koordinasi dari beberapa persendian kita
kenal dengan istilah disartri.
 Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan
menimbulkan apa yang disebut ataxia, yaitu suatu
kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi
karena adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan,
serta arah dari gerakan.
2. Fungsi keseimbangan dan orientasi ruangan
 Seseorang untuk mengetahui posisinya dalam suatu
ruang atau keseimbangan tubuh, maka impuls dari
proprio reseptor yang terletak pada persendian, otot, dan
lain-lain serta cerebellum harus baik.
 Gangguan di mana seseorang tidak mengenal posisinya
dalam suatu ruangan disebut astereognasi.
3. Fungsi menghambat/damping
 Impuls yang datang ke cerebellum dari korteks motorik
cerebri akan dihambat/damping.
 Gangguan fungsi menghambat ini terlihat pada
ketidakmampuan mengerem /menghentikan gerakan
dengan cepat, dimana penderita selalu overshoot.
 Overshoot ialah bila seseorang mau menunjuk titik tertentu,
selalu melebihi apa yang dituju.
4. Brain stem (batang otak)
Batang otak terdiri dari : midbrain, pons, medulla oblongata.
Batang otak menghubungkan cerebrum dengan sumsum tulang
belakang.
Midbrain
terletak di bawah pusat cerebrum membentuk bagian depan batang
otak.
Fungsi Midbrain :
- menghubungkan ventrikel ke-3 & ventrikel ke-4
- berisi serat saraf sensorik & motorik
- pusat refleks gerakan kepala & bola mata ketika berespons
terhadap rangsang visual (superior colliculi).
- (pusat refleks gerakan kepala & tubuh ketika berepons terhadap
rangsang suara (inferior colliculi)
- mengontrol gerakan (red nucleus & substantia nigra )
- Substantia nigra  berisi banyakneuron yang
memproduksi dopamine
Saraf cranial III dan IV berasal dari midbrain.

Pons
terletak di antara midbrain dan medulla oblongata, di depan
cerebellum.
Nukleus dari saraf kranial → N. V, VI, VII,& VIII
Pons berfungsi sebagai:
 Pusat pernapasan:
- Pusat apneustik → mengontrol kontraksi otot inspirasi
- Pusat pneumotaksik → mengontrol relaksasi otot pernapasan
sehingga terjadi ekspirasi

Medulla oblongata
Medula oblongata terletak di antara pons dan sumsum tulang
belakang.
Fungsi:
 Pusat pernafasan
- membentuk pernapasan otomatis
- mempersarafi otot2 pernapasan
Terdapat kemoreseptor yg sensitif terhadap perubahan
konsentrasi ion H+ & konsentrasi CO2
 Pusat pengaturan jantung:
meningkatkan denyut & kekuatan kontraksi jantung (mll saraf
simpatis) &
menurunkan denyut jantung ke pacemaker N.vagus (saraf
parasimpatis)
 Pusat vasomotor
mengontrol diameter pembuluh darah mll saraf simpatis dlm
pengaturan tekanan
darah
 Pusat refleks nonvital → refleks menelan, muntah,batuk, bersin,
& tersedak
Nukleus dari saraf kranial → N.VIII, IX, X, XI, & XII
Formasio Retikular adalah bagian inti dari substansia grisea yg
terbentang dari medula oblongata ke midbrain & terbentuk dr ribuan
neuron kecil yang tersusun seperti jaring (reticular net)
RAS (Reticular Activating System) → jalur polisinaps yg terdapat
dlm formasio retikular; menentukan tingkat kesadaran & jaga’/waspada
yg memungkinkan terbentuknya persepsi

 SUMSUM TULANG BELAKANG (MEDULA SPINALIS)


Terdapat 31 pasang saraf spinal yang melalui medula spinalis yang
merupakan nervus campuran yg berisi akson sensorik & motorik; berjalan di
kolumna spina
Fungsi sumsum tulang belakang yaitu :
1. Aktifitas refleks
2. Konduksi impuls sensorik dari saraf afferen ke atas melalui tractus naik
menuju otak.
→ menghantarkan impuls modalitas nyeri & suhu
→ menghantarkan impuls modalitas geli, gatal, sentuhan, & tekanan
→menghantarkan impuls yg membedakan 2 titik, stereognosis,
propriosepsi, membedakan berat, & sensasi getaran

3. Konduksi impuls motorik (efferent) dari otak turun melalui tractus ke saraf-
saraf yang menginervasi otot atau kelenjar., melalui 2 jalur yaitu:
JALUR PIRAMIDAL/LANGSUNG
- mengontrol ketepatan kontraksi otot2 di ujung ekstermitas
- mengkoordinasi gerakan rangka aksial dgn mengontrol kontraksi
otot di leher & lengan
- mengontrol gerakan volunter kepala & leher
JALUR EKSTRAPIRAMIDAL/ TAK LANGSUNG
- mengatur tonus otot dlm berepons thd gerakan kepala; berperan
dlm keseimbangan
- mengontrol gerakan kepala dlm berespons thd rangsang visual

SUSUNAN SARAF TEPI


Klasifikasi susunan saraf tepi berdasarkan tempat keluarnya:
1. Saraf kranial → semua saraf yang keluar dari otak melalui foramen
kranial;
ada 12 pasang (3 ps: sensorik, 5ps: motorik; 4 ps: sensorik & motorik)
2. Saraf spinal → semua saraf yang keluar dari medula spinalis melalui
foramen intervertebral;
ada 31 pasang, semuanya terdiri dari campuran saraf sensorik &
motorik , yaitu:
- 8 pasang Saraf servikal
- 12 pasang Saraf torakal
- 5 pasang Saraf lumbal
- 5 pasang Saraf sakral :
- 1 pasang Saraf koksigeal
Fungsi 12 pasang saraf kranial
Saraf kranial Komponen Fungsi
I. Olfaktorius Sensorik Penciuman
II. Optikus Sensorik Penglihatan
III. Okulomotorius Motorik - Mengangkat kelopak mata atas
- Konstriksi pupil
- Sebagian besar gerakan ekstraokular
IV. Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
V. Trigeminus Motorik Otot temoralis dan maseter (menutup
rahang dan mengunyah) gerakan rahang
ke lateral
Sensorik  Kulit wajah, dua pertiga depan kulit
kepala, mukosa mata, mukosa hidung
dan rongga mulut, lidah dan gigi.
 Reflex kornea / reflex mengedip,
komponen sensorik dibawa oleh saraf
cranial V, respon motorik melalui saraf
cranial VII
VI. Abdusen Motorik Deviasi mata ke lateral
VII. Fasialis Motorik  Otot - otot ekspresi wajah termasuk
otot dahi, sekeliling mata serta mulut
 Lakrimasi dan salivasi
Sensorik Pengecapan duapertiga depan lidah
(rasa, manis, asam, dan asin)
VIII.
vestibulocochlearis

Cabang vestibularis Sensorik Keseimbangan


Cabang cochlearis Sensorik Pendengaran
IX. Glosofaringeus Motorik Faring : menelan, reflex muntah
Parotis : salivasi
Sensorik Faring, lidah posterior, termasuk rasa
Pahit
X. Vagus Motorik Faring, laring, reflex muntah, fonasi,
visera abdomen
Sensorik Faring, laring, reflex muntah, visera
leher, thoraks dan abdomen
XI. Asesorius Motorik Otot sternokleidomastoideus dan bagian
atas dari otot trapezius, pergerakan
kepala dan bahu
XII. Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah
2. GEJALA YANG MUNCUL PADA KELAINAN SISTEM NEUROLOGI

Gangguan Sistem Saraf dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti


kelainan genetik, penyakit degeneratif, kelainan, lesi mekanik (trauma),
perdarahan, iskemia, gangguan metabolic sistemik (hipoglikemia,
hiperglikemia, uremia, gagal hati, gangguan endokrin, dll), kelainan
elektrolit, obat-obatan, toksin (missal : logam berat, alcohol), radiasi,
inflamasi, dan infeksi (virus, bakteri, dan penyakit autoimun.)
Gejala-gejala yang muncul pada gangguan sistem saraf bisa berbagai
macam antara lain adalah :
Kelainan pada meningen :
- Kaku kuduk,
- Kejang
- Mental confussion
- Penurunan kesadaran hingga koma
- Sakit kepala berat
- Demam
- Mual dan muntah
- Gejala psikotik
- Delirium
- Sudden dementia (chronic)
Gejala pada kelainan CSF di Ventrikel :
- gangguan postur : gangguan keseimbangan sehingga pasien mudah
jatuh, kelemahan pada kaki, berjalan dengan jarak pendek-pendek,
dan posisi tubuh lebih condong ke depan
- gangguan fungsi mental : ketumpulan dalam berpikir dan
bertindak, apatis , menurunnya perhatian serta gangguan daya ingat
- gangguan berkemih : rasa ingin berkemih yang mendadak dan tidak
bisa ditahan (urgency), frekuensi berkemih yang meningkat,
inkontinensia 
Gejala pada kelainan di otak , antara lain :
Gangguan sirkulasi pada otak :
- Penurunan tingkat kesadaran
- Hemiparese/ hemiplegi ( terjadi pada sisi berlawanan dari lesi di
otak)
- Nyeri kepala hebat
- vertigo
- Gangguan penglihatan (hemianopsia ,diplopia)
- Gangguan memori
- Mulut mencong dan tidak simetris ketika menyeringai
- Kesulitan menelan (dysphagia)
- Gangguan persepsi sensori (kesemutan & kebas/ parestesia )
- Gangguan bicara & bahasa ( pelo/ dysartria , afasia)
- Gangguan fungsi kandung kemih ( inkontinensia / retensi urin)
- Gangguan keseimbangan
Gangguan pada midbrain (penurunan produksi dopamin):
- tremor saat istirahat
- hipersalivasi
- rigiditas otot dan kekakuan,
- akinesia (tidak ada gerakan termasuk gerakan yang terlibat dalam
eksoresi wajah)
- kehilangan keseimbangan, tubuh condong ke depan
Gangguan pada serebrum :
- Kelainan pada lobus frontal : gangguan kepribadian, gangguan
intelektual, hilangnya daya ingat, afek yang tidak tepat
- Kelainan pada lobus oksipital : gangguan penglihatan, kejang-
kejang.
- Kelainan pada lobus temporal : halusinasi penciuman, penglihatan,
dan pengecapan
- Kelainan pada lobus parietal : ketidakmampuan membuat gambar,
ketidakmampuan membedakan obyek.
Gangguan pada cerebellum :
- intensi tremor, yaitu tremor yang terjadi sewaktu bergerak secara
volunter (tremor akan hilang bila penderita itu diam).
- Disartria (kesulitan dalam membentuk / mengartikulasikan kata-
kata)
- Ataxia (ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan gerakan otot
yang mengakibatkan kesulitan berjalan, bicara dan melakukan
tugas perawatan diri
- astereognasi (seseorang tidak mengenal posisinya dalam suatu
ruangan.)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan : menggunakan sinar - x- untuk membandingkan lesi
cerebrovaskuler dan lesi non vaskuler ( hemorhagi subdural,
abses otak, kelainan, atau hemorhagi intraserebral ).Daerah
infark mungkin belum terlihat dengan CT Scann dalam 48 jam.
Penting untuk diketahui apakah terdapat hemorhagi, karena
informasi ini dapat digunakan untuk memutuskan apakah
dibutuhkan pemberian antikoagulasi pada pasien atau tidak.
2. Pencitraan resonan magnetic (MRI) : menggunakan medan
magnetik untuk mendapatkan gambaran yang berbeda pada
tubuh. MRI dapat mengidentifikasi keadaan abnormal serebral
lebih mudah dan lebih jelas, memberi informasi tentang
perubahan kimia dalam sel dan respons tumor terhadap
pengobatan. ( persiapan pasien: semua benda logam dan kartu
kredit harus dilepaskan)

3. Angiografi serebral : proses penelusuran penyakit vaskuler,


aneurisma dan vena serebral (sirkulasi serebral )dengan
menggunakan sinar x setelah zat kontras diinjeksikan ke dalam
arteri yang dipilih

4. Transcranial Doppler (TCD) adalah metode sederhana, non


invasif untuk mengetahui perubahan perfusi serebral yang
terjadi pada saat itu juga. Dapat untuk mendeteksi adanya
stenosis, oklusi dan plak arteri

5. BERA ( Brainstem Evoked Response Audiometry)

Adalah suatu tes yang bersifat obyektif, elektrofisiologis saraf


pendengaran sampai batang otak dengan memberikan
rangsangan bunyi.

Manfaat :

o Menentukan prediksi ambang pendengaran

o Untuk skrining pendengaran

o Membantu memperkirakan jenis ketulian

o Membantu menentukan letak lesi di sepanjang


jaras pendengaran sampai batang otak

6. EEG (Electroencephalografi )
Merupakan suatu rekaman aktivitas listrik (elektrik) sel saraf
otak
Indikasi dan kegunaan :
- Pasien yang mengalami kejang atau diduga kejang
- Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit
sistemik (ex: ensefalopati karena DM, gagal ginjal)
- Mengetahui gangguan tidur / narkolepsi
- Membantu menegakkan diagnosa coma
- Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang
disebabkan trauma, tumor, gangguan pembuluh
darah,dan penyakit degeneratif
- Menentukan gangguan serebral yang dapat
menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan
kemunduran intelektual
7. ENMG (Electroneuromiografi)
Merupakan pemeriksaan yang berguna untuk menentukan
diagnosis kelaianan neuromuskuler dan kelaianan susunan
saraf tepi ( poliomyelitis, autoimun, toksis, infeksi, miasthenia
grafis, herniasi diskus vertebralis, distrofi, kelainan otot akibat
gangguan metabolik, endokrin dan proses inflamasi)
8. Brain Mapping
Memberikan gambaran pemetaan otak / Memeriksa secara fisik
gangguan, kerusakan,atau kecacatan otak (spt : tumor otak,
pecahnya pembuluh darah, benturan kepala
9. Pemeriksaan lumbal pungsi
Bertujuan untuk memperoleh CSF untuk diperiksa, diukur,
menurunkan tekanan CSF, menentukan ada tidaknya darah
dalam CSF, mendeteksi sumbatan sub arachnoid spinal, dan
pemberian antibiotik intratekal (pada kasus infeksi)

3. KELAIANAN YANG MUNCUL DI RUMAH SAKIT


Gangguan sistem saraf yang sering terjadi diantaranya adalah
stroke dan vertigo

STROKE
Stroke merupakan ancaman terbesar dalam menimbulkan
kecacatan dalam kehidupan manusia. Angka kejadian stroke di
Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia
Faktor resiko stroke :
Faktor resiko dapat dimodifikasi adalah :Hipertensi,DM,merokok,
Atrial Fibrilation & penyakit katup jantung,Kadar hematokrit yg
tinggi ,Polisitemia,Hiperkolesterolemia,Penggunaan alcohol, pil
kontrasepsi
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah :
- Usia :Usia diatas 55 tahun, insidensinya meningkat 2 kali lipat
- Jenis kelamin: Laki – laki mempunyai resiko lebih besar
dibandingkan wanita., perempuan yang telah menopause risiko
terkena stroke sama dengan laki-laki.
- Riwayat keluarga
- Pernah mengalami stroke
Klasifikasi Stroke
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
a. Stroke iskemik
b. Stroke hemoragik:
Perdarahan intraserebral dan Perdarahan subarachnoid
2. Berdasarkan perjalanan penyakit
- TIA (Transient Ischemic Attact)
- Stroke in evolution
- Completed stroke
3. Berdasarkan lokasi : hemisfer, batang otak
4. Klasifikasi menurut Bamford (1992) :
- TACI (Total Anterior Circulation Infark)
- PACI (Partial Anterior Circulation Infark)
- LACI (Lacunar Infark)
- POCI (Posterior Circulation Infark)
Penyebab

o Stroke hemoragik: kenaikan tekanan darah yang akut


o Stroke iskemik : penyumbatan pembuluh darah
(emboli,ateroskelosis , oklusi trombotik)
Tanda dan gejala
Deteksi dini tanda dan gejala stroke : FAST
F: Face / Muka : mulut perot, tidak simetris ketika menyeringai
A: Arm /Tangan: didapatkan kelemahan pada satu sisi
S: Speech/ Bicara: pelo/ disartria/ afasia
T: Time/ waktu: terjadi secara mendadak

Tanda dan gejala stroke yang terjadi tergantung dari daerah otak
yang terganggu alirannya serta luasnya lesi.

Stroke hemisfer kiri : Stroke hemisfer kanan :


 Hemiparesis atau hemiplegia  Hemiparesis atau
sisi tubuh kanan hemiplegia sisi tubuh kiri
 Perilaku lambat dan sangat hati-  Defisit perspsi
hati  Perilaku impulsif dan
 Defek lapang pandang kanan Penilaian buruk
 Afasia (Ekspresif, reseptif, atau  Kurang kesadaran terhadap
global) defisit ( rentan untuk jatuh
 Perubahan kemampuan atau cidera lainnya)
intelektual(Mudah frustasi)  Defek lapang pandang kiri
Managemen Terapi
Tindakan awal harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik.(penumbra).

Managemen stroke secara umum:


1. Atur posisi head up 30⁰
2. Monitor GCS, Kekuatan Otot, Reflek kornea, ukuran pupil, Reflek
cahaya
3. Cegah terjadinya hipoglikemia/ hiperglikemia
4. Monitor tekanan darah
Tekanan darah sebaiknya jangan diturunkan kecuali:
a. bila sistolik > 220mmHg, Diastolik > 120mmHg ( dalam 2
kali pengukuran) atau MAP > 130- 140 mmHg
b. Terdapat AMI, gagal jantung/ gagal ginjal akut
Pada stroke hemoragik, Tekanan darah dapat diturunkan
maksimal 20%.
5. Monitor adanya iskemik jantung atau Atrial Fibrilasi
6. Monitor skala nyeri
7. Cegah intake melalui oral sampai kemampuan menelan dikaji
8. Kelola oksigen jika diindikasikan (SpO2 < 92%)
9. Cegah hiperthermi
10. Hindari penggunaan cairan hipotonis
11. Kontrol peningkatan tekanan intra kranial
12. hindari fleksi kepala & rotasi kepala yg berlebihan
Pencegahan Komplikasi
Perawat memegang peranan yang signifikan dalam
pencegahan komplikasi yang berhubungan dengan immobilitas,
hemiparese, atau defisit neurology yang disebabkan oleh stroke.
Tindakan pencegahan penting, terutama pada infeksi saluran kemih,
pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan, luka decubitus, kontraktur,
tromboplebitis, DVT dan abrasio kornea.

VERTIGO
Klasifikasi vertigo:
- Vertigo perifer : terjadi karena gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan.
- Vertigo sentral : terjadi karena ada kelaianan di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).

Tanda dan gejala vertigo


Vertigo Periferal (Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
- Pandangan gelap - Penglihatan ganda
- Rasa lelah dan stamina menurun - Sukar menelan
- Jantung berdebar - Kelumpuhan otot-otot wajah
- Hilang keseimbangan - Sakit kepala yang hebat
- Tidak mampu berkonsentrasi - Kesadaran terganggu
- Perasaan seperti mabuk - Tidak mampu berkata-kata
- Otot terasa sakit - Hilangnya koordinasi
- Mual dan muntah-muntah - Mual dan muntah-muntah
- Memori dan daya pikir menurun - Tubuh terasa lemah
- Sensitif pada cahaya terang dan Suara
- Berkeringat

Penyebab umum dari vertigo:


- Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
- Obat-obatan : Alkohol , Gentamisin
- Kelainan sirkulasi: Transient ischemic attack (TIA) pada arteri vertebral
Dan arteri basiler
- Kelainan di telinga : Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri ,
Herpes zoster , Labirintitis , Peradangan saraf vestibuler,Penyakit
Meniere
- Kelainan neurologis: Sklerosis multiple, Tumor otak , Tumor yang
menekan saraf vestibularis.
Management Terapi
Medikamentosa: antikolinergik/parasimpatolitik, antihistamin,
penenang,simpatomimetik atau campuran obat-obat tersebut diatas

C. ASUHAN KEPERAWATAN
4. PENGKAJIAN SPESIFIK

Pemerikasaan neurologis dibagi menjadi 5 komponen:


- Fungsi serebral
- Saraf-saraf kranial
- Sistem motorik
- Sistem sensorik
- Status refeleks
a. Pemeriksaan Fungsi serebral, meliputi :
 Status mental : mengobservasi penampilan& tingkah laku
pasien (cara berpakaian, kerapihan, kebersihan diri, gerakan
tubuh, ekspresi wajah, gaya bicara, dan tingkat kesadaran)
Menguji tingkat kesadaran
a. secara kualitatif
- Compos Mentis (conscious)
yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
- Apatis,
yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, ( acuh tak acuh)
- Delirium,
yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, berhayal.
- Somnolen (Obtundasi, Letargi)
yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal.
- Stupor (soporo koma),
yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
- Coma ,
yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1. Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (diminta membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri( dgn menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
3. Menilai respon motorik (M)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau
tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah
adalah 3 yaitu E1V1M1
 Fungsi intelektual :Orientasi waktu, tempat & orang, mengulang
tujuh angka tanpa putus,Menghitung mundur
 Daya Pikir: apakah pikiran pasien bersifat spontan, alamiah,
relevan dan masuk akal ( ada tidaknya halusinasi)
 Status emosional: pemarah, cemas, apatis, euforia, apakah
tingkah laku sesuai kata-kata, apakah komunikasi verbal sesuai
dgn tampilan komunikasi non verbal
 Persepsi: adakah agnosia ( ketidakmampuan menginterpretasi
kan / mengenal benda yang dilihat dengan perasaan)
 Kemampuan motorik: dengan memerintahkan pasien
melakukan aktivitas ketrampilan (spt: melempar bola)
 Kemampuan bahasa: apakah ada afasia (apakah jawaban
pasien relevan, apakah dapat membaca dan menjelaskan
maksudnya, dapatkah menulis nama dan meniru gambar dari
penguji)
b. Pemeriksaan saraf-saraf kranial
Meliputi pemeriksaan saraf kranial I – XII
 Nervus I , Olfaktorius (pembau )
Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-
bauan dengan memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak
merangsang seperti kopi ,tembakau, parfum atau rempah-
rempah
 Nervus II, Opticus (penglihatan)
Lakukan pemeriksaan visus, lapang pandang,refleks pupil
terhadap cahaya
 Nervus III, Oculomotorius
 Ptosis, Gerakan bola mata (, nistagmus,strabismus,)
Pemeriksaan pupil meliputi : Bentuk dan ukuran pupil,
Perbandingan pupil kanan dan kiri, Refleks pupil,
 Nervus IV, Throclearis
Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke lateral
bawah, strabismus konvergen, diplopia
 Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien
dengan menyentuhkan kapas halus saat klien melihat ke
atas
- Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah,
lidah dan gigi
- Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan
gigi
 Nervus VI, Abdusen
Pergerakan bola mata ke lateral
 Nervus VII, Facialis
Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang
lumpuh lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis,
menutup mata (menutup mata dengan rapat dan coba buka
dengan tangan pemeriksa), moncongkan bibir atau menyengir,
memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul, dalam
keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama
kuat. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian
sisi yang lumpuh)
 Nervus VIII, Auditorius/vestibulokokhlearis
Memeriksa ketajaman pendengaran klien, dengan
menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram.
Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli
konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
 Nervus IX, Glosopharingeal
Memeriksa gerakan reflek lidah, klien diminta m engucap AH,
menguji kemampuan rasa lidah depan, dan gerakan lidah ke
atas, bawah, dan samping.
Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit
dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-sama,
anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom),
kesulitan menelan dan disartria. Apakah ada pergeseran uvula,
lakukan tes refleks muntah (Sentuh bagian belakang faring
pada setiap sisi dengan spatula )
 Nervus X, Vagus
Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara
 Nervus XI, Accessorius
Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot
trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah,
kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan
tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot
sternokleido mastoideus.
 Nervus XII, Hypoglosal
Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah
sisi yang lemah jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron
unilateral.
c. Pemeriksaan Sistem motorik
Meliputi : ukuran otot, tonus otot dan kekuatan otot,
koordinasi dan keseimbangan
 Kekuatan otot
Skala kekuatan otot :

Skala Karakteristik
0 Paralisis total
1 Tdk ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pd sendi tetapi tdk dpt melawan gravitasi
(hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tdk dpt menahan
/melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang
5 Dpt melawan tahanan pemeriksa dgn kekuatan
maksimal.

 Keseimbangan dan koordinasi


Pasien diminta untuk melakukan gerakan cepat,
berselang seling & uji menunjuk satu titik ke titik lain (spt:
menyentuh jari-jari penguji, menyentuh hidung pasien
sendiri dalam kondisi mata tertutup)
Pemeriksaan sistem sensorik
Memeriksa Kepekaan saraf perifer. klien diminta
memejamkan mata
 Menguji sensasi nyeri: sensasi tumpul atau tajam.
 Menguji sensai panas dan dingin
 Sentuhan ringan : dengan menggunakan lidi kapas, beri
sentuhan ringan pada permukaan kulit
 Vibrasi/getaran : dengan batang garputala yang
bergetar di bagian distal sendi interfalang dari jari tangan
dan sendi interfalang dari ibu jari kaki, siku, dan
pergelangantangan.
d. Pemeriksaan Refleks
1. Reflek fisiologis : Reflek bisep, Reflek trisep, reflek
brachiradialis, Reflek patella, Reflek achiles
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus- kasus tertentu.
Beberapa refleks pathologis antara lain : refleks babinski,
Reflek chaddok, Reflek schaeffer, Reflek oppenheim,
dan Reflek Gordon
Reflek babinski:
- Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan
kedua kaki diluruskan.
- Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan
kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya.
- Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral
dari posterior ke anterior
- Respon : posisitf apabila terdapat gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari
kaki lainnya

Gambar Refleks babinski


5. MASALAH KEPERAWATAN DAN PRINSIP PENATALAKSANAAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI

a. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan
gangguan sistem saraf antara lain adalah :
- Pola nafas tidak efektif
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
- Gangguan menelan
- Resiko terjadi kerusakan integritas kulit
- Hambatan mobilitas fisik
- Kurang perawatan diri
- Nyeri
- Hiperthermia
- Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh.
- Konstipasi
- Gangguan eliminasi urin
- Kerusakan memori
- Resiko cidera
- Ketidakefektifan pola seksualitas
- Hambatan komunikasi verbal
b. Prinsip Penatalaksanaan
Tujuan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan neurologi
adalah:
- Memperbaiki status pernapasan (spt: posisi kepala 30⁰)
- Meningkatkan kemampuan menelan
- Mempertahankan integritas kulit (cegah dekubitus)
- Meningkatkan mobilitas fisik
- Mencegah kontraktur
- Meningkatkan perawatan diri
- Mengurangi nyeri
- Penatalaksanaan hiperthermi
- Mempertahankan perawatan mata
- Mempertahankan kebersihan mulut
- Penatalaksanaan disfungsi kognitif
- Penatalaksanaan disfungsi seksual
- Meningkatkan koping efektif
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doctherman, Joanne McCloskey., Bileeheek, Gloria N., 2012. Nursing Intervention
Classification: fifth edition. Mosby Inc: United States.
Herdman, T. Heather., 2012. NANDA: Nursing Diagnosis: Definition and
Clasification 2012 – 2014. Willey-Blackwell: United Kingdom
Le Mone Priscilla & Burke Karen M, 2000,Medical Surgical Nursing ,critical
Thingking in client care: second edition,Prentice-Hall Inc, New Jersey
Price A Sylvia & Wilson M Loraine, alih bahasa Anugerah Peter, 1995,
Patofisiologi,Konsep klinis proses –proses Penyakit, cetakan I, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Micbach Jusuf, 2011,Stroke Aspek diagnostik, Patofisiologi dan
Managemen,Penerbit FK UI, Jakarta
Morhead, Sue., Johnson, Morion., Maas, Meredian L., Swanson, Elizabeth. 2012.
NOC: Nursing Outcomes Calssification: fifth edition. Mosby Inc: United
States.
Mulyatsih E, 2015, Emergency Stroke Management, panitia The 2nd International
Neuroscience Nursing Update, Hipeni, Bandung
Guyton,Arthur C, Fisiologi Kedokteran, 148 – 168, Edisi ke5, EGC, JAKARTA,1987

Prosedur Pemeriksaan muskuloskeletal dan ekstremitas [online] 2015[cited 2015 May


25];available from http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/PEMFIS
%20MUSKULOSKELETAL%20&%20NEUROLOGI.pdf-

Gambaran Umum Gangguan Sistem Saraf [online] 2015[cited 2015 May


24];available from
http://xiphisternum.weebly.com/uploads/6/2/3/1/6231963/gambaran_umum_gang
guan_sistem_syaraf.pdf

Pemeriksaan Elektroncephalografi [online] 2015[cited 2015 May 24];available from


http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/electroencephalografi-eeg/

Vertigo, [online] 2015[cited 2015 May 24];available from


https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo_files-of-drsmed.pdf

Anda mungkin juga menyukai