Pembimbing :
Dr. Moch. Maroef Sp.OG
Oleh :
Era Anggoro Kusuma N NIM 201520401011094
Erdiyan Pranidana Hariyanto NIM 201520401011114
Laksita Anindhita Putri NIM 201520401011123
Vonny Riska Rahmawati NIM 201520401011132
Aulia Nur Cahyani NIM 201520401011140
M Jathy Oktariansyah NIM 201520401011155
Putri Dewi Kretany NIM 201520401011161
terjadi pada usia produktif. Diperkirakan bahwa sekitar 16% dari wanita hamil di
Amerika Serikat mungkin memiliki BV pada waktu tertentu. Angka kejadian sulit
metode skrining. Faktor resiko dari BV termasuk berhubungan seksual pada usia
berhubungan dengan sesama jenis. Wanita yang tidak pernah behubungan seksual
1.2 Definisi
nonspesifik, disebut bakterial vaginosis karena bakteri adalah agen etiologi infeksi
viridans Streptococcus, dan Atopobium vaginae juga telah dikaitkan dengan BV. 2
1.3 Epidemiologi
wanita. Setiap tahun lebih dari 10 juta wanita berobat karena vaginal discharge.
Peningkatan prevalensi berhubungan dengan merokok, obesitas, kehamilan
terdapat pada 100% wanita dengan tanda dan gejala BV, dan 70% wanita tanpa
tanda dan gejala BV. Angka kejadian BV pada klinik obstetri dapat mencapai 10-
25 %. 2
Predominan kolonisasi dan infeksi G vaginalis terjadi pada wanita. Pada pria, G
vaginalis jarang menimbulkan infeksi, akan tetapi uretra pria yang pasangan
seksualnya memiliki gejala BV biasanya akan terjadi kolonisasi strain yang sama.
1.4 Etiologi
Peptostreptococcus sp. 1
1.5 Patofisiologi
BV adalah penyebab paling umum dari vaginitis dan infeksi paling umum
yang ditemui pada klinik ginekologi. Peningkatan cairan vagina dan bau tak sedap
vagina yang disebabkan oleh perubahan flora vagina merupakan ciri dari BV. Pada
BV, flora vagina menjadi berubah melalui berbagai mekanisme yang masih belum
ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada vagina yang sehat. Di BV, populasi
pada vagina, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa biofilm tersebut dapat
biofilm ini telah menunjukkan bertahan dalam hidrogen peroksida (H2 O2), asam
seksual telah dikaitkan dengan perkembangan infeksi ini. Beberapa studi yang
pasangan seksual, (2) pasangan seks baru dapat terkena BV, dan (3) pasangan laki-
1.6 Diagnosis
pemeriksaan penunjang. 2
Anamnesis
berlebih, sekret encer keabu-abuan, berbau amis, dan memberat saat berhubungan
seksual. Perlu ditanyakan juga mengenai faktor presisposisi pada pasien seperti
penggunaan antibiotik baru-baru ini, penggunaan IUD, sabun cuci vagina, dan
aktivitas seksual 2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Menurut kriteria Amstel dalam mendiagnosa BV, tiga dari empat kriteria
b. Whiff tes positif, yang melibatkan produksi bau amis saat pencampuran
indikator BV.
a. Kandidiasis vagina
b. Servisitis
e. Trikomoniasis
1.8 Penatalaksanaan 1
Manfaat yang diambil dari terapi BV pada wanita yang tidak hamil adalah
untuk: (1) meredakan gejala vagina dan tanda-tanda infeksi dan (2) mengurangi
1.9 Komplikasi 1
kelahiran prematur pada kehamilan. BV juga dikaitkan sebagai faktor risiko untuk
dan infeksi postpartum; namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki
1.10 Prognosis
Beberapa infeksi dapat membaik tanpa terapi. Sebagian besar infeksi tidk
menunjukkan gejala dan jarang terjadi kmplikasi. Telah dilaporkan bnyak kejadian
infeksi berulang, dan regimen pengobatan yang lebih lama dapat dibenarkan
DAFTAR PUSTAKA
2526
http://emedicine.medscape.com/article/254342-overview#showall
VULVITIS
1. Definisi
Gambar 1. Vulvitis
2. Etiologi
1. Infeksi
c. Deodoran
d. Zat di dalam air mandi
e. Pembilas vagina
menyerap keringat
g. Tinja
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal.
3. Klasifikasi
- Membengkak.
- Terasa nyeri.
- Membengkak.
Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh
gerakan.
Gangguan koitus.
Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh
secret.
6. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan
Rasa gatal dan perih di kemaluan, serta keluarnya cairan kental dari
Gejala Klinis:
b. Gatal
d. Keputihan
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang : -
4. Diagnosis Klinis
5. Diagnosis Banding
Dermatitis Alergika
6. Komplikasi
a. Infertilitas
c. Vulva distrofi
7. Penatalaksanaan
1. Infeksi Bakterial
tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sebum gliserin).
(tablet).
Sarwono Prawirohardjo
Definisi
Etiologi
1. Infeksi.
kondom, diafragma, sabun cuci dan pelembut pakaian, zat di dalam air
mandi, pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak
menyerap keringat.
vaginitis.
Gejala Klinis
Gejala yang pling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
disertai gatal- gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dan warnanya bermacam- macam. Misalnya bisa berwarna seperti keju, kuning
kehijaun atau kemerahan. Gejala yang timbul biasanya berbeda- beda tergantung
penyebab vaginitis.
Penatalaksanaan
Cairan vagina yang keluar akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya.
butoconazole atau terconazole (bisa dalam bentuk krim, tablet vagina atau
Sarwono Prawirohardjo
1. Definisi
2. Epidemiologi
Namun hal ini dianggap sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta - ganti
berganti ganti pasangan, maka prevalensi tertinggi salpingitis adalah remaja (15-
24 tahun).
3. Etiologi
hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur
Tuberkulosis.
meliputi:
Klamidia
Mycoplasma
Staphylococcus
Streptococcus.
4. Patofisiologi
akuisisi infeksi vagina atau leher rahim. Yang kedua melibatkan peningkatan
saluran kelamin bagian atas. Meskipun mekanisme yang tepat untuk peningkatan
tidak diketahui, siklus menstruasi mundur dan pembukaan leher rahim selama
menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan infeksi.
5. Diagnosis
Gambaran klinis
a. Salpingitis akut
Salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan mengeluarkan
bersatu. Tabung mungkin juga tetap berpegang pada struktur terdekat seperti usus.
Kadang-kadang, sebuah tabung tuba bisa mengisi dan mengasapi dengan nanah.
Dalam kasus yang jarang terjadi, tabung pecah dan menyebabkan infeksi yang
b. Salpingitis Kronis
Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih
ringan, lebih tahan lama dan mungkin tidak menghasilkan banyak terlihat gejala.
tuba bisa menjadi rusak tanpa wanita bahkan menyadari bahwa ia memiliki
Demam
6. Penatalaksanaan
infeksi akut, sehingga menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik, serta
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat
(PEACH) trial, 831 wanita dengan gejala PID ringan biasanya menerima pasien
rawat inap dengan pengobatan melalui intravena (IV) : cefoxitin dan doxycycline,
sedangkan untuk pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM) cefoxitin dan
pemberian peroral untuk doxycycline.
7. Komplikasi
rahim.
Wanita pasangan atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.
Tubo-ovarium abses
Kehamilan Ektopik
Tabung tuba yang diblokir mencegah telur yang telah dibuahi memasuki
Infertility
Tabung tuba cacat atau terdapat luka sehingga telur dan sperma tidak dapat
8. Prognosis
Prognosis untuk salpingitis sangat bagus jika penyakit ini didiagnosis dan
diobati dini, meskipun sebagian kecil pasien akan menjadi tidak subur
DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi
servisitis disebabkan oleh penyakit menular seksual dan, bisa juga karena cedera
pada jaringan serviks, kontrol jalan lahir yang berkurang seperti diafragma dan
bahkan kanker.
2. Etiologi
seperti herpes gonore dan klamidia. Penyebab servisitis kronis termasuk infeksi
bakteri yang juga sering menyebabkan servisitis akut. Ketika episode akut
servisitis tidak diobati, maka akan berkembang menjadi servisitis kronis. Risiko
servisitis meningkat saat seorang wanita menderita diabetes, vaginitis akut dan
pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.
Gambar 2.1 Gambaran sitologi servisitis kronis.
dan terlihat juga adanya perdarahan. Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan
terjadi akibat alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Mycoplasma.
Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh: Penggunaan kondom wanita
(cervical cap dan diafragma), penyangga uterus (Pessarium), alergi spermisida pada
untuk kontak seksual, penggunaan buffer internal, intrauterine device (IUD), cacat
ektopik bawaan (epitel kelenjar pada saluran serviks), lokal manuver seperti
kuretase, histeroskopi.
Servisitis sering terjadi dan mengenai hampir 50% wanita dewasa dengan
faktor resiko:
Riwayat IMS
3. Diagnosis
adanya perubahan inflamasi, lesi ulseratif, cacat atau sekret dari leher
dan Pap smear. Pemeriksaan sitologi bakteri berguna untuk mendeteksi etiologi
infeksi serviks.
a) Flour hebat, biasanya berlangsung lama, warna putih keabu-abuan atau kuning
keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka
e) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
Pasca sanggama
Pasca menopause
Diantara haid
Keputihan
Servik kemerahan
4. Klasifikasi
A. Servisitis Akut
lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan
B. Servisitis Kronik
Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka
kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pertama kali yang dilakukan adalah dengan spekulum. Pada pasien-
pasien dengan flour albus dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan inspeksi
kolposkopi tes Lugol juga dilakukan (solusi diterapkan pada mukosa serviks).
leher rahim).
6. Penatalaksanaan
1. Medika mentosa
pada agen etiologi dan kepekaan agen etiologi yang ditemukan, dengan
antibiotik atau anti jamur oral. Untuk servisitis yang disebabkan oleh infeksi
2. Pembedahan
tidak boleh dilakukan pada keadaan peradangan akut serviks, pada keadaan ini
peradangan.
Electrocauterization
menyebabkan nekrosis jaringan, tidak ada luka dan karena itu tidak
dilakukan biopsi.
displastik.
7. Prognosis
Servisitis ringan dengan etiologi jelas biasanya memberi respon baik terhadap
a kasus yang berat, servisitis dapat berlangsung selama beberapa bulan. Jika
servisitis itu disebabkan oleh penyakit menular seksual, kedua pasangan harus
8. Komplikasi
sedikit atau banyak, biasanya tanpa rasa sakit, demam, gangguan haid atau
DAFTAR PUSTAKA
Aksara.
2009;36:33-51. [PubMed]
9. http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html.
1.1 DEFINISI
ovarium yang ditandai dengan radang bernanah, baik di salah satu tuba-ovarium,
jangka panjang dari salfingitis akut tetapi biasanya akan muncul dengan infeksi
Pada pemeriksaan touching : nyeri goyang portio, nyeri kiri dan kanan
uterus atau salah satunya, kadang-kadang terdapat penebalan tuba (tuba yang
abdomen sampai syok septik. Karateristik pasien biasanya yang muda serta
paritasnya rendah dengan riwayat infeksi pelvis. Durasi dari gejala pada wanita
biasanya kurang lebih 1 minggu dan onsetnya biasanya terjadi 2 minggu atau lebih
1.3 ETIOLOGI
1.4 PATOFISIOLOGI
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis. Keadaan ini bisa
terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologi
ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja,
dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar,buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon
pecahnya abses.
1.5 PEMERIKSAAN
laboratorium kurang bermakna. Hitung jenis sel darah putih bervariasi dari
pyuria tanpa bakteriuria. Nilai laju endap darah minimal 64 mm/h serta
diagnosa TOA.
b. USG
organ besar seperti rahim. Habitus tubuh besar dan adanya loop dari usus
di pelvis dapat menimbulkan kesulitan dalam pencitraan dengan US
transabdominal.
c. CT (computed tomography)
US dan MRI, peran terbatas dalam evaluasi radiologi dari PID. Kinerja CT
baik. Sejumlah kecil cairan dalam cul de sac bisa dideteksi oleh CT. Suatu
komponen padat dan kistik, dengan peningkatan semua atau bagian dari
komponen padat.
d. Kuldosentesis
akut. Apabila terjadi ruptur TOA maka akan ditemukan cairan yang
purulen.
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosa banding :
a. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
- KET
- Mioma uteri
- Hidrosalping
- Perforasi apendik
1.7 KOMPLIKASI
infertilitas
abses paru/otak.
1.8 PENATALAKSANAAN
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika
dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x /
1.9 PROGNOSIS
1.1 Definisi
pada traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur
penunjang pelvis.
1.2 Epidemiologi
PID adalah masalah kesehatan yang cukup sering. Sekitar 1 juta kasus PID
terjadi di Amerika Serikat dalam setahun dan total biaya yang dikeluarkan
melebihi 7 juta dollar per tahun. Lebih dari seperempat kasus PID membutuhkan
rawatan inap. PID menyebabkan 0,29 kematian per 1000 wanita usia 15-44 tahun.4
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya PID, namun yang utama adalah
aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan
aktivitas seksual berjumlah sekitar 85%, sedangkan 15% disebabkan karena luka
1.4 Etiologi
endogen yang ditemukan di vagina juga sering ditemukan pada traktus genitalia
dengan flora vagina menyebar secara asenden dan secara enzimatis merusak barier
mukosa serviks.
1.5 Patofisiologi
traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung
jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktivitas seksual mekanis
akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang
barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul
akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama
1.6 Jenis-jenis
Salpingitis
nyeri perut bawah dan nyeri pelvis yang akut. Nyeri dapat menjalar ke kaki. Dapat
timbul sekresi vagina. Gejala tambahan berupa mual, muntah, dan nyeri kepala.
Abses ini dapat muncul setelah onset salpingitis, namun lebih sering akibat
infeksi adnexa yang berulang. Pasien dapat asimptomatik atau dalam keadaan
septic shock. Onset ditemukan 2 minggu setelah menstruasi dengan nyeri pelvis
dan abdomen, mual, muntah, demam, dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan
1.7 Diagnosis
mengeluhkan gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus
menstruasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah
dijumpai pada 90% kasus dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Pemeriksaan Fisik
pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang
bilateral
1. Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000
mengkonfirmasi PID.
Pemeriksaan Radiologi
dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 5 mm, adanya septa
inkomplit dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel.
penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas
1. tumor adnexa
2. appendicitis
3. servisitis
4. kista ovarium
5. torsio ovarium
6. aborsi spontan
8. kehamilan ektopik
9. endometriosis
1.9 Penatalaksanaan
ditambah doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam. Lanjutkan regimen ini
selama 24 jam setelah pasien pasien membaik secara klinis, lalu mulai doxisiklin
100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari. Jika terdapat abses tubaovarian,
BB dosis awal iv diikuti dengan dosis lanjutan 1,5 mg/kg BB per 8 jam. Terapi iv
dihentikan 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, dan terapi per oral 100
mg oral 2 kali sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa metronidazole 500 mg 2
kali sehari selama 14 hari.
dosis tunggal atau dosis tunggal cephalosporin generasi ketiga tambah dozisiklin
100 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg
Terapi Pembedahan
Pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah 72 jam terapi harus
4 Februari 2010]
10 September 2010]
Wilkins.
McGrawhill Companies.
Blackwell Publishing.
Definisi
adalah infeksi jaringan membarana fetalis beserta cairan amnion yang terjadi
sebelum partus sampai 24 jam post partum. Insidensi dari chorioamnionitis adalah
berhubungan dengan pecahnya selabut ketuban yang lama dan persalinan yang
lama. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya (seperti awan) selaput
membrane. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan konsentrasi
tersbut berasal dari ibu. Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion
(amnionitis) atau selaput plasenta (funisitis), sel-sel ini berasal dari fetus.
Epidemologi
substansif. Alexander dan kolega (1998) mempelajari 1367 neonatus dengan berat
dengan bayi baru lahir tanpa infeksi secara klinis. Para bayi yang baru lahir
dengan grup terinfeksi mempunyai insidensi yang lebih tinggi menderita sepsis,
respiratory distress syndrome, kejang dengan onset awal, perdaraham
Pada penelitian lain (Yoon dan kolega, 2000) menemukan bahwa infeksi intra
palsy pada usia 3 tahun. Petroya dan kolega (2001) mempelajari lebih dari 11 juta
kelahiran hidup dari 1995 hingga 1997 yang terdaftar pada National Center for
Health Statistics linked birth-infant death cohort. Selama persalinan, 1,6 % wanita
Patofisiologi
Jalur bakteri memasuki cairan amnion yang intak masih belum jelas
diketahui. Gyr dan kolega (1994) telah menunjukkan bahwa Escherichia coli dapat
absolut untuk infeksi ascending. Jalur lain inisiasi bakteri pada persalinan preterm
mungkin tidak membutuhkan cairan amnion. Cox dan rekan kerja (1993)
menemukan bahwa sitokin dan sel-sel mediasi imunitas dapat teraktivasi di dalam
jaringan desidual yang membatasi membrane fetalis. Pada peristiwa ini, produk
sehingga berkontraksi
Etiologi
manifestasi klinis infeksi dan dengan membrane fetalis yang intak (Cox dan rekan
kerja, 1996; Watts dan kolega, 1992). Produk viral juga ditemukan (Reddy and
colleagues, 2001). Infeksi tidak terbatas pada cairan amnion. Pada penelitian yang
dilakukan pada 609 wanita dengan sectio caesarea dengan membrane yang intak,
Hauth dan rekan kerja (1998) mengkonfirmasi bahwa organism dari korioamnion
penyembuhan dari bakter patogen juga berhubungan secara terbalik dengan usia
kehamilan.
Faktor predisposisi
1. Persalinan prematur
2. Persalinan lama
6. Alkohol
7. Rokok
Gambaran Klinis
infeksi yang meningkat (Ho dan kolega, 2003). Jika korioamnionitis terdiagnosis,
Demam, suhu di atas 38C (100.4F) atau lebih tinggi disertai ruptur
Diagnosis
1. Anamnesis
Para peneliti menemukan bahwa reaksi inflamasi dapat bersifat tidak
spesifik dan tidak selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh,
sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih
dahulu yang terjadi. Gambaran khasnya adalah selaput ketuban yang terlihat
eksudat) disertai infiltrasi leukosit perivaskular pada tali pusat clan pembuluh
darah janin (omfalitis). Peradangan vilus fokal merupakan manifestasi lanjut.
2. Pemeriksaan Fisis
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hapusan Gram atau kultur pada cairan amnion biasanya
tidak dilakukan.
Pemeriksaan amniosentesis biasanya dilakukan pada preterm labour yang
tidak) dan pada pasien yang PROM (apakah induksi perlu dilakukan).
Indikasi lain dari amniosentesis adalah untuk mencari diagnosis
Penatalaksanaan
48 jam.
Referensi
1. Duff P. Maternal and perinatal infection. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson
JL, eds. Obstetrics: normal and problem pregnancies, 4th ed. Philadelphia, PA:
http://www.edukia.org/web/kbibu/6-4-11-korioamnionitis/
HEPATITIS B PADA KEHAMILAN
Definisi
disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi akut dapat terjadi pada saat tubuh
terinfeksi untuk pertama kalinya. Infeksi akut ini dapat berubah menjadi kronis
berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu
anggota famili Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat
chloroform, = arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam
industri modern, bisa menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia
beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum
hepatitis dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B
telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai Negara Asia.
Faktor Predisposisi
Transfusi darah
Mekanisme penularan
kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak
semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk
darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang
Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera
setelah persalinan.
Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik
telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi
berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera).
selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti
teh.
Diagnosis:
Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Umum
pertama kehamilannya.
b. Tatalaksana Khusus
Bila ibu dengan HbsAg positif maka bayi diberikan suntikan HBIG 0,5
sisi lain pada saat yang sama kemudian pada usia 1 bulan dan 6 bulan.
Bila ibu dengan HbsAg negatif maka bayi hanya diberikan vaksin
Tidak ada perbedaan pemberian HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi
Tidak ada larangan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu
HbsAg positif terutama bila bayi telah divaksinasi dan diberi HBIG setelah
lahir.
Pencegahan
3. Ibu hamil dengan HBs Ag (+), periksa HBe Ag, bila (+), beri HBIG dan vaksin
setelah lahir.
4. Ibu hamil dengan HBs Ag (+)/(-), HBe Ag (-), lakukan imunisasi aktif.
Pencegahan infeksi VHB pada neonatus saat persalinan
setiap bulan 0,16 cc/kg sampai 6 bulan, vaksin diberikan selambatnya 7 hari
pasca persalinan (dianjurkan diberikan segera setelah lahir pada sisi berlawanan
INFEKSI TORCH
Pengertian
Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-
sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang
spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap
adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka
ragam.
a. Toxoplasma
Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun
Castellan
b. Rubella
Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya
kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan
pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama
kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena
susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-
gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa
sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan
tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru
d. Herpes Simplek
tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan
hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang
laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus
Cara Penularan
a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi
manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah
matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk
b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang
tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia
bulan
d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya
TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian
e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena
f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH.
Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit
salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa
g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit
juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi
apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang
antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar
yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu,
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara
Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga
terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada
beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek
- nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit
TORCH.
Gejala klinis
a. Toxoplasma
b. Herpes Simpleks
adanya ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan
- Demam,
- Letih
- Lesu
yang diserang
- Umumnya janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat badan
lahir rendah
d. Rubella
Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga
- Sakit kepala
yang sama.
Diagnosis
suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar
bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak
lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak,
Penatalaksanaan
Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau
dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati.
Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus
Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG
Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya
rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi
pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup
lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu
%.
menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya
obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut.
Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada
waktu makan.
untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif
sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya
positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan
pengobatan.
INFEKSI MALARIA
Definisi
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
Faktor Predisposisi
Demam
Menggigil/kedinginan/kaku
Sakit kepala
Nyeri otot/persendian
Diare
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Oliguria
Diagnosis
o Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT,
o Urinalisis
Tatalaksana
Malaria falsiparum
Untuk usia kehamilan <3 bulan, berikan kina 32 tablet selama 7 hari atau
bila demam.
Malaria vivaks
Untuk usia kehamilan > 3 bulan, berikan DHP 1 x 3 tablet (BB 41-59 kg) /
Minum obat sesudah makan atau perut tidak dalam keadaan kosong.
minum obat.
Anjurkan pasien untuk meneruskan minum tablet zat besi dan asam folat
di kebun.
Pastikan semua obat yang diberikan dihabiskan, meskipun ibu hamil sudah
atau Polindes segera jika dia merasa tidak lebih baik setelah
menyelesaikan pengobatan.
Pustu, atau Polindes segara bila ada 1 atau lebih tanda-tanda bahaya
o Tidak sadar
o Kejang
o Muntah berulang
malaria berat.
Tentukan usia kehamilan ibu dan periksa tanda-tanda vital (suhu, tekanan
ibu sendirian.
Jika ibu tidak sadarkan diri, periksa jalan napasnya dan posisikan ibu
bahwa jalan napas terbuka. Pastikan bahwa kejang tidak disebabkan oleh
kejang.
dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7
Referensi
Medika
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-5-hepatitis-b/
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-4-malaria/
ABORTUS
1. Pendahuluan
persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan,
tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000).
Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak
2. Definisi
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi
adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
atau lebih.5
genital.5
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
atau peritonium.5
3. Etiologi
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 3Data ini
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi
autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak
abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down
atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. 3 Gangguan genetik
uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik
uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%),
dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).3 Mioma uteri juga bisa
mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan
endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan. 1 Pada kelainan ini,
dilatasi serviks yang silent dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu. 1
Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan
yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. 1 Apabila
dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya
membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim. 1
metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten
namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi
segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan
c. Faktor endokrin
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem
humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3
korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan
kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada
saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan
ini.3
implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada
jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit
pada mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah
large granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai
progesteron.3 Perannya adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel
NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA. 3
Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang
yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan
d. Faktor infeksi
sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi janin
yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk
bertahan hidup.3
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus
e. Faktor imunologi
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian,
sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 3 Selain SLE,
APS adalah:3
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau
tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau
fosfolipid)3
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
f. Faktor trauma
bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. 6 faktor-
Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2
kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok. 1 Rokok mengandung ratusan
unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga
oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin. 6 Meminum alkohol pada 8
anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap
caffiene satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah
tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level
paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada
kontrol.1
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
signifikan.1
4. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,
biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. 1 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
miometrium.6
5. Gambaran klinis
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus. 6 Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi
yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan
lembek, nyeri tekan,dan luekositosis.6 Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang
baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil
6.1 Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di
dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi
kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai
jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa
jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat
malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
dan konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di
liang vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
lunak
bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
perut bawah,
ekspulsi incomplit
sebahagian hasil
konsepsi
janin, keluar
jaringan seperti
anggur
ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.6
7. Diagnosis banding.2
- polip endoserviks
- karsinoma serviks
8. Penatalaksanaan
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan
seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa
dan penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang
khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan
aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka,
dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual
(AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg
dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg
pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk
melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan
kultur.
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang
lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2.
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang
biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang
adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat
atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan
9. Komplikasi
9.1 Perdarahan.6
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal,
9.2 Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.
9.3 Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
9.4 Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.
10. Prognosis.6
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit , accessed on
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview , accessed on
http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview , accessed on
TINJAUAN PUSTAKA
gravidarum merupakan bentuk yang paling berat dari mual dan muntah dalam
kehamilan 2.
1.12 Definisi
dengan penurunan berat badan dan ketosis 2. Kondisi ini dapat menyebabkan
hingga kematian 2.
1.13 Epidemiologi
50-90% kehamilan. Mual muntah pada kehamilan biasanya dimulai dari usia
kehamilan 9-10 minggu, memuncak pada minggu ke 11-13, dan pada sebagian
kasus menurun pada minggu ke 12-14 kehamilan. Pada 1-10% kehamilan, gejala
1.14 Etiologi
96
Penyebab penyakit ini masih belum diketahui pasti, tetapi diperkirakan
1.15 Patofisiologi
gravidarum, yaitu: 2
a. Perubahan hormonal
fungsi tiroid akan kembali normal pada pertengahan trimester kedua tanpa
b. Disfungsi gastrointestinal
97
gangguan tiroid, abnormalitas vagal dan simpatik, dan sekresi vasopresin
c. Gangguan metabolik
memiliki kekurangan dalam native thiol dan total thiol, berkorelasi dengan
d. Perubahan lipid
e. Sistem penciuman
mual.
f. Genetik
98
pada saat kehamilan dan wanita yang lahir tanpa adanya hiperemesis saat
g. Psikologis
1.16 Klasifikasi
Tingkat I
lendir dan sedikit cairan empedu. Nadi meningkat sampai 100x/menit dan
tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung, lidah kering, dan turgor kulit
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat > 100-140 x/menit, tekanan darah sistolik < 80
mmHg, apatis, kulit pucat, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun
Tingkat III
99
Sangat jarang terjadi. Ditandai dengan gangguan kesadaran (delirium-koma),
1.17 Diagnosis
1.17.1 Anamnesis 1
Mulai terjadi pada trimester pertama, keluhan yang sering adalah mual,
sehari-hari terganggu.
(livide)
kehamilan molahidatidosa
1.18 Penatalaksanaan 1
100
Stop makanan per oral 24-48 jam
Obat
gizi.
101
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua gizi, kecuali
kalsium.
1.19 Komplikasi 1
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus
ke-6, nistagmus, ataksia, dna kejang. Jika tidak segera ditangani, akan terjadi
ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu
Fetal
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. h 814-818
http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#showall
102
PREEKLAMPSIA
A. Definisi
bahwapathologic hallmark adalah suatu kegagalan total atau parsial dari fase
keduainvasi trofoblas saat kehamilan 16-20 minggu kehamilan, hal ini pada
makinmeningkat tersebut, hasil dari disfungsi plasenta inilah yang tampak secara
ditinjaukembali.
sebagaisuatu tekanan darah yang menetap 140/90 mmHg pada wanita yang
urine > 300mg/24 jam atau +1pada urinalisis bersih tanpa infeksi traktus
diagnosis.
103
B. Epidemiologi
pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan
penyakit ginjal. Pada ibu hamil primigravida terutama dengan usia muda lebih
predisposisi lainnya adalah usia ibu hamil dibawah 25 tahun atau diatas 35 tahun,
a Usia
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat.
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi
yang menetap.
b. Paritas
c. Faktor Genetik
104
risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive
trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa
sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia. Atau
d. Diet/gizi
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obese/overweight.
e. Tingkah laku/sosioekonomi
janin terhambat yang jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil atau
f. Hiperplasentosis
g. Mola hidatidosa
Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia
105
h. Obesitas
preeklampsia jelas ada, dimana terjadi peningkatan insiden dari 4,3% pada
wanita dengan Body Mass Index (BMI) < 20 kg/m2 manjadi 13,3% pada
i. Kehamilan multiple
ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu
kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan
pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari
satu.
C. Etiologi
belum diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab
dari penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.
Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia
mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab
106
proteinuria, kejang dan koma. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
teori. Namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
plasenta. Teori ini pun belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti
107
diturunkan melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang menunjukkan
yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatan kadar kalsium
dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang. Selain itu hipoperfusi
108
uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang
aldosteron) sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi. Oleh
pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai
Jika endotel mengalami gangguan oleh berbagai hal seperti shear stress
dan proteinuria. Jika terjadi disfungsi endotel maka pada permukaan endotel
109
kadar soluble VCAM-1 ditemukan dalam supernatant kultur sel endotel yang
peningkatan molekul adhesi lain seperti ICAM-1 dan E-selektin. Oleh karena
D. Patofisiologi
2. Hipovolemia Intravaskuler
110
mencapai 30-40% kehamilan normal. Menurunnya volume plasma
menyeluruh pada sistem pembuluh darah arteriole dan pra kapiler pada
hipertensi akan berada dalam syok kronik. Perjalanan klinis dan temuan
111
akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot polos pembuluh
darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. Semua ini akan menyebabkan
lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem
fungsi normal berbagai macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas
efek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung
secara simultan. Gangguan ibu secara garis besar didasarkan pada analisis
E. Manifestasi Klinis
Otak
endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah
atau perdarahan intrakranial yang sangat banyak. Pada penyakit yang belum
112
hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi pada eklampsia. Pada pasien
preeklampsia, aliran darah ke otak dan penggunaan oksigen otak masih dalam
batas normal. Pemakaian oksigen pada otak menurun pada pasien eklampsia.
(2)
Perubahan Kardiovaskuler.
kehamilan atau yang secara iatrogenic ditingkatkan oleh larutan onkotik atau
Mata
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat.
Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang
berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.
Pada preeklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler
gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
113
retina.
Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan eklampsia
dan merupakan penyebab utama kematian. Edema paru bisa diakibatkan oleh
cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat berhubungan dengan penurunan
pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.
Hati
serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
besar penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam serum. Perdarahan pada
lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika, atau dapat meluas di bawah kapsul
Ginjal
114
glomeruloendoteliosis, adalah pembengkakan dari kapiler endotel glomerular
yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam
urat plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita dengan penyakit berat.
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada
plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau
berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan
intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat yang dikemukakan oleh
Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan
retensi garam dan air. Taufield (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan
115
mendapatkan bahwa proteinuria +1 atau lebih dengan dipstick memperkirakan
minimal terdapat 300 mg protein per 24 jam pada 92% kasus. Sebaliknya,
proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki nilai prediktif negatif hanya
34% pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3 atau +4 hanya bersifat
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Maka ekskresi
Filtrasi yang menurun hingga 50% dari normal dapat menyebabkan diuresis turun,
bahkan pada keadaan yang berat dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria.
normal pada tujuh wanita dengan preeklampsia berat yang mengalami oligouria
globulin dan transferin. Biasanya molekul-molekul besar ini tidak difiltrasi oleh
proses glomerulopati. Sebagian protein yang lebih kecil yang biasa difiltrasi
Darah
yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l yang ditemukan
pada 15-20% pasien. Level fibrinogen meningkat sangat aktual pada pasien
116
preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Level
peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak
jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu kehamilan) dan tanpa terjadi
normal dalam dua hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa
kisaran normal pada ibu tidak hamil. Pada retensi natrium dan atau hipertensi,
darah.
natriuretik atrium. Hal ini terjadi akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan
meningkatnya curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada
117
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti dengan kenaikan
Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih banyak
mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada
hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat
Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah nekrosis
arteriopati pada ujung-ujung plasenta yang mirip dengan lesi pada hipertensi
lumen vaskular. Lesi ini dapat menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh
118
darah yang bertanggung jawab terhadap terjadinya infark plasenta.
F. Klasifikasi
Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam/kurang dari 0,5
cc/kgBB/jam.
Hemolisis mikroangiopatik
Sindrom HELLP.
119
G. Diagnosis
Gejala subjektif
gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan
pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Pemeriksaan fisik
dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat 140/90 mmHg pada
preeklampsia ringan dan 160/110 mmHg pada preeklampsia berat. Selain itu
otak.
Penemuan Laboratorium
ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu 300 mg perliter dalam 24 jam atau
secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau midstream. Sementara pada
preeklampsia berat kadanya mencapai 500 mg perliter dalam 24 jam atau secara
kualitatif +3.
120
benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya meningkat
diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada
preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat
H. Penatalaksanaan
preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin
1.Preeklampsia Ringan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena
pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut
kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan
121
ginjal masih normal. Pada preeklampsia ibu hamil umumnya masih muda,
berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam. Diet
yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 gram NaCl (garam dapur) adalah
cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
cairan yang banyak, berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup protein,
pemeriksaan laboratorium HB, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi
Rawat inap
rumah sakit ialah a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria
selama 2 minggu b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia
122
sampai 37 minggu. Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah
2.Preeklampsia Berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
kehamilan.
plasenta baik akut maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress
penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Pemeriksaan
sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda tanda klinik berupa :
nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium dan kenaikan cepat berat
123
preeklampsia ringan, dibagi menjadi dua unsur yakni sikap terhadap
Medikamentosa
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan
terjadinya edema paru dan oligouria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
karena itu monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output
dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda tanda edema paru, segera dilakukan
yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500
cc.
terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
124
kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
MgSO4
fenitoin, berdasar Cochrane review terhadap enam uji klinik yang melibatkan
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat
kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan
- Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama
15 menit
- Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau
- Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas
125
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah
Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau
otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin
Diuretikum
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paruparu,
126
janin.
Antihipertensi
mengusulkan cut off yang dipakai adalah 160/110 mmhg dan MAP 126
mmHg.
penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan
mencapai < 160/105 atau MAP < 125. Jenis antihipertensi yang diberikan
sangat bervariasi. Obat antihipertensi yang harus dihindari secara mutlak yakni
(apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada), suatu vasodilator langsung pada
labetalol injeksi, suatu alfa 1 bocker, non selektif beta bloker. Obat-obat
dalam 24 jam
127
Antihipertensi lini kedua
menit.
Kortikosteroid
ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga
medikamentosa.
Perawatan konservatif
tanpa disertai tanda tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
128
pengelolaan secara aktif. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai
Bila setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai
preeklampsia ringan.
Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah
ini, yaitu:
Ibu
laboratorik memburuk
Janin
4. Terjadinya oligohidramnion
Laboratorium
129
1.Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit
dengan cepat
Referensi
Sudirman. 2011
130
EKLAMPSIA
A. Definisi
Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu :
tekanan darah 140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak
lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada
klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita
pre eklampsia juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi
diagnosis tersebut pada wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus
tanpa kejang yang berhubungan dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai
dengan eklampsia antara tahun 1978 1998 di sebuah rumah sakit di Memphis,
adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %), pneumonia aspirasi
(7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan
kematian maternal (1 %)
sebabnya penyakit ini sering disebut the disease of theories. Pada saat ini
adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana
131
invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua.
Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna
Eklampsia biasanya terjadi akibat oedema otak yang luas, yang terjadi
penyebab terjadinya udem serebri fokal yaitu adanya vasospasme dan dilatasi
metabolisme energi pada membrane sel sehingga akan terjadi kegagalan ATP-
dependent Na/K pump yang akan menyebabkan udem sitotoksik Apabila proses
ini terus berlanjut dapat terjadi rupture membrane sel yang menimbuklan lesi
barier otak dengan terbukanya tight junction sel-sel endotel pembuluh darah.
Udem vasogenik ini mudah meluas keseluruh sistem saraf pusat yang
hanya terjadi pada 6% saja, dan 30%-nya dapat berkembang menjadi herniasi
132
transtentorial.Akibat efek penekanan vaskuler akibat perluasan udem vasogenik
C. Faktor Predisposisi
kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah
dan eklampsia.
D. Manifestasi Klinis
saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari
daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian
seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat
berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka
dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata,
otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan
relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang kadang
tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot
133
otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara
berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti
dengan kejang kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
Namun pada kasus kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan
kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat
apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan
saraf pusat.
E. Penatalaksanaan
134
Parkland Hospital dan rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun
selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4
periodik.
4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda beda, ada yang
mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110
mmHg.
kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun
7. Terminasi kehamilan
Pengobatan Medisinal
135
1. MgSO4 :
Initial dose :
masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral
tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastolik jangan
didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar
2000 ml, berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
136
Pemberian oksigen.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT
- Edema paru
- Edema anasarka
sesarea.
Catatan:
intoksikasi MgSO4.
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/
diurese
137
Pengobatan Obstetrik :
2. Terminasi kehamilan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
F. Komplikasi
Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal
menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler
kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi
138
karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas
yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena
bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang
masiv. Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat
mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia
lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan
malformation.
terjadinya iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk
dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya pengelihatan akan pulih dalam
waktu 1 minggu.
yang berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat
edema serebri yang luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis,
penderita berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari
sampai sampai 2 minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik
139
asalkan tidak terdapat kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat obat
antipsikosis dengan dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti
G. Prognosis
1997 kira kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
Referensi
1. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders
Wayne R. Cohen
140
pregnancies. 5th edition, Churchill Livingstone USA, 2007 : 573-96.
183 : S1 S22.
141
JANIN TUMBUH LAMBAT
1. Definisi
pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter
(lingkar kepala, berat badan, panjang badan). Bayi yang beratnya dibawah 10
2. Faktor Resiko
kecil karena adanya faktor genetik, tetapi kebanyakan bayi dengan IUGR
Diabetes
Infeksi
142
Malnutrisi atau gangguan pola makan
Anemia
Rokok,obat,alkohol
Multiple gestation
Malformasi janin.
3. Klasifikasi.
tipe simetris dan tipe II atau tipe asimetris. Kedua tipe ini kemungkinan
terjadi akibat perbedaan saat mula timbul dan lama kejadian yang
mengemukakan tiga fase pertumbuhan seluler dalam plasenta dan janin. Fase
pertama terdiri dari peningkatan jumlah sel (hiperplasi), fase kedua adalah
peningkatan jumlah dan ukuran sel (hiperplasia dan hipertrofi) dan fase ketiga
Tipe I (simetris)
cedera toksik yang sangat dini, yaitu pada saat pertumbuhan janin terutama
pertumbuhan kepala, badan dan ekstremitas yang tidak adekuat, dan biasanya
terjadi pada 25% kasus IUGR. Paling sering disebabkan kelainan struktur dan
Tipe II (Asimetris)
143
Retardasi pertumbuhan yang asimetris, atau tipe II,paling sering
terjadi akibat efek yang merugikan pada fase hipertrofi seluler yaitu fase yang
pertumbuhan yang asimetris akan mempunyai jumlah sel yang sesuai tetapi
berukuran lebih kecil dari normalnya. Cedera janin pada saat ini diperkirakan
terjadi dini pada kehamilan, dan keadaan ini benar-benar terlihat secara klinis.
pada sistem saraf pusat. Proses patologis yang paling sering mengakibatkan
kejadian tersebu dapat terlihat pada janin kembar ketika suplai darah dan
oksigen serta nutrien berlangsung dalam suatu periode yang panjang, yang
144
visceral seperti hati serta ginjal. Mekanisme kompensatorik ini dapat
darahnya berkurang sehingga tedapat hati dan lingkaran abdomen yang lebih
kombinasi efek maternal dan fetal di samping saat mula timbul dan lama
cedera.
a. Obat-obatan teratogenik
145
Contoh: tembakau, narkotika yang akan menurunkan masukan makanan
b. Malnutrisi berat
4. Gejala klinik
kepala dan tubuh yang tidak cukup, rasio lingkar kepala dan lingkar perut
terhindar, sehingga ukuran kepala lebih besar daripada ukuran perut. Baik
5. Diagnosa
a. tinggi fundus uteri berkurang lebih dari 2 cm dibanding umur gestasi yang
autoimmune.
146
a. diameter biparietal janin (DBP)
b. lingkar kepala
c. lingkar perut
e. panjang femur
Pemeriksaan Klinis
2. Tekanan darah
3. Denyut nadi
4. Pemeriksaan sistemik
5. IPPA
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
- Perbandingan biparietal
147
2. Doppler untuk DJJ
6. Diagnosis banding
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika
wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound.
Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan meningkat
paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan Jackson,1986;Simpson
dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran
bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara genetic dibawah berat lahir rata-
rata untuk masyarakat umum, tidak selalu merupakan kejadian yang tidak
dikehendaki.
Penatalaksanaan
pertumbuhan dalam rahim(IUGR) dan seberapa cepat masalah ini dimulai pada
keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) itu terjadi, maka resiko yang
dihadapi akan semakin besar pada janinnya. Monitoring yang teliti terhadap janin
dengan IUGR dan test yang terus menerus akan sangat dibutuhkan.
Di bawah ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
148
o Melihat detik jantung dari fetus yang meningkat saat fetus
fetus.
Ultrasound
umbilicalis.
- Pada IUGR yang sedang, pengujian dua kali setiap minggu diindikasikan.
149
Kalau NST reaktif atau OCT negative dan volume cairan amnion
memadai, kehamilan harus dibiarkan berlanjut, karena tidak ada data untuk
menyokong kelahiran dini dari bayi ini dengan tidak adanya bukti gawat
Kalau NST menjadi nonreaktif disertai dengan OCT yang positif dan
7. Pengobatan
Sebelum Kehamilan :
pasti memperbaiki pertumbuhan janin pada wanita yang terlalu kurus atau
sebelumnya.
Antepartum :
meminimalkan efeknya.
150
2. Tingkat dari penyakit
4. Perjalanan penyakit
1. Nutrisi
2. Merokok
3. Bed rest
Istirahat di rumah sakit atau di rumah pada posisi lateral kiri dapat
4. Persalinan
8. Prevensi
resiko dari IUGR, seperti merokok dan nutrisi maternal yang buruk. Dengan
151
dapat membantu menurunkan resiko dari IUGR. Deteksi dini juga dapat
9. Prognosis
sesudah kelahiran
152
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: YBB-SP
4. Anonymous,2007.http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=398&idktg=19&idobat=&UID=20080222191500125.164.203.
26
153
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL
1.1 DEFINISI
Kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
1.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi sekitar 35-75% serta
1.3 ETIOLOGI
1.4 PATOFISIOLOGI
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
154
Kehilangan zat besi pada kehamilan terjadi akbiat pengalihan besi
maternal ke janin untuk eritopoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan dan
laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2
liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan
cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia
defisiensi besi.
Gejala umum anemia : badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang,
Gejala khas : koilonychias, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi
1.6 TATALAKSANA
Bila pemeriksaan hapusan darah tepi tidak tersedia, maka berikan suplementasi
tablet besi dan asam folat (60 mg besi elemental dan 250 g asam folat) diberikan
sampai 42 hari pasca salin. Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam
Bila hasil hapusan darah tepi menunjukkan mikrositik hipokrom : cek kadar
ferritin. Kadar ferritin < 15ng/ml berikan terapi dosis setara 180 mg besi
elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal lakukan pemeriksaan SI dan
155
TBC.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsler, soenita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka :
jakarta
2. Fatimah, Hadju et al. 2011. Pola konsumsi dan kadar hemoglobin pada ibu
Jakarta
3. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
4. Ojofeitimi EO, Ogunjuyigbe PO, Sanusi, et al. 2008. Poor Dietary Intake of
Energy and Retinol among pregnant women : implications for pregnancy outcome
prawirohardjo : Jakarta.
dan oral pada anemia defisiensi besi dalam kehamilan. Maj kedktr Indon. Volum :
156
157
PERSALINAN PRETERM
Definisi
Diagnosis PPI dibuat jika pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu mengalami kontraksi yang teratur, setidaknya sekali setiap 10 menit, yang
dapat berhubungan dengan dilatasi dan/atau penipisan dari serviks. Pendapat lain
mengatakan PPI adalah persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995). Namun, batas
bawah usia kehamilan yang digunakan untuk membedakan PPI dengan abortus
Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa PPI adalah persalinan yang terjadi pada
prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
158
minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata,
di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari
2.500 gram. Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
partus prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37
Epidemiologi
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain: (1) persalinan atas
indikasi ibu ataupun janin, baik dengan pemberian induksi ataupun seksio sesarea;
(2) PPI spontan dengan selaput amnion utuh; dan (3) PPI dengan ketuban pecah
dini, terlepas apakah akhirnya dilahirkan pervaginam atau melalui seksio sesarea.
Sekitar 30-35% dari PPI berdasarkan indikasi, 40-45% PPI terjadi secara spontan
dengan selaput amnion utuh, dan 25-30% PPI yang didahului ketuban pecah dini.
Konstribusi penyebab PPI berbeda berdasarkan kelompok etnis. PPI pada wanita
kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput amnion utuh,
sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah dini
sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15%
terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada
usia kehamilan 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia
kehamilan 34-36 minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan
159
angka kejadian PPI, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah
Etiologi
Saat ini, telah diketahui bahwa penyebab PPI multifaktorial dan sesuai
polihidramnion),
trikomonas),
adrenal, baik pada ibu maupun janin (misalnya, karena stres pada ibu atau
janin), dan
Tabel 2.1 Etiologi dan alur PPI yang diakui secara umum
160
Faktor Risiko
faktor risiko yang diketahui berperan pada PPI, dan pengetahuan terhadap adanya
faktor risiko ini penting dalam menilai kemungkinan terjadinya PPI. Namun
sayangnya upaya untuk menilai faktor risiko tersebut tidaklah mudah, karena
lebih dari setengah dari PPI terjadi pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko
yang jelas.
1. Kehamilan multipel
2. Polihidramnion
3. Anomali uterus
2. Riwayat pielonefritis
161
4. Riwayat abortus satu kali pada trimester kedua
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
a. Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak
hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi,
berat.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Disamping faktor risiko di atas, faktor risiko lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat sosio-biologi (seperti usia ibu, jumlah anak, obesitas, status
asuhan prenatal serta penyuluhan agar ibu dapat mengurangi risiko tambahan.
162
Patogenesis
Penyebab PPI multifaktorial dan dapat saling berinteraksi satu sama lain.
Stres yang didefinisikan sebagai tantangan baik psikologis atau fisik, yang
atau ibu. Stres semakin diakui sebagai faktor risiko penting untuk PPI. Beberapa
penelitian telah menemukan 50% hingga 100% kenaikan angka kelahiran preterm
berhubungan dengan stres pada ibu, dan biasanya merupakan gabungan dari
tubuh, dan proses perilaku (seperti depresi) telah dikaitkan dengan PPI terkait
stres. Namun, proses yang paling penting, yang menghubungkan stres dan
163
kelahiran preterm ialah neuroendokrin, yang menyebabkan aktivasi prematur aksis
Penelitian in vitro pada sel plasenta manusia menunjukan CRH dilepaskan dari
kultur sel plasenta manusia dalam dosis yang sesuai responnya terhadap semua
II, dan interleukin-1 (IL-1). Dalam penelitian in vivo juga ditemukan hubungan
yang signifikan antara stres psikososial ibu dan kadar CRH, ACTH, dan kortisol
plasma ibu. Beberapa penelitian menghubungkan kadar awal CRH plasma ibu
dengan waktu persalinan. Hobel dkk. melakukan penilaian kadar CRH serial
melahirkan aterm, wanita yang melahirkan preterm memiliki kadar CRH yang
selama kehamilan. Selain itu, mereka menemukan bahwa tingkat stres psikososial
164
Gambar 2.2 Alur yang umum terjadi pada PPI
Data ini menunjukan bahwa hubungan antara stres psikologis ibu dan
Pada persalinan term, aktivasi CRH plasenta sebagian besar didorong oleh aksis
HPA janin dalam suatu feedback positif pada pematangan janin. Pada PPI, aksis
HPA ibu dapat mendorong ekspresi CRH plasenta. Stres pada ibu, tanpa adanya
biologi dari stres termasuk kortisol dan epinefrin, yang mengaktifkan ekspresi
165
CRH plasenta. CRH plasenta, pada gilirannya, dapat menstimulasi janin untuk
aktivasi aksis HPA janin) dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis estriol dan
yang umum pada berbagai alur yang meliputi stres, perdarahan, preeklampsia, dan
infeksi. Asfiksia memainkan peranan penting dalam PPI, bayi lahir mati, dan
kronik), dan ditandai oleh aktivasi aksis HPA janin dan berikutnya kelahiran
preterm.
persalinan prematur spontan (gambar 3). Invasi bakteri pada rongga koriodesidua,
166
uterus sedangkan metalloprotease menyerang membran korioamnion yang
Terdapat jalur lain yang memiliki peranan yang hampir sama. Sebagai
janin itu sendiri. Pada janin dengan infeksi, peningkatan produksi corticotropin-
ketika fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
167
Gambar 2.5 Alur kolonisasi bakteri koriodesidua yang menyebabkan persalinan
prematur
biasanya dihubungkan dengan PPI dan ketuban pecah dini. Lesi plasenta
dilaporkan 34% dari wanita dengan PPI, 35% dari wanita dengan ketuban pecah
dini, dan 12% kelahiran term tanpa komplikasi. Lesi ini dapat dikarakteristikan
sebagai kegagalan dari transformasi fisiologi dari arteri spiralis, atherosis, dan
168
otot halus miometrium. Trombin menstimulasi peningkatan kontraksi otot polos
peningkatan aktivitas uterus secara klinis yang diamati pada abrupsi plasenta serta
Mungkin juga terdapat hubungan antara trombin dan ketuban pecah dini.
janin dan choriodesidua, serta terlibat terhadap KPD, seperti dibahas di bawah ini.
MMP-9 pada sel-sel desidua dan membran janin yang dikumpulkan dari
Abrupsi plasenta terbuka, sebuah contoh ekstrim dari perdarahan desidua, ditandai
infiltrasi neutrofil pada desidua, sumber yang kaya protease dan MMPs. Ini
desidua.
169
ovulasi dan fertilisasi in vitro, dan merupakan satu dari penyebab yang paling
merupakan 1% dari semua kelahiran hidup, tetapi 17% dari semua kehamilan
multipel; 53% neonatus hasil dari ART pada tahun 2003 merupakan anak kembar.
Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan PPI masih
protein gap junction, seperti connexin-43 (CX-43) dan CX-26, serta menginduksi
menunjukan peningkatan produksi IL-8 dan kolagen, yang pada gilirannya akan
mengenai uterine overdistension hingga saat ini belum ada, dan penelitian pada
Insufisiensi serviks
pada trimester kedua, tetapi baru-baru ini bukti menunjukan bahwa gangguan
variasi yang cukup luas, termasuk PPI. Insufisiensi serviks secara tradisi telah
trimester kedua, tanpa adanya kontraksi uterus. Terdapat lima penyebab yang
diakui atau dapat diterima, yaitu: (1) kelainan bawaan; (2) in-utero
170
(4) kerusakan yang bersifat traumatis; dan (5) infeksi.
cerclage mungkin tidak selalu tepat dan lebih baik diprediksi oleh panjang serviks
dengan risiko PPI. Selanjutnya, terdapat hubungan antara panjang serviks dari
kehamilan berikutnya, tetapi tidak ada hubungannya antara riwayat obstetri dari
serviks prematur, hasil dari proses patologis. Infeksi dan inflamasi mungkin
dengan dilatasi serviks asimptomatik pada trimester kedua, dan 9% dari pasien
Selain berhubungan dengan beberapa hal di atas, risiko PPI juga meningkat
pada perokok. Mekanisme meningkatnya risiko PPI pada wanita yang merokok
sampai saat ini belum jelas. Terdapat lebih dari 3000 bahan kimia dalam batang
171
rokok, yang masing-masing efek biologisnya sebagian besar tidak diketahui.
Namun, baik nikotin dan karbon monoksida merupakan vasokonstriktor yang kuat
prostaglandin dehydrogenase).
yang juga dianggap dapat meningkatkan risiko PPI, melalui peningkatan produksi
sitokin.
Cara utama untuk mengurangi risiko PPI dapat dilakukan sejak awal,
berisiko, untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap PPI serta
172
dalam meramalkan terjadinya PPI. Bila dijumpai seviks pendek (< 1 cm) disertai
Skoring risiko
Metode skoring risiko ini dirancang oleh Papiernik dan dimodifikasi oleh
Creasly dkk. Pada metode ini, diberikan skor 1 sampai 10 untuk berbagai macam
faktor risiko, antara lain sosioekonomi, riwayat obstetri, kebiasaan hidup, serta
penyulit kehamilan yang dihadapi saat ini. Wanita dengan skor 10 atau lebih
dianggap berisiko tinggi mengalami PPI. Meskipun Creasy dkk. serta Covington
prakteknya, penerapan metode ini belum terbukti berguna. Dan karena metode ini
sangat bergantung dengan riwayat obstetri sebelumnya, maka metode ini tidak
sesuai untuk nulipara. Oleh karena itu, metode ini tidak menawarkan keuntungan
telematika dari kontraksi rahim, dengan menggunakan alat sensor kontraksi yang
kecil yang dipasang dipinggang, kemudian hasil aktivitas uterus akan dihantarkan
173
kesehatan akan memberikan saran serta dukungan setiap harinya terhadap pasien
aktivitas uterus di rumah tersebut tidak efektif dalam mencegah PPI, baik pada
wanita yang berisiko rendah atau wanita yang berisiko tinggi. Bahkan penggunaan
metode ini akan meningkatkan kunjungan diluar jadwal asuhan prenatal yang
tokolisis profilaktik pada wanita hamil. Selain itu metode ini membutuhkan biaya
yang cukup besar dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, metode ini tidak
Estriol saliva
konsentrasi estriol saliva ibu dengan kelahiran preterm. Hal ini dapat dijelaskan
Diperkirakan pada kehamilan manusia, aktivasi prematur dari aksis HPA pada PPI
akan meningkatkan kadar estriol pada serum dan saliva ibu, dan ini dapat menjadi
mengalami PPI atau aterm. Tingkat estriol saliva ibu menggambarkan tingkat
estriol dalam serum ibu, dan estriol saliva digunakan untuk menilai risiko PPI
174
dalam memprediksi PPI dibandingkan metode skoring risiko. Namun, tes ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang sangat buruk, dan memiliki tingkat
positif palsu yang sangat tinggi, yang dapat meningkatkan biaya perawatan
kehamilan karena intervensi yang tidak perlu. Tingkat estriol saliva dapat diukur
bahwa tingkat estriol saliva positif satu ( 2,1 ng/ml) dapat memprediksikan suatu
peningkatan risiko PPI 3-4 kali lipat pada wanita dengan resiko rendah maupun
tinggi. Jika dua kali secara berturut-turut hasil tes positif, ini menunjukan
merupakan tindakan yang tidak invasif, sampel saliva yang mudah didapatkan,
persalinan.1 Namun, adanya variasi diurnal dari tingkat estriol saliva ibu, serta
penelitian lebih lanjut mengenai intervensi dan pengobatan yang potensial pada
pecah dini, infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion. Platz-
bakterialis dapat mencetuskan PPI dengan suatu mekanisme yang serupa dengan
jalur jaringan sitokin yang diusulkan untuk bakteri cairan amnion. Banyak
175
penelitian klinis secara konsisten menemukan bahwa wanita dengan vaginosis
2. adanya clue cells (sel epitel vagina yang terlapis tebal oleh basil) pada
pewarnaan gram
Bukti terkini tidak mendukung skrining dan terapi pada semua wanita hamil
yang ditujukan untuk vaginosis bakterialis. Untuk wanita risiko tinggi dengan
riwayat PPI sebelumnya, skrining dan terapi vaginosis bakterialis dapat mencegah
PPI pada sebagian dari wanita. Namun, meta-analisis terbaru menunjukan banyak
kesimpulan yang pasti. Telah banyak hasil yang tidak meyakinkan dan tidak
molekul yang berbeda oleh berbagai jenis sel, termasuk hepatosit, sel ganas,
fibroblast, sel endotel, dan amnion janin. Glikoprotein ini terdapat dalam
konsentrasi tinggi di darah ibu dan di cairan amnion, serta dianggap memainkan
peranan pada adhesi antarsel dalam kaitannya terhadap implantasi serta dalam
176
menggunakan enzyme linked immunosorbent assay. Normalnya, fibronektin janin
terdeteksi pada sekret serviks sampai usia kehamilan 16-20 minggu. Pada
kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih
pada sekret servikovagina sebelum selaput amnion pecah dapat menjadi suatu
janin pada vagina, serviks dan cairan amnion memberikan indikasi adanya
penelitian telah menunjukan adanya peningkatan risiko PPI, jika fFN positif pada
Spesifisitas dari tes fibronektin janin untuk memprediksi PPI dalam 1 dan 2
minggu kemudian ialah 89%, sedangkan untuk memprediksi PPI dalam 3 minggu
kemudian ialah 92%. Sensitivitas dari tes ini, dalam memprediksi dimulainya PPI
dalam 1 minggu dan 3 minggu kemudian, masing-masing ialah 71% dan 59%.
tersebut, Jackson dkk. (1996) memperlihatkan bahwa sel amnion manusia in vitro
177
menghasilkan fibronektin janin bila dirangsang oleh produk-produk radang yang
sampai persalinan, dan serviks akan berdilatasi untuk memungkinkan bagian dari
tergantung pada kesatuan antara anatomi dan komposisi biokimia dari serviks.
Salah satu indikator dini dari inkompetensi serviks atau dimulainya persalinan
dkk. (1996) menentukan distribusi normal dari panjang serviks setelah umur
kehamilan 22 minggu. Hal ini kemudian diterima secara luas, bahwa panjang
menunjukan suatu risiko relatif terhadap PPI ialah 9.57, 13.88, dan 24,94 untuk
panjang seviks masing-masing < 26 mm, < 22 mm, < 13 mm, pada usia kehamilan
serviks sebagai prediktor PPI tidak selalu dapat dipercaya.terdapat variasi yang
melibatkan penilaian panjang serviks menunjukan variasi yang sangat luas dalam
sensitivitas (68-100%) dan spesifisitas (44-79%). Oleh karena itu hingga saat ini
tidak ada bukti kuat yang mendukung penggunaan penilaian panjang serviks
178
dengan menggunakan USG pada usia kehamilan 24-28 minggu dalam
kehamilan dengan risiko tinggi atau dalam kombinasi dengan test fFN.
bermanfaat. Suatu penelitian yang menilai risiko terulangnya PPI spontan pada
wanita yang memiliki riwayat PPI sebelumnya melaporkan, risiko sebesar 65%
jika panjang serviks kurang dari 25 mm dan fFN positif. Namun, jika fFN negatif,
risiko PPI hanya sebesar 25%. Seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah,
risiko terulangnya PPI pada wanita dengan panjang serviks > 35 mm dan fFN
negatif, hanya sebesar 7%. Oleh karena itu, kombinasi penilaian panjang serviks
Tabel 2.2 Kombinasi penilaian panjang serviks dan fibronektin janin dalam
Diagnosis
Diferensiasi dini antara persalinan sebenarnya dan persalinan palsu sulit dilakukan
sebelum adanya pendataran dan dilatasi serviks. Kontraksi uterus sendiri dapat
179
menyesatkan karena ada kontraksi Braxtons Hicks. Kontraksi ini digambarkan
sebagai kontraksi yang tidak teratur, tidak ritmik, dan tidak begitu sakit atau tidak
sakit sama sekali, namun dapat menimbulkan keraguan yang amat besar dalam
penegakan diagnosis PPI. Tidak jarang, wanita yang melahirkan sebelum aterm
mempunyai aktivitas uterus yang mirip dengan kontraksi Braxtons Hicks, yang
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
180
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis
PPI :
1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO,
darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, aktivitas
Penatalaksanaan
Hal pertama yang dipikirkan pada penatalaksanaan PPI ialah, apakah ini
Bila proses PPI masih tetap berlangsung atau mengancam, meski telah
atau berapa persen yang akan hidup menurut berat dan usia gestasi tertentu.
3. Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak atau sindroma
gawat nafas.
5. Seberapa besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi preterm, dengan
181
rencana perawatan intensif neonatus.
outcomes.
4 cm.
4. Penyebab/komplikasi PPI.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
antibiotik.
182
Tokolisis
tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu
paru janin
4. Optimalisasi personil.
hanya diperlukan 20 mg. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 g/menit, sedangkan per oral: 4
mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-
15 g/menit, subkutan: 250 g setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5
mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
paru.
183
3. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat
ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada
ibu ataupun janin.7 Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi,
terhadap obat-obat tokolitik saat ini karena spesifisitasnya yang tinggi dan
kurangnya efek samping terhadap ibu, janin atau neonatus. Atosiban adalah
obat sintetik baru pada golongan obat ini dan telah mendapat izin
Dosis awal 6,75mg bolus dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selama 3 jam
184
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
i. Oligohidramnion
mimetik.
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
185
kemudian dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen
Antibiotika
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah
necrotising enterocolitis.7
anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas kuman.
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko PPI, bila tidak
186
Cara Persalinan
terutama pada berat janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian
forseps untuk melindungi kepala janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan
episiotomi profilaksis yang luas untuk mengurangi trauma kepala. Bila janin
Seksio sesarea tidak memberikan prognosis yang lebih baik bagi bayi,
bahkan merugikan ibu. Oleh karena itu prematuritas janganlah dipakai sebagai
indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Seksio sesarea hanya dilakukan atas
indikasi obstetrik.
1. Janin sungsang
2. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
3. Gawat janin
sebagainya).
187
Komplikasi
Pada ibu, setelah PPI, infeksi endometrium lebih sering terjadi sehingga
bagi bayi, PPI menyebabkan 70% kematian prenatal atau neonatal, serta
sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun morbiditas jangka panjang yang
188
DAFTAR PUSTAKA
ed.McGraw- Hill.
Indonesia.
Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th
ed.Saunders.
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
Joseph HK, dkk. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (obsgyn).
pre- persalinan.html
Cipta.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
EGC.
189
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Prawirohardjo.
190
BAYI POST MATUR
hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara
38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun,
atau lebih. Kehamilan posterm terutama berpengaruh terhadap janin, meskipun hal
1.21 Definisi
minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 1
1.22 Epidemiologi
1.23 Etiologi
oksitosin, herediter. 1
Pengaruh progesteron
191
Penurunan progesteron dalam kehamilan merupakan perubahan endokrin
Teori Oksitosin
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
Herediter
192
1.24 Patofisiologi
Sintesis CRH oleh plasenta meningkat secara eksponensial selama kehamilan dan
daripada yang melahirkan cukup bulan, sedangkan pada wanita yang melahirkan
postterm laju kenaikan lebih lambat. Data ini menunjukkan bahwa persalinan
postterm terjadi karena perubahan dalam mekanisme biologis yang mengatur usia
kehamilan.2
CRH pada akhir gestasi lebih cepat dibandingkan tingkat estradiol yang mengarah
peningkatan konsentrasi progesteron plasma ibu yang terjadi di masa gestasi, akan
menurun saat akhir kehamilan. Hal ini karena inhibisi CRH pada sintesis
terjadinya persalinan. Akan tetapi hal ini masih belum diketahu di kehamilan
postterm. 2
193
1.25 Diagnosis
Riwayat Haid 1
abnormal
194
Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening ditambah
multigravida.
Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan stetoskop Laennec, DJJ mulai bisa
Kehamilan postterm dapat dinyatakan jika didapatkan 3 atau lebih dari 4 kriteria
stetoskop Laennec.
ketetapan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Pada usia kehamilan 16-26
minggu, ukuran biparietal dan panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari
dari taksiran persalinan. Pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat digunakan
untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta
yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sulit untuk memastikan
usia kehamilan.
Pemeriksaan Radiologi 1
epifisis femur bagian diatal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu,
195
epifisis tibia proksimal terlihat setelah usia kehamilan 36 minggu, dan epifisis
kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jarang dipakai karena
Pemeriksaan Laboratorium 1
maka usia kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
Pada usia kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik,
pada umur kehamilan > 42 minggu didapatkan ATCA < 45 detik. Bila
Pengecatan nile lue sulphate dapat melihat sel lemak pada amnion. Bila
apabila 50% atau lebih maka usia kehamilan 38 minggu atau lebih.
196
o Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi penimbunan
kalsium pada plasenra, dan hal ini dapat menyebabkan gawat janin
plasenta
o Berat janin
Bila terjadi peruahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi
persalinan bayi dengan berat > 4000 gram pada kehamilan postterm
o Sindroma postmaturitas
197
Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda
dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital
luar, warna cokelat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali
pusat, dan rambut kepala banyak atau tebal. Tanda postmaturitas ini
mengelupas
kematian bayi
198
Oligohidramnion: terjadi kompresi tali pusat, keluar
jantung janin
anensefalus.
1.27 Penatalaksanaan 1
Pengelolaan kehamilan:
199
o Jika serviks telah matang (dengan nilai Bishop >5) dilakukan
o Jika serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut
seminggu 2 kali
persalinan
kesejahteraan janin.
200
o Hindari penggunaaan obat penenang atau analgetik selama
persalinan
kegawayan janin
prematuritas
1.28 Komplikasi
Komplikasi pada bayi baru lahir meliputi suhu yang tidak stabil,
1.29 Prognosis
neonatal yang memadai. Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada
30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan
201
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3991404/
202
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. Definisi
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan.
Dalam keadaan normal 8 10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
B. Etiologi
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
203
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
a. Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, dan amniosintesis.
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim: letak sungsang dan letak lintang.
204
4. Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu.
C. Manifestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
205
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. Diagnosis
Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah
jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban
adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila
terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air
seni.
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta cairan ketuban
206
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
kehamilan )
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi
paru janin.
c. Pemantauanjanin
korioamnionitis
F. Terapi
1. Konservatif
plasenta
207
o Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 minggu dan sudah inpartu, tidak ada
2. Aktif
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
berikut :
apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c,
Terapi lanjutan
1. Evaluasi suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
208
didahului kondisi ibu yang menggigil.
G. Komplikasi
Infeksi maternal dan neonatal
Persalinan premature
Hipoksia karena kompresi tali pusat
Deformitas janin
Meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagal persalinan normal
H. Prognosis
Prognosis umumnya bonam pada ibu, namun dubia ad bonam pada janin
Referensi
209
Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo. Jakarta: 2010
2. Kementrian RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Jakarta: 2013.
210
DISTOSIA
1.1 DEFINISI
Distosia adalah partus yang tidak normal yang disebabkan kekuatan daya
1. Power: Kekuatan daya pendorong yakni kekuatan his dan daya mengejan.
1. Kemacetan Partus
2. Partus lama
3. Partus kasep
4. Ruptur uteri
his ( kala I / II ).
kesadaran.
211
HIS
1. Fundal dominant
2. Relaksasinya cukup.
2. His Hipertonik.
setempat.
1.2 DIAGNOSIS
1. His Hipotonik :
212
Terapi: Suportif, amniotomi, dan uterotonika.
2. His Hipertonik :
Terapi: Sedatif.
2. Tempat penyempitan.
3. Kemampuan panggul.
Kriteria diagnosa :
213
b. Kesempitan pintu tengah panggul.
5).
1. Terjadi Moulage.
3. Terjadi defleksi.
4. Terjadi Asynclitysmus.
5. Pelvimetri radiologik.
6. Pem.Imbang fetopelvik.
7. Perjalanan persalinan.
1.3 Penanganan :
1. Sectio sesaria.
214
a. Trial of labour. yaitu evaluasi terus menerus kemajuan persalinan ( kurve
friedman ).
2. Batu buli-buli.
3. Tumor gennitalia.
1. Letak sungsang.
2. Letak lintang.
3. Letak defleksi.
215
4. Presentasi rangkap.
1.4 KOMPLIKASI
- Infeksi intrapartum
- Ruptura uteri
- Pembentukan fistula
- Kaput suksedaneum
1.5 PROGNOSIS
216
1. Wibowo B, Soejoenoes A. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Wiknjosastro
Jakarta: 2013
4. Kementrian RI dan IDI. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
217
PARTUS LAMA
A. Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Persalinan (partus) lama
ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam
atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada
partograf.
sulit.
B. Etiologi
menjadi 3 yaitu:
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
a. Inersia Uteri
218
maupun janin kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
menaik menyebabkan nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu
2. Kelainan Janin
kelainan dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan
konginetal janin)
Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
1. Pada ibu
2. Pada janin :
219
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan
berbau.
1. Dehidrasi
meteorismus
bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
atas,
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,
220
D. Klasikasi Persalinan Lama
Yaitu fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14 jam
pada multipara
Yaitu fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi gravida dan
lebih dari 6 jam pada multigravida. Dan laju dilatasi serviks kurang dari
3. Kala 2 lama
Yaitu kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada prmigravida dan 1
resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan
pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan
221
janin
yang
sulit
janin.
F. Diagnosis
2. Faktor janin
teratur.
Pembukaan serviks melewati kanan garis Fase aktif memanjang.
waspada partograf.
222
janin yang dipresentasi tidak maju dengan
penurunan.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Perawatan pendahuluan :
sebagai berikut :
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda
5) Streptomisin : 1 gr intramuscular.
10
223
% pada janin pertama : 1 liter per jam.
b. Pertolongan :
aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, secsio cesaria,
dan lain-lain.
2. Penanganan khusus
berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan
224
a) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
2) Nilai his :
a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan
b) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40
malpenetrasi.
225
c. Kala Dua Lama
a) Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
b) Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi
vakum
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo
226
PROLAPS TALI PUSAT
1. Definisi
Prolaps Tali Pusat adalah keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat
dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu.
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian
Talipusat dapat berada dalam vagina ( occult prolapse ) atau berada diluar
Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada dibawah bagian terendah janin
Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah
karena tali pusat dapat tertekan antara bagian depan janin dan dinding
227
panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar
pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara
oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan atau tali pusat terkemuka,
besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.
pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam
Tali pusat lebih mungkin mengalami prolapsus jika ada sesuatu yang
228
Gambar 2. Tali pusat menumbung (Prolapsus funikuli)
229
Gambar 4. Letak tali pusat normal
2. Insiden
Insiden teerjadinya prolapse tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat
menumbung kira-kira 1 : 2000 kelahiran, tetapi insiden dari tali pusat tersembunyi
dunia bahwa angka kejadian prolapse tali pusat berkisar antara 0,3% - 0,6%
230
persalinan. Keadaan prolapse tali pusat lebih mungkin terjadi pada malpresentasi
atau malposisi janin, antara lain : presentasi kepala (0,5%), letak sungsang
(5%),presentasi kaki (15%), dan letak lintang (20%). Prolapse ttali pusat juga
sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas
terjadinya tali pusat menumbung pada janin sekitar 11-17%. Penjepitan dan
tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin terutama kepala menyebabkan
Angka kematian untuk bayi premature dengan prolapse tali pusat hamper 4
Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya
cairan amnion yang terwarnai oleh meconium, atau tali pusat pulasasinay
Angka kematian janin pada prolapse tali pusat yang letaknya sungsang
3. Etiologi
231
1 Presentasi atau letak janin yang tidak normal seperti letak lintang terutama
pada
b letak sungsang
2 Keadaan dimana presentasi janin masih tinggi atau belum masuk PAP,
sewaktu ketuban pecah, air ketuban keluar sering disertai prolapse tali
pusat.
4 Kehamilan ganda, prolaps tali pusat sering terjadi saat melahirkan bayi
yang kedua
5 Ada kelainan pada tali pusat seperti tali pusat yang panjang atau insersi tali
prolapsus tali.
232
4. manifestasi klinis
Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang
Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali
Hipoksia Janin
5. pemeriksaan penunjang
Jika tali pusat dapat diraba pada pemeriksaan vagina, harus dicari
pulsasinya dan bunyi jantung janin diperiksa untuk menentukan apakah masih
233
Diagnosis prolapsus tali pusat ditegakkan jika pada pemeriksaan dalam teraba
tali pusat yang berdenyut pada pemeriksaan vagina atau jika tali pusat tampak
keluar dari vagina, namun adakalanya hal ini tidak teraba pada pemeriksaan dalam
yang disebut occult prolapse / tali pusat tersembunyi. Selain itu prolapsus tali
pusat harus dicurigai bila bunyi jantung janin menjadi tidak teratur disertai dengan
periodik bradikardi atau takikardi dengan durasi bervariasi. Diagnosis pasti juga
Dua masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan
menyebabkan terhentinya aliran darah pada tali pusat dan kematian janin.
2 Spasme pembuluh darah talipusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu
dalam bentuk deselerasi lambat yang sangat dalam atau deselerasi berkepanjangan
Gambaran CTG seperti ini merupakan indikasi untuk melakukan vaginal touche
234
terlihatnya tali pusat di luar vagina, namun dugaan diagnosa yang mendorong
mencurigakan diatas.
6. Penatalaksanaan
dapat dilakukan reposisi tali pusat. Masukkan gumpalan kain kasa tebal
trendelenberg.
Seksio Cesarea
Jaga agar tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh bagian
235
janin turun.Kalau perlu berikan oksitoksin drips dan tunggu partus
spontan. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar
tali pusat tidak tertekan dan letakkan ibu dalam posisi terndelenberg
atau posisi sims dengan bantal diletakkan dibawah perut atau pinggul
ibu dan segera untuk dilakukan seksio cesarea dengan tangan tetap
236
7. komplikasi
1 Pada Ibu
serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama.
2 Pada janin
a Gawat janin
Distres janin sehingga bisa mengakibatkan bayi mati.
Gawat janin adalah keadaan atau reaksi ketika janin tidak
237
memperoleh oksigen
yang cukup, terjadi hipoksia.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1 Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
10 x / hari).
3 Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan
terkoordinasi dan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir
Daftar Pustaka
Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo.
238
patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC.
239
HIPOKSIA JANIN
Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
ensefalopati)
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir (BBL) terhadap
kehidupan uterin.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat
240
berkurang secara berangsur angsur dan bayi memasuki periode apnea yang
dikenal sebagai apne primer. Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan megap-
megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah
Patofisiologi
Gangguan suplai darah ter oksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi
pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong.
Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika
1. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini
akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
2. Setelah waktu singkat lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
Halini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak
241
terminal ini tidak akan terjadi.
jantung pun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada
Etiologi
a. Faktor ibu
242
1) Lilitan tali pusat
2) Talipusat pendek
3) Simpul talipusat
4) Prolapsus talipusat.
c. Faktor bayi
3)Kelainan bawaan(kongenital)
Manifestasi klinik
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ
lain
243
atau nafas tidak teratur/megap-megap
j. Pucat
Skor 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Usaha pernafasan Tidak ada Tidak teratur, lambat Teratur,
menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai
Diagnosis
Frekeunsi denyut jantung janin normal antara 120160 kali per menit.
244
Peningkatan kecepatan denyut jantung umum nya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekeunsi turun sampai dibawah 100 per menit diluar his, dan
lebih lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
Mekonium pada presentasi - sunsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah
ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apa bila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh
beberapa penulis.
Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola pernapasan biasa,
walaupun mungkin tidak teratur dan mungkin tidak efektif, tanpa intervensi
khusus. Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak akan bernapas sendiri.
Pernapasan buatan atau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dan
oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernapasan pada bayi baru
245
Apakah bayi cukup bulan
Bila semua jawaban ya maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur
perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan
di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila
terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan diatas maka bayi
memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
tubuh.
masuknya udara.
246
mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion
247
menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak
menyebabkan pneumothoraks.
lambung.
3. Kompresi dada
248
tekanan konsisten
menopang punggung
oTidak tergantung
satuduatiga-pompa- .
4. Intubasi Endotrakeal
Cara:
249
Berikan O2 aliran bebas selama prosedur
e. Langkah 5: Memasukkanpipa
berikan VTP)
250
f. Langkah 6: mencabut laringoskop
hati-hati.
a. Epinefrin
Larutan =1 : 10.000
sedang disiapkan)
mL/kg)
b. Bikarbonat Natrium4,2%
c. Dekstron 10%
d.Nalokson
251
DAFTAR PUSTAKA
252
RUPTUR UTERI
Tanda dan gejala inisial ruptur uterin tidak nonspesifik, yang membuat
definitif yang diberikan. Dari awal diagnosis hingga proses persalinan, umumnya
hanya 10-37 menit yang tersedia sebelum terjadi morbiditas janin. Morbiditas
janin terjadi sebagai akibat dari perdarahan, anoksia janin, atau keduanya. Tanda-
tanda dan gejala ruptur uterus tidak konsisten, dan waktu yang singkat untuk
melakukan tindakan terapeutik menjadikan ruptur uteri banyak ditakuti bagi para
praktisi medis. 1
1.31 Definisi
Ruptur uteri adalah peristiwa langka dan membahayakan ibu dan janin
hingga mengancam jiwa 1. Yang dimaksud ruptur uteri komplit adalah keadaan
robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga
amnion dan rongga peritoneum, sedangkan pada ruptur uteri inkomplit hubungan
tingginya insiden morbiditas janin dan ibu. Dari tahun 1976-2012, 25 publikasi
dibandingkan dengan di negara maju. Angka kejadian ruptur uteri di negara maju
253
dilaporkan juga semakin menurun. Salah satu penelitian dinegara maju
melaporkan kejadian ruptur uteri dari 1 dalam 1.280 persalinan pada tahun 1931-
1950 menjadi 1 dalam 2.250 persalinan pada tahun 1973-1983, dan pada tahun
1996 menjadi 1 dalam 15.000 persalinan. Dalam masa yang hampir bersamaan
dalam 93 persalinan 2.
1.33 Etiologi
Ruptur uteri bisa disebabkan oleh anomali yang telah ada sebelumnya, karena
trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang masih utuh. Pasien
yang memiliki resiko tinggi antara lain persalinan yang mengalami distosia,
peralinan, pasien yang dulunya pernah melahirkan dengan operasi sesar, dan lain
sebagainya. 2
1.34 Klasifikasi
254
persalian, pembesaran rahim yang berlebihan misalnya hidramnion
dan gemeli.
plasenta.
inkarserata.
1.35 Patofisiologi 2
Pada saat his, korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan
demikian, dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan
volume korpus uteri menjadi lebih kecil, akibatnya tubuh janin yang menempati
korpus uteri terdorong ke bawah ke dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah
rahim menjadi lebih lebar dan karenanya dinding menjadi lebih lebih tipis karena
tertarik ke atas oleh kontraksi segmen atas rahim yang kuat, berulaang dan sering
tinggi. Apabila bagian terbawah janin terdorong turun tanpa halangan, maka
bagian terbawah janin terdorong masuk ke dalam jalan lahir melalui pintu atas
panggul ke dalam vagina melalui pembukaan. Jika bagian terbawah janin tidak
dapat terdorong ke bawah, maka volume korpus yang mengecil pada waktu his
255
batas fisiologik menjadi patologik. Lingkaran patologik ini disebut lingkaran
Bandl.2
tidak kunjung turun ke jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin
meninggi (lingkaran Bandl berpindah mendekati pusat) dan segmen bawah rahi,
semakin tertarik ke atas, dan dindingnya menjadi sangat tipis. Ini menandakan
telah terjadi ruptur uteri iminens dan rahim terancam robek. Segmen bawah rahim
akan robek spontan pada tempat yang tertipis ketika his berikut datang dan
robekan terjadi pada dinding depan segmen bawah rahim, tetapi bisa juga meluas
ke korpus atau ke serviks atau terus ke vagina dan bahkan kadang bisa mencederai
kandung kemih. 2
1.36 Diagnosis
Tanda dan gejala ruptur uteri bergantung pada waktu, lokasi, dan tingkat
defek uterus. Tanda dan gejala klasik pada ruptur uteri adalah: (1) fetal distres, (2)
berkurangnya tekanan bawah uterus, (3) hilangnya kontraksi uterus, (4) nyeri
perut, (5) resesi dari bagian presentasi janin, (6) perdarahan, dan (7) shock. 1
Ruptur uteri iminens mudah dikenal pada lingakarn Bandl yang semakin
tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah, takut
karena nyeri badomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai tanda-tanda gawat
janin. Pada ruptur uteri komplit, jari-jari tangan pemeriksa dapat melakukan
beberapa hal sebagai berikut: (1) jari-jari tangan dalam bisa meraba permukaan
rahim dan dinding perut yang licin, (2) dapat meraba pinggir robekan, biasanya
terdapat pada bagian depan segmen bawah rahim, (3) dapat memegang usus halus
256
atau omentum melalui robekan, (4) dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke
atas oleh ujung jari tangan dalam sehingga ujung jari tangan luar dapat meraba
1.37 Penatalaksanaan
dalam rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup dan diawasi oleh tenaga
medis ahli. Bila terjadi ruptur uteri, tindakan terpilih hanyalah histerektomi dan
gejala hingga terapi pembedahan dapat dilakukan. Setelah bayi sudah dilahirkan,
tipe pembedahan bergantung kepada: (1) Jenis ruptur uterus, (2) Tingkat ruptur
uterus, (3) Tingkat perdarahan, (4) Kondisi Umum ibu, (5) Keinginan Ibu untuk
1.38 Komplikasi
Syok hipovolemi karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi
adalah komplikasi yang fatal pada ruptur uteri. Syok hipovolemi terjadi bila
pasien tidak segera mendapatkan infus cairan kristaloid yang banyak untuk
selanjutnya dalam waktu yang cepat digantikan dengan tranfusi darah segar.
Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri terjadi
sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk
pemeriksaan dalam berulang. Jika dalam keadaan demikian pasien tidak segera
mendapatkan antibiotik, akan terjadi peritonitis yang luas dan sepsis pascabedah. 2
257
1.39 Prognosis
Prognosis bergantung apakah ruptur uteri terjadi pada uterus yang masih
utuh atau pada bekas seksio sesarea. Bila terjadi pada bekas seksio sesarea
DAFTAR PUSTAKA
http://reference.medscape.com/article/275854-overview#showall
258
RUPTUR PERINEUM
A. Definisi
Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam
259
Distosia bahu
Riptur perineum sebelumnya
Lingkar kepala yang lebih besar
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang: -
D. Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
a. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
b. Derajat II
c. Derajat III
260
III. a. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
d. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa
rektum
b Cedera perineum harus dapat dilihat dengan jelas dan pasien dalam
posisi litotomi.
261
d Jika pemeriksaan menjadi terbatas karena nyeri, maka analgesik yang
baik dalam posisi litotomi. Ujung dari laserasi vagina harus selalu
diidentifikasi.
memasukkan jari telunjuk ke anus dan dan ibu jari ke vagina, sfingter
ani dapat diraba dengan pill-rolling movement. Jika ada keraguan ibu,
ani mengalami cedera akan terasa adanya gap di bagian anterior. Bila
kulit perineum utuh, maka tidak akan terasa kedutan pada kulit
perianal anterior.
262
Gambar Pemeriksaan Vagina.
dibawah ini adalah perawatan perineum yang dapat dilakuan ibu antara
lain:
263
6 Antibiotik diperlukan untuk mengurangi infeksi luka jahitan, gunakan
jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya
b Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
robekan perineum :
264
1 Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah
secara jelujur.
bertemu kembali.
265
Penatalaksanaan farmakologis:
a. Derajat I
Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah
dengan baik.
b. Derajat II
Teknik penjahitan
266
Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
pada pasal 10 ayat 3 butir (b) yaitu hanya luka jalan lahir derajat I dan II.
keadaan robekan secara keseluruhan. Jika robekan terjadi pada derajat III
tetapi harus dilihat juga apakah meluas dan terus berdarah. Penggunaan
anestesi diperlukan agar dapat mengurangi nyeri agar ibu bisa tenang
Berikut ini adalah tahapan penjahitan robekan perineum derajat I dan II:
2 Jika daerah apex luka sangat jauh dan tidak terlihat, maka jahitan
pertama ditempatkan pada daerah yang paling distal sejauh yang bisa
267
cm diatas apex. Pastikan aposisi anatomis khususnya pada sisa
hymen.
2003).
berikut ini.
268
Gambar Penjahitan Laserasi Perineum derajat II (Leeman et al, 2003).
2003).
269
6 Jika robekan memisahkan fascia retrovaginal dari badan perineum,
2003).
pada bagian posterior dari apex kulit dengan jarak 3 mm dari tepi
kulit.
270
Memberikan informasi kepada pasien, dan suami, mengenai, cara menjaga
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai
4 kali perhari.
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
Sarana-Prasarana
1. Lampu
2. Kassa steril
4. Hecting set
darah.
F. Prognosis
271
Referensi
2. Kementrian RI dan IDI. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayan
Jakarta: 2013.
Jakarta.
272
INVERSIO UTERI
1.1 DEFINISI
Inversio uteri ialah suatu keadaan di mana bagian atas uterus (fundus uteri)
memasuki kavum uteri sehingga sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding
normal, persalinan abnormal, dan uterus non gravidarum akibat mioma uteri sub
mukosa.
1.2 ETIOPATOLOGI
menyebutkan inversio uteri merupakan akibat tarikan tali pusat yang berlebihan
dan perasat Crede. Menurut Poma (1996) penarikan tali pusat, penekanan fundus
uteri, dan kesalahan manajeman kala III merupakan penyebab inversio uteri.
Druzin dan Platt (1981) melaporkan sekitar 50% dari kasus-kasus inversio uteri
273
Inversio uteri dapat terjadi di luar persalinan. Mioma uteri submukosum
dinding uterus ke bawah kavum uteri, dan menyebabkan inversio uteri menahun.
1.3 KLASIFIKASI
Inversio dapat terjadi pada masa nifas atau di luar masa nifas. Di luar
masa nifas biasanya parsial atau inkomplit dan sering dihubungkan dengan
adanya tumor uterus. Sedang inversio yang terjadi pada masa nifas dapat
terjadi akut atau kronik dan jarang terjadi dan sering berulang. Pada umumnya
kelainannya.
274
1. Inversio lokal: fundus uteri menonjol sedikit ke dalam kavum uteri .
2. Inversio parsial: tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada cavum uteri
Klasifikasi inversio uteri perlu diketahui, karena hal tersebut berkaitan dengan
Pada inversio uteri akut yang terjadi pada akhir persalinan menimbulkan
gejala-gejala yang meghawatirkan seperti syok, nyeri keras, dan perdarahan. Rasa
pada inversio uteri bahwa plasenta seluruhnya atau untuk sebagian belum lepas
dari dinding uterus. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak timbul
perdarahan, akan tatapi bila lepas baru sebagian akan terjadi perdarahan.
perdarahan dan syok ringan diduga disebabkan oleh atonia uteri postpartum. Jika
penderita dapat mengatasi keadaan, inversio menjadi menahun. Pada yang kronik
ini akan timbul gejala berupa metroragia, nyeri pinggang, anemia, dan banyak
275
keputihan.
1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis inversio uteri harus dipikirkan oleh setiap penolong persalinan, jika
terjadi syok atau perdarahan post partum. Penderita dapat menunjukkan gejala
klinis yang ringan sampai berat, dengan demikian perlu dilakukan eksplorasi
vagina dan cavum uteri dengan seksama, untuk memastikan diagnosis tersebut
Diagnosis inversio uteri akut biasanya tidak sulit. Gejala-gejalanya syok, nyeri
keras dan perdarahan, tidak terabanya fundus uteri dibawah umbilikus, dan
adanya tumor lembek di vagina yang keluar dari serviks uteri yang sedikit terbuka
memastikan diagnostik. Pada inversio uteri menahun terlihat serta teraba pada
yang dengan tangkainya masuk ke dalam dengan melewati lingkaran, yaitu ostium
uteri externum yang sedikit terbuka, sedang diatas serviks uteri tidak teraba
dan tanda sebagai berikut: penderita gelisah dan syok, adanya perdarahan post
partum, pada palpasi abdomen terdapat adanya cekungan di fundus uteri, pada
inkomplit), teraba massa uterus dalam vagina atau tampak sebagian uterus keluar
276
submukosum, yang dilahirkan ke vagina (miomgeburt). Telah disebutkan bahwa
mioma uteri submukosum dapat menyebabkan inversio uteri, dalam hal ini diatas
mioma uteri yang terletak dalam vagina masih terdapat uterus dalam inversio.
Pada polip mioma uteri submukosum tanpa inversio dapat diraba sebuah tumor
dalam vagina, yang dengan tangkainya melewati ostium externum, dan dapat
diraba pula korpus uteri diatas serviks. Selanjutnya, pemeriksaan dengan sonde
uterus yang dimasukkan terus sampai ujung kavum uteri, sedangkan pada inversio
mioma yang sedang dilahirkan, pada inversio tidak terlihat uterus di atas mioma.
Kalau perlu dan masih ragu-ragu, dapat dilakukan biopsi, sehingga apakah pada
1.7 PENANGANAN
uterus yang tidak berkontraksi dan lembek, dan jangan mengadakan tarikan
awal untuk menentukan ada tidaknya inversio uteri sangat menentukan langkah
terapi selanjutnya..
277
adalah melakukan reposisi uterus. Pada kasus inversio uteri akut reposisi
dilakukan dengan cara mendorong bagian uterus yang keluar dengan kepalan
tangan, apabila kondisi uterus cukup relaksasi dan tidak terbentuk cincin kontraksi
cervix. Metode lain yang dapat dilakukan adalah manuver Johnson, yang dapat
diterapkan pada kasus inversio uteri yang telah terbentuk cincin cervix. Satu
tangan penolong berada dalam cavum uteri, mencekam bagian uterus yang
mengalami inversi sedemikian rupa sehingga jari-jari tangan berada pada puncak
lipatan sedangkan bagian yang terinversi berada dalam telapak tangan. Kelima jari
tangan dengan serentak digerakkan untuk melonggarkan cincin cervix dan secara
tangan. Pada keadaan ini diperlukan tokolitik dan anestesi untuk membantu
relaksasi cincin cervix dan mengurangi nyeri pada penderitra. Setelah reposisi
dalam vagina, menutupi seluruh cervix uteri. Asisten membantu menjaga agar
tidak ada cairan yang keluar dari vagina. Cairan NaCl fisiologis dialirkan melalui
Pada kasus inversio subakut dan kronis reposisi uterus tidak lagi mudah
278
membaik. Langkah pertama yang harus dilakukan pada kasus ini adalah
memperbaiki keadaan umum penderita dan mengatasi syok yang terjadi dengan
279
DAFTAR PUSTAKA
3. Junizaf. 1999. Inversion Uteri: Kelainan dalam Letak Alat-alat Genital dalam Ilmu
Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo FKUI, Edisi kedua.
Hal: 442-447
4. Platt, Druzin, 2001. Acute puerpural inversion of the uterus, Am J Obstet Gynecol:
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat
implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah
satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.
Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan pasca persalinan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu.
Berdasarkan saat terjadinya, PPP dapat dibagi menjadi PPP primer dan PPP sekunder.
PPP primer adalah perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian
plasenta. Sementara PPP sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari
normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan, biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta.
Kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu
minggu setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.
yaitu :
pertama.
persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
a. Usia ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2- 5
kali lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada usia 20-29
b. Jumlah gravida
Ibu- ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida
c. Paritas
d. Antenatal Care
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu serta anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi
dengan adanya antenatal care tanda- tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat
e. kadar Haemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin
dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr
atau lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat
dan akurat akan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Seorang wanita post partum yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan
- Perdarahan
- Lemah
- Limbung
- Berkeringat dingin
- Menggigil
Faktor Risiko
Solusio plasenta,
Plasenta previa,
Kehamilan ganda,
Preeklampsia,
Khorioamnionitis,
Hidramnion,
IUFD,
Multiparitas,
Episiotomi,
Distosia,
Amnionitis,
Preeklampsia,
Persalinan abnormal,
Anestesia umum,
Akibat anestesi
Multiparitas
b. Sisa plasenta
Plasenta susenturiata
Gangguan koagulasi
Trombofilia
Sindrom HELLP
Preeklampsi
Solutio plasenta
E. Diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir
biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir, biasanya
disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan palpasi uterus. Fundus uteri
tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus tidak baik.Sisa plasenta yang tertinggal
dalam kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap
atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau
plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna untuk
mengetahui apakan ada robekan rahim.Laserasi (robekan) serviks dan vagina dapat diketahui
dengan inspekulo.
Penilaian jumlah pendarahan pasca persalinan dapat dilihat dengan mengkaji dan
mencatat jumlah, tipe dan sisi perdarahan dengan menimbang dan menghitung pembalut
sekitar 100 ml darah. Satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan kurang lebih 1 ml
b. Nilai tanda-tanda vital: nadi > 100x/menit, pernafasan hiperpnea, tekanan darah
c. Pemeriksaan obstetrik:
Pemeriksaan Penunjang
Perdarahan post partum bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang
dipikirkan
1. - Perdarahan segera setelah anak lahir Atonia Uteri
bayi lahir
abdomen
F.Komplikasi
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan banyak
kelak bisa menyebabkan sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis pada hipofisisis pars
anterior sehingga terjadi insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya adalah asthenia,
hipotensi, anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi
seksual dengan atrofi alat alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Awal
Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan
kondisi ibu.
total Kehilangan
darah) Darah)
120 80x/menit Hanga <10% <600 ml (asumsi -
t berat
badan 60 kg)
100 100x/menit Pucat 15% 900 ml 2000-3000 ml
<90 >120x/menit Dingi 30% 1800 ml 3500-5500 ml
n
<60-70 >140x/ menit Basah 50% 3000 ml 6000-9000 ml
sampai tak
teraba
Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri.
Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan
yang masuk. (CATATAN: produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30
ml/jam)
Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis obsgin)
Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat tabel penyebab di atas) dan lakukan
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi Rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi lasenta setelah bayi dan
plasenta lahir.
1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena
hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri.
2. Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 ug) segera setelah bayi lahir
teralalu besar.
Kehamilan grande-multipara
Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
Penatalaksanaan
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan pasien. Pasien bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
Catatan :
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung oksitosin.
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/tidak terkontrol, penderita sakit
Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikanergometrin 0,2
danpemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit.
Pada umumnya robekan jalan lahir pada persalinan dengan trauma. Pertolongan
persalinan yang semakin manipulative dan traumatik akan memudahkan robekan jalan
lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks
belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya karena episiotomy, robekan spontan
perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomy, robekan
perineum spontan derajat ringan samai rupture perinei totalis (sfingter ani terputus),
robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan
bahkan, yang terberat rupture uteri. Oleh karena itu, pada setiap persalinan hendaknya
dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari kemungkinan adanya robekan ini.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya karena ada robekan atau sisa
plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi pada vulva,
vagina, dan serviks dengan menggunakan speculum untuk mencari sumber perdarahan
dengan ciri warna darah yang merah segar dan pulsasif sesuai dengan denyut nadi.
Perdarahan karena rupture uteri dapat diduga pada persalinan macet atau kasep, atau
uterus dangan lokus minoris resistensia dan adanya atonia uteri dan tanda cairan bebas
intraabdominal. Semua sumber perdarahan yang terbuka harus di klem, diikat dan luka
ditutup dengan jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.
cukup serta speculum dan memperhatikan kedalam luka. Bila penderita kesakitan dan
tidak kooperatif, perlu mengundang sejawat anestesi untuk ketenangan dan keaamanan
Penatalaksanaan
Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap.
Lakukan penjahitan
Robekan Serviks
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari Porsio
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut
sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala
tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai
plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalais dan Nitabuch layer,
disebutkan sebagai plasenta inkreta bila palsenta sampai menembus miometrum dan
terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret
Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan/seperasi plasenta akan ditandai
dengan perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta sudah sebagian
lepas tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap
ekspulsi, plasenta lahir. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka
tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi
dengan segera melakukan placenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
Penatalaksanaan
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin
20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara
hati-hati.
500 mg IV).
Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
4. Sisa Plasenta
Bila sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut rest
placenta dan dapat menimbulkan PPP primer atau (lebih sering) sekunder. Sisa plasenta
bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah melakukan plasenta
manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan
pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat
kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus
dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual/digitalis atau kuret dan
Penatalaksanaan
Berikan 20 - 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin
20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
500 mg).
5. Inversio uteri
terjadinya inversi uterus. Inversio uteri adalah keadaan di mana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat
Faktor-faktor yang memungkinkan fal itu terjadi adalah adanya atonia uteri,
serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, dan perkreta, yang tali pusatnya di tarik keras
dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver Crede) atau tekanan
intraabdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras dan bersin).
CATATAN: Melakukan traksi umbilicus pada pertolongan aktif kala III dengan uterus yang
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup lama,
maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis,
dan infeksi.
Penatalaksanaan
Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan /darah pengganti
atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke
dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan
dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau i.m. tangan tetap
dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru
dilepaskan.
Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan
manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparotomy untuk reposisi
dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi
dan nekrosis.
Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penybab yang
lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama
pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap
dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hepatoma pada bekas
Predesposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam
kandungan, eklamsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah
dengan tranfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen,
Pencegahan
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah jika
proses persalinan. Kunjungan pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4
kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester I, sekali trimester II, dan
dua kali pada trimester III.
Kriteria Rujukan
Jika kadar Hb < 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis obstetri dan
ginekologi)
Sarana Prasarana
1. Inspekulo
2. USG
4. Hecting set
5. Benang catgut
Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari jumlah perdarahan dan kecepatan
penatalaksanaan.
Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada persalinan
pervaginam. Diperkirakan lebih dari 85% wanita yang melahirkan pervaginam mengalami ruptur
perineum spontan, yang 60% - 70% di antaranya membutuhkan penjahitan . Angka morbiditas
Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam
Pada literatur lain dikatakan faktor risiko ruptur perineum antara lain :
forsep
Malpresentasi Analgesia epidural
Malposisi seperti oksiput posterior
Distosia bahu
Ruptur perineum sebelumnya
Lingkar kepala yang lebih besar
Pemeriksaan fisik
Diagnosis Klinis
a. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum .
b. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak melibatkan
c. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan pembagian sebagai berikut:
III. a. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
d. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum
Penatalaksanaan
Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul didahului oleh
Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan
Penatalaksanaan farmakologis:
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko perdarahan, edema, dan
infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara lain sebagai
berikut :
a. Derajat I
Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Tidak usah menjahit ruptur derajat I
Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).
b. Derajat II
Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang bergerigi, dengan cara mengklem masing-
masing sisi kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan untuk meratakannya.
Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki dokter spesialis obstetric dan ginekologi.
Memberikan informasi kepada pasien, dan suami, mengenai, cara menjaga kebersihan daerah
vagina dan sekitarnya setelah dilakukannya penjahitan di daerah perineum, yaitu antara lain:
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari.
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih
awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah
lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Kriteria Rujukan: -
Sarana-Prasarana
1. Lampu
2. Kassa steril
4. Hecting set
Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
2. Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Definisi
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat diluar cavum uteri dan diluar miometrium. Jaringan endometrium ini terdiri atas
Etiologi
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori yang
Teori ini mengemukakan bahwa regurgitasi darah dan partikel endometrium melalui tuba
pada saat haid dapat berimplantasi dan tumbuh di mana saja. Teori ini disokong oleh adanya
regurgitasi darah haid melalui tuba, percobaan kemampuan endometrium untuk tumbuh, dan
seringnya endometriosis didapat pada wanita dengan bendungan darah haid pada kelainan
alat genital. Teori ini tidak dapat menerangkan kejadian endometriosis diluar pelvik,
misalnya endometriosis di paru, umbilikus, pleura, dan tempat lain. teori ini pernah dibantah
oleh Rosenfeld dan Lecher dengan alasan mereka pernah menemukan adnaya endometriosis
Dipahioglu (1976) pernah pula mencatat adanya berbagai perubahan yang menyerupai
desidua pada serosa apendiks wanita hamil, dan pada permukaan ovarium setelah pemberian
gonadtropin.
abnormal sel yang berasal dari epitel, coelom pada tingkat embrional. Hal ini meliputi
priteoneum, pelvik, epitel germinal ovarium dan seluruh sistem mulleri (tuba, uterus, dan
bagian proksimal vagina), yang oleh suatu sebab, seperti radang atau pengaruh hormon akan
Teori ini dapat menerangkan kejadian endometriosis yang dekat, termasuk endometriosis
Teori ini mengemukakan bahwa sel genitoblas mempunyai potensi untuk berubah
Teori ini menerangkan bahwa pertumbuhan metastastik yang berasal dari endometrium
dapat menuju ke suatu tempat melalui sistem limfe. Hal ini dapat menerangkan adanya
endometriosis di tempat yang letaknya jauh dari pelvik. Novak menyangkal adanya teori ini,
karena belum ada publikasi klinik mengenai adanya endometriosis di kelenjar limfe panggul,
Teori ini menerangkan adanya endometriosis di berbagai tempat yang terletak jauh dan
6. Teori Iatrogenik
Teori ini mengemukakan bahwa endometriosis dapat terjadi akibat tindakan dokter
seperti operasi, kuretasi, atau pada pemeriksaan bimanual terutama pada saat haid. Sewaktu
tindakan kuretase endometriosis dapat masuk ke vena-vena sehingga terjadi emboli yang
dapat mencapai paru-paru, dan apabila ada kelainan sirkulasi emboli tersebut akan dapat
Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga.
Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik
menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran
darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran
regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial
ekstrauterin ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus
endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga
mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di
daerah pelvis. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait,
nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi
di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi,
sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk
membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
Teori Histogenesis
Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak penganutnya adalah teori
Sampson. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali
(regurgitasi melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid
didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini
Teori lain mengenai histogenesis endometriosis dilontarkan oleh Robert Meyer. Pada
teori dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang
berasal dari coelom yang dapat mempertahankan hidupnya di dalam pelvis. Rangsangan ini
akan menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium.
Teori dari Robert Meyer ini semakin banyak penantangnya. Disamping itu masih terbuka
kemungkinan timbulnya endometriosis dengan jalan penyebaran melalui jalan darah atau limfe,
Gambaran mikroskopik dari endometriosis sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat
ialah pada ovarium, dan biasanya didapati pada kedua ovarium. Pada ovarium tampak kista-kista
biru kecil sampai kista besar (kadang-kadang sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat
kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit,
pigmen hemosiderin, dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel
radang dan jaringan ikut sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya (jaringan
endometrium). Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium didalam uterus, dapat
dipengaruhi oleh hormon progensteron dan estrogen. Akan tetapi besarnya pengaruh tidak selalu
sama, dan tergantung dari beberapa faktor, antara lain dari komposisi endometriosis yang
bersangkutan (apakah jaringan kelenjar atau stroma yang lebih banyak), dari reaksi jaringan
normal disekitarnya, dan sebagainya. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut,
sebagian besar sarang-sarang endometriosis berdarah secara periodik. Dan perdarahan yang
periodik ini menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari endometriosis sangat bervariasi, penderita dengan kelainan yang
luas mungkin tanpa gejala, sedangkan lesi yang minimal mungkin juga menimbulkan keluhan
yang berat, sehingga besarnya lesi tidak ada hubungannya dengan berat ringannya gejala, yang
penting adalah letak kelainan dan kepekaan untuk dipengaruhi oleh hormon. Manifestasi klinis
2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).
4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi.
5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak atau
6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena
Dismenore pada endometriosis dirasakan oleh pasien beberapa hari sebelum haid tiba,
bertambah intensitasnya atau menetap selama haid dan kadang-kadang terus menerus selama
beberapa hari diluar haid. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui sebabnya, tetapi mungkin
ada hubungannya dengan vaskularisari dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Ada yang menyatakan disminorea ini disebabkan oleh adanya darah
atau deskuamasi jaringan endometrium dirongga pelvis. Kemungkinan lain disebabkan hormon
prostaglandin yang dibentuk berlebihan oleh jaringan endometriosis. Keluhan dismenore dapat
Endometriosis bisa juga bersifat asimptomatik. Kecurigaan dapat bertambah bila timbul
dismenore padahal biasanya selama beberapa tahun menstruasi tidak disertai nyeri. Bisa terjadi
gejala lokal akibat keterlibatan rektum, ureter, atau kandung kemih. Derajat nyeri tidak
berhubungan dengan tingkat keparahan dari endometriosis. Mekanisme yang mungkin adalah
inflamasi peritoneum lokal, infiltrasi dalam dengan kerusakan jaringan, perlekatan, penebalan,
dan pengumpulan darah menstruasi pada jaringan endometrium, yang menyebabkan nyeri pada
endometriosis yang terjadi cukup parah. Resiko aborsi spontan meningkat sebesar 40%
Menurut Kistner terdapat hubungan yang jelas antara endometriosis dan infertilitias.
Dimana kejadian infertilitas yang disebabkan oleh endometriosis berkisar antara 30-40 %.
Penyebab terjadinya infertilitas pada endometriosis masih belum diketahui secara jelas. Menurut
Kistner ada hubungan antara endometriosis dan motilitas tuba serta ovarium. Apabila hubungan
ini tidak adekuat akibat fibrosis dan jaringan parut karena sekuele maka endometriosis
13, 14-dihydroprostaglandin.
toksik terhadap embrio tikus. Selain itu makrofag menyebabkan reaksi radang.
syndrome adalah keadaan dimana oosit tidak dapat dilepaskan pada saat folikel pecah
Selain hal tersebut diatas endometriosis dapat menyebabkan perlekatan genetalia interna
Soules dkk, menemukan 17 % pasien endometriosis dengan siklus haid yang tidak
berovulasi. Riva, Moeloek, dan Jacob menemukan beberapa perubahan struktur organ genetalia
1. Di ovarium terjadi degenerasi dan kelemahan folikek untuk membentuk ovum matang.
2. Dituba terjadi pendekatan fimbriae atau perisalping, distorsi, aklusi sebagian atau seluruh
menuju tuba. Ovum akan terjerat didalam daerah lembab atau perdarahan dan akan
4. Pada uterus akan terjadi retroposisis karena obliterasi cul-desac, prolaps atau
perlekatan ovarium, dan serviks akan lebih kedepan sehingga inseminasi terhambat.
Diagnosis
ligamen uterus. Selain itu, nodul juga ditemukan pada uterosacral. Pada pemeriksaan panggul
akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di
seperti USG, barium enema, CT scan atau MRI abdomen. Pada beberapa kasus endometriosis,
pasien mendapatkan hasil negatif dari pemeriksaan penunjang sehingga dibutuhkan pemeriksaan
yang lebih akurat. Pemeriksaan yang lebih akurat tersebut yaitu laparoskopi, biopsi serta
dimasukkan ke dalam rongga perut dan rongga panggul melalui suatu pembedahan kecil di
daerah umbilikus. Laparoskopi sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-
Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglas ikut serta dalam
endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti forniks vaginae posterior,
laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam
tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis
Sigmoidoskopi dan sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid.
Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan barium dalam kolon dapat memberi gambaran
stagging atau tingkatan dari American Fertility Society (AFS), antara lain:
Stage 3: Sama seperti stage 2, namun disertai endometrioma yang kecil pada ovarium
Stage 4: Sama seperti stage 3, namun disertai endometrioma yang besar dan perlengketan
berbagai hasil dalam pengobatan kelainan ini. Tanpa adanya sistem klasifikasi yang baik,
efektifitas pengobatan sulit ditentukan. Sayangnya, meskipun telah berbagai ragam klasifikasi
Penatalaksanaan
pengankatan rahim (histerektomi) dan kedua saluran telur menjadi pilihan yang paling mungkin
untuk menghilangkan endemetriosisnya. Namun tindakan ini tidak mungkin dilakukan pada
mereka yang masih ingin mempunyai keturunan atau belum menikah. Sehingga pilihan tepat
tidak hanya mengurangi nyeri, namun dapat mengurangi perdarahan yang terjadi. Pada
Terapi kontrasepsi oral dapat mengurangi nyeri yang berhubungan dengan endometriosis.
Kontrasepsi oral akan menekan LH dan FSH untuk mencegah terjadinya ovulasi
sehingga endometrium tidak menebal. Kontrasepsi oral (Pil KB) dapat menekan keluhan
o Pil KB ini dapat diminum secara kontinyu atau sesuai siklus menstruasi dan dapat
o Efek samping yang mungkin muncul adalah nyeri kepala, mual dan hipertensi.
o Pil ini diminum sesuai dengan aturan, dengan tidak meminum pil placebonya.
Danazole (steroid) yang bekerja dengan menciptakan suasana androgenik, dapat menekan
pertumbuhan endometriosis. Namun ada efek samping yang muncul seperti hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebih pada wanita dengan distribusi seperti laki-laki), acne, dll.
Lupron (GnRH agonis) bekerja dengan meningkatkan kadar GnRH di darah, seingga
kadar LH dan FSH turun, namun efek samping yang mungkin muncul adalah munculnya
osteoporosis. Dapat digunakan hanya 6 bulan saja. Dosis yang diberikan 11,25 mg untuk
Pembedahan
Pembedahan konservatif, dilakukan jika organ reproduksi masih diperlukan, tindakan ini
Pembedahan radikal, jika rahim indung telur dan ovarium diangkat total, ini dilakukan
pada pasien yang mengalami nyeri hebat dan sudah resisten dengan medikamentosa
(obat-obatan), serta sudah tidak menginginkan keturunan lagi. Tetapi tindakan radikal ini
juga tidak menjamin pasien akan terbebas dari masalah nyeri. (Adamson, 2010).
Prognosis
Faktor yang menentukan kesembuhan penyakit ini sangat bergantung dari pasien. Hal ini
dikarenakan belum ada penanganan yang benar-benar dapat membebaskan pasien endometriosis
dari nyeri yang hebat. Perlu diingat, penanganan dengan melakukan operasi awal laparoskopi
sangat diperlukan untuk menentukan tingkat keparahan endometriosis sehingga dapat dijadikan
acuan dalam pemberian terapi. Adanya keinginan pasien untuk terbebas dari nyeri dan
keinginannya memiliki keturunan memerlukan pertimbangan bagi dokter dalam memilih terapi
pada pasien.
Angka kekambuhan endometriosis ini sangat besar yaitu 5-20%, bahkan mencapai 40%,
kecuali dilakukan histerektomi pada pasien atau pasien sudah memasuki masa menopause.
Endometriosis ini jarang menjadi ganas dan tidak ada hubungannya dengan kanker endometrial.
(Mulyana, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Endometriosishttp://www.medicinenet.com/endometriosis/article.htm.
4. Mansjoer A, dkk 2001, Endometriosis; Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, hal: 381-
5. Moeloek FA, dkk, 2002. Standart Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi Indonesia.
Jakarta
9. Scott, RJ, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medika: Jakarta
Definisi
Subinvolusi adalah kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan tidak hamil. Penyebab
Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk seperti sebelum
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan
Istilah ini menunjukkan keadaan terhentinyaatau retardasi dalam proses involusi. Ini
diikuti oleh memanjangnya pengeluaran lokia dan perdarahn uterus yang ireguler atau
berlebihan, yang terkadang sangat banyak jumlahnya. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
menjadi lebih besar dan lebih lunak daripada seharusnya. Baik retensi sisa plasenta maupun
0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 48 jam, direkomendasikan oleh beberapa kalangan untuk
subinvolusi, namun mamfaatnya masih dipertanyakan. Disisi lain metritis bacterial berespons
terhadap terapi antibiotic oral. Wager dkk (1980) melaporkan bahwa hamper sepertiga kasus
infeksi uterus pascapartum lanjut disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Jadi, terapi
Faktor predisposisi
v. Parietas
vii. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
ix. Inflamasi
x. Mioma uteri
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus
di dalam perut ibu hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah
berkurang , kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan
mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot otot uterus mengalami atrofi kembali ke
ukuran semula.
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus, menyebabkan
permasalahan lainnya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu karena
Manifestasi klinis
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4-6 minggu pasca nifas.
1. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis dari yang diperkirakan atau
2. Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu kebentuk
kochia alba.
3. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum atau lebih dari
5. Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi
7. Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
Diagnosis
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah
( dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu postpartum
riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
4) Riwayat obstetric
waktu haid.
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai hamil.
Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus
Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup / mati, BB & panjang anak waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi : keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup/tidak,kondisi
o Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi, pernafasan, peningkatan
o Riwayat ANC meliuti: dimana tempat pelayanan. berapa kali perawatan serta
bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (missal: retensio plasenta, perdarahan yang
berlebihan setelah persalinan ,dll), anak lahir hidup/mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
b. Pemeriksaan umum
Keadaan ibu
c. Pemeriksaaan khusus
Perineum diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
d. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
time)
Pemeriksaan patologi jaringan endometrium
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik
Pemberian uterotonika
a. Oksitosin
b. Metilergonovin maleat
Pemberian tansfusi
Komplikasi
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Perdarahan
postpartum (PPH) merupakan perdarahan vagina yang lebih dari 24 jam setelah melahirkan.
Penyebab utama adalah subinvolusi uterus. Yakni kondisi dimana uterus tidak dapat berkontraksi
dan kembali kebentuk awal. Ketika miometrium kehilangan kemampuan untuk berkontraksi,
pembuluh rahim mungkin berdarah secara luas dan menyajikan situasi yang mengancam jiwa
mengharuskan histerektomi.
Prognosis
Prognosis baik apabila tindakan segera dilakukan serta perdarahan akibat subinvolusi
1. Cunningham, F. Gary . 2012. Obstetri Williams volume 1 edisi 23. Jakarta : EGC
2. Manuaba, Ida bagus gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
4. Mescher, L. Anthony. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas edisi 12. Jakarta :
EGC
Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah
kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini
menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak
dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.
Kista adalah tumor iinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui.
Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang
berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang
terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan
normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak
relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan
penderitanya.
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah
kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini
menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak
dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi
Epidemiologi
Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu
penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih
cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan
bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang
paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi
pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya
terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan
lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker.
karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-
tahun).Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1
dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini
adalah masalah yang perlu dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20
sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua
Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat.
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses
Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan
penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di
saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis
organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan
dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat
berkembang dalam kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar.
umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran
Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular
seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.
Gejala
Banyak kista Bartolini tidak menyebabkan gejala apapun. Biasanya ditemukan ketika
seorang wanita datang kedokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa
sakit vagina. Namun, jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual. Jika kista menjadi terinfeksi,
berisi nanah, dan menjadi bengkak, hal ini sangat menyakitkan, sehingga sulit bagi seorang
wanita untuk duduk, berjalan atau melakukan hubungan intim. Kista Bartolini menyebabkan
pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Sebuah kista biasanya tidak
sangat menyakitkan, dan rasa sakit yang signifikan menunjukkan bahwa abses telah
berkembang. Namun, kista yang besar mungkin akan menyakitkan sesuai dengan
ukurannya.Karena letaknya di vagina bagian luar,kista akan terjepit terutama saat duduk dan
berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam. Pasien berjalan
Kista ductus bartholin tidak selalu menimbulkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang
dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan saat coitus.
Kista ductus bartholin harus dibedakan dengan massa di valvular lainnya. Kelenjar
bartholin biasanya akan mengecil pada masa menopause, oleh karena itu jika terjadi pembesaran
di daerah valvular pada wanita postmenopause harus dievaluasi sebagai suatu keganasan,
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari gejala pada pasien. Kista
yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi symptomatic kista duktus
bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage. Kecuali kalau terjadi rupture spontan, abses
Cara:
Dilakukan penjahitan
Insisi abses
Definitive drainage
menggunakan Word
catheter .
digunakan ada penyembuhan kista duktus bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter
1 inch dan mempunyai diameter seperti foley catheter no 10. Balon Catheter hanya bias
Cara:
Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan tindakan insisi.
Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar ring himen. Jika
Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc
akan dilepas setelah 4-6 mgg,meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-4 minggu. Bedrest
selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat menimbulkan terjadinya selulitis,
Marsupialisasi
Banyak literatur
menyebutkan
tindakan
marsupialisasi
hanya
digunakan pada
kista
bartholin.Namun sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin karena memberi hasil
yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu tehnik membuat muara saluran kelenjar
bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Komplikasi berupa
Cara:
Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara jaringan
kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar selaput himen.
Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi, sehingga
rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan cairan salin.
Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika memungkinkan
muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan), dan dalam waktu 1 minggu
muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam waktu 4 minggu muara baru akan
Penggunaan antibiotik
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara pasti dari hasil
ABSES BARTOLIINI
Definisi
Abses kelenjar bartholin adalah terbentuknya pus pada kelenjar bartholin yang ditandai
Patologi
Kuman masuk melalui muara saluran kelenjar kelenjar bartholin, menyerang saluran
kelenjar bartholin sehingga terjadi keradangan dan edem saluran kelenjar bartholin. Obstruksi
pada distal ductus bartholin dapat menyebebkan retensi dari sekresi kelenjar bartholin, dengan
adanya obstruksi terjadi dilatasi dari ductus bartholin dan berkembang menjadi kista ductus
bartholin. Kista ductus bartholin menyebabkan terjadinya infeksi primer bakteri patogen
sehingga terbentuk kista bartholin infeksi primer bakteri patogen menjadi abses kelenjar
bartholin. Kista ductus bartholin tidak harus terjadi sebagai awal timbulnya abses kelenjar
bartholin.
Infeksi pada kelenjar bartolini sering kali timbul karena bakteri N. gonorrhoeae.
Tetapi bisa juga disebabkan oleh infeksi bakteri lain (table 1).
Isolates from Bartholin's Gland Abscesses
Pseudomonas aeruginos
Chlamydia trachomatis
Kista ductus bartholin tidak selalu menimbulkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang
dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan saat coitus.
Kista ductus bartholin dan abses kelenjar harus dibedakan dengan massa di valvular
lainnya. Kelenjar bartholin biasanya akan mengacil pada masa menopause, oleh karena itu jika
terjadi pembesaran di daerah valvular pada wanita postmenopause harus dievaluasi sebagai suatu
Gambar 2. Abses
kelenjar
Bartholin
Symptom
Bengkak (unilateral)
Dyspareunia
Demam
Sign
Nodul kemerahan pada sepertiga bawah labia mayus
Bila abses pecah tampak pus keluar melalui vestibula atau permukaan labia mayus.
Diagnosa
Anamnesa (symptoms)
Demam
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi/biopsi (menopause).
Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Diseases.http://www.emedicine.com/emerg/topic54.
http://www. Aafp.org/afp/20030701/135.html.
Hill Ashley, M.D. 1998. Office Management of Bartholin Gland Cyst and Abscess.
http://www.fpnotebook.com/GYN 199.htm
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
ABSES FOLIKEL RAMBUT
Definisi
Abses atau furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan
yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila furunkelnya lebih dari
satu maka disebut furunkolosis. Suatu furunkel, biasanya dikenal sebagai suatu bisul atau boil,
ditandai suatu massa material bernanah timbul dari folikel rambut dan meluas pada jaringan
subkutan.8
Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik yang
remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita. Furunkel dapat terjadi
di seluruh bagian tubuh, insiden terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha.
Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit
diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih
tinggi.1
Etiologi
Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaralain akibat iritasi, kebersihan yang
kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang.Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada
dapat melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapatmenjadi kelainan
sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic
Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan floranormal pada
permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dansaluran hidung. Kejadian terbesar
penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantatatau paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka,
goresan, robekan dan iritasipada kulit. Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan
kulit. Responprimer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempatmasuk
kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarikke tempat infeksi oleh
komponen bakteri seperti formylated peptides ataupeptidoglikan dan sitokin TNF (tumor
necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang
teraktivasi. Hal tersebutmenimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan daripenyakit furunkel.
Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkatmembesar kemudian membentuk
nodula eritematosa berbentuk kerucut.Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik
putih sebagai matabisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan
memecahmelalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadirontok
atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.Karena adanya mikrolesi
baik karena garukan atau gesekan baju, maka kumanmasuk ke dalam kulit. Beberapa faktor
eksogen yang mempengaruhi timbulnyafurunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat
berlebih), kebersihandan hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan
Manifestasi klinis
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga tampak sebagai noduskemerahan dan
sangat nyeri. Pada bagian tengah lesi terdapat bintikkekuningan yang merupakan jaringan
nekrotik, dan disebut mata bisul (core).Apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes
militus, furunkel menjadisering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang
berambutmisalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, danterutama
pada daerah yang banyak bergesekan. Mula-mula nodul kecil yangmengalami keradangan pada
folikel rambut, kemudian menjadi pustule danmengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus
keluar dengan meninggalkansikatriks. Awal juga dapat berupa macula eritematosa lentikular
numular berbentukkerucut. Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya
dihidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,seperti panas
badan, malaise, mual (Cohen, 2006). Furunkel dapat timbul dibanyak tempat dan dapat sering
kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu padamuka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari
Anogenital.9
Diagnosa
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukurannodul tersebut
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasiterjadi setelah kira-kira
5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui salurankeluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel
yang pecah dan keringkemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada
c. Pemeriksaan Penunjang
menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak didermis dan lemak subkutan.
gram dan kultur bakteri.Pewarnaan gram S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus
berwarnaungu (gram positif) bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kulturpada
medium agar MSA (Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri inidapat
memfermentasikan manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dariwarna merah menjadi
kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkankoloni bakteri yang lebar (6-8 mm),
permukaan halus, sedikit cembung, danwarna kuning keemasan. Uji sensitivitas antibiotik
Diagnosa Banding
a. Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari furunkeladalah kista epidermal yang
mengalami inflamasi. Kista epidermal yangmengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi
merah, nyeri tekan danukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat
terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama,terdapatnya orificium kista yang
terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut akanmengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak
b. Hidradenitis Suppurativa
dengan furunkel, penyakit iniditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah
predileksinyaberbeda dengan furunkel yaitu pada aksila, lipat paha, pantat atau
dibawahpayudara. Adanya jaringan parut yang lama, adanya saluran sinus serta kulturbakteri
yang negatif memastikan diagnosis penyakit ini dan jugamembedakannya dengan furunkel.7
c. Sporotrikosis
d. Blastomikosis
Didapatkan benjolan multipel dengan beberapa pustula,daerah sekitarnya melunak.1
e. Skrofuloderma
bridges).2
Penatalaksanaan
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknyadirawat inapkan.
Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotordikompres dengan solusio sodium chloride
0,9%. Bila lesi telah bersih, diberisalep natrium fusidat atau framycetine sulfat kassa steril
penicillin (dicloxacillin 250 mg per oral tiap 6 jam selama7-10 hari). Jika pasien alergi penisilin
maka alternatif lain adalah clindamycin(150-300 mg per oral tiap 6 jam). Tindakan insisi
diindikasikan untuk lesi yangbesar dan fluctuant yang tidak drain spontaneously.8
sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai denganhasil kultur bakteri terhadap
sensitivitas antibiotik.8
Natural penicillins
compliance is a problem
Penicillinase-resistant
Penicillins
Aminopenicillins
Cephalosporins
- Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40 50 mg/kg per day
- Cephradine 250500 mg (adults) qid for 10 days; 4050 mg/kg per day (children) for 10
days
Erythromycin group
- Erythromycin ethylsuccinate 250500 mg (adults) qid for 10 days; 40mg/kg per day
Clindamycin
150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15mg/kg per day (children) qid for 10 days
Tetracylines
Miscellaneous agents
diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lainadalah tetrasiklin, namun obat ini
dicloxacilin Padapenderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin.
Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higienekulit harus
diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang
dilanjutkan sampai semua bukti inflamasiberkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk
Prognosis
kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasienmengalami resolusi, setelah mendapatkan
terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa pasien mengalami komplikasi bakteremia dan
bermetastasis keorgan lain. Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama pada
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUHaji.Surabaya. hal 113-115.
2. Arnold, H., L. 2000. Andrews Deseases of the Skin 8th. ed., Piladelphia : WBSaunders
Co., : 270 1.
3. Cohen, P., R. 2006. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . AndrewsDisease of
253-254
4. Djuanda, A. and Pioderma. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.Jakarta:
5. Ganong, W., F. 2005. Review of Medical Physiology, 22th ed. California:McGraw Hill
Companies.
7. Murtiastutik, D. 2010. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2. Surabaya:Dep/SMF
8. Pendland, S., L. 2005. Skin and Soft Tissue Infections, in : Joseph Dipiro T.,Robert L.
Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells and L.Michael Posey (Eds),
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,7th Ed. USA: The Mc Graw Hill
Company, Inc.
9. Ray, J. 2003. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fourth Edition.London: BMJ
1.1 DEFINISI
Corpus Alineum Vagina adalah terdapatnya benda asing yang tertinggal di dalam vagina akibat
memasukkan benda asing ke dalam vagina, biasanya oleh penderita psikopatia seksualis, anak-
anak, dan kasus perkosaan. Benda asing ini bisa tetap tinggal di dalam vagina karena lupa atau
1.2 DIAGNOSIS
Anamnesis:
pemeriksaan ginekologis
o Pengaruh corpus alineum dalam vagina tergantung dari bentuk dan jenis benda
tersebut
o Benda-benda yang terbuat dari kain cepat menimbulkan infeksi disertai leukorea
berbau
o Pesarium yang dipasang untuk pasien dengan prolapsus uteri dapat menimbulkan
iritasi dan perlukaan apabila tidak dikeluarkan dan dibersihkan secara berkala
sepsis
1.3 PENANGANAN
1.4 PENCEGAHAN
DAFTAR PUSTAKA
1 Sarwono. 2014. Korpus Alineum Vagina. Dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
sarwono, Jakarta
KISTA GARTNER
A. Definisi
Kista gartner adalah tumor kistik vagina yang bersifat jinak, berasal dari sisa duktus
Gartner atau the embryonic mesonephros maupun sistem duktus wolffian. Kista gartner
berdinding tipis dan transulen yang terdiri dari epitel gepeng berlapis atau epitel kolumnar atau
dapat kedua-duanya. Tumor ini biasanya terdapat pada dinding vagina dan jarang terjadi pada
B. Patofisiologi
Kista gartner berkembang di daerah duktus gartner, biasanya di dinding vagina. Duktus
ini aktif saat perkembangan janin namun biasanya menghilang setelah lahir. Pada beberapa
kasus, sebagian duktus ini terisi cairan yang berkembang menjadi kista.
C. Manifestasi Klinis
Secara klinis kista gartner biasanya asimptomatik dengan ukuran diameter tidak lebih
dari 2 cm, tetapi pernah dilaporkan adanya giant gartner duct cyst pada dinding vagina yang
D. Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan histopatologi. Tanda karakteristik
kista ini terletak pada vulva bagian lateral dan biasanya soliter serta berdinding tipis yang
- Pemeriksaan Penunjang
keras
E. Penanganan
F. Komplikasi
Biasanya tidak ada. Eksisi dapat menimbulkan komplikasi jika letak kista berhubungan
Referensi
1. Baksono, A., 2011. Kista, Tumor Jinak di Organ Reproduksi Perempuan. [Online]
4. Wikajosastro, H., 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
KISTA NABOTIAN
A.Definisi
Kista nabotian adalah kista penuh lendir pada permukaan serviks uterus (leher rahim).
Kista ini tidak berbahaya, namun jika jumlahnya banyak dan disertai seringnya keputihan
B. Patofisiologi
Kanal serviks dilapisi oleh sel glandular yang biasanya mengeluarkan lendir. Kelenjar
endoserviks ini dapat menjadi tertutup oleh epitel skuamosa dalam proses yang disebut
metaplasia.
C. Manifestasi Klinis
D. Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada hasil pemeriksaan rutin. Tanda karakteristik kista ini terletak
pada dinding rahim dan biasanya berisi lendir yang berasal dari serviks, lendir ini dapat
Pemeriksaan Penunjang
E. Penanganan
F. Komplikasi
5. Baksono, A., 2011. Kista, Tumor Jinak di Organ Reproduksi Perempuan. [Online]
8. Wikajosastro, H., 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
POLIP SERVIKS
Definisi
Polip serviks adalah tumor jinak yang tumbuh menonjo dan bertangkai dari selaput lendir
dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan selaput lendir lainnya yang terdapat di
dalam leher rahim, dalam kata lain adalah tumor jinak yang ditemukan pada permukaan leher
rahim.
Epidemiologi
Perempuan usia 40 50 tahun karena usia tersebut terjadinya pemicu prosuksi hormone.
Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi karena perubahan peningkatan hormon.
Patofisiologi
Penyebab timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti. Namun sering
dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap hormon estrogen dan pelebaran
pembuluh darah serviks. Penampilan polip serviks menggambarkan respon epitel endoservik
perdarahan kontak, pasca coitus merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang
terjadi sebagai akibat stroma local yang menutupi daerah antara kedua celah pada kanalis servik.
Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi. Polip serviks pada dasarnya
1. Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan sendirinya
3. Polip membesar.
Gambaran Klinis
1. Abnormal pendarahan vagina yang terjadi antara periode menstruasi, setelah menopause, setelah
hubungan seksual, dan setelah douching.
2. Polip serviks bisa meradang tetapi jarang menjadi terinfeksi periode normal berat atau menoragia
3. Terjadinya perdarahan diluar haid yang warnanya lebih terang dari darah haid.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
-Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa centimeter, warna kemerah
merahan dan rapuh. Kadang kadang tangkainya jadi panjang sampai menonjol dari introitus.
Kalau asalnya dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
- Histologi
Berasal dari mukosa yang dilapisi oleh 1 lapis epitel yang terdiri dari sel sel silindris
yang tinggi, yang khas berasal dari endocervix, dengan kelenjar cervix dan stroma dari jaringan
ikat yang halus disertai oedem dan infiltrasi sel bulat. Sering pula disertai ulserasi pada ujungnya
yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Banyak polip servic yang menunjukkan metaplasia
yang luas, disertai infeksi, menyerupai permulaan dari carcinum, Ca epidermoid kadang
- Radiologi
1. USG transvaginal. Sebuah perangkat yang ramping berbentuk tongkat di tempatkan di vagina
2. Histeroskopi. Sebuah alat kecil yang disertai dengan kamera bercahaya dimasukkan melalui
vagina dan serviks masuk kedalam rahim. Histeroskopi memungkinkan dokter melihat secara
3. Kuretase. Tujuan dari kuret adalah mengangkat polip rahim dengan cara mengikis dinding
bagian dalam rahim. Hal ini bertujuan juga untuk mengumpulkan specimen (contoh jaringan)
untuk pengujian laboratorium. Dokter juga dapat melakukan kuretase dengan bantuan dari
hysteroscope, yang memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam rahim sebelum dan
setelah prosedur.
Penatalaksanaan
Dapat dihapus menggunakan cincin forsep Mereka juga dapat dihapus dengan
mengikatkan tali bedah sekitar polip dan pemotongan itu off. Dasar sisa polip maka dapat
dihilangkan dengan menggunakan laser atau dengan cauterisation. Jika polip yang terinfeksi,
Komplikasi
endometrium.
Prognosis
Polip serviks akan tetap jinak 99% dan 1% akan di beberapa titik menunjukkan
Jakarta: EGC.
3. Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
4. Sulaiman Sastrawinata, Djamhoer Martaadisoebrata, Firman F. Wirakusumah. 2004. Ilmu
Prolaps organ pelvis (POP) dan inkotenensia uri merupakan kondisi yang paling umum
terjadi pada wanita masa kini 1. POP adalah penurunan abnormal atau herniasi dari organ pelvis
dari tempat normalnya 1. Prolaps uteri merupakan kondisi yang umum terjadi pada wanita tua.
Akan tetapi, prolaps uteri selama kehamilan jarang terjadi, dengan insiden 1 per 10.000-15.000
persalinan. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur, aborsi spontan, fetal demise,
komplikasi urinari maternal, sepsis dan kematian maternal 2. Hanya beberapa kasus prolaps uteri
yang di laporkan dan tidak ada data dari penanganan yang efisien 2.
1.41 Definisi
Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari posisi normal dalam pelvis kedalam introitus vagina
yang diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong
(fasia) 3. Prolaps uteri merupakan salah satu jenis prolaps organ panggul (POP), dan merupakan
kedua paling umum setelah cystourethrocele (prolaps kandung kemih dan uretra). Jenis lain dari
prolaps organ panggul yang enterokel (prolaps dari usus kecil), rektokel (prolaps rektum atau
usus besar) 3.
1.42 Epidemiologi
POP terjadi pada hampir setengah dari seluruh wanita. Walaupun hampir setengah dari
wanita yang pernah melahirkan ditemukan memiliki POP melalui pemeriksaan fisik, namun
hanya 5-20% yang simtomatik. Prevalensi POP meningkat sekitar 40% tiap penambahan 1
dekade usia seorang wanita. Derajat POP yang berat ditemukan pada wanita dengan usia yang
lebih tua yaitu, 28%-32,3% derajat 1, 35%-65,5% derajat 2, dan 2-6% derajat 3. Saat ini,
sebanyak 11-19% wanita di negara maju menjalani operasi POP, dan usia rata-rata wanita yang
menjalani operasi POP adalah 60 tahun. Di Amerika Serikat sebanyak 200.000 operasi POP
dilakukan per tahun dengan angka rekurensi yang membutuhkan operasi ulang mencapai 30%. 4
1.43 Etiologi
Etiologi POP bersifat multi-faktorial. Faktor risiko yang telah diteliti antara lain adalah
kehamilan, persalinan per vaginam, menopause, defisiensi estrogen, peningkatan tekanan intra
abdomen jangka waktu panjang (konstipasi, mengangkat barang-barang berat, penyakit paru
obstruktif kronik, mengedan), ras, indeks massa tubuh (IMT), faktor genetik, faktor anatomi,
biokimiawi dan metabolisme jaringan penunjang, dan riwayat pembedahan (histerektomi dan
kolposuspensi Burch). 4
Kehamilan diyakini menjadi penyebab utama POP. Kehamilan diyakini menjadi penyebab utama
prolaps organ panggul. Hal ini dapat terjadi segera setelah kehamilan atau 30 tahun kemudian.
Banyak faktor seperti berat bayi, trauma fisik saat persalinan, dan kontraksi saat persalinan dapat
menarik otot dan ligamen panggul. Beberapa otot dan ligamen yang rusak tidak akan kembali
sepenuhnya.
Menopause 3
Proses penuaan dapat melemahkan otot-otot pelvis dan penurunan esterogen pada menopause
Obesitas 3
Wanita dengan berat badan berlebih akan meningkatkan resiko dari prolaps.
Peningkatan Tekanan Intra Abdomen 3
Batuk kronis, asma atau bronkitis, atau mengejan berlebih karena konstipasi akan meningkatkan
resiko terjadinya prolaps karena hal ini dapat melemahkan struktur penyokong pelvis.
Mengangkat beban yang terlalu berat juga dapat menarik dan menyebabkan kerusakan pada otot-
otot pelvis, dan wanita yang memiliki pekerjaan sehari-hari mengangkat barang memiliki resiko
Genetik 3
Wanita dengan defisiensi kolagen denetik (sindrom marfan atau Ehlers-Danlos syndrome)
memiliki resiko tinggi terjadinya prolaps, meskipun mereka tidak memiliki faktor resiko lain.
Riwayat Pembedahan 3
Riwayat operasi pelvis dapat menyebabkan kerusakan syaraf dan jaringan pada area pelvis
Ras 3
Perempuan keturunan Eropa Utara memiliki insiden yang lebih tinggi terjadi prolaps uterus
1.44 Patofisiologi
Normalnya, uterus digantung oleh otot dan ligamen pada pelvis. Prolaps uteri terjadi pada
saat otot-otot dasar panggul dan ligamen meregang, menjadi rusak dan lemah, sehingga mereka
tidak lagi dapat mendukung organ panggul, sehingga uterus jatuh ke dalam vagina. 3
1.45 Klasifikasi
Untuk mengklasifikasikan POP telah dikembangkan beberapa sistem, yaitu sistem Baden-
1.46 Diagnosis
1.46.1 Anamnesis
Gejala yang ditimbulkan oleh POP terdiri atas gejala vagina, berkemih, buang air besar
Kasus prolaps uteri ringan biasanya tidak menimbulkan gejala. Pasien biasanya mengeluh
Merasa seperti duduk di atas bola atau seperti ada yang keluar dari vagina
Sulit saat berkemih, termasuk inkontinensia uri, atau urgensi atau frekuensi.
Gejala dirasakan memberat jika berdiri atau berjalan terlalu lama.
Pasien dalam posisi terlentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang bukan kanker
Perlu diperiksa ada tidaknya prolaps uteri dan penting untuk mengetahui derajat prolaps
Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior vagina, serviks, apeks,
cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu dievaluasi secara sistematis dan
terpisah.
Apabila tidak terlihat, minta untuk mengedan pada posisi berdiri di atas meja periksa.
Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) untuk menentukan risiko inkontinensia
Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan otot levator ani
Pemeriksaan rektovagina : untuk memastikan adanya rektokel yang menyertai prolaps uteri.
Pemeriksaan laboratorium 3
Untuk mengidentifikasi komplikasi prolaps uteri seperti infeksi, obstruksi saluran kemih,
komplikasi. Ketika curiga adanya komplikasi, periksa CBC (complete blood count), pemeriksaan
metabolik dasar, urinalisis, tes kehamilan, dan kultur serviks untuk menyingkirkan diagnosis
banding. Pap Smear atau biopsi dapat di indikasikan pada kasus yang dicurigai keganasan.
Pemeriksaan radiologis 3
Pemeriksaan USG pelvis dapat membantu untuk membedakan prolaps dari keadaan
patologi lainnya ketika anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah pada diagnosis banding yang
lain. MRI digunakan untuk mengetahui derajat prolaps, tetapi tidak di indikasikan sebagai
pemeriksaan darurat.
1.47 Penatalaksanaan
A. Konservatif 4
otot dasar panggul dan symtom-directed therapy perlu dilakukan. Pesarium dapat dipasang
pada hampir seluruh wanita dengan prolaps tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari
prolaps. Pesarium yang biasa digunakan pada prolaps adalah pesarium ring (dengan dan
direkomendasikan pada wanita dengan prolaps derajat rendah (derajat 1 dan derajat 2,
khususnya untuk penurunan yang masih di atas himen) dan gejala non-spesifik. Yang
dilakukan sebagi berikut:
- Terapi perilaku:
BAB terjadwal untuk pasien yang mengalami gangguan defekasi, seperti BAB tidak
- Modifikasi diet
o Peningkatan kadar serat pada makanan atau pemberian suplemen serat sesuai
- Pada sebuah telaah sistematik disebutkan bahwa latihan dasar panggul memberikan efek
relatif terhadap kualitas hidup pada wanita yang memiliki prolaps, tetapi tidak ada bukti
yang kuat untuk mendukung pelaksanaan otot dasar panggul pada tatalaksana konservatif
POP.
- Sehingga disimpulkan, latihan dasar panggul tidak mengobati dan mencegah POP, namun
direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada wanita yang memiliki prolaps dan gejala
penatalaksanaan POP disebutkan bahwa pembedahan pada wanita yang memiliki prolaps
1.48 Komplikasi
- Luka: pada kasus prolaps uteri berat, dinding vagina dapat terekspos, dan hal ini dapat
menyebabkan infeksi.
- Inkarserasi: jika pasien merupakan wanita muda dan hamil, sangat penting untuk
memindahkan uterus sebelum semakin besar dan terperangkap pada pelvis bagian bawah
atau vagina. Jika hal ini terjadi, edema dapat memnyebabkan inkarserasi dan dapat
- Prolaps organ pelvis lain: jika terjadi prolaps uteri, sangat mungkin terjadi prolaps organ
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/264231-overview
10 Kim Jeong Ok, et al. 2016. Uterine Prolapse in Primigravida Woman. Obstetric and
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4871943/pdf/ogs-59-241.pdf
11 Barsoom R.S. 2015. Uterine Prolapse in Emergency Medicine. (14/01/2017), available at:
http://emedicine.medscape.com/article/797295-overview#showall
12 Junizaf dan Budi I.S (eds). 2013. Panduan Penatalaksanaan Prolaps Organ Panggul.
%20edit.pdf
TORSI DAN RUPTUR KISTA
Jumlah diagnosa kista ovarium meningkat dengan implementasi luas dari pemeriksaan fisik
secara teratur dan teknologi ultrasonografi 1. Penemuan dari suatu kista ovarium menyebabkan
kecemasan pada wanita karena ketakutan keganasan, tetapi sebagian besar kista ovarium bersifat
jinak 1. Kista ini terjadi paling sering pada usia produktif 2. Ketidakseimbangan hormonal,
infeksi pada pelvis, penyakit ovarium, penggunaan obat induksi ovulasi dan banyak faktor dapat
1.50 Definisi
Kista ovarium adalah sebuah kantung yang berisi cairan atau material semiliquid yang timbul
pada ovarium. 1
1.51 Epidemiologi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita usia
transvaginal sonogram hampir pada semua wanita usia produktif dan hanya 18% ditemukan pada
wanita postmenopause. Menurut penelitian, angka kejadian pada usia 30-54 tahun sangat tinggi
1.53.1.1 Definisi
Torsi kista ovarium juga disebut sebagai rotasi aksial. Torsi adnexa merupakan kegawatan bedah
1.53.1.2 Patofisiologi
Faktor pencetus terjadinya torsi kista adalah gerakan berpilin mendadak dari batang kista.
Sekalinya terjadi, proses torsi akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah. Ketika vena
tertekan, akan terjadi hambatan. Obstruksi limfatik akan menyebabkan edema. Hal ini diikuti
dengan perdarahan intersisial. Hal ini akan menyebabkan nyeri yang hebat pada perut. 2
1.53.1.3 Diagnosis
Anamnesis
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa terdapat kista. Pasien akan mengeluhkan nyeri
perut hebat. Sebelumnya terdapat riwayat nyeri perut yang intermitten. Gejala busa diikuti
dengan mual, muntah dan tanda bladder & bowel irritability, atau perdarahan vagina. 2
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardi, tetapi tanda-tanda vital lain biasanya dalam
batas normal. Pada saat pemeriksaan abdomen didapatkan distensi pada palpasi. Dapat terasa
massa pada pelvis. Pada pemeriksaan pelvis, didapatkan massa adnexa yang teraba lunak. Untuk
memastikan kista ovarium, harus dilakukan palpasi bagian pole bawah melalui fornix. 2
Pemeriksaan Penunjang 2
- USG: terlihat adanya nassa kistik pada adnexa dan terdapat torsi pada bagian batangnya.
- Colour Doppler: untuk melihat adanya penurunan aliran darah menuju ovarium
- Kehamilan ektopik
1.53.1.5 Penatalaksanaan
mempertahankan fungsi ovarium. Pada beberapa tahun yang lalu, laparoskopi merupakan satu-
satunya penanganan pada kasus ini, akan tetapi dengan perkembangan endoskopi, laparoskopi
1.53.2.1 Definisi
Ruptur kista akan terjadi jika dinding kista rusak oleh degenerasi iskemik sebelumnya
1.53.2.2 Patofisiologi
peritoneal. Pada kebanyakan kasus, tidak didapatkan efek samping yang serius, akan tetapi
walaupun jarang terjadi, koagulasi material pseudomusin menyebabkan adhesi pada omentum
dan usus sehingga menyebabkan psudomyxoma peritonei. Faktor eksternal seperti trauma,
pemeriksaan pelvis, koitus atau persalinan juga dapat menyebabkan ruptur kista. 2
1.53.2.3 Diagnosis
Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh nyeri perut akut, disertai dengan keluhan seperti perdarahan vagina,
Pemeriksaan Fisik
Karena kehilangan darah minimal, jarang didapatkan hippovolemi dan tanda-tanda vital lain
biasanya dalam batas normal. Iritasi peritoneum karena bocornya cairan kista dapat
menyebabkan tanda-tanda seperti nyeri tekan perut, distensi abdomen, dan hipoperistaltik. 2,3
Pemeriksaan Penunjang 3
- Laboratorium: leukositosis
- Kehamilan ektopik
1.53.2.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah membersihkan rongga peritoneal dari cairan kista diikuti
dengan pengangkatan kista. Pada pasien yang terdiagnosis dini, dianjurkan untuk laparoskopi.
Pada kasus yang terlambat datang, dimana terdapat resiko adhesi pada usus, disarankan
laparotomi. Setelah pengangkatan isi kista, dilanjutkan dengan pencucian rongga peritoneum
hingga bersih. 2
1.53.2.6 Prognosis
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#showall
14 Mishra J. 2013. Accident to Ovarian Cysts. Journal of Universal College Of Medical Science,
http://www.nepjol.info/index.php/JUCMS/article/download/8412/6822.
http://emedicine.medscape.com/article/253620-overview#showall
MASTITIS
Definisi
Mastitis adalah inflamasi atau infeksi payudara. Mastitis adalah radang pada payudara
yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan dan penyebabnya
adalah sumbatan saluran susu serta pengeluaran ASI yang kurang sempurna.
Klasifikasi
Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis peurperalis, karena
memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar kelenjar yang menyebabkan abses
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita diusia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct
ecstasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara
2. Mastitis puerperinalis/lactational
Mastitis puerperinalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama
Mastitis puerperinalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke putting
3. Matitis supurativa/abses
Patofisiologi
Pada umumnya yang dianggap porte dentre dari kuman penyebab ialah puting susu yang
luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Statis ASI terjadi jika ASI tidak
dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada
payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada
saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan
sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
Faktor resiko
(2) Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
(3) Paritas
(6) Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
(7) Melahirkan
(9) Gizi
(10) Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
(12) Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam
payudara.
(14) Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
(16) Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat
(17) Trauma
(18) Trauma pada payudara karena dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu
Penegakan Diagnosis
a Anamnesis
1 Mastitis akut. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri
setempat pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika bayi menyusu.
2 Mastitis lanjut. Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat radang
edematous,air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan
nanah. Gejala nyeri dapat diikuti gejala lain seperti flu, demam, nyeri otot, sakit kepala,
keputihan.
b Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan anda-tanda vital ibu dengan mastitis biasanya mengalami peningkatan
suhu badan hingga lebih dari 38oC. Keadaan payudara pada ibu dengan mastitis biasanya
berwarna kemerahan, bengkak, nyeri tekan, lecet pada putting susu, dan terdapat nanah jika
terjadi abses. Pada abses, nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilat dan
bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa
susu disebelah itu bercampur dengan nanah. Tanda dan gejala lain mastitis meliputi:
- Menggigil
- Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI
terasa asin
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko terbentuknya abses. Tanda
- Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit berwarna
c Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir
penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Pada ibu dengan abses
Tujuan dari penatalaksanaan mastitis adalah pencegahan terhadap infeksi dan komplikasi
lanjut. Penatalaksanaan berupa non medikamentosa berupa tindakan suportif dan medikamentosa
a Non medikamentosa
Jika diduga mastitis, intervensi dini adalah berupa tindakan suportif yang dapat
4 Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan pemijatan
jika dikhawatirkan justru membuat kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan
6 Edukasi ibu
7 Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri
payudara atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur harus terus
dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air susu. Tetap
berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering mungkin dan
selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang. Bayi masih
boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya, untuk mengurangi
bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara
b. Medikamentosa
1 Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan, terapi antibiotik
meliputi :
- Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari untuk 10-
14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500 mg atau 875 mg untuk 10-14 hari atau Clindamycin
300 mg untuk 10-14 hari atau Trimethoprim-sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14
hari. Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang maka kultur air susu harus dilakukan.
2 Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.
Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi
pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Penanganan abses
Dalam keadaan abses mamae perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat dikeluarkan
untuk mempercepat kesembuhan. Sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses, agar nanah bisa
keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan
jalannya duktus-duktus itu. Pengalaman menunjukkan bahwa drainase ini sesudah 72 jam
bertukar sifat menjadi kebocoran air susu yang tidak sedikit melalui luka insisi. Dianjurkan
memakai perban elastic yang ketat pada payudara, untuk menghentikan laktasi.
Pada persiapan insisi, kulit di atas abses akan dibersihkan oleh swabbing lembut dengan
larutan antiseptik. Pada tahap rehabilitasi, sebagian besar sakit di sekitar abses akan lenyap
sesudah pembedahan. Penyembuhan biasanya sangat cepat. Setelah tabung diambil keluar,
antibiotik dapat dilanjutkan untuk beberapa hari. Menerapkan panas dan menjaga wilayah yang
Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon
klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat
mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau
massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non
Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi
Komplikasi
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu
memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat
meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir jika obat yang mereka
konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif,
informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan.
2 Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun
ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3%
dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan
aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin
diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari
sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis
kumannya.
3 Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu
harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
4 Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin
tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah nistatin krim
yang juga mengandung kortison dan dioleskan ke puting dan areola setiap selesai bayi
menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.
1. Alasiry, E. (2012). Buku Indonesia Menyusui. Terdapat pada: www.idai.or.id. diakses tanggal
4 November 2013.
4. Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
http://www.fadlie.web.id/?p=2355.DiUnduh,25agustus201618:20PM.html
http://www.detikhealth.com
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Pelayanan Antenatal.
10. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
11. WHO, 2003. Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Perpustakaan Nasional
CRACKED NIPPLE
Menyusui selalu menjadi standar kriteria untuk pemberian nutrisi pada bayi. Sebelum
munculnya susu formula, menyusui merupakan satu-satunya cara untuk memberi nutrisi pada
bayi. Pada abad ke-21, meskipun sudah mulai muncul cucu formula, ASI tetap merupakan nutrisi
terbaik bagi bayi dan juga berfungsi untuk perkembangan sistem imun pada bayi. 1
1.55 Definisi
Cracked Nipple atau lecet pada puting susu merupakan salah satu problem pada ibu
menyusui. 2
1.56 Epidemiologi
Trauma pada puting memiliki angka kejadian yang tinggi, terutama pada
30 hari postpartum. Karena hal ini merupakan kondisi yang menyakitkan, biasanya hal ini
menyebabkan gangguan pemberian ASI eksklusif. Di New York, 35% wanita berhenti menyusui
setelah 1 minggu setelah persalinan karena lecet pada puting, dan 30 % wanita berhenti setelah 1
dan 4 minggu postpartum. Hal yang sama terjadi di Brazil, 25% wanita beresiko tinggi
mengalami gangguan dalam pemberian ASI eksklusif pada bulan pertama laktasi ketika terdapat
1.57 Etiologi
Beberapa faktor resiko lecet pada puting adalah kesalahan dalam posisi dan teknik
payudara dan lain-lain. Pengetahuan tentang daktor yang melibatkan terbentuknya kondisi
1.58 Penatalaksanaan
Pada keadaan puting susu yang lecet, maka dapat dilakukan cara-cara seperti: 3
- Periksa apakah terdapat infeksi kandida berupa kulit yang merah, berkilat dan terasa sakit
- Ibu terus memberikan ASI apabila luka tidak begitu sakit. Jika sangat sakit, susu dapat
diperah
Sebelum membahas mengenai posisi dan teknik menyusui, perlu di pahami mengenai
wanita terus menyusui setelah bulan pertama adalah terkait dengan inisiasi menyusui dini setelah
melahirkan. Ibu dan bayi harus diizinkan untuk menyusui dalam lingkungan yang santai dan
mendukung. Pengunjung yang terus menerus datang dapat mengganggu pengalaman menyusui
dini. Bantuan dan dukungan sang ayah sangat terkait dengan keberhasilan menyusui. Dalam
sebuah penelitian dari 224 ibu yang diwawancarai mengenai pengalaman menyusui, ayah
16 Wagner C.L. 2015. Counseling The Breastfeeding Mother. (12/01/2017), available at:
http://emedicine.medscape.com/article/979458-overview#showall
17 Santos K.J., et al. 2016. Prevalence and Factors Associated with Cracked Nipples in the First
Month Postpartum, BMC Pregnancy and Childbirth 16:209. (12/01/2017), available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4975913/pdf/12884_2016_Article_999.pdf
18 Mochtar A.B dan Herman K. 2014. Kehamilan Postterm, dalam: Sarwono Prawirohardjo,
Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h 685-695
https://www.lactationtraining.com/images/PDFs/handouts/Sore_Nipples.pdf
BAYI POST MATUR
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari diitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT). Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan
periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10% kehamilan
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Kehamilan posterm terutama berpengaruh terhadap
1.60 Definisi
Kehamilan posterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan
lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate atau poacamaturitas, adalah
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama
1.61 Epidemiologi
Martin et all, 2007 menyebutkan bahwa insiden kehamilan postterm adalah sekitar 7% dari
1.62 Etiologi
Sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa kemungkinan
Pengaruh progesteron
uterus terhadap oksitosin. Beberapa studi menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm
Teori Oksitosin
Oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
produksi prostaglandin. Pada kelainan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin,
dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
Herediter
Beberapa studi menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm
Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorangg inbu
1.63 Patofisiologi
Patogenesis kehamilan postterm masih belum diketahui pasti. McLean et all, 1995
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peptide corticotrophin releasing hormone (CRH)
yang diproduksi plasenta dengan usia kehamilan. Sintesis CRH oleh plasenta meningkat secara
eksponensial selama kehamilan dan puncaknya pada saat persalinan. Ellis et al dan Torricelli et
al menyatakan bahwa pada wanita yang melahirkan prematur, kenaikan eksponensial lebih cepat
daripada yang melahirkan cukup bulan, sedangkan pada wanita yang melahirkan postterm laju
kenaikan lebih lambat. Data ini menunjukkan bahwa persalinan postterm terjadi karena
CRH dapat langsung merangsang produksi adrenal janin dari DHEAS, prekursor untuk
sintesis estriol plasenta. Konsentrasi CRH plasma maternal berhubungan dengan konsentrasi
estriol. Peningkatan estriol akibat meningkatnya CRH pada akhir gestasi lebih cepat
dibandingkan tingkat estradiol yang mengarah ke peningkatan estriol rasio estradiol untuk
Bersamaan dengan peningkatan konsentrasi progesteron plasma ibu yang terjadi di masa gestasi,
akan menurun saat akhir kehamilan. Hal ini karena inhibisi CRH pada sintesis progesteron
plasenta. Jadi efek progesteron (menyebabkan relaksasi) kehamilan menurun sebagai tindakan
estriol (menyebabkan kontraksi) yang meningkat saat terjadinya persalinan. Akan tetapi hal ini
1.64 Diagnosis
Riwayat Haid 1
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana HPHT diketahui dengan
riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan postterm kemungkinan
- Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal HPHT atau akibat menstruasi abnormal
- tisak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat
bulan.
Gerak janin. Gerak janin (quickening) umumnya dirasakan ibu padausia kehamilan 18-
20 minggu. Pada primi gravida dirasakan sekitar usia kehamilan 18 minggu, sedangkan
pada multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah
quickening ditambah 22 minggu pada primi gravida, atau ditambah 24 minggu pada
multigravida.
Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan stetoskop Laennec, DJJ mulai bisa didengarkan
pada usia kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia
Kehamilan postterm dapat dinyatakan jika didapatkan 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil
- Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laennec.
Pada trimester pertama, pemeriksaan panjang kepala memberikan ketetapan kurang lebih
4 hari dari taksiran persalinan. Pada usia kehamilan 16-26 minggu, ukuran biparietal dan panjang
femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan. Pemeriksaan sesaat setelah
trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun
keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sulit untuk
Pemeriksaan Radiologi 1
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran epifisis femur
bagian diatal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat
setelah usia kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini
sekarang jarang dipakai karena pengaruh radiologik yang kurang baik terhadap janin.
Pemeriksaan Laboratorium 1
Bila kadar lesitin/ spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka usia
kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin: 28-32 minggu, pada
kehamilan denap bulan rasio menjadi 2:1. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
Pada usia kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur
kehamilan > 42 minggu didapatkan ATCA < 45 detik. Bila didapatkan antara 42-46 detik
Pengecatan nile lue sulphate dapat melihat sel lemak pada amnion. Bila jumlah sel
melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu, dan apabila 50% atau lebih
plasenra, dan hal ini dapat menyebabkan gawat janin bahkan kematian janin
o Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini
o Berat janin
Bila terjadi peruahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan
berat janin. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600 gram sebesar
44,5% pada kehamilan postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan sebesar
30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat > 4000 gram pada kehamilan postterm
o Sindroma postmaturitas
lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, tunlang tengkorak lebih keras,
hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha
dan genital luar, warna cokelat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat,
dan rambut kepala banyak atau tebal. Tanda postmaturitas ini dapat dibagi menjadi
3 stadium, yaitu:
janin
o Morbiditas/ mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin
dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya distosia
o Aspek emosi ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
1.66 Penatalaksanaan 1
Pengelolaan aktif yaitu dengan melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41
atau 42 minggu. Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
o Memastikan apakah kehamilan telah berlangsung lewat bulan.
Pengelolaan kehamilan:
o Jika serviks telah matang (dengan nilai Bishop >5) dilakukan induksi persalinan
o Jika serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
Fetal Non Stress test (NST) dan penilaian volume kantong amnion. Bila
indeks cairan amnion > 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST,
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada
o Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin.
o Cegah terjadinya aspirasi mekonium dan segera mengusap wajah neonatus dan
dilanjutkan dengan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan
1.67 Komplikasi
Komplikasi pada bayi baru lahir meliputi suhu yang tidak stabil, hipoglikemi, polisitemi,
dan kelanian neurologik. Komplikasi pada ibu adalah distosia persalinan, partus lama,
meningktanya tindakan obstertik dan persalinan traumatus/ perdarahan postpartum akibat bayi
besar. 1
1.68 Prognosis
Persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm sehingga setiap persalinan
kehamillan postterm harus dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah
sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang memadai. Kematian janin akibat
kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15%
setelah persalinan
DAFTAR PUSTAKA
20 Mochtar A.B dan Herman K. 2014. Kehamilan Postterm, dalam: Sarwono Prawirohardjo,
Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h 685-695
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3991404/
INVERTED NIPPLE
Masalah Kesehatan
Terdapat beberapa bentuk puting susu. Pada beberapa kasus seorang ibu merasa
putingnya datar atau terlalu pendek akan menemui kesulitan dalam menyusui bayi. Hal ini bisa
berdampak bayi tidak bisa menerima ASI dengan baik dan cukup.
Pada beberapa kasus, putting dapat muncul kembali bila di stimulasi, namun pada kasus-
Keluhan
Pemeriksaan Fisik
Adanya puting susu yang datar atau tenggelam dan bayi sulit menyusui pada ibu.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Klinis
pemeriksaan penunjang.
1. Grade 1
b. Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
2. Grade 2
a. Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
e. Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
3. Grade 3
a. Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk
dikeluarkan.
d. Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
Komplikasi
Risiko yang sering muncul adalah ibu menjadi demam dan pembengkakan pada payudara.
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Untuk puting datar/tenggelam (inverted nipple) dapat diatasi setelah bayi lahir, yaitu dengan
proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai langkah awal dan harus terus menyusui agar puting
selalu tertarik. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengatasi puting datar/terbenam, yaitu:
1. Penarikan puting secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa
2. Menggunakan spuit ukuran 10-20 ml, bergantung pada besar puting. Ujung spuit yang
terdapat jarum dipotong dan penarik spuit (spuit puller) dipindahkan ke sisi bekas potongan.
Ujung yang tumpul di letakkan di atas puting, kemudian lakukan penarikan beberapa kali hingga
puting keluar. Lakukan sehari tiga kali; pagi, siang, dan malam masing-masing 10 kali
3. Jika kedua upaya di atas tidak memberikan hasil, ibu dapat memberikan air susunya dengan
4. Jika putting masuk sangat dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan putting
1. Menarik-narik puting sejak hamil (nipple conditioning exercises) ataupun penggunaan breast
shield dan breast shell. Tehnik ini akan membantu ibu saat masa telah memasuki masa menyusui.
2. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi.
Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang.
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
Referensi
2. Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
4. http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/manajemen-laktasi.html. 2014
TOKSOPLASMOSIS
1. Definisi
Toksoplasmosis kongenital adalah infeksi pada bayi baru lahir yang berasal dari ibu yang
2. Etiologi
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial
pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang
ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-
organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru, otak, ginjal, urat
daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi
dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk
yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).
Bentuk Ookista
dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.Pada perkembangan
selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding
Bentuk takizoit
mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak
berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospesperantara seperti burung dan
mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada
infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti.
4
bentuk kista mengikuti bentuk sel otot. Kista ini merupakan stadium istirahat dari
Toxoplasma gondii. Pada infeksi kronis kista dapat ditemukan dalam jaringan organ
Pada preparat dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjangdengan
kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika
ditemukandiantara sel-sel jaringan tubuh, berbentuk bulat dengan ukuran 4 - 7 mikron. Inti
selnyaterletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini
flagellanya.Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal,
sel alattubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4
danseterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar
melaluiperedaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. 4,5
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan.
Cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad
inipun ikutmati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-
jaringan tubuhhewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan
3. Patofisiologi
Tahap utama daur hidup parasit adalah pada kucing (hospes definitif). Dalam sel epitel
usus kecil kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni,
sporogoni) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan melalui tinja. Bila ookiosta
tertelan oleh hospes perantara maka pada berbagai jaringan akan terjadi pembelahan cepat
menjadi takizoit bereplikasi pada seluruh sel kecuali di eritrosit bradizoit (masa
berinti. Takizoit pada manusia adalah parasit obligat intraseluler. Takizoit berkembang biak
dalam sel secara endodiogeni. Bila sel pennuh dengan takzoit maka sel menjadi pecah dan
takizoit memasuki sel sekitarnya atau di fagositosis oleh makrofag. Kista jaringan dibentuk
didalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Kista jaringan
ini bisa bertahan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot lurik. 5
Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan
pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh
kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing
berisi empat sporozoit (sporogoni). Sporozoit menjadi menular 24 jam atau lebih setelah
minggu. Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam
atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang
Penularan takizoit pada janin dapat terjadi melalui plasenta ibu setelah infeksi primer.6
Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Bila
kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai
stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi.6
Ketika T gondii yang tertelan, bradyzoites dilepaskan dari kista atau sporozoit
dilepaskan dari ookista, dan organisme memasuki sel pencernaan. Takizoit berkembang
biak, sel pecah, dan menginfeksi sel yang bersebelahan. Mereka diangkut melalui limfatik
yang berasal dari membran plasma. Vakuola ini dibentuk terutama oleh invaginasi
membran plasma sel inang. Selama invasi, sel inang pada dasarnya pasif dan tidak ada
perubahan yang terdeteksi.6
Bila kista jaringan yang mengandung bradizoit atau ookista yang mengandung sporozoit
terlelan oleh hospes, parasit akan bebas dari kista didalam eritrosit, parasit transformasi,
peningkatan invasif takizoit parasit menyebar ke jar. Limfatik, otot lurik, miokardium,
retina, plasenta, dan SSP terjadi infeksi replikasi invasi sel sekitar kematian
sel dan nekrosis fokal + inflamasi akut. Akibatnya takizoit menetap dan penghancuran
Pada toksoplasmosis kongenital transmisi terjadi in utero melalui plasenta, bila ibu
Toxoplasmosis akuisita, infeksi terjadi bila makan daging mentah atau kurang matang
(sate), kalau daging tersebut mengandung kista atau trofozoid Toxoplasma gondii.
melalui jarum suntik dan alat laboratorium lain yang terkontaminasi. Wanita hamil
Tidak mencuci tangan setelah berkebun, membersihkan tempat kucing buang air besar,
Toksoplasma menginfeksi hospes melalui mukosa saluran cerna, hal ini akan
merangsang sistem imun untuk membentuk IgA spesifik. T.gondii dengan cepat akan
merangsang IgM dan IgG. Immunoglobulin ini dapat membunuh takizoit ekstraseluler. IgG
dapat terdeteksi sejak dua sampai tiga minggu setelah infeksi, mencapai puncak pada enam
sampai delapan minggu dan kemudian menurun perlahan sampai batas tertentu dan
bertahan seumur hidup. IgM dapat terdeteksi 1 minggu setelah infeksi akut dan menetap
selama beberapa minggu atau bulan, bahkan antibody ini dapat masih terdeteksi sampai
lebih dari satu tahun. IgA terdeteksi segera setelah IgM, dan bertahan selama 6-7 bulan. 6
4. Manifestasi Klinis
Pada 80% - 90% penderita toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala sama sekali
getah bening di bagian leher (cervical lymphadenopathy). Beberapa penderita juga dapat
mengalami sakit kepala, demam (biasanya di bawah 40 oC), lemah, dan lesu. Sebagian
kecil penderita mungkin mengalami nyeri otot (mialgia), nyeri tenggorokan, nyeri pada
bagian perut, dan kemerahan pada kulit. Gejala-gejala tersebut dapat menghilang dalam
waktu beberapa minggu, kecuali perbesaran kelenjar getah bening di bagian leher yang
dapat bertahan selama beberapa bulan. Infeksi pada kehamilan dapat menyebabkan
abortus atau janin hidup dengan kelainan tertentu. Virulensi infeksi lebih besar pada
kehamilan dini, pada awal kehamilan infeksi lebih jarang terjadi. 6,7
Bayi yang dikandung oleh ibu yang menderita toksoplasmosis mempunyai risiko yang
bayi yang mengalami toksoplasmosis kongenital menampakkan gejala klinis pada saat
lahir. Sebagian besar baru akan memperlihatkan gejala kemudian hari. Gejala yang
nampak adalah berat lahir rendah, hidrosepalus, hepatosplenomegali, ikterus dan anemia.
dan hidrosefalus atau mikrosefalus. Pada kedua kelompok biasanya terjadi korioretinitis.
6
5. Diagnosis
Diagnosis toksoplasmosis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Gejala klinis
Diagnosis dari gejala klinis kadang kala agak sulit, dikarenakan sebagian besar
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan parasit di dalam jaringan atau cairan tubuh
penderita. Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara langsung parasit yang
diambil dari cairan serebrospinal, atau hasil biopsi jaringan tubuh yang lainya. Namun
c. Pemeriksaan serologis
membentuk antibodi yang spesifik pada serum darah penderita. Titer di atas 1/512,
kejadian mikrosefali, ketulian dan retardasi mental padawanita dengan titer 1/256 atau
lebih.Pemeriksaan IgG/IgM paling baik pada wanita hamil pada umur 10-12 minggu
kehamilan atau uterus seukuran telur angsa atau 2 -3 jari di atas simpisis. Kalau
hasilnya negatif akan diulang pada usia kehamilan 22-24 minggu. Bila ternyata
hasilnya positif segera langsung diobati atau dilakukan abortus terapetik jika pasien
menghendaki.6
antibody IgM dan IgG terhadap Toxoplasma gondii pada serum manusia.6
Gambar Pemeriksaan serologis6
untukmendeteksi infeksi pada kehamilan kurang dari 20 minggu.Teknik PCR ini dapat
mendeteksi toksoplasma yang berasal dari darah, cairan serebrospinal, dan cairan
amnion.6
e. Diagnosis Pranatal
Diagnosis Pranatal dipandang lebih efektif untuk menghindari atau menekan risiko
toksoplasmosis kongenital karena upaya prevensi primer pada ibu hamil berupa nasihat
menghindari makanan atau minuman yang kurang dimasak kurang berhasil. Oleh
karena itu, upaya diagnostik pranatal disebut sebagai pervalensi sekunder. Diagnosis
Pemeriksaan dengan teknik PCR guna mendeteksi DNA Toksoplasma gondii pada
darah janin atau cairan ketuban yaitu dengan cara kordosentesis (pengambilan
sampel darah janin melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi cairan
ketuban ).
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel fibroblast, ataupun
Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna mendeteksi antibodi IgM
Diagnosa pasti infeksi terhadap janin adalah dengan menemukan IgM dalam darah
talipusat. Hasil biakan plasenta pada pasien dengan infeksi toksoplasma menunjukkan
angka positif sebesar 90%. Penyakit ini jarang terdiagnosa semasa kehamilan oleh
Diagnosa ditegakkan bila IgM positif dan titer IgG yang meningkat 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang selang waktu 2 3 minggu.Titer IgM akan tetap tinggi sampai 3 4
bulan.6
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik
taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya
benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin G (IgG).
Pemeriksaan tambahan berupa penetapan enzim liver, platelet, leukosit (monosit dan
janin spesifik (anti-toksoplasma) dari darah janin. Ditemukan parasit pada kultur
ataupun inokulasi tikus dan DNA dari Toksoplasmosis gondii dengan PCR darah janin
Didahului oleh skrining serologik maternal atau ibu hamil, hasilnya harus memenuhi
kriteria tertentu sebelum dilanjutkan ke prosedur diagnostik pranatal. Jika satu dari
empat syarat di bawah ini terpenuhi akan dilakukan kordosintesis atau amnosintesis.6
Antibodi IgM (+)
(hepatomegali), perkapuran (kalsifikasi) otak. Bila pada janin terdapat kelainan maka
dilakukan pengambilan darah janin pada kehamilan 20-32 minggu untuk pembiakan
parasit (inokulasi) pada mencit. Bila inokulasi memberikan hasil positif maka perlu
Setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap bayi, antara lain:
pengambilan darah talipusat ketika bayi baru saja lahir untuk pemeriksaan serologis
antibodi janin atau isolasi T. gondii, pemeriksaan titik-cahaya mata (funduskopi), dan
Diagnosis toksoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena gejala klinis
dari infeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragam dan seringkali subklinis (tidak
terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemeriksaan serologis
Antibodi IgG dapat menembus plasenta, sedangkan antibodi IgM tidak dapat menembus
plasenta. Dengan demikian, apabila pada darah bayi ditemukan antibodi IgG mungkin
hanya merupakan pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat-laun akan habis. Pada usia 2-
3 bulan, bayi sudah dapat membentuk antibodi IgG sendiri, bilamana bayi terinfeksi
toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai meningkat lagi setelah IgG
yang diperoleh dari ibunya habis. Tetapi jika ditemukan antibodi IgM, maka ini
menunjukkan infeksi nyata pada bayi (toksoplasmosis bawaan).6
6. Pencegahan
Perlu diadakan tindakan tindakan pencegahan selain pengobatan yang telah ada :
A. Deteksi dini
1. Skrining pada wanita hamil, yaitu memeriksa titer zat anti Toxoplasma yang mulai
hamil, dan diulang 2-3 minggu kemudian pada wanita yang seronegatif.
pernikahan.
kontaminasi darah ibu, mengisolasi parasit dengan mengokulasi darah fetus pada
tikus (mice); ataupun pemeriksaan serologic dari IgM (Immunosorbent assay) dan
5. Memeriksa titer zat anti Toxoplasma IgG pada anak beberapa kali dalam tahun
pertama dan memeriksa IgM pads neonatus. Biasanya IgG yang diperiksa karena
lebih mudah dan murah, sedangkan IgM hanya dilihat pada bulan-bulan pertama
7. Tiap anak atau orang dewasa dengan immunodefisiensi oleh obat imunodepresi,
5. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah memegang daging mentah pada
waktu memasak
7. Tatalaksana
Spiramicin
belum diketahui. Di jaringan obat ini ditemukan kadar atau konsentrasi yang tinggi
terutama pada plasenta tanpa melewatinya serta aktif membunuh takizoit sehingga
lebih ringan untuk wanita hamil, janin dan neonatus karena tidak mempunyai efek
teratogenik. Kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 1,5 3 jam dan waktu
paruh 8 jam. Kadar yang tinggi dalam jaringan lebih lama bertahan daripada kadar
dalam darah. Pada jaringan plasenta konsentrasi sampai 5 kali lebih besar dari
akhir kehamilan. Bila hasil pemeriksaan PCR positif maka dugaan sudah adanya
infeksi pada janin harus diterapi dengan obat lain.Spiramisin pada orang dewasa
diberikan 2 4 g/hari peroral dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu, diulangi setelah
Piremitamin
lipofilik dengan segera diserap disaluran cerna dan mempunyai waktu paruh 4 5
hari. Regimen piremitamin pada dewaswa dimulai dengan dosis loading sebanyak 2
x 100 mg pada hari pertama, dosis berikutnya adalah 20-50mg/hari selama 2-4
Efek sampingnya selain antagonis asam folat adalah suprsi sumsum tulang yang
sifatnya tergantung dosis, oleh karena itu pemeriksaan darah tepi dan hitung
dikurangi dengan pemberian asam folinat. Dosis asam folinat 5-10 mg diberikan
perhari bersama piremitamin. Efek samping lainnya yaitu gangguan saluran cerna,
kongenital dan meningkatkan proporsi neonatus tanpa gejala.Kedua obat ini bekerja
memblokir jalur metabolisme asam folat dan asam para aminobenzoat parasit
hpersensitivitas.
pada janin. Kombinasi piremitamin dosis 1 mg/kg/hari secara oral untuk 3 4 hari,
Pada bayi baru lahir dengan infeksi Toxoplasma, dapat diberikan kemoterapi anti-
Toxoplasma kombinasi yang terdiri dari pyrimethamine 1mg/kgBB per hari selama 2
mg/kgBB per hari, serta asam folat 5-10 mg 3 kali seminggu untuk mencegah efek
Selain pemberian obat-obatan, follow up yang teratur juga diperlukan untuk mendeteksi
manifestasi penyakit lebih awal, melakukan terapi tambahan atau modifikasi terapi bila
diperlukan, dan menentukan prognosa. Hitung darah lengkap 1-2 kali per minggu untuk
pemberian dosis pyrimethamine harian dan 1-2 kali per bulan untuk pemberian dosis
pyrimethamin tiap 2 hari dilakukan untuk memonitor efek toksik dari obat.Diperlukan
bulan sampai usia 18 bulan kemudian setiap tahun sekali, serta pemeriksaan neurologis
3. Penderita Imunodefisiensi
Kondisi penderita akan cepat memburuk menjadi fatal bila tidak diobati. Pengobatan
8. Komplikasi
1. Hidrosepalus
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subarakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh
piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan
likuor serebrospinalis ini terdapat dalam suatu sistem yang terdiri dari dua bagian
yang berhubungan satu sama lainnya : (1) Sistem internal terdiri dari dua ventrikel
Sylvii dan ventrikel ke-4. (2) Sistem eksternal terdiri dari ruang-ruang subaraknoid,
internal dan eksternal ialah melalui kedua apertura lateralis ventrikel ke-4 (foramen
Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-
140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan pada prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
Dalam keadaan normal tekanan likuor berkisar antara 50-200 mm, praktis sama
dengan 50-200 mmH2O. Ruang tengkorak bersama dura yang tidak elastis
merupakan suatu kotak tertutup yang berisikan jaringan otak dan medula spinalis
sehingga volume otak total (kraniospinal) ditambah dengan volume darah dan likuor
merupakan angka tetap (Hukum Monroe Kellie). Bila terdapat peningkatan volume
pada perubahan volume likuor, pelebaran dura, perubahan volume pembuluh darah
terutama volume vena, perubahan jaringan otak (bagian putih otak berkurang pada
hidrosefalus obstruktif). Pada umumnya volume otak serta tekanan likuor berubah
oleh berbagai pengaruh sehingga volume darah selalu akan menyesuaikan diri. 9
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :
ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. 9
Produksi likuor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh karena tumor
pleksus khoroid (papiloma atau karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan
antara sekresi dan resorbsi likuor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar.
Adapula beberapa laporan mengenai produksi likuor yang berlebihan tanpa adanya
resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor
bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
Bila sutura kranial sudah menutup, dilatasi ventrikel akan diimbangi dengan
peningkatan volume vaskuler; dalam hal ini peningkatan tekanan vena akan
tengkorak masih dapat mengadaptasi, kepala akan membesar dan volume cairan akan
bertambah. 9
Gelombang ultrasound tidak dapat menembus tulang skull tetapi masih digunakan
dalam pencitraan otak neonatal dimana dilakukan melalui fontanela anterior yang
masih terbuka. Oleh karena itu penggunaannya terbatas antara kelompok usia 6 bulan
Dalam rahim, batas untuk atrium ventrikel yaitu 10mm dianggap signifikan untuk
dicurigai hydrochepalus. 9
3. Korioretinitis
dengan uveitis posterior. Pada uveitis posterior, retina juga hampir selalu terinfeksi
Chorioretinitis dapat terjadi akibat infeksi bakteri ataupun reaksi radang lainnya.
Proses inflamasi ini akan menyebabkan perubahan kondisi di strukur uvea itu sendiri.
mengganggu pada tajam penglihatan. Tajam penglihatan pada keadaan ini hanya
terjadi pada akibat penyerbukan sel radang ke dalam badan kaca atau media
Bila peradangan mengenai daerah macula lutea, maka penglihatan akan cepat
menurun tanpa terlihat tanda kelainan dari luar. Biasanya radang sentral ini
disebabkan karena infeksi congenital akibat toxoplasmosis. Akibat terbentuknya
jaringan fibroblast, akan terbentuk jaringan organisasi yang merusak seluruh susunan
jaringan koroid dan retina. Jaingan fibrosis ini akan berwarna pucat putih. Warna
putih ini juga terjadi akibat sclera terlihat melalui koroid yang menipis. Biasanya
diatasnya atau retina semakin jelas terlihat pada dasar fundus yang lebih pucat ini.
Bila sel badan koroid masuk ke dalam retina, maka retina akan lebih pucat.
Pembuluh darah retina akan terbungkus sel radang yang akan mengakibatkan warna
Gambar 5. Korioretinitis
Trias tersebut jarang terlihat. Sekitar 75% kasus yang terinfeksi tidak memperlihatkan
berupa radang paru (pneumonia), radang pada jaringan otot jantung (miokarditis), radang
pada selaput luar jantung (perikarditis), dan selain itu dapat juga terjadi gangguan pada
saat kehamilan dan persalinan berupa abortus, lahir mati, atau lahir cacat. 9
9. Prognosis
Bayi yang terinfeksi toxoplasma sejak lahir apabila tidak dirawat akan memiliki
prognosa yang buruk. Pada beberapa kasus yang tidak mendapatkan perawatan, didapatkan
psikomotor.Kini, manfaat dari diagnosa dini pada periode antenatal, terapi antenatal, dan
terapi setelah bayi lahir terbukti dalam menurunkan frekuensi dari sekuele neurologis
mayor.10
DAFTAR PUSTAKA
Bandung. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Hasan Sadikin
4. Cunningham FG. MacDonald PC. Gant NF et al. Williams Obstetric 20th ed. London.
5. Friedman EA, Acker DB, Sachs BP. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri
2010.
8. Nies BM, Lien JM, Grossman JH III. TORCH Virus-induced Fetal Disease, in. Reece EA,
Hobbins JC, Mahoney MJ. Medicine of the Fetus and Mother. Philadelpia : JB Lippincott
10. Cunningham, F. Gary, Norman F. Gant, Kenneth J. Leveni, Larry C. Gilstrap, et al. 2001.
William Obstetrics (21st ed). Terjemahan oleh Hartono. A., dkk. jakarta:EGC.2006.
LEPTOSPIROSIS
1. Definisi
interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini pertama kali
dikemukakan oleh Weil pada 1886. Bentuk berat penyakit ini dikenal dengan Weils disease
(Zein, 2008).
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit penting pada manusia, tikus, anjing,
babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta leptospira icterohaemorrhagiae yang
2. Epidemiologi
Secara epidemiologi, wilayah penyebaran leptospirosis umumnya pada daerah tropis dan
subtropics. Sebagian besar negara di Asia Tenggara dinyatakan sebagai daerah endemis
leptospirosis. Penyakit yang disebut re-emerging infectious disease ini dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama pada musim penghujan serta kemungkinan adanya
Secara khusus terkait penyakit Leptospirosis di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)
Leptospirosis terjadi di Kabupaten Kota baru Kalimantan Selatan pada tahun 2014. Peningkatan
kasus terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta setelah terjadi banjir besar yang cukup
lama. Data hingga November 2014, Kemenkes mencatat 435 kasus dengan 62 kematian akibat
3 Etiologi
Kuman ini berbentuk spiral, tipis, halus dan fleksibel dengan ukuran panjang 5-15 m, lebar 0,1-
0,2 m. Salah satu ujung leptospira berbentuk bengkok seperti kait. Leptospira tidak berflagel,
namun dapat melakukan gerakan rotasi aktif. Kuman ini tidak mudah diwarnai, namun dapat
diwarnai dengan impregnasi perak (Jawetz, 2010).
Leptospira tumbuh baik pada kondisi aerobik di suhu 28-30C. Pada media yang
mengandung serum kelinci (Fletchers medium), juga pada media yang mengandung serum sapi
Leptospira mati dengan pemanasan suhu 50 derajat celcius selama 10 menit atau 60
derajat selama satu menit. Leptospira juga akan mati pada kondisi tanah yang kering. Pada suhu
Genus Leptospira sendiri terdiri dari dua spesies yaitu L.interrogans (yang patogen) dan
L.biflexa (yang bersifat saprofit/ nonpatogen). Spesies L.interrogans dibagi dalam beberapa
serogrup yang terbagi lagi menjadi lebih 250 serovar berdasarkan komposisi antigennya.
4 Patofisiologi
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis
adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh
tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal (Gasem MH, 2009).
Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara kontak langsung dengan hewan
terinfeksi Leptospira. Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya terjadi saat
banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau karena sumber air yang sama
dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk penularan secara langsung dapat terjadi pada
seorang yang senantiasa kontak dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat
terjadi melalui air susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira
Leptospira masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit dan membrane mukosa yang
terluka kemudian masuk kedalam aliran darah dan berkembang khususnya pada konjungtiva dan
batas oro-nasofaring. Kemudian terjadi respon imun seluler dan humoral sehingga infeksi ini
dapat ditekan dan terbentuk antibody spesifik. Leptospira dapat bertahan sampai ke ginjal dan
sampai ke tubulus konvoluntus sehingga dapat berkembang biak di ginjal. Leptospira dapat
mencapai ke pembuluh darah dan jaringan sehingga dapat diisolasi dalam darah dan LCS pada
hari ke 4-10 dari perjalanan penyakit. Pada pemeriksaan LCS ditemukan pleocitosis. Pada
infiltrasi pembuluh darah dapat merusak pembuluh darah yang dapat menyebabkan vasculitis
dengan terjadi kebocoran dan ekstravasasi darah sehingga terjadi perdarahan. Setelah terjadi
proses imun leptospira dapat lenyap dari darah setelah terbentuk agglutinin. Setelah fase
leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler.
Dalam perjalana pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang bertanggung jawab
atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul terjadi karena
1. Ginjal
Nefritis Interstisial dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi yang dapat
terjadi tanpa disertai gangguan fungsi ginjal. Sedangkan jika terjadi gagal ginjal akibat
2. Hati
Pada organ hati terjadi nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan
3. Jantung
Kelainan miokradium dapat fokal ataupun difus berupa interstisial edema dengan
infiltrasi sel mononuclear dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil.
4. Otot Rangka
Pada otot rangka terjadi nekrosis, vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang
terjadi pada leptospira disebabkan oleh invasi langsung leptospira.
5. Mata
Leptospira dapat masuk ke uvea anterior yang dapat menyebabkan uveitis anterior pada
6. Pembuluh Darah
Bakteri yang menempel pada dinding pembuluh darah dapat terjadi vaskulitis dengan
bawah kulit.
sewaktu terbentuknya respon antibodi, bukan pada saat masuk ke LCS. Terjadi penebalan
meninges dengan peningkatan sel mononuclear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah
8. Weils Disease
Weil disease merupakan leptopsirosis yang berat ditandai dengan ikterus biasanya
disertai dengan perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe
5 Manifestasi Klinis
Terdapat dua bentuk manifestasi klinis penyakit leptospirosis, yaitu ringan (anikterik) dan
berat (ikterik, atau Weils syndrome). Masa inkubasi leptospirosis adalah 2-20 hari, dari sejumlah
individu yang terpapar, 90% akan berkembang menjadi leptospirosis anikterik, dan 10% menjadi
Manifestasi klinis leptospirosis berlangsung bifasik yaitu fase septik dan fase imun. Fase
septik berakhir pada minggu pertama dengan manifestasi flu like syndrome. Pada fase ini
leptospira ditemukan di dalam darah. Kemudian diikuti fase imun yang berlangsung pada hari ke
4-30 dengan ditandai produksi antibodi dan sekresi Leptospira dalam urine (Nasronudin, 2007).
Gambar 2.3. Mnifestasi Bifasik Leptospirosis (Nasronudin, 2007)
6 Diagnosis
a. Anamnesis:
- Mata kemerahan
b. Pemeriksaan Fisik:
- Injeksi silier
- Bradikardia
- Hepatomegali
- Splenomegali
- Perdarahan
(Nasronudin, 2007)
c. Pemeriksaan Penunjang:
- Darah lengkap: peningkatan laju endap darah, leukositosis atau sedikit leukopenia,
trombositopenia
- Mikroskop lapangan gelap: leptospirosis dapat dideteksi bila jumlahnya mencapai 104
Leptospira/ml.
(Nasronudin, 2007)
- Serologis: IgM antibodi dalam darah positif pada 5-7 hari setelah muncul gejala. Genus
7 Penatalaksanaan
Terapi antibiotik diberikan terutama pada leptospirosis berat. Leptospirosis ringan diobati
dengan doksisiklin, ampisilin, atau amoksisilin. Untuk leptospirosis berat, penisilin intravena G
telah lama menjadi obat pilihan, meskipun sefalosporin generasi ketiga, sefotaksim dan
ceftriaxone telah menjadi banyak digunakan. Alternatif regimen yang lain adalah ampisilin,
Pasien azotemia prarenal dilakukan rehidrasi dan pemantauan fungsi ginjal sedangkan
pasien gagal ginjal segera lakukan dialisis peritoneal. Pemantauan fungsi jantung perlu dilakukan
pada hari pertama rawat inap dengan mencakup aspek terapi kausatif, simtomatik dan supportif
(Gasem, 2009).
Prinsip umum dengan terapi suportif dan simptomatik meliputi pemberian analgetik
untuk rasa sakit. Bila perlu diberikan analgesik kuat seperti morfin atau petidin. Nyeri
kepala hebat dapat dihilangkan dengan pungsi lumbal. Pada pasien yang gelisah diberikan
penenang. Anemia berat diperbaiki dengan tranfusi darah. Keseimbangan cairan dan elektrolit
diberikan pada diare dan muntah-muntah. Pada pasien gagal ginjal dan gangguan fungsi hati
Pada leptospirosis ringan yang belum ada komplikasi perlu dilakukan pirasi pemantuaan
tekanan darah, suhu, denyut nadi danrespirasi secara berkala tiap jam atau empat jam
sesuai dengankondisi klinik pasien disertai dengan pencatatan produksi urin (Gasem, 2009).
Pemberian nutrisi juga diperlukan diperhatikan. Jumlah kalori yang diberikan harus
seimbang dan suseai dengan kebutuhan agar tidak membebani fungsi hati dan ginjal yang sudah
Karbohidrat diberikan dalam jumlah cukup untuk mencegah terjadinya ketosis protein.
Pemberian kalium dibatasi sampai 40 mEq/hari karena kemungkinan sudah terjadi hiperkalemia.
Kadar natrium tidak boleh terlalu tinggi, maksimal 0,5 gram/hari (Gasem, 2009).
Hindari pemberian cairan terlalu banyak, karena akan membebani kerja hati dan ginjal.
Pemberian cairan harus memadai dan tidak berlebihan sehingga perlu dilakukan pemantauan
keseimbangan cairan secara tepat. Pada pasien dengan muntah hebat atau tidak mau
Penanganan Khusus:
menyebabkan cardiac arrest. Sebagai tindakan darurat dapat diberikan garam kalsium
glukonas 1 gram atau glukosa insulin 10-20 U reguler insulin dalam infus dekstrosa 40%.
b. Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis= 0,3 x kgBB x defisit
(Gasem, 2009).
8 Pencegahan
Pencegahan leptospirosis cukup sulit karena paparan leptospira sulit diprediksi. Sering
diperlukan vaksinasi pada binatang peliharaan, pengendalian tikus, dan desinfeksi lingkungan
Semua kasus leptospirosis ringan dapat sembuh sempurna, berbeda den-gan leptospirosis
berat yang mempunyai angka CFR tinggi, antara 5 -40%. Prognosis ditentukan oleh berbagai
faktor seperti virulensi kuman leptospira, kondisi fisik'pasien, umur pasien, adanya ikterik, adanya
gagal ginjal akut, gangguan fungsi hati berat seru cepat lambatnya penanganan oleh tim
- Produksi urin
- Trornbositopenia
- Anemia
- Adanya komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2015. www.depkes.go.id. Diakses pada 28 Februari 2015 pukul 17.00 WIB.
Gasem MH et al. 2009. Long pentraxin PTX3 is associated with mortality and disease severity in
Jawetz E. 2010. Medical Microbiology, 25th ed, New York : Mc Graw Hill.
Longo, Dan L, et al. 2013. Leptospirosis. on Harrisons Manual of Medicine. 18th edition. New
Nasronudin. 2007. Biologi Molekuler dan Aplikasi Klinis Leptospirosis. Dalam Penyakit Infeksi
di Indonesia- Solusi Kini & Mendatang. Surabaya: Airlangga University Presshal: 145-
152
Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2007. Leptospirosis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Zein, Umar. 2008. Leptospirosis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna
1 Definisi
kerusakan organ, jaringan, dan sel yang dimediasi karena kompleks imun dan autoantibodi yang
2 Epidemiologi
Sistemik lupus eritematosus terutama menyerang wanita muda dengan insiden puncak
pada usia 15-40 tahun selama masa reproduksi dengan ratio wanita: laki-laki 5:1. Dalam 30
tahun terakhir, SLE telah menjadi salah satu penyakit rematik utama di dunia. Prevalensi SLE di
berbagai negara sangat bervariasi. Prevalensi pada berbagai populasi antara 2,9/100.000
400/100.000. SLE lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro, China, dan
mungkin juga Filipina. Terdapat juga tendensi familial. Prevalensi SLE di Amerika 15-50 per
100.000 penduduk dengan etnis terbanyak yakni Amerika Afrika. Faktor ekonomi dan geografi
Beberapa data di Indonesia dari pasien yang dirawat di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ditemukan 37,7 % kasus pada tahun 1998-1990. Di
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad sendiri belum ada data mengenai prevalensi SLE.1
3 Etiopatogenesis
Etiologi dan pathogenesis SLE belum diketahui dengan jelas. Meskipun demikian,
terdapat banyak bukti bahwa patogenesis SLE bersifat multifaktor, dan ini mencakup pengaruh
faktor genetik, lingkungan dan hormonal terhadap respon imun. Faktor genetik memegang
peranan penting dalam kerentanan serta ekspresi penyakit. Sekitar 10-20% pasien SLE
mempunya kerabat dekat yang juga menderita SLE. Angka terdapatnya SLE pada kembar
identik 24-69% lebih tinggi dari saudara kembar non identik 2-9%.1
Penelitian terakhir yang menunjukkan beberapa gen berikut HLA_DR 2 dan HLA-DR 3
berperan dalam mengkode unsur sistem imun. Gen lain yang ikut berperan seperti gen yang
mengkode sel reseptor T, imunoglobulin, dan sitokin. Sistem neuroendokrin ikut berperan
neuroendokrin dengan sistem imun saling mempunyai hubungan timbal balik. Beberapa
penelitian berhasil menunjukkan bahwa hormon prolaktin dapat merangsang respon imun.1
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu pada individu yang mempunyai predisposisi
genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal pada sel CD4 mengakibatkan hilangnya
toleransi sel T terhadap self antigen. Akibatnya muncullah sel T autoreaktif yang menyebabkan
induksi dan ekspansi sel B, baik yang memproduksi autoantibodi maupun yang berupa sel
memori. Wujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian diduga hormon seks, sinar UV, infeksi. 1
Pada SLE autoantibodi terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutama terletak pada
nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non histon. Kebanyakan di
antaranya adalah dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan kompleks
protein RNA. Ciri khas autoantigen ini mereka tidak tissue spesific dan merupakan komponen
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti nuclear antibodi). Dengan antigen
spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar di sirkulasi. Klirens kompleks imun
menurun, meningkatnya kelarutan kompleks imun, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam
hati, dan penurunan uptake kompleks imun pada limpa terjadi pada SLE. Sehingga kompleks
imun tersebut deposit ke luar sistem fagosit mononuklear. Endapannya di berbagai organ
mengakibatkan aktivasi komplemen sehingga terjadi peradangan. Organ tersebut bisa berupa
4 Manifestasi klinis
Gejala konstitusi. Seperti fatigue, penurunan berat badan, demam yang sifatnya tidak
mengancam jiwa. Penurunan berat badan yang terjadi dapat dibarengi dengan gejala
gastrointestinal. Demam dapat lebih dari 400C tanpa leukositosis. Menggigil (-). 1,3
Manifestasi renal. Komplikasi ini mengancam jiwa dan terjadi pada 30% pasien dengan
SLE. Nefritis terjadi pada beberapa tahun awal SLE. Gejala awal bisa asimtomatik, sehingga
pemeriksaan urinalisis dan tekanan darah penting. Karakteristik manifestasi renal berupa
proteinuria >500 mg/urin 24 jam, sedimen eritrosit. Klasifikasi glomerulonefritis akibat SLE
dibuktikan hanya dengan biopsi. Gejala yang dirasakan berupa nyeri kepala, kejang, depresi,
psikosis, neuropati perifer. Manifestasi sistem saraf pusat berupa aseptik meningitis, penyakit
penurunan kesadaran akut, kecemasan, disfungsi kognitif, gangguan mood, psikosis. Manifestasi
sistem saraf perifer berupa polineuropati perifer akut, gejala autonom, mononeuropati, miastenia
paling sering mengungkap terjadi SLE pada pasien. Atralgia dan mialgia merupakan gejala
tersering. Keluhan ini sering kali dianggap mirip dengan artritis reumatoid dan bisa disertai
dengan faktor reumatoid positif. Perbedaannya SLE biasanya tidak menyebabkan deformitas,
dicetuskan oleh fotosensitivitas. Bisa terjadi alopesia. Manifestasi oral berupa terbentuknya
ulkus atau kandidiasis, mata dan vagina kering. Perhatikan gambar 1 berikut malar rash dan
leukopenia. Anemia yang terjadi bisa terjadi akibat SLE maupun akibat manifestasi renal pada
SLE sehingga mengakibatkan terjadinya anemia. Limfopenia < 1500/uL terjadi pada 80% kasus.
3,5
paru, pleuritis. Pleuritis memiliki gejala nyeri dada, batuk, sesak napas. Efusi pleura juga bisa
terjadi dengan hasil cairan berupa eksudat. Shrinking lung syndrome merupakan sistemik yang
terjadi akibat atelektasis paru basal yang terjadi akibat disfungsi diafragma.3-5
Manifestasi gastrointestinal. Gejala tersering berupa dispepsia, yang bisa terjadi baik
akibat penyakit SLE itu sendiri atau efek samping pengobatannya. Hepatosplenomegali (+).
Terjadinya vaskulitis mesenterika merupakan komplikasi paling mengancam nyawa karena dapat
pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadi infark miokard. Gagal jantung dan angina pektoris,
5 Diagnosis
Kriteria diagnosis yang digunakan adalah dari American College of Rheumatology 1997
yang terdiri dari 11 kriteria, dikatakan pasien tersebut SLE jika ditemukan 4 dari 11 kriteria yang
No Kriteria Batasan
1 Rash malar Eritema, datar atau timbul di atas eminensia
malar dan bisa meluas ke lipatan nasolabial
2 Discoid rash Bercak kemerahan dengan keratosis bersisik
sinar matahari
4 Ulkus oral Ulserasi oral atau nasofaring yang tidak nyeri
5 Artritis nonerosif Melibatkan 2 atau lebih sendi perifer dengan
rub
7 Gangguan renal a. Proteinuria persisten > 0,5 gr per hari atau
kualifikasi >+++
campuran
8 Gangguan a. Kejang- tidak disebabkan oleh gangguan
elektrolit
d. Trombositopenia< 100,000/uL
10 Gangguan a. antiDNA meningkat
(ANA)
6 Penatalaksanaan
Tidak ada kata sembuh untuk SLE, remisi komplit pun jarang terjadi. Oleh karena itu
perlu diperhatikan untuk mengendalikan serangan akut dan mengatur stratefi sehingga dapat
mensupresi terjadinya kerusakan target organ. Tatalaksana diberikan sesuai manifestasi klinis
yang terjadi dan dibagi dalam kelompok yang mengancam nyawa dan tidak mengancam
nyawa.2,3
Penyuluhan dan edukasi penting diberikan pada pasien dengan SLE yang baru
Masalah terkait fisik misalnya penggunaan kortikosteroid untuk tatalaksana SLE bisa
Menggunakan payung, lengan panjang atau krem sinar matahari jika terpapar matahari
Memberikan edukasi mengenai terapi yang akan diberikan. Pasien dengan SLE
mengancam nyawa diberikan terapi agresif yakni imunosupresan dan kortikosteroid dosis
Artritis, artalgia, mialgia. Keluhan ringan diberikan analgetik atau NSAID. Jika tidak
berefek juga maka stop. Dapat diberikan kortikosteroid dosis rendah 15mg tiap pagi. Atau
mengurangi gejala fotosensitivitas. Sunscreen topikal berupa krem, minyak, lotio atau gel yang
mengandung PABA, ester, benzofenon, salisilat dan sinamat. Sunscreen dipakai ulang setelah
mandi atau berkeringat. Dermatitis lupus diberikan kortikosteroid topikal krem, salep atau
injeksi. Antimalaria juga dapat digunakan karena memiliki efek sunblock dan sunscreen. 1,7
Fatiq dan keluhan sistemik. Tidak memerlukan terapi spesifik. Cukup menambah
Serositis. Nyeri dada dan abdomen merupakan tanda serositis. Keadaan ini diatasi
dengan NSAID, antimalaria atau glukokortikoid dosis 15 mg/hari. Pada keadaan berat
dengan lupus nefritis dapat menjadi gagal ginjal kronik. Pasien dengan manifestasi kardiak bisa
menyebabkan gagal jantung, insufisiensi katup jantung, atau tamponade perikardial. Anemia
berat atau trombositopenia bisa mengancam nyawa. Keadaan yang demikian memerlukan
Berikut ini adalah contoh manifestasi yang mengancam nyawa dari SLE7
Jantung: vaskulitis/ vaskulopati koroner, endokarditis, miokarditis, perikardial
Otot: miositis
selama 3-5 hari yang dilanjutkan dengan prednison oral. Respon terapi dilihat selama 6 minggu
pertama, jika respon baik maka dosis steroid diturunkan 5-10% tiap minggu. Setelah sampai
dosis 30 mg/hari diberikan penurunan 2,5 mg/minggu, jika sudah sampai dosis 10-15 mg/hari,
turunkan dosis 1mg/minggu. Jika terjadi eksaserbasi berikan dosis efektif, lalu turunkan lagi.1,7
Imunosupresan. Imunosupresan ini diberikan jika hanya tidak respon dengan terapi
steroid, setelah 4 minggu pemberian. Contoh imunosupresan yang bisa diberikan berupa
keadaan. Untuk artritis berat pilihannya adalah metotreksat. Nefritis lupus diberikan
siklofosfamid atau azatioprin. Siklofosfamid bolus 0,5-1 gr/m2 dalam 250 cc NS selama 1 jam
diikuti pemberian cairan 2-3 L/24 jam. Jika ada nefritis, dosis siklofosfamid hanya 500-750
mg/m2. Pemberiannya selama 6 bulan, kemudian dalam 3 bulan selama 2 tahun. Azatioprin oral
1-3 mg/kg/hari selama 6-12 bulan. Siklosporin 3-6 mg/kg/hari untuk nefritis SLE. Metotreksat
Terapi lain seperti imunoglobulin 300-400 mg/kg/hari selama 5 hari berturut-turut untuk
mencegah kekambuhan masih dalam proses penelitian. Selain itu, plasmaferesis juga masih
8 Prognosis
Studi di Eropa pada 1000 pasien SLE menunjukkan 92% dengan terapi optimal memiliki
survival rate 10 tahun, dan menurun 88% pada pasien dengan nefropati. Usia rata-rata kematian
44 tahun, dan usia tertua untuk kematian 81 tahun. Penyebab kematian terbesar adalah lupus
nefritis.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid II. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
Atlanta:Rheumatology; 2012.
5. Warrell DA, Cox TM, Firth JD, Edward J, Benz, editors. Oxford textbook of medicine. 4th
Rheumatology; c2012 [cited 2012 Mar 28]. Rheumatology; [about 2 screens]. Available
from:
http://images.rheumatology.org/viewphoto.php?imageId=2861621&albumId=75674
7. American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on Systemic Lupus
8. WebMD [homepage on the Internet]. Lupus Health Center; c2005-2012 [cited 2012 Apr
http://lupus.webmd.com/tc/drug-induced-lupus-topic-overview
Kehamilan akan terjadi apabila terjadi konsepsi antara sel telur dengan sperma. Pelepasan sel
telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke 14 pada siklus menstruasi nornal
28 hari disebut dengan masa ovulasi. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap wanita.
Contoh : menstruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan minggu suburnya adalah tanggal
17 24.
Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi pelepasan sel telur dan
terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan 0,5 derajat celcius.
Bila pada masa subur terjadi hubungan seks, maka sperma akan ditampung di liang senggama
bagian dalam. Setiap mililiter sperma mengandung sekitar 35 40 juta spermatozoa, sehingga
setiap hubungan seks terdapat sekitar 110 120 juta spermatozoa.
Spermatozoa akan berjalan mendekati sel telur yang dilepaskan oleh ovarium. Setelah masuknya
kepala spermatozoa kedalam ovum dengan meninggalkan ekornya maka terjadilah pertemuan
antara sel
telur dengan sperma Peristiwa ini disebut pembuahan ( konsepsi = fertilisasi ) Ovum yang telah
dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim
kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarung di ruang rahim. Peristiwa ini
disebut nidasi (implantasi) Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira kira enam
sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan zat zat makanan bagi mudigah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum
(sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi dan plasenta.
(Rustam Mochtar, 1998 : 17)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital ridge. Menurut
umur wanita, jumlah oogonium adalah :
a) BBL
= 750.000
b) Umur 6 15
= 439.000
c) Umur 16 25 tahun
= 159.000
d) Umur 26 35 tahun
=
59.000
e) Umur 35 45 tahun
=
39.000
f) Masa menopause
= semua hilang
Oogonia
Liquar folliculi
3
Pematangan pertama ovum
Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum (Rustam Mochtar, 1998 : 17-18)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi
inti (nucleus) leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat
bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor kira kira sepuluh kali
bagian kepala.
Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel sel primitif tubulas testis. Setelah bayi laki
laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil
baliq. Pada masa pubertas dibawah pengaruh sel sel interstial leyding. Sel sel
spermatogonium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis. Urutan
pertumbuhan sperma (spermatogenesis)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tuba fallopi,
umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke sebelas sampai empat belas dalam siklus
menstruasi. Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga siap untuk
dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma yang mengandung kurang lebih seratus sepuluh
sampai seratus dua puluh juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik
ke serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi.
Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan
masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelisuda mengalami perubahan sehingga tidak dapat
dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei yang disebut zigot,
yang terdiri atas acuan genetic dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan xx
zigot menurunkan bayi perempuan dan xy zigot menurunkan bayi laki laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari sampai
stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran
rambut getar (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat
blastula. (Rustam Mochtar, 1998 : 18-19)
Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula
diselubungi oleh sutu sampai disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan
jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa
sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel sel desidua yaitu sel sel besar
yang
4
mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian
yang berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk kedalam desidua,
menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.
Itulah sebabnya kadang kadang pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua
(tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus
uteri. Bila nidasi telah terjadi , dimulailah diferensiasi sel sel blastula. Sel lebih kecil yang
terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan sel sel yang
tumbuh besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah suatu
lempeng embrional (embrional plate) diantara amnion dan yolk sac.
Sel sel trofoblas mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah (embrio) akan melapisi bagian
dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (chorionik membrane) yang kelak menjadi
korion. Sel- sel trofoblas tumbuh menjadi dua lapisan yaitu sitotrofoblas (sebelah dalam) dan
sinsitio trofoblas (sebelah luar)
Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang cabang dan disebut
korion krondosum sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat
makanan sehingga akhirnya menghilang disebut chorion leave.
Dalam peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon hormon chorionic gonadotropin (HCG).
(Rustam Mochtar, 1998 : 19-21)
Plasentasi
Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus
tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang
terbagi atas :
Desidua basalis
Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini plasentater bentuk.
Desidua kapsularis
Meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera
kosena obliterasi .
Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya. (Rustam Mochtar, 1998 : 21)
5
PERU
Terjadinya kehamilan:
Pembuahan atau fertilisasi: bertemunya sel telur atau ovum wanta dengan sel benih/ spermatozoa
pria
Nidasi atau implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal:
implantasi pada lapisan endometrium dinding cavum uteri).
Pertumbuhan dan perkembangan zigot embrio janin menjadi bakal individu baru.
Adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa hamil, fluktuasi kadarnya selama
kehamilan. Terjadinya perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi
dan organ-organ sistem tubuh lain, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan
hormonal tersebut.
DIAGNOSIS KEHAMILAN
Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) :
6
Amenorhea (tidak dating haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPMT) supaya dapat ditafsir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (HPL). HPL bias ditung dengan rumus Nagele :
(HPMT +7 ) dan (bulan HT 3) dan (tahun HT + 1).
Mual muntah
Biasanya terjadi pada bulan bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena
sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness. Bila mual dan muntah terlalu sering
disebut hiperemesis.
Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada triwulan pertama.
Pingsan
Bila berada ada tempat tempat yang ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
Hanya berlangsung pada triwulan pertama, kemudian nafsu makan timbul kembali.
Lelah
Disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli
payudara.
Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, hejala ini muncul kembali karena kandung kemih
tertekan oleh kepala janin.
Konstipasi/obstipasi
Karena tonus otot otot usus menurun oleh pengaruh hormone steroid.
Pigmentasi kulit
Varises
Terjadi pada kaki, betis dan vulva , biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
Tanda hegar
Tanda chadwick
Tanda piscaseck
Teraba ballotement
7
Ada gerakan janin
Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine.
Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos
rahim, serabut serabut kolagennya menjadi higroskopik endometrium menjadi desidua ukuran
pada kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapitasi lebih dari 4000 cc. Taksiran kasar
pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:
b. Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40
pekan).
Pada bulan bulan pertama kehamilan bentuk rahim seperti buah alpokat. Pada kehamilan empat
bulan berbentuk bulat dan akhir kehamilan bujur telur. Rahim yang kira kira sebesar telur
ayam, pada kehamilan dua bulan sebesar telur bebek dan kehamilan tiga bulan sebesar telur
angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang
sehingga bila diraba terasa lebih panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak (soft) disebut
tanda hegar. Pada kehamilan lima bulan, rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding
rahim terasa tipis, karena itu bagian bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan
dinding rahim.
Posisi Rahim
8
Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.
Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
(Rustam Mochtar, 1998 : 36)
Vaskularisasi
Aa.uterin dan aa. Ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak anak cabangnya.
Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan bertambah. ( Rustam Mochtar, 1998 : 36)
Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion dimana desidua kapsularis
dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi fundus uteri terletak antara pertengahan
simphisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
Pada kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2 3 jari di bawah pusat.
Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2 3 jari di atas pusat. Menurut
Spiegelberg dengan mengukur tinggi fundus uteri
Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari di bawah processus xiphoideus.
Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8 bulan tapi melebar ke
samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan processus xiphoideus. ( Rustam Mochtar,
1998 : 52)
9
Serviks uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut tanda goodell. Kelenjar
endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus, karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livide disebut tanda Chadwick. ( Rustam Mochtar,
1998 : 35)
Ovulasi terhenti. Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone (kira kira pada kehamilan 16 minggu
dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaxin di sirkulasi maternal
dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh
menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm. (Rustam Mochtar, 1998 :
35)
Vagina dan vulva terjadi perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat hipervaskularisasi, vagina
dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut
tanda Chadwick. (Rustam Mochtar, 1998 : 35)
10. Mammae
Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang, berat. Dapat teraba noduli noduli, akibat
hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting
susu dan areola payudara. Kalau diperas keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.
( Rustam Mochtar, 1998 : 40)
Perkembangan payudara ini karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen,
progesterone dan somatomamotropin.
Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara lain:
Estrogen, berfungsi :
Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin besar.
Tekanan serat syaraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit pada
payudara.
Progesteron, berfungsi :
10
Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
Somatomamotropin, berfungsi :
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu keluar cairan putih jernih (kolostrum) yang
berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.
Pengeluaran ASI belum berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH (Prolaktine Inhibiting
Hormone).
Sirkulasi darah
Volume darah
Volume dan darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester pertama.
Volume darah akan bertambah banyak, kira kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu, diikuti curah jantung (cardiac output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%.
Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita
penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasio kordis. Kenaikan plasma darah
dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan. ( Rustam Mochtar, 1998 : 37 )
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua dan naik lagi seperti
pada prahamil. Tekanan vena dalam batas batas normal. Pada ekstremitas atas dan bawah
cenderung naik setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata ratanya 84 kali
permenit. ( Rustam Mochtar, 1998 :38 )
c) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira kira 30%. Setelah kehamilan 3 bulan dan menurun lagi pada
minggu minggu terakhir kehamilan. ( Rustam Mochtar, 1998 : 38 )
11
Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus yang
tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit
selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernafas dada (thoracic breathing). ( Rustam
Mochtar, 1998 : 38)
Pada bulan bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat
kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot otot traktus digestivus menurun sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus usus. Hal ini mungkin
baik untuk resorpsi akan tetapi menimbulkan pola obstipasi yang memang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan bulan pertama kehamilan
gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sickness.
Emesis, bila terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum,
keadaan ini patologik. Salivasi ini adalah pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa. Bila
terlampau banyak, inipun menjadi patologik. (Hanifa Wiknjosastro, 2002 : 97 )
Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan
bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai
turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung
kencing mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena
pengaruh progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri karena
mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan olehkarena
uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering
memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di
belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai hidroureter
dekstra dan pielitis dekstra. Disamping sering kencing tersebut diatas terdapat pula poliuri.
Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga
filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga
lebih
banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan. ( Hanifa Wiknjosastro, 2002 :
97)
15. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat alat tertentu. Pigmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini
adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai cloasma gravidarum. Di
daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea alba pada
12
kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah
olah retak retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru biruan disebut striae livide.
Setelah partus striae livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albikantes.
Pada seorang multigravida sering tampak striae livide bersama striae albikantes. ( Hanifa
Wiknjosastro, 2002 : 97 98 )
17. Metabolisme
Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita hamil perlu
mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.
Tingkat metabolic basal(basal metabolic rate,BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15-
20%, terutama pada trimester akhir.
Keseimbangan asam alkali (acic base balance) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali:
Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing, dan
kadang kala dijumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada diabetes melitus. Dalam keadaaan
hamil, pengaruh kelenjar endokrin agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin dan
hormon-hormon adrenal 17-ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus diperhatikan sungguh-
sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.
Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100
cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara.
Deposit lemak lainya terdapat di badan, perut, paha dan lengan.
Metabolisme mineral
Kalsium dibutuhkan rata rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan tulang terutama
dalam trimester terakhir dibutuhkan 30 40 gram.
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg. Kenaikan berat badan yang terlalu
banyak ditemukan pada keracunan hamil pre-eklamasi dan eklamsi) kenaikan berat badan wanita
hamil disebabkan oleh :
13
Janin , uri, air ketuban, uterus.
Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang dibutuhkan untuk ini
terutama diperoleh dari pembakaran zat arang,khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas.
Namun bila dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori.
Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di
Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu
wanita hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin. ( Rustam
Muchtar, 1998 : 39-40 )
Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam kehamilan menyebabkan
kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan persendian.
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian bermasalah
yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan . Oleh karena itu masalah postur
merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah dimensi tubuh
dan
pusat gravitasi.
Kehamilan 5 minggu
Kantong lengkap dengan diameter 1cm yang terbungkus oleh vili korialis, ciri ciri khas manusia
belum ditemukan.
Embrio
Kehamilan 6 minggu
Kantong berdiameter 2,3cm, berat 1 gram. Kepala membesar, terbentuk tonjolan lengan dan
tungkai, jantung
14
primitif mulai berfungsi, denyut jantung terdengar lewat alat elektronik, sirkulasi dalam bentuk
yang primitif, terbentuk hubungan antar pembuluh darah dalam korion dan antar pembuluh yang
sudah tumbuh dengan body stalk.
Kehamilan 10 minggu
Panjang embrio 4 cm, genitalia eksterna terlihat. Membran anus pecah, tangan dan kaki sudah
bisa dikenali, terlihat bentuk manusia.
Janin
Kehamilan 12 minggu
Panjang janin 8cm, berat 15 gram, jari tangan serta jari kaki, mata dan telinga, sirkulasi dan
ginjal sudah terbentuk, septum nasi dan palatum telah menyatu, kelenjar endokrin dan sistem
saraf mulai berfungsi.
16 Minggu
Panjang janin 16cm, berat 110 gram, jenis kelamin mudah dikenali, kuku jari tangan dapat
terlihat, denyut jantung terdengar jelas, gerakan janin teraba.
20 Minggu
Panjang janin 22 cm, berat 300 gram, verniks pada kulit, lanugo (bulu buu halus) pada badan,
alis mata, janin kini secara hukum sudah dianggap viable.
24 Minggu
Panjang janin 30cm, berat 600 gram, kulit keriput, lemak terkumpul, perkembangan otak
berlanjut.
28 Minggu
Panjang janin 35 cm, berat 1000 gram, jika lahir bayi ini akan bergerak dengan kuat dan
menangis.
32 Minggu
Panjang janin 42cm, berat 1700 gram, kulit berwarna merah, keriput.
36 Minggu
Panjang janin 46 cm, berat 2500 gram, kuku sudah mencapai ujung jari tangan
40 minggu
Panjang janin 50cm, berat 3400 gram, tubuh bayi sudah terbungkus jaringan lemak, kulit
berwarna merah tidak keriput, semua organ sudah berfungsi kecuali paru paru.
Minggu 0
a. Perkembangan janin
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar
hari ke 11.
Perkembangan janin
Dari diskus embrionik, bagian tubuh pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang
belakang, otak dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernaan
terbentuk. Embrio kurang dari 0.64 cm.
15
Perubahan perubahan maternal
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi nyeri dan membesar. Kelelahan yang kronis
(menetap) dan sering kencing mulai terjadi dan berlangsung selama 3 bulan berikutnya HCG ada
di dalam urine dan serum 9 hari.
Perkembangan janin
Perkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik.
Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telinga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan
otot yang kecil terbentuk di bawah kulit.
Mual muntah atau morning sicknes. Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus
berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda tanda hegar dan goodell muncul. Serviks
fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya.
Penambahan berat badan belum terlihat nyata.
Embrio menjadi janin. Denyut jantung dapat terlihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih
berbentuk manusia karena tubuh barkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12.
jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.
Tanda Chadwick muncul. Uterus naik diatas simpisis pubis. Kontraksi braxton hicks mulai dan
mungkin terus berlangsung selama kehamilan. potensial untuk menderita infeksi saluran kencing
meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1- 2 kg selama trimester
pertama. Plasenta sekarang berfungsi penuh dan memproduksi hormon.
Sistem muskuloskeletal sudah matang. System syaraf mulai melaksanakan kontrol. Pembuluh
darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan
aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin
dapat didengar dengan Doppler. Pancreas memproduksi insulin.
Perubahan-perubahan maternal
Fundus berada di tengah antara simpisis dan pasti berat ibu bertambah 0,4-0,5 kg perminggu
selama sisa kehamilan. Mungkin mempunyai lebih banyak energi. Diameter biparietal dapat
diukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat (tetapi normal jika tidak gatal, iritasi /
berbau busuk). Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing
berkurang.
16
Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu
mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang teratur untuk tidur, menelan dan
menendang.
Perubahan-perubahan maternal
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung
400 ml cairan. Rasa akan pingsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah
secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin.
Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungkin ada.
Konstipasi mungkin dialami.
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang meningkatkan aktifitasnya.
Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7-0,8 kg.
Perubahan-perubahan maternal
Fundus diatas pusat. Sakit punggung dan kram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit
bisa berupa striae gravidarium, chloasma, linea nigra, dan jerawat. Mimisan dapat terjadi.
Mungkin mengalami gatal-gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru
paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran pada saat lahir.
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi.
Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Mungkin
lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai
terasa.
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan pemisahan bayi setelah
lahir. Bayi sudah tumbuh 38 43 cm. Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor.
Fundus mencapai prosesus xiphoid. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering kencing mungkin
kembali terjadi. Kaki bengkak dan sulit tidur mungkin terjadi. Mungkin juga mengalami
dyspnea.
17
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibody
ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai
system kekebalan bayi bekerja sendiri.
Penurunan bayi ke dalam pelvic atau panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir empat
kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 0,6. ibu ingin sekali melahirkan bayi,
mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencing meningkat.
Braxton hicks meningkat karena serviks dan segman bawah rahim disiapkan untuk persalinan.
(PusDikNaKes,2003 : 12-13)
1. Masa embrional
Meliputi masa pertumbuhan intrauterin samapi dengan usia kehamilan 8 minggu, di mana ovum
yang dibuahi (zygote) mengadakan pembuahan dan deferensiasi sel-sel menjadi organ-organ
yang hampir lengkap sampai terbebtuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia.
Proses pembentukan organ dari tidak ada menjadi ada ini (organogenesis) pada beberapa
sistem organ, misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus samapi minggu ke-12, sehingga beberapa
sumbermengklasifikasikan pertumbuhan masa embrional sampai dengan minggu ke-12
(trimester pertama kehamilan).
2. Masa fetal
Meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan ke 8-12 sampai dengan sekitar
minggu ke-40 (pada kehamilan normal atau aterm), di mana organisme yang telah memiliki
struktur lengkap tersebut melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada
keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstrauterin).
TRIMESTER PERTAMA
Minggu pertama: disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah
pembelahan sel. Sejak pembuahan atau fertilisasi ovum oleh sperma, zigot yang terbentuk
membelah diri sampai fase morula-blastula. Menjelang akhir minggu pertama terjadi implantasi
di endometrium kavum uteri.
Minggu kedua: terjadi deferensiasi masa seluler embrio menjadi dua lapis 9stadium bilaminer).
Kedua lapisan itu adalah lempeng epiblas (akan menjadi ektoderm) dan hipoblas (akan menjadi
endoderm). Akhir stadium bilaminer ditandai munculnya alur primitif atau alur sedehana
(ptimitive streak).
Minggu ketiga: terjadi pembentukan tiga lapis atau lempeng yaitu ektoderm dan endoderm
dengan penyusupan lapisan mesoderm di antaranya, diawali dari daerah primitive streak. Embrio
disebut berada dalam stadium tiga lapis (stadium trilaminer). Dari perkembangan ptimitive
streak terbentuk lempeng saraf (neural plate) dan menjadi lipatan saraf (neural fold) di bagian
kranial. Struktur ini kemudian berkembang menjadi alur saraf (neural groove) dan nantinya akan
menjadi tabung saraf (neural tube)
18
Minggu keempat: pada akhir minggu ke-3 atau ke-4, mulai terbentuk ruas-ruas badan (somit)
sebagai karakteristik pertumbuhan periode ini. Sampai minggu ke-8 samapi ke-12 (akhir
trimester pertama) pertumbuhan dan deferensiasi somit terjadi begitu cepat, sampai dengan akhir
minggu ke-8 terbentuk 30-35 somit, disertai dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik
lainnya. Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya sampai dengan akhir minggu
ke-12 (trimester pertama).
TRIMESTER KEDUA
Minggu ke-12 sampai ke-28: karakteristik utama perkembangan intrauterin trimester kedua
adalah penyempurnaan struktur organ umum dan mulai berfungsinya berbagai sistem organ.
Sistem sirkulasi: janin mulai menunjukkan adanya aktivitas denyut jantung dan aliran darah.
Dengan alat fetal ekokardiografi, DJJ dapat ditemukan sejak minggu ke-12. dengan stetoskop
laennec DJJ baru dapat terdengar setelah kehamilan 20 minggu. Ada beberapa struktur anatomik
yang terdapat pada masa janin kemudian tertutup atau mengalami regresi sesudah lahir sampai
dewasa, yaitu; foramen ovale, duktus arteriosus Botalli, arteria dan vena umbilikalis, dan duktus
venosus Arantii. Sel darah janin terutama mengandung HbF (hemoglobin fetal), yang memiliki
daya ikat oksigen jauh lebih tinggi dibandingkan HbA (Hb manusia dewasa) pada suhu dan pH
yang sama. HbA sendiri baru baru diproduksi pada akhir masa fetal, dan pada saat lahir,
jumlahnya mencapai hanya 30% dari seluruh Hb yang terkandung dalam neonatus. Pada
kehidupan ekstrauterin, berangsur-angsur produksi HbF berkurang sampai akhirnya normal tidak
terdapat lagi dalam tubuh individu.
Sistem respirasi: janin mulai menunjukkan gerak pernafasan sejak usia 18 minggu.
Pekembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26 minggu. Surfaktan
mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya sangat minimal dan baru
adekuat untuk survival ekstrauterin pada akhir trimester ketiga. Aliran keluar-masu yang terjadi
pada pernafasan janin intrauterin bukanlah aliran udara, tetapi aliran cairan amnion. Seluruh
struktur saluran nafas janin sampai alveolus terendam dalam cairan amnion tersebut.
Sistem gastrointestinal: Janin mulai menunjukkan aktivitas gerakan menelan sejak usia gestasi
14 minggu. Gerakan menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai
diproduksi sejak skhir trimester pertama, diikuti dengan seluruh enzim-enzim pencernaan
lainnya. Mekonium, isi yang terutama pada saluran oencernaan janin, tampak mulai usia 16
minggu. Mekonium berasal dari: 1) sel-sel mukosa dinding saluran cerna yang mengalami
deskuamasi dan rontok, 2) cairan atau enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna, mulai dari
saliva sampai enzim-enzim pencernaan, 3) cairan amnion yang diminum oleh janin, yang
kadang-kadang mengandung juga lanugo (rambut-rambut halus dari kulit janin yang rontok) dan
sel-sel dari kulit janin atau membran amnion yang rontok. Oksigenasi janin terutama tetap
berasal dari berasal dari sirkulasi meternal-fetal, melalui plasenta dan tali pusat.
Sistem saraf dan neuromuskular: ini merupakan sistem yang palinga awal mulai menunjukkan
aktivitasnya, yaitu sejak usia 8-12 minggu (akhir trimester pertama), berupa kontraksi oto yang
timbul jika terjadi stimulasi lokal. Sejak usia 9 minggu, janin mampu mengadakan fleksi alat-alat
gerak, dengan refleks-refleks dasar yang sangat sederhana (fleksi satu sisi diikuti juga fleksi sisi
19
lainnya). Terjadi juga berbagai gerakan spontan (spontaneus movement). Namun ukuran janin
pada akhir trimester pertama ini masih kecil, sehingga gerakan-gerakan janin belum dapat
dirasakan oleh ibunya. Sejak usia 13-14 minggu (awal trimester kedua), gerakan-gerakan janin
baru mulai dapat dirasakan ibunya. Terdapat hubungan antara keadaan emosional ibu dengan
tingkat aktivitas janin (misalnya, saat ibu marah atau gembira, gerak janin lebih sering atau kuat,
sebaliknya waktu ibu sedih atau depresi atau ketakutan, gerak janin lebih sedikit atau lemah).
Hal ini disebabkan oleh pengaruh variasi kadar hormon adrenalin ibu yangjuga ditransfer ke
janin melelui sirkulasi plasenta.
Sitem saraf sensorik khusus atau indera: mata yang terdiri dari lengkung bakal lensa (lens
placode) dan bakal bola mata atau mangkuk optik (optic cup) pada awalnya menghadap ke
lateral, kemudian berubah letaknya ke permukaan ventral wajah. Saraf penglihatan atau nervus
optikus merupakan derivar ektoderm, memasuki bola mata dari bagian posterior. Telinga yang
berasal dari vesikel otik (otic vesicles) bergeser ke sisi lateral kepala, menempati tempatnya yang
tetap. Telinga luar memperoleh inervasi sensorik dari nervus facialis, telinga dalam (organ
pendengaran dan keseimbangan) memperoleh inervasi dari derivat ektoderm nervus
vestibulokoklearis. Hidung yang berasal dari bakal olfaktoris (olfactory placode) merupakan
penebalan ektoderm permukaan di daerah wajah, memperoleh inervsi sensorik dari nervus
olfaktorius. Lidah berasal dari lengkung faring endoderm, kemudian memperoleh inervasi
sensorik dari cabang nervus trigeminus dan nervus facialis, serta inervasi motorik dari nervus
hipoglosus dan nervus laryngeus superior.
Sistem urinarius: glomerulus ginjal mulai terbentuk sejak usia 8 minggu. Pada kehamilan 20
minggu jumlah glomerulus diperkirakan mencapai 300-400 ribu. Ginjal mulai berfungsi sejak
awal trimester kedua, dan di dalam vesica urinaria dapat ditemukan urine janin, yang keluar
melalui uretra dan bercampur dengan cairan amnion. Produksi urune kira-kira 0,05-0,10
cc/menit. Ginjal belum sepenuhnya berfungsi, baik fungsi filtrasi maupun ekskresi, karena
vaskularisasi juga relatif masih sedikit.
Sistem endokrin: kortikotropin dan tirotropin mulai diproduksi di hipofisis janin sejak 10
minggu,
mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan kelenjar suprarenal dan kelenjar tiroid.
Setelah kelenjar-kelenjar itu berkembang, produksi dan sekresi hormon-hormonnya juga milau
berlangsung. Hormon maternal maupun plasenta juga didistribusikan dalan jumlah besar ke
dalam sirkulasi janin, dan aktivitasnya juga mempengaruhi pertumbuhan janin, lebih daripada
hormon yang diproduksi janin itu sendiri. Kelenjar-kelenjar reproduksi pria (testis) juga
menghasilkan testosteron dan androstenedion, namun pada wanita (ovarium) tidak ditemukan
sekresi estrogen dan progesteron, kemungkinan karena belum terjadi pematangan teka dan
gralukosa folikel lebih lanjut.
Bulan ketiga: wajah terbentuk makin sempurna, letak organ wajah sesuai tempatnya. Alat
kelamin luar berkembang. Lengkung usus yang terdesak ke arah tali pusat kembali tercakup
dalam rongga abdomen. Mulai terdeteksi gerakan otot atau refleks gerak sederhana, tetapi belum
sampai menimbulkan sensasi pada ibu. Pada akhir ke-12, jenis kelamin fetus umumnya sudah
diidentifikasi melelui pemeriksaan ultrasonografi.
20
Bulan keempat-kelima: tubuh janin memanjang dengan cepat, pertambahan berat mencapai 500
g. Tumbuh rambut-rambut halus (lanugo), rambut kepala, alis, dan bulu mata. Gerakan janin
mulai dapat dirasakan oleh ibu.
Bulan keeanm-tujuh: berat badan bertambah banyak, sampai dengan separuh berat janin pada
kehamilan aterm. Kulit kemerahan dan keriput karena belum terbentuknya jaringan ikat subkutis.
Susunan saraf pusat, kardiovaskular danpernafasan belum berfungsi sempurna dan diantara
ketiganya belum dapat berkoordinasi baik, sehingga jika janin pada periode ini tidak akan dapat
bertahan hidup.
TRIMESTER KETIGA
Minggu
ke-28
sampai
dengan
minggu
ke
38-42
Pada awal bulan ke-3, ukuran kepala merupakan separuh ukuran kepala-bokong (crown-rump
length / CRL), tetapi sejak awal bulan ke-5, ukuran kepala relatif berkurang menjadi sepertiga
dari CRL, sampai
Hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan badan dan ekstremitas, bersama dengan penurunan
pertumbuhan kepala.
Bulan kesembilan: pertumbuhan kepala maksimal, lingkar kepala menjadi lingkar terbesar
daripada seluruh bagian tubuh. Pada bayi laki-laki, testis mulai turun ke tempatnya di dalam
skrotum.
Saat lahir: terjadi mekanisme adaptasi berbagai struktur janin. Di antaranya, paru yang semula
kolaps karena belum terisi udara, sejak lahir menjadi mengembang karena terisi udara
pernafasan. Berbagai struktur dalam sistem kardiovaskular menutup. Sejak tali pusat diputuskan,
sirkulasi feto-maternal melalui plasenta dan pembuluh darah umbilikus terputus, dan bayi
terpisah dari sirkulasi ibunya.
Ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii).
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira kira 1000 1500 cc. air ketuban berwarna
putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan berat
jenis 1,008.
21
Komposisinya terdiri atas 98% air. Sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel sel epitel,
rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira kita 2,6% g per liter
terutama albumin.
Dijumpai lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban yang sangat berguna untuk mengetahui
apakah paru paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda bahwa
permukaan paru paru diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru paru untuk
berkembang dan bernafas.
Bila persalinan lama atau ada gawat janin atau janin letak sungsang maka akan kita jumpai
warna air ketuban yang keruh kehijauan karena telah bercamur dengan mekonium.
Faal
Mungkin untuk menambah splai cairan janin dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing janin
Meratakan tekanan intrauterine dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah
Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat, kira kira 350
500cc
Kencing janin
Asal campuran
PLASENTA
Perkembangan Plasenta
Sel sel paling luar pada trofoblast berkembang menjadi tonjolan tonjolan yang menyerupai jari
jari (vili). Vili primitif ini menjorok kedalam pembuluh kapiler maternal untuk memudahkan
pertukaran oksigen, nutrisi dan bahan sisa. Pada bagian tengah setiap vili akhirnya terbentuk
pembuluh darah halus dari embrio. Diantara pembuluh pembuluh darah janin dan ibu akan
tumbuh empat lapisan jaringan yang berbeda. Lapisan lapisan ini sangat rapat satu sama ain dan
secara kolektif disebut sebagai membran (selaput) plasenta. Karena sawar (barier) ini, aliran
darah janin dan ibu tidak tercampur.
Desidua kemudian melapisi keseluruhan uterus. Pada tempat produk kehamilan menanamkan
dirinya, lapisan desidua tersebut pecah menjadi dua. Desidua yang langsung berada di bawah
blastokist disebut desidua basalis dan desiuda yang letaknya superfisial terhadap blastokist
(yaitu bagian desidua yang akan menutupi produk pembuahan setelah implantasi terjadi)
dinamakan desidua kapsularis. Bagian desidua lainnya yang melapisi kavum uteri dinamakan
desidua vera.
Kapsula ovum tumbuh sampai desidua kapsularis bertemu dengan desidua vera. Kedua desidua
ini menyatu dan kavum uteri akan tersumbat pada akhir mingg ke-12 kehamilan.
Vili yang mengelilingi ovum semakin bertambah jumlahnya dan dalam setiap vili terbentuk
bagian inti yang mengandung pembuluh darah. Vili yang bersentuhan dengan desidua kapsularis
segera
22
mengalami atrofi dan akhirnya menjadi membran luar (korion). Vili yang bersentuhan dengan
desidua basalis tidak mengalami atrofi dan akan tumbuh menjadi korion frondosum.
Korion frondosum (berasal dari ovum) dan desidua basalis (berasal dari ibu) secara bersama
sama membentk plasenta. Proses ini selesai pada akhir bulan ke-3. plasenta akan terus tumbuh
disepanjang kehamilan sampai usia aterm (40 minggu).
Pada usia aterm, plasenta memiliki berat sekitar seperenam berat bayi dan biasanya berukuran
sekitar 20cm dengan ketebaan 2 3cm. Plasenta terutama berasal dari janin tetapi permukaannya
yang merah dan kasar berasal dari ibu.
Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari uri yang matang terdiri atas :
Vili korialis
Darah ibu yang berada dalam ruang interviler berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua
basalis. Pada sistol, darah dipompa dengan tekanan 70 80 mmHg kedalam ruang intervier
sampai pada lempeng korionik pangkal dari kotiledon kotiledon. Darah tersebut membanjiri vili
korialis dan kembali perlahan lahan ke pembuluh balik di desidua dengan tekanan 8 mmHg.
Pada bagian permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang kelihatan licin. Dibawah lapisan
amnion ini berjalan cabang cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada uri
bagian permukaan janin
Permukaan Maternal
Permukaan maternal berwarna merah gelap. Permukaan ini terbagi menjadi sejumlah kotiledon
(lobus). Plasenta yang mature seringkali memiliki bercak bercak kasar seperti butiran pasir.
Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15 20 buah).
Desidua basalis pada uri matang disebut lempeng korionik (basal), dimana sirkulasi utero-
pasental berjalan ke ruang ruang intervili melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu
dan janin adalah terpisah. Pertukaran terjadi melali sinsitial membran yang berlangsung secara
osmosis dan alterasi fisiko kimia.
Tali Pusat
Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin. Panjangnya rata rata 50
55 cm, sebesar jari (diameter 1 2,5cm). Pernah dijumpai tali pusat terpendek 0,5cm dan
terpanjang 200cm. Struktur terdiri atas 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis serta jelly
wharton.
Letak Plasenta
Letak uri yang normal umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri.
23
Sirkulasi Plasenta
Darah dipompakan lewat janin oleh jantung janin. Darah meninggalkan janin melali pembuluh
pembuluh arteri pada funikulus umbilikalis dan berjalan ke plasenta. Pembuluh arteri umbilikalis
ini bercabang di seluruh permukaan plasenta, terbagi lagi dan kemudian berakhir dalam vili
korialis.
Vili korialis terendam dalam darah maternal namun tidak terdapat hubungan langsung antara
darah fetal dan darah maternal. Karbondioksida dan setiap produk limbah akan diangkut keluar
sementara oksigen dan nutrien diambil lewat sawar plasenta. Darah yang sudah diperbarui in
akan kembeli ke janin lewat vena umbilikalis.
Fungsi Plasenta
Darah maternal akan memberikan nutrien kepada janin dalam bentuk yang paling sederhana :
Vitamin
Mineral
Dll
Plasenta mengubah glukosa menjadi glikogen, menyimpannya dan mengubahnya kembali ketika
diperlukan sampai hati janin berfungsi penuh. Meskipun janin bergantung pada ibu dalam
memperoleh semua kebutuhan gizinya, namun keadaan kurang gizi yang diderita ibu biasanya
harus cukup berat sebelum pertumbuhan intrauterin terganggu.
Respirasi, yaitu alat penyalur zat asam dan pembuang CO2
Tekanan aliran darah maternal ke plasenta relatif rendah dan aliran yang lebih lambat sebagai
akibat dari tekanan yang rendah ini akan membantu proses pertukaran gas. Oksigen dari darah
ibu berdifusi lewat barrier plasenta. Jika ibu mengalami hipoksia, janin akan mengalami hipoksia
pula. Defisiensi atau kekurangan oksigen pada janin akan terjadi pula kalau terdapat gangguan
aliran darah plasenta (seperti ketika uterus berkontraksi terus saat persalinan). Kalau terdapat
gangguan aliran darah tali pusat (misalnya penipisan, peregangan atau prolapsus tali pusat) dan
kalau tekanan darah maternal terlalu tinggi sehingga pertukaran gas tidak efektif (misal pada pre
eklamsia).
Plasenta mengekskresikan setiap produk limbah. Produk ini sangat sedikit karena semua bahan
gizi sudah dalam bentuk siap pakai. Penggunaan zat zat gizi terutama bagi pembangunan
jaringan.
Produksi, Yaitu alat yang menghasilkan hormon hormon Hormon hormon yang dhasilkan oleh
plasenta antara lain :
Human Chorionic gonadotropin (HCG)
Estrogen
Progesteron
24
dll
Pertahanan (sawar), yaitu alat yang menyaring obat obatan dan kuman kuman yang bisa
melewati urin
DAFTAR PUSTAKA
Ida bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar dasar Keperawatan Maternitas. Ed 6. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed 2. EGC.
Jakarta
RETENSIO PLASENTA
DEFINISI
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
ETIOLOGI
Penyebab pasti tertundanya pelepasan plasenta dari implantasinya tidak selalu dapat
dijelaskan, tetapi sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus. Walaupun sangat jarang, hal tersebut dapat disebabkan karena plasenta melekat
erat ke tempat implantasi, akibatnya satu atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis
Walaupun plasenta yang terlalu melekat jarang dijumpai, namun memiliki makna klinis
yang cukup penting karena morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan oleh perdarahan berat,
perforasi usus, dan infeksi. Insiden plasenta akreta, inkreta dan perkreta telah meningkat karena
1 Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta atau plasenta melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya:
a Plasenta adhesiva: plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b Plasenta inkreta: vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
d Plasenta perkreta: vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
: kelainan perlekatan plasenta pada dinding uterus
2 Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum disebabkan adanya lingkaran
konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Plasenta mungkin pula tidak keluar
karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta
sudah lepas sebagian maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
PENATALAKSANAAN
belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan. Dapat
dicoba dulu perasat menurut Crede. Tindakan ini sekarang tidak banyak dianjurkan karena
kemungkinan terjadinya inversio uteri dan tekanan yang keras pada uterus dapat pula
menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan rasa nyeri keras dengan kemungkinan syok. Para
ahli mengatakan bahwa perasat ini dapat menimbulkan pelepasan tromboplastin atau fibrinolis
okinase yang mengakibatkan koagulopati. Akan tetapi dengan teknik yang sempurna dan tanpa
ekspresi. Perasat ini dapat dilakukan jika kontraksi uterus baik dan vesika urinaria kosong.
Pelaksanaannya dengan cara memegang fundus uteri dengan tangan kanan sehingga ibu jarit
erletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan
belakang, bila ibu gemuk hal ini tidak dapat dilaksanakan dan sebaiknya langsung dikeluarkan
secara manual. Setelah uterus berkontraksi baik, maka uterus di tekan ke arah jalan lahir.
Gerakan jari seperti memeras jeruk. Perasat crede tidak dilakukan jika uterus tidak berkontraksi
Salah satu cara lain untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara Brandt. Dengan
salah satu tangan, penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada
dinding perut di atas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan terletak di permukaan
depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah rahim. Dengan melakukan tekanan ke
arah dorsokranial, maka badan rahim akan terangkat. Apabila plasenta telah lepas, maka tali
pusat tidak akan tertarik ke atas. Kemudian tekanan di atas simfisis di arahkan ke arah
dorsokranial, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk
membantu mengeluarkan plasenta. Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta tidak
dapat dilahirkan seluruhnya, melainkan sebagian masih ketinggalan yang harus dikeluarkan
dengan tangan.
Pengeluaran plasenta dengan tangan atau pelepasan plasenta secara manual (manual
plasenta) kini dianggap cara yang paling baik. Dengan tangan kiri menahan fundus uteri supaya
uterus jangan naik ke atas, tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum uteri. Dengan mengikuti
tali pusat, tangan itu sampai di plasenta dan mencari pinggir plasenta. Kemudian jari-jari tangan
itu dimasukkan antara pinggir plasenta dan dinding uterus. Biasanya tanpa kesulitan plasenta
sedikit demi sedikit dapat dilepaskan dari dinding uterus untuk kemudian dilahirkan. Sebaiknya
sebelum tindakan pelepasan plasenta secara manual dilaksanakan, sebaiknya pasang infus garam
fisiologis. Walaupun orang takuta bahwa pelepasan plasenta secara manual meningkatkan
insidensi infeksi, namun tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru bermaksud untuk
Pelepasan plasenta secara manual. A: tangan kanan masuk ke kavum uteri dengan
menyusuri tali pusat. B: jari-jari tangan itu dimasukkan antara pinggir plasenta dan
dinding uterus. C: setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan ditarik dan
dikeluarkan perlahan-lahan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta akreta. Plasenta hanya
dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong dan bahaya perdarahan serta perforasi mengancam.
akreta dibuat, sebaiknya usaha mengeluarkan plasenta secara bimanuil dihentikan, lalu dilakukan
histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena lingkaran
konstriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam vagina dibantu oleh
anestesia umum melonggarkan konstriksi. Dengan tangan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan
cunam ovum melalui lingkaran konstriksi untuk memegang plasenta, dan perlahan-lahan
plasenta sedikit demi sedikit ditarik ke bawah melalui tempat sempit itu.
mengusap kavum uteri dengan spons/kassa, apabila hal ini dilakukan, perlu dipastikan bahwa
Setelah plasenta lahir fundus uteri harus selalu dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik. Apabila uterus tidak keras, maka masase fundus diindikasikan.
Biasanya oksitosin diberikan 20 IU dalam 1000 ml ringer laktat atau normal salin dengan
kecepatan tetesan sekitar 10 tetes/ menit ditambah dengan masase uterus akan menimbulkan
kontraksi yang efektif. Apabila oksitosin yang diberikan secara infus cepat tidak efektif,
beberapa dokter memberikan turunan ergot (metilergonvin) 0,2mg intravena atau intramuskuler.
Obat ini dapat merangsang uterus berkontraksi cukup kuat untuk menghentikan perdarahan. Obat
ini dikontraindikasikan pada wanita dengan preeklamsia karena dapat menyebabkan hipertensi
yang berbahaya.
IM : 10 unit
Dosis lanjutan IV: 20 unit dalam Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam
jam
Dosis Tidak lebih dari 3 Total 1 mg atau 5 Total 1200 mg
oksitosin
Indikasi Pemberian IV Preklampsia, vitium Nyeri kontraksi
hati
DAFTAR PUSTAKA
1 Saifuddin, A.B, ed. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
2 Martohoesodo,S., Hariadi,R., Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
3 Cunningham, F.Gary et all. Obstetri Williams Vol. 1 Edisi 21. Jakarta. EGC. 2006
klinikobgin-kelainan-persalinan-perdarahan-postpartum_jpg.mht