2. Yuni Martutik 3. Yuli Mulyati 4. Sherly Widya 5. Siti Yuroh 6. Mahda Elyana 7. Mun imah Indarwati Askep Penyakit Menular Seksual a. Pengertian b. Klasifikasi c. Etiologi d. Patofisiologi e. Tanda Gejala f. Pemeriksaan Diagnostik g. Penatalaksanaan h. Askep (pengkajian, diagnosa) a. Pengertian PMS Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. PMS akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. b. Klasifikasi/jenis PMS 1. GONORE : Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae yang melapisi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata(konjungtiva) 2. SIFILIS : PMS yang disebabkan oleh Treponema Pallidum. 3. KONDILOMA AKUMINATA : merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis, atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual. Disebabkan oleh virus Papilloma. 4. HIV AIDS : sekumpulan gejala dan infeksi/ syndrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. 5. CANGKROID : merupakan pms yang disebabkan oleh Hemophili Ducreyi, dimana terjadi luka terbuka(ulkus, borok) pada alat kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri. 6. HERPES GENITALIS : PMS di daerah kelamin, kulit di sekitar rektum yang disebabkan oleh Herpes Simpleks. 7. TRIKOMONIASIS : suatu pms pada vagina atau uretra yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis. PMS diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni : Golongan bakteri Golongan protozoa Golongan virus Golongan ekstoparasit c. Etiologi PMS Berdasarkan agen penyebabnya, PMS dapat di klasifikasikan dari 4 golongan. A. Dari golongan bakteri : Neisseria Gonorrhoeae, Treponema Pallidum, Chlamydia Trachomatis, Ureaplasma Urealyticum, Mycoplasma Hominis, Gardnerella Vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campilobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp. B. Dari golongan protozoa : Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia. C. Dari golongan virus : HIV tipe 1 dan 2, Herpes Simpleks virus tipe 1 dan 2, Human papiloma virus, Cytomegalovirus, Epstein barr virus, Molluscum contagiosum virus. D. Dari golongan ekstoparasit : Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei. d. Patofisiologi PMS PMS bila tidak di obati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Wanita lebih beresiko dari laki-laki. Cara penularan pms: - Hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. - Secara perianal yakni dari ibu ke bayinya baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. - Melalui tranfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. - Melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk penderita pms. lanjutan Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah: 1. Berhubungan seks yang tidak aman(tidak memakai kondom) 2. Gonta ganti pasangan seks 3. Prostitusi 4. Melakukan hubungan seks anal/ dubur 5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk penderita e. Tanda Gejala PMS Pada wanita gejala berupa: - Cairan yang tidak biasa, keluar dari alat kelamin berwarna kekuningan, berbau tidak sedap - Menstruasi tidak teratur - Rasa sakit di perut bagian bawah - Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin Pada laki-laki gejalanya berupa : - Rasa sakit atau panas saat BAK - Keluarnya darah saat BAK - Keluarnya nanah/ pus dari penis - Adanya luka pada alat kelamin - Rasa gatal pada penis atau dubur f. Pemeriksaan Diagnostik PMS Pada wanita dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh cairan vagina. Pada laki-laki dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap sekret dari ujung penis yang di ambil pada pagi hari sebelum penderita berkemih dan sebagian dibiakkan di laboratorium. Jika hasil pemeriksaan mikroskopik belum meyakinkan, bisa dilakukan pembiakan air kemih Pemeriksaan diagnostik meliputi: Tes laboratorium: tes darah, sampel urin, cairan Skrining g. Penatalaksanaan PMS - Penanganan berdasarkan kasus(case management) .Pemberian terap anti mikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba .Diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif - Penanganan berdasarkan syndrom(syndrome management) Didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. - Penanganan berdasarkan mikroorganisme penyebabnya lanjutan Antibiotika untuk pengobatan PMS adalah: Gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, ceftriaxone, spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin. Sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol. Herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir. Klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin. Trikomoniasis: metronidazole lanjutan Upaya penanggulangan PMS yang dapat dilakukan adalah: Tidak melakukan hubungan seks bebas Menjaga perilaku seksual/ pakai kondom Setia pada pasangannya Hindari penggunaan pakaian dalam atau handuk penderita PMS Tawakal pada ALLAH Bila nampak gejala PMS segera ke dokter/ petugas kesehatan setempat h. Asuhan Keperawatan PMS PENGKAJIAN Penderita PMS mungkin tidak menampakkan gejala pada stadium awal infeksi. Pada pemeriksaan fisik : - adanya tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh dan frekuensi denyut jantung - kulit diperiksa adanya kemerahan, lesi, dan periksa adanya bekas tusukan jarum pada kedua lengan bawah, tungkai dan kaki. - pemeriksaan abdomen dan panggul dapat mengungkapkan adanya nyeri tekan pada palpasi, eritema dan edema. Resiko tertular PMS meningkat jika banyak pasangan seksual, pengguna obat terlarang, biseksual, pengguna obat intra vena. Riwayat PMS juga meningkatkan resiko tertular. Jenis dan lama penatalaksanaan sangat penting dalam mengatasi keluhan dan mengkaji kekambuhan atau ketidakmanjuran terapi. lanjutan DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular penyakit dan laporan tentang perilaku beresiko tinggi 2. Ketakutan yang berhubungan dengan karakteristik kondisi dan implikasinya pada gaya hidup 3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses inflamasi 4. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan menularkan penyakit pada orang lain 5. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, bentuk penularan, konsekuensi infeksi berulang dan pencegahan kekambuhan 6. Hipertermi yang berhubungan dengan proses inflamasi 7. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi TERIMA KASIH