Anda di halaman 1dari 7

PENANGANAN FLUOR

ALBUS

Puskesmas
Mlandingan
No. Dokumen :

No. Revisi :0
Kabupaten
Situbondo SOP Tgl terbit :
Ns. Edi Kusyunianto, S.kep.
NIP: 19660621 198703 1 003

Halaman : 1-7

1. Pengertian Vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina secara
fisiologis mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi.
Cairan kental dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan
bening ketika terjadi ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh
tubuh vagina lebih banyak pada saat stres emosi, kehamilan atau
aktivitas seksual.

Vaginal discharge yang patologis bila terjadi perubahan-perubahan


pada warna, konsistensi, volume dan baunya.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam penanganan Fluor albus.

3. Kebijakan Sk kepala puskesmas tentang layanan klinis

4. Referensi PMK no 5 tentang panduan praktik klinik bagi dokter di fasilitas


kesehatan primer

5. Alat dan Bahan

6. Prosedur / langkah 1. Petugas melakukan anamnesa keluhan yaitu:


langkah
a. Biasanya terjadi pda daerah genitalia perempuan yang
berusia diatas 12 tahun, ditandai dengan adanya
perubahan pada duh tubuh disertai salah satu atau lebih
gejala rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul,
perdarahan antar menstruasi atau perdarahan pasca-
koitus.
b. Terdapat riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai
menularkan penyakit menular seksual.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
Penyebab discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non
infeksi.
Maslah non infeksi dapat karena benda asing, peradangan
akibat alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau
prolaps uteri, sedangkan masalah infeksi dapat disebabkan
oleh bakteri, jamur, atau virus sebagai berikut:
a. Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida
Albicans,duh tubuh tidak berbau, pH < 4,5, terdapat
eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina.
b. Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob,
biasanya Gardnerella vaginalis), memperlihatkan adanya
duh putih/ abu-abu yang melekat di sepanjang dinding
vagina dan vulva, berbau amis dan pH > 4,5.
c. Cervisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan
gejala inflamasi serviks yang mudah berdarah dan
disertai duh mukopurulen.
d. Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala,
tampak duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan
pH > 4,5.
e. Pelvic inflammatory diesease (PID) yang disebabkan
oleh chlamydia, ditandai dengan nyeri abdomen bawah,
dengan atau tanpa demam. Servisitis bisa ditandai
dengan kekauan adneksa dan serviks pada nyeri angkat
palpasi bimanual.
f. Liken planus.
g. Gonore.
h. Infeksi menular seksual lainnya.
i. Atau adanya benda asing (misalnya tampon atau kondom
yang terlupa diangkat).
Periksa klinis dengan seksama untuk menyingkirkan adanya
kelainan patologis yang lebih serius.
Pasien yang memiliki risiko tinggi penyakit menular seksual
sebaiknya ditawarkan untuk diperiksa Chlamydia,
gonorrhoea, sifilis, HIV.
Swab vagina atas (high vaginal swab) tidak terlalu berarti
untuk diperiksa, kecuali pada keadaan keraguan
menegakkan diagnosis, gejala kambuh, pengobatan gagal,
atau pada saat kehamilan, post partum, post aborsi, dan post
instrumention.
3. Dokter menegakkan diagnosa klinis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina
dan swab (bila diperlukan).
4. Petugas melakukan pengobatan.
Pasien dengan riwayat risiko rendah penyakit menular
seksual dapat diobati sesuai dengan gejala ddan arah
diagnosisnya.
Vaginosis bakterial:
a. Metronidazole atau Clindamycin secara oral atau per
vaginam.
b. Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan pria.
c. Bila sedang hamil atau menyusui gunakan mitronidazole
400 mg 2x sehari untuk 5-7 hari atau per vaginam. Tidak
direkomendasikan untuk minum 2 g peroral.
d. Tidak dibutuhkan peningkatan dosis kontrasepsi
hormonal bila menggunakan antibiotik yang tidak
menginduksi enzim hati.
e. Pasien yang menggunakan IUD tembaga dan mengalami
vaginosis bakterial dianjurkan untuk mengganti metode
kontrasepsinya.
Vaginitis kandidiosis terbagi atas:
a. Infeksi tanpa komplikasi.
b. Infeksi parah.
c. Infeksi kambuhan.
d. Dengan kehamilan.
e. Dengan diabetes atau imunokompromi.
Vulvovaginal kandidiosis:
a. Dapat diberikan azole antifungal oral atau pervaginam.
b. Tidak perlu pemeriksaan pasangan.
c. Pasien dengan vulvovaginal candidiosis yang berulang
dianjurkan untuk memperoleh pengobatan paling lama 6
bulan.
d. Hati-hati pada pasien pengguna kondom atau kontrasepsi
lateks lainnya, bahwa pengguanaan antifungi lokal dapat
merusak lateks.
e. Pasien pengguna kontrasepsi pil kombinasi yang
mengalami vulvovaginal kandidiasis berulang,
dipertimbangkan untuk menggunakan metoda
kontrasepsi lainnya.
Chlamydia:
a. Azithromycin 1g single dose, atau Doxycycline 100 mg
2x sehari untuk 7 hari.
b. Ibu hamil dapat diberikan Amoxicillinc500 mg 3x sehari
untuk 7 hari atau Eritromisin 500 mg 4x sehari untuk 7
hari.
Trikomonas vaginalis:
a. Obat minum nitromidazole (contoh metronidazole)
efektif untuk mengobati trikomonas vaginalis.
b. Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis harus
diperiksa dan diobati bersama dengan pasien.
c. Pasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis lebih
baik dengan regimen oral penatalaksanaan beberapa hari
dibanding dosis tunggal.
d. Kejadian trikomonas vaginalis seringkali berulang,
namun perlu dipertimbangkan pula adanya resistensi
obat.
5. Petugas melakukan pengobatan untuk komplikasi:
a. Radang panggul (pelvic inflamatory diesease = PID)
dapat terjadi bila infeksi merambah ke atas, ditandai
dengan nyeri tekan, nyeri panggul kronis, dapat
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik.
b. Infeksi vagina yang terjadi pada saat pasca aborsi atau
pasca melahirkan dapat menyebabkan kematian, namun
dapat dicegah dengan diobati dengan baik.
c. Infertilitas merupakan komplikasi yang kerap terjadi
akibat PID, selain itu kejadian abortus spontan dan janin
mati akibat sifilis dapat menyebabkan infertilitas.
d. Kehamilan ektopik dapat menjadi komplikasi akibat
infeksi vaginal yang menjadi PID.
6. Dokter melakukan rujukan apabila tidak terdapat fasilitas
pemeriksaan untuk pasangan, dibutuhkan pemeriksaan
kultur kuman gonore, dan adanya arah kegagalan
pengobatan.
7. Diagram alir
8. Hal – hal yang perlu -
diperhatikan

9. Unit Terkait 1.Poli umum


2. UGD
10. Dokumen Terkait Rekam Medik.

11 .Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

Anda mungkin juga menyukai