Anda di halaman 1dari 5

FLUOR ALBUS

No. Dokumen :
SP SPO/ VII/ UKP/ 50.62/ 16
No. Revisi :0
O
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 1/5
Puskesmas I dr. Novita Sabjan
Cilongok NIP. 19731101 200604 2
006
Pengertian Fluor Albus/Vaginal Discharge adalah keluarnya duh tubuh dari
vagina secara fisiologis yang mengalami perubahan sesuai
dengan siklus menstruasi berupa cairan kental dan lengket pada
seluruh siklus namun lebih cair dan bening ketika terjadi ovulasi.
Vaginal discharge bersifat patologis bila terjadi perubahan-
perubahan pada warna, konsistensi, volume, dan baunya
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaan kasus fluor albus.
Kebijakan KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS I CILONGOK NOMOR:
440/ VII/ SK.005/ 01/ 16 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
KLINIS PUSKESMAS I CILONGOK
Referensi KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/ MENKES/ 514/ 2015
Langkah- Hasil Anamnesis (Subjective)
Langkah Keluhan utama adalah Biasanya terjadi pada daerah genitalia
wanita yang berusia di atas 12 tahun, ditandai dengan adanya
perubahan pada duh tubuh disertai salah satu atau lebih gejala
rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul, perdarahan antar
menstruasi atau perdarahan paska-koitus

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang (Objective)


Penyebab discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non
infeksi. Masalah non infeksi dapat karena benda asing,
peradangan akibat alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau
prolaps uteri, sedangkan masalah infeksi dapat

FLUOR ALBUS
No. Dokumen :
SP SPO/ VII/ UKP/ 50.62/ 16
No. Revisi :0
O
Tanggal Terbit :
4 April 2016

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
Halaman : 2/5
disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut ini:
1.Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida albicans, duh
tubuh tidak berbau, pH <4,5 , terdapat eritema vagina dan
eritema satelit di luar vagina
2.Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya
Gardnerella vaginalis), memperlihatkan adanya duh putih atau
abu-abu yang melekat di sepanjang dinding vagina dan vulva,
berbau amis dengan pH >4,5.
3.Servisitis yang disebabkan oleh chlamydia, dengan gejala
inflamasi serviks yang mudah berdarah dan disertai duh
mukopurulen
4.Trichomoniasis, seringkali asimtomatik, kalau bergejala, tampak
duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.
5.Pelvic inflammatory disease (PID) yang disebabkan oleh
chlamydia, ditandai dengan nyeri abdomen bawah, dengan atau
tanpa demam. Servisitis bisa ditandai dengan kekakuan
adneksa dan serviks pada nyeri angkat palpasi bimanual.
6.Liken planus
7.Gonore
8.Infeksi menular seksual lainnya
9.Atau adanya benda asing (misalnya tampon atau kondom yang
terlupa diangkat)
Pemeriksaan Penunjang
Swab vagina atas (high vaginal swab) tidak terlalu berarti untuk
diperiksa, kecuali pada keadaan keraguan menegakkan
diagnosis, gejala kambuh, pengobatan gagal, atau pada saat
kehamilan, postpartum, postaborsi dan postinstrumentation.

FLUOR ALBUS
No. Dokumen :
SP SPO/ VII/ UKP/ 50.62/ 16
No. Revisi :0
O
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 3/5
Penegakkan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina dan swab (bila
diperlukan).

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
Pasien dengan riwayat risiko rendah penyakit menular seksual
dapat diobati sesuai dengan gejala dan arah diagnosisnya
Vaginosis bakterial:
1.Metronidazol atau Klindamisin secara oral atau per vaginam.
2.Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan pria.
3.Bila sedang hamil atau menyusui gunakan metronidazol 400
mg 2x sehari untuk 5-7 hari atau pervaginam. Tidak
direkomendasikan untuk minum 2 gram peroral.
4.Tidak dibutuhkan peningkatan dosis kontrasepsi hormonal bila
menggunakan antibiotik yang tidak menginduksi enzim hati.
5.Pasien yang menggunakan IUD tembaga dan mengalami
vaginosis bakterial dianjurkan untuk mengganti metode
kontrasepsinya
Vaginitis kandidiosis terbagi atas:
1. Infeksi tanpa komplikasi
2. Infeksi parah
3. Infeksi kambuhan
4. Dengan kehamilan
5. Dengan diabetes atau immunocompromise

FLUOR ALBUS
No. Dokumen :
SP SPO/ VII/ UKP/ 50.62/ 16
No. Revisi :0
O
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 4/5
Penatalaksanaan vulvovaginal kandidiosis:
1.Dapat diberikan azol antifungal oral atau pervaginam
2.Tidak perlu pemeriksaan pasangan
3.Pasien dengan vulvovaginal kandidiosis yang berulang
dianjurkan untuk memperoleh pengobatan paling lama 6
bulan.
4.Pada saat kehamilan, hindari obat anti-fungi oral, dan gunakan
imidazol topikal hingga 7 hari.
5.Hati-hati pada pasien pengguna kondom atau kontrasepsi
lateks lainnya, bahwa penggunaan antifungi lokal dapat
merusak lateks
6.Pasien pengguna kontrasepsi pil kombinasi yang mengalami
vulvovaginal kandidiosis berulang, dipertimbangkan untuk
menggunakan metoda kontrasepsi lainnya
Chlamydia:
1. Azithromisin 1 gram single dose, atau Doksisiklin 100 mg 2 x

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
sehari untuk 7 hari
2. Ibu hamil dapat diberikan Amoksisilin 500 mg 3 x sehari untuk
7 hari atau Eritromisin 500 mg 4 x sehari untuk 7 hari
Trikomonas vaginalis:
1. Obat minum nitromidazol (contoh metronidazol) efektif untuk
mengobati trikomonas vaginalis
2. Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis harus diperiksa
dan diobati bersama dengan pasien
3. Pasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis lebih baik
dengan regimen oral penatalaksanaan beberapa hari
dibanding dosis tunggal

FLUOR ALBUS
No. Dokumen :
SP SPO/ VII/ UKP/ 50.62/ 16
No. Revisi :0
O
Tanggal Terbit :
4 April 2016
Halaman : 5/5
4. Kejadian trikomonas vaginalis seringkali berulang, namun
perlu dipertimbangkan pula adanya resistensi obat
Konseling dan Edukasi:
1. Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan
serta penatalaksanaan di tingkat rujukan.
2. Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual
selama penyakit belum tuntas diobati.
Kriteria Rujukan:
1. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan
2. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore
3. Adanya arah kegagalan pengobatan
Diagram Alir Petugas melakukan anamnesis,
keluhan utama adalah keluar duh Petugas melakukan pemeriksaan fisik
tubuh (ginekologi) dan pemeriksaan
penunjang

Petugas melakukan penatalaksanaan


komprehensif (non-medikamentosa dan Petugas menegakkan diagnosis
medikamentosa) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang

Unit terkait Ruangan Pemeriksaan Umum, Ruangan IMS-IVA, Ruangan


Kesehatan Ibu, Ruangan KB
Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Historis diberlakukan
Perubahan

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok
FLUOR ALBUS
No. Dokumen :
No. Revisi :0
DAFTAR
Tanggal Terbit :
TILIK
4 April 2016
Halaman : 1/1
No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak
Berlaku
1 Apakah petugas menanyakan keluhan utama
berupa keluar duh tubuh dari area genitalia
wanita?
2 Apakah petugas menanyakan keluhan
penyerta lain seperti rasa gatal, nyeri, disuria,
nyeri panggul, perdarahan antar menstruasi
atau perdarahan paska-koitus?
3 Apakah petugas melakukan pemeriksaan
ginekologis dan pemeriksaan penunjang?
4 Apakah petugas menegakkan diagnosis
berdasar anamnesis dan pemeriksaan?
5 Apakah petugas melakukan penatalaksanaan
non medikamentosa dan medikamentosa
(pada vaginosis bakterial berikan
metronidazol atau klindamisin oral atau
pervaginam; pada vulvovaginal candidosis
berikan antifungal, pada chlamydia berikan
azitromisin atau doksisiklin; pada
trichomoniasis berikan metronidazol?
6 Apakah petugas melakukan konseling dan
edukasi?

Nomor RM :
CR : ………%.

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Kepala Puskesmas I Cilongok

Anda mungkin juga menyukai