Anda di halaman 1dari 16

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

1.Ruly Kusuma Ardianto


2. Yuni Martutik
3. Yuli Mulyati
4. Sherly Widya
5. Siti Yuroh
6. Mahda Elyana
7. Mun imah Indarwati
Askep Penyakit Menular Seksual
a. Pengertian
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Tanda Gejala
f. Pemeriksaan Diagnostik
g. Penatalaksanaan
h. Askep (pengkajian, diagnosa)
a. Pengertian PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks.
PMS akan lebih beresiko bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal.
PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
harus dianggap serius.
b. Klasifikasi/jenis PMS
1. GONORE : Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae yang melapisi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan
tenggorokan atau bagian putih mata(konjungtiva)
2. SIFILIS : PMS yang disebabkan oleh Treponema Pallidum.
3. KONDILOMA AKUMINATA : merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis, atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Disebabkan oleh virus Papilloma.
4. HIV AIDS : sekumpulan gejala dan infeksi/ syndrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
5. CANGKROID : merupakan pms yang disebabkan oleh Hemophili Ducreyi,
dimana terjadi luka terbuka(ulkus, borok) pada alat kelamin yang sifatnya
menetap dan terasa nyeri.
6. HERPES GENITALIS : PMS di daerah kelamin, kulit di sekitar rektum yang
disebabkan oleh Herpes Simpleks.
7. TRIKOMONIASIS : suatu pms pada vagina atau uretra yang disebabkan oleh
Trichomonas Vaginalis.
PMS diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya,
yakni :
Golongan bakteri
Golongan protozoa
Golongan virus
Golongan ekstoparasit
c. Etiologi PMS
Berdasarkan agen penyebabnya, PMS dapat di klasifikasikan dari
4 golongan.
A. Dari golongan bakteri : Neisseria Gonorrhoeae, Treponema
Pallidum, Chlamydia Trachomatis, Ureaplasma Urealyticum,
Mycoplasma Hominis, Gardnerella Vaginalis, Salmonella sp,
Shigella sp, Campilobacter sp, Streptococcus group B,
Mobiluncus sp.
B. Dari golongan protozoa : Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia.
C. Dari golongan virus : HIV tipe 1 dan 2, Herpes Simpleks virus
tipe 1 dan 2, Human papiloma virus, Cytomegalovirus, Epstein
barr virus, Molluscum contagiosum virus.
D. Dari golongan ekstoparasit : Phthirus pubis dan Sarcoptes
scabei.
d. Patofisiologi PMS
PMS bila tidak di obati secara tepat, infeksi dapat menjalar
dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan,
kemandulan dan kematian.
Wanita lebih beresiko dari laki-laki.
Cara penularan pms:
- Hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik
pervaginal, anal, maupun oral.
- Secara perianal yakni dari ibu ke bayinya baik selama
kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir.
- Melalui tranfusi darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah.
- Melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk
penderita pms.
lanjutan
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan
PMS adalah:
1. Berhubungan seks yang tidak aman(tidak memakai
kondom)
2. Gonta ganti pasangan seks
3. Prostitusi
4. Melakukan hubungan seks anal/ dubur
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk penderita
e. Tanda Gejala PMS
Pada wanita gejala berupa:
- Cairan yang tidak biasa, keluar dari alat kelamin
berwarna kekuningan, berbau tidak sedap
- Menstruasi tidak teratur
- Rasa sakit di perut bagian bawah
- Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin
Pada laki-laki gejalanya berupa :
- Rasa sakit atau panas saat BAK
- Keluarnya darah saat BAK
- Keluarnya nanah/ pus dari penis
- Adanya luka pada alat kelamin
- Rasa gatal pada penis atau dubur
f. Pemeriksaan Diagnostik PMS
Pada wanita dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap
contoh cairan vagina.
Pada laki-laki dilakukan pemeriksaan mikroskopik
terhadap sekret dari ujung penis yang di ambil pada pagi
hari sebelum penderita berkemih dan sebagian dibiakkan
di laboratorium.
Jika hasil pemeriksaan mikroskopik belum meyakinkan,
bisa dilakukan pembiakan air kemih
Pemeriksaan diagnostik meliputi:
Tes laboratorium: tes darah, sampel urin, cairan
Skrining
g. Penatalaksanaan PMS
- Penanganan berdasarkan kasus(case management)
.Pemberian terap anti mikroba untuk menyembuhkan dan
mengurangi infektifitas mikroba
.Diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang
komprehensif
- Penanganan berdasarkan syndrom(syndrome
management)
Didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan
gejala yang konsisten dan penyediaan pengobatan untuk
mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
- Penanganan berdasarkan mikroorganisme penyebabnya
lanjutan
Antibiotika untuk pengobatan PMS adalah:
Gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, ceftriaxone,
spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin.
Sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin,
tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol.
Herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir.
Klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin.
Trikomoniasis: metronidazole
lanjutan
Upaya penanggulangan PMS yang dapat dilakukan
adalah:
Tidak melakukan hubungan seks bebas
Menjaga perilaku seksual/ pakai kondom
Setia pada pasangannya
Hindari penggunaan pakaian dalam atau handuk
penderita PMS
Tawakal pada ALLAH
Bila nampak gejala PMS segera ke dokter/ petugas
kesehatan setempat
h. Asuhan Keperawatan PMS
PENGKAJIAN
Penderita PMS mungkin tidak menampakkan gejala pada stadium awal
infeksi.
Pada pemeriksaan fisik :
- adanya tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
denyut jantung
- kulit diperiksa adanya kemerahan, lesi, dan periksa adanya bekas
tusukan jarum pada kedua lengan bawah, tungkai dan kaki.
- pemeriksaan abdomen dan panggul dapat mengungkapkan adanya
nyeri tekan pada palpasi, eritema dan edema.
Resiko tertular PMS meningkat jika banyak pasangan seksual,
pengguna obat terlarang, biseksual, pengguna obat intra vena.
Riwayat PMS juga meningkatkan resiko tertular.
Jenis dan lama penatalaksanaan sangat penting dalam mengatasi
keluhan dan mengkaji kekambuhan atau ketidakmanjuran terapi.
lanjutan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang sifat menular penyakit dan laporan tentang
perilaku beresiko tinggi
2. Ketakutan yang berhubungan dengan karakteristik kondisi dan
implikasinya pada gaya hidup
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses inflamasi
4. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan menularkan
penyakit pada orang lain
5. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, bentuk
penularan, konsekuensi infeksi berulang dan pencegahan
kekambuhan
6. Hipertermi yang berhubungan dengan proses inflamasi
7. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses
inflamasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai