◦ Lobus Temporal
Terdapat girus mayor yaitu girus presentralis (area motorik primer korteks serebri) dan girus
postsentralis (area somatosensorik korteks serebri).
Area sensorik dan motorik korteks cerebri
Nuklei Basalis
Fungsi utama nuklei basal membantu mengatur inisiasi
dan terminasi gerakan.
Nuklei basal juga berfungsi mengendalikan kontraksi bawah
sadar dari otot skeletal (contoh: gerakan ayunan tangan yang
otomatis terjadi saat berjalan maupun menutup mulut saat
tertawa mendengarkan lelucon).
Sebagai tambahan terhadap pengaruhnya pada fungsi
motorik, nuklei basal juga memiliki peran lain, seperti
membantu insiasi dan terminasi proses kognitif tertentu,
memperhatikan, memori, merencanakan, serta mengatur
sistem limbik untuk regulasi terhadap emosi.
Diencephalon
◦ Thalamus
◦ Hypothalamus
◦ Epithalamus
◦ Subthalamus
Thalamus
◦ Kumpulan dari nucleus, yang memiliki fungsi berbeda.
◦ Input sensoris, semua input sensoris yang mencapai cerebri (kecuali
penciuman) melalui thalamus. Merupakan sensory relay center of the
brain.
◦ Kontrol otot skeletal. Berhubungan dengan dan berinteraksi dengan bagian
otak yang mengontrol kontraksi otot skeletal, khususnya area motorik
korteks cerebri, cerebellum, dan basal nuclei.
◦ Sistem limbik dan emosi, influence mood, actions berhubungan dengan
emosional yang kuat seperti takut dan marah. Juga bagian persepsi nyeri
yang unlocalized.
Hypothalamus
Kumpulan dari nucleus-nucleus dengan fungsi berbeda :
1. ANS (autonomic nervous system) : Pusat integrasi untuk kontrol SSO, HR, diameter pembuluh
darah, pelepasan urin dari kandung kemih, dan pergerakan makanan di traktus digestif.
2. Sistem endokrin : meregulasi kelenjar pituitary untuk sekresi hormon.
3. Sistem limbic : afek mood, motivasi, emosi, sexual behavior, pleasure, perasaan rileks, marah dan
takut. Berkaitan dengan stress related dan penyakit psikosomatik. Terlibat pada respon emosi
terhadap bau, reflex olfactory, dan memory.
4. Basic body functions : Suhu tubuh, aktivasi kelenjar keringat untuk mendinginkan dan menggigil
untuk menghangatkan tubuh. Kontrol haus, lapar, dan bangkitan seksual. Suprachiasmatic nucleus
(dibawah optic chiasma) sebagai timing of sirkadian.
Subthalamus dan Epithalamus
◦ Subthalamus :
◦ Traktus ascending dan descending
◦ Nuclei subthalamus → basal nuclei dan terlibat pada fungsi kontrol motorik.
◦ Epithalamus :
◦ Habenula : dipengaruhi sense penciuman; terlibat dalam emosi dan respon visceral
terhadap bau.
◦ Pineal gland : kelenjar endokrin berperan dalam onset puberty, sleep-awake cycle dan
bioritmik lainnya.
BRAIN STEM
1. Serat transversal : serat saraf yg berjalan di antara pons & melalui cerebral peduncles.
2. Serat longitudinal : serat saraf yang naik & turun berisi traktus sensorik dan motorik.
3. Pusat pernapasan :
Formasio retikularis merupakan daerah di mana substantia alba dan grisea membuat susunan seperti jaring.
Daerah ini bermula dari medula spinalis superior, sepanjang batang otak, dan sampai ke bagian inferior dari diensefalon.
Pada daerah ini terdapat neuron-neuron yang memiliki fungsi sensorik (ascenden) dan motorik (descenden).
Pada bagian ascenden terdapat reticular activating systent (RAS) yang paling penting dalam mengatur kesadaran.
Inaktivasi dari RAS akan menyebabkan tidur dan jika terjadi kerusakan akan mengakibatkan koma.
Selain itu, RAS juga mempunyai fungsi regulasi tonus otot, laju jantung, tekanan darah, dan laju napas.
Medula Oblongata
Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang menghubungkan otak dengan medula spinalis.
1. Pyramid: terdapat di permukaan ventral, berbentuk triangular (pyramid) berisi berkas saraf desenden yang
membawa impuls untuk merangsang otot rangka.
2. Decussation (penyilangan serat saraf) menyilangnya serat saraf dari bagian atas medula ke medula spinalis;
sehingga otot rangka bagian kanan di kontrol oleh otak bagian kiri.
3. Nukleus-nukleus
a. Pusat pernafasan : terhadap
kemoreseptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion H+ & konsentrasi CO2
○ Dorsal group kelompok neuron yang membentuk pernapasan otomatis
○ Ventral group kelompok neuron yg mempersarafi otot-otot pernapasan
Medula Oblongata
c. Pusat vasomotor : mengontrol diameter pembuluh darah melalui saraf simpatis dalam pengaturan tekanan
darah.
Serebelum akan mendeteksi jika gerakan tersebut tidak dilaksanakan dengan benar kemudian menerima sinyal umpan balik
ke area motorik tersebut melalui talamus.
Sinyal ini akan membantu memperbaiki kesalahan, menghaluskan gerakan, dan mengkoordinasikan urutan kompleks
kontraksi otot lurik. Selain itu, serebelum juga mengatur postur dan keseimbangan sehingga memungkinkan dilakukannya
gerakan otot yang terampil seperti menangkap bola, menari, dan berbicara.
Serebelum juga memiliki fungsi non motorik seperti kognisi (memperoleh pengetahuan) dan pemrosesan bahasa dengan
adanya koneksi timbal balik antara serebelum dan area asosiasi korteks serebri. Serebelum juga dapat berperan dalam
memproses informasi sensorik.
Limbic System
◦ Bagian dari cerebrum dan diencephalon berkelompok
bersama dalam system limbic
◦ Berperan penting dalam fungsi basic survival:
memory, reproduksi, dan nutrisi; intepretasi
emosional dari input sensoris dan emosi secara
umum
◦ Terdiri dari:
◦ Bagian dari area korteks cerebral termasuk gyrus
cingulate, gyrus parahippocampal
◦ Various nuclei: anterior nuclei thalamus, habenula
epithalamus, gyrus dentatus hippocampus
◦ Amygdala
◦ Hypothalamus
◦ Korteks olfatorius
◦ Tractus connecting various cortical areas dan nuclei
seperti fornix
Cerebral Circulation
Cerebral Circulation
◦ CSF diproduksi 430-530 mL/24 jam pada orang dewasa, atau rata-rata 0,3-0,4 mL/menit.
◦ Total ruang CSF sekitar 140 mL (23 ml ventrikel, 117 ml di ruang subarachnoid).
◦ Ada perubahan jumlah CSF pada kesehariannya → dipengaruhi irama sirkadian : peak
production terjadi selama tidur.
◦ 60-70% dihasilkan oleh epitel pleksus khoroid (ventrikel lateral, ketiga dan keempat), sisanya
kontribusi dari sel endothelial dan dari cairan yang diproduksi sebagai konsekuensi aktivitas
metabolik.
CAIRAN SEREBROSPINAL (CSS)
Fungsi BBB
◦ Pengaturan Ion.
◦ Pengaturan Neurotransmitter.
◦ Makromolekul : pelindung dari neurotoksin. Terbuka
dapat secara fisiologis maupun patologis.
Medula Spinalis
MEDULA SPINALIS
Terdapat 31 pasang saraf spinal yang melalui medula Spinalis nervus campuran yang berisi akson
sensorik & motorik; berjalan di kolumna spinal
Semua akson sensorik masuk ke medula spinalis melalui ganglion akar dorsal.
Semua akson motorik keluar dari medula spinalis melalui akar ventral.
JALUR PIRAMIDAL ( melalui piramid medula oblongata langsung dari korteks cerebri) :
1. Traktus kortiko-spinal lateral > mengontrol ketepatan kontraksi otot di ujung ekstremitas.
2. Traktus kortikospinal anterior > mengkoordinasi gerakan aksial dgn mengontrol kontraksi otot di leher &
lengan.
normalnya = 3–3,8 mL/100 g/menit (50 mL/menit) pada orang dewasa. CMRO2
terbesar terjadi di substansia grasia korteks serebri, yang sebanding dengan aktivitas
elektrik cortex.
● Karena konsumsi O2 yang tinggi dari otak & tidak adanya simpanan O2 yang
detik, akibat PO2↓ sampai < 30 mmHg. Bila perfusi tidak diperbaiki dalam waktu ± 3–
● Sel neuronal normalnya memakai glukosa sebagai sumber energi utama. Konsumsi glukosa otak
adalah 5 mg/100 g/menit & ~ 90 % dimatebolisme secara aerobic.
● CMRO2 normalnya paralel dengan konsumsi O2. Hal ini tetap terjadi pada kondisi kelaparan, ketika
badan keton (asetoasetat dan b-hydroxybutirat) menjadi substrat energi utama. Walaupun otak
dapat mengambil & memetabolisme laktat, namun fungsi serebral normalnya bergantung pada
suplai kontinyu dari glukosa.
● Hipoglikemia akut & menetap dapat mencederai otak. Sebaliknya, hiperglikemia dapat
memperburuk cedera otak hypoxic global maupun fokal dengan mempercepat asidosis cerebral
dan cedera seluler.
Metabolisme Otak
SIRKULASI OTAK
Otak mendapat pasokan darah yang berasal dari kedua arteri karotis (kanan dan
kiri) serta dari arteri basilaris. Anastomosis dari kedua pasang arteri tersebut
membentuk lingkaran Willis. Aliran darah vena terdiri dari vena-vena interna dan
eksterna yang bermuara ke sinus venosus. Sinus venosus terletak di antara lipatan
duramater. Sinus bermuara ke vena jugularis interna dan berlanjut ke sinus
sigmoid di foramen jugularis. Pada bagian ujung atas vena jugularis memiliki bentuk
lebar yang disebut bulbus jugularis, yaitu tempat yana menampung aliran vena
minimum (3%) dari jaringan ekstrakranial.
CEREBRAL BLOOD FLOW
● CBF bervariasi tergantung pada aktivitas metabolic otak. CBF diukur langsung
menggunakan PET, Xenon Enhanced CT, single photon emission CT, dan CT
perfusion scans. Metode-metode ini tidak tersedia untuk pengukuran bedside.
● CBF total (dewasa) = yaitu 750 mL/menit (15-20% dari cardiac output).
● CBF total rata-rata = 50 mL/100 gram/menit; aliran darah di substansia grasia =
80 mL/100 gram/menit & substansia alba = 20 mL/100 gram/menit.
● 20–25 mL/100 gram/menit ~ cerebral impairment, perlambatan pada EEG.
● 15-20 mL/100 gram/menit, menyebabkan EEG flat (isoelektrik).
● < 10 mL/100 gram/menit, menyebabkan kerusakan otak irreversible.
● CBF regional – sebanding dengan aktivitas metabolic otak, bervariasi antara 10–300 mL/100
gram/menit. Contoh CBF regional korteks motorik↑ pada aktivitas motoric ekstremitas.
● Pengukuran CBF tidak langsung dipakai secara klinis untuk mengukur kecukupan CBF &
pengantaran O2. Metode-metode ini meliputi :
Kecepatan CBF diukur menggunakan transcranial Doppler (TCD).
Near infrared spectroscopy
Oksimetri Jaringan Otak
Microdialysis intracerebral
REGULASI CEREBRAL BLOOD FLOW
● CPP = MAP - ICP (atau CVP, bila CVP > ICP) = 80 – 100 mmHg.
● ICP normal = <10 mmHg, maka CPP sangat bergantung pada MAP.
Peningkatan ICP moderat–berat (> 30 mmHg) dapat mengganggu CPP dan
CBF, bahkan pada MAP normal.
● CPP < 50 mmHg memperlihatkan perlambatan pada EEG
● CPP 25–40 mmHg memiliki EEG flat
● CPP < 25 mmHg dapat menyebabkan kerusakan otak ireversibel.
Regulasi CBF
CPP = MAP – ICP (atau CVP)
◦ CPP : perbedaan antara MAP dan intracranial pressure (ICP) (atau Central Venous Pressure /
CVP jika lebih tinggi dari ICP)
◦ Normalnya 80-100 mmHg. Karena ICP biasanya < 10mmHg → CPP bergantung pada MAP.
◦ Peningkatan ICP yang moderate-severe dapat mengganggu CPP dan CBF, meski dalam MAP
yang normal.
◦ Pasien dengan CPP<50mmHg sering menunjukkan perlambatan EEG, dimana CPP 25-40
mmHg memiliki EEG yang mendatar. Tekanan perfusi <25mmHg dapat menyebabkan
kerusakan otak yang ireversibel.
b. Autoregulasi
• Pada orang normal, CBF dipertahankan konstan pada MAP 60 – 160 mmHg, diluar rentang ini aliran darah
menjadi bergantung pada tekanan darah. Tekanan darah > 150 – 160 mmHg dapat mengganggu BBB dan
menyebabkan edema cerebri dan perdarahan.
• Vaskulatur cerebral beradaptasi cepat terhadap perubahan CPP (10–60 detik). CPP↓ → vasodilatasi
cerebral, sedangkan CPP↑ → vasokonstriksi.
• Pada penderita hipertensi kronis, kurva autoregulasi cerebral bergeser kearah kanan. Baik batas atas
dan bawah juga bergeser. Aliran darah menjadi semakin bergantung pada tekanan darah arteri pada tekanan
arteri “normal rendah” sebagai fungsi proteksi otak pada tekanan darah yang lebih tinggi. Studi menunjukkan
bahwa terapi antihipertensi jangka panjang dapat mengembalikan batas autoregulasi cerebral normal
mendekati normal.
● Autoregulasi cerebral dicapai melalui :
● Aliran darah berubah 1-2 mL/100 gram/menit tiap mmHg perubahan PaCO2.
● Efek ini terjadi secara cepat & sekunder akibat perubahan pH pada CSF dan jaringan cerebral. Karena ion tidak dapat melewati
BBB namun CO2 bisa, maka perubahan akut dari PaCO2 namun bukan pada [HCO3-] dapat mempengaruhi CBF.
● Sehingga asidosis metabolic akut memiliki efek kecil pada CBF karena ion [H+] tidak dapat melintasi BBB. Setelah 24 – 48 jam,
kadar HCO3- CSF mengalami penyesuaian sebagai kompensasi dari perubahan PaCO2, sehingga kondisi
hypocapnea/hypercapnea yang terjadi dapat perlahan menghilang.
● Hiperventilasi berat (PaCO2<20 mmHg)
menggeser kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin ke arah kiri bila disertai
dengan perubahan pada CBF, EEG
menunjukkan adanya gangguan cerebral,
bahkan pada orang yang normal.
● Hipotermia menurunkan CMR dan CBF, sedangkan hipertermia memiliki efek yang berkebalikan.
Antara suhu 17 ºC -37 ºC , Q10 manusia berada pada nilai = 2 (yang artinya, setiap peningkatan suhu
10 ºC, maka CMR meningkat 2 kali lipat). Dan sebaliknya CMR menurun 50 % tiap penurunan suhu
Pada suhu 20 ºC, EEG isoelektrik, namun penurunan suhu lebih lanjut dapat semakin menurunkan
CMR di otak.
Ht = 30 %.
4. Pengaruh Autonom
● Pembuluh darah intracranial diinervasi oleh serabut saraf simpatis (vasokonstriksi) &
parasimpatis (vasodilator).
● Stimulasi simpatis yang intensif → menginduksi terjadinya vasokonstriksi dari pembuluh darah
ini → menurunkan CBF.
● Inervasi otonom dapat memainkan peranan penting dalam vasospasme otak pada kasus cedera
otak dan stroke.
Macam-macam herniasi
TERIMA KASIH