Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma

atau injuri didefinisikan sebagai gangguan seluler yang disebabkan oleh hantaman

energi lingkungan yang di luar daya pegas/elastisitas tubuh yang berakibat

kematian sel dikarenakan iskemia/reperfusi. Trauma sendi adalah keadaan di

mana bagian tubuh yaitu sendi baik dalam atau pun luar mengalami trauma yang

disebabkan oleh luka atau cidera.


Secara anatomis stabilitas sendi tersebut meliputi stabilitas tulang (bone

stability) yaitu tulang yang membentuk sendi dan stabilitas jaringan lunak (soft

tissue stability) yang berupa kapsul sendi dan ligamentum serta tendo / otot-otot di

dekat sendi itu. Apabila terjadi kerusakan dari struktur tersebut diatas maka sendi

tersebut menjadi tidak stabil dengan kata lain disebut instabilitas sendi (joint

instability). Stabilitas sendi sangat bervariasi seperti sendi panggul yang termasuk

dalam golongan ball and socket joint dengan permukaan asetabulum seperti

mangkok yang dalam akan memberikan stabilitas lebih baik bila dibanding

dengan sendi lutut yang termasuk grup hinge joint dimana faktor jaringan lunak

memegang peranan pada stabilitas sendi.


Trauma langsung akan mengakibatkan sendi mengalami kontusi, dan bila

trauma tersebut lebih berat lagi dapat menimbulkan subluksasi atau dislokasi

bahkan fraktur intraartikular. Pada trauma tidak langsung (indirect injury) maka

jaringan lunak seperti ligamentum akan teregang atau ruptur parsial yang disebut

dengan nama sprain dan berdasarkan pergeseran sendi serta pemeriksaan klinis

dan mikroskopik dibagi menjadi : sprain grade I hanya mengeluh kesakitan tanpa

1
instabilitas sendi. Sprain grade II terjadi ruptur sebagian serabutnya saja sehingga

terjadi instabilitas sendi minimal. Pada Sprain grade III karena energi trauma

cukup besar dapat terjadi ruptur komplit atau avulsi sehingga terjadi instabilitas

sendi.
Cedera pergelangan kaki sering dianggap sebagai luka yang diakibatkan

aktivitas berolahraga, Fakta dilapangan, Sesuatu yang sederhana seperti berjalan

di permukaan yang tidak rata, penggunaan sepatu high heels bisa menyebabkan

cedera pada angkle.


Cedera ankle bisa terjadi pada siapa saja pada usia berapapun. Namun, pria

berusia antara 15 dan 24 tahun memiliki resiko cidera lebih renda , dibandingkan

wanita berusia 30 tahun yang memiliki resiko cidera. Namun, tetap saja dari

seluruh kejadian cidera angkle aktivitas olahraga yang paling banyak

menyebabkan cidera angkle.


Setiap hari di AS, 25.000 orang mengalami cidera angkle. Dan lebih dari 1

juta orang mengunjungi ruang gawat darurat setiap tahun karena cedera

pergelangan kaki. Cedera pergelangan kaki yang paling umum adalah dislokasi

dan fraktur, yang melibatkan ligamen dan tulang di pergelangan kaki. Namun

tidak jarang juga dapat mengenai tendon.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ankle

Sendi pergelangan kaki terdiri atas sebuah kantung yang dibentuk poleh

ujung-ujung bawah tibia dan fibula, yang cocok dengan bagian atas corpus tali.

Talus dapat digerakkan pada sumbu transversal dengan cara mirip engsel, karena

itu pergelangan kaki tergolong sendi sinovial jenis engsel. Bentuk tulang-tulang

dan kekuatan ligamen-ligamen dan tendon di sekitarnya menjadikan sendi kuat

dan stabil. (Moore & Agur, 2012 ; Snell, 2012)

2.1.1 Permukaan Articuler

Ujung-ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah sosok (lekuk

dalam) yang mencakup talus. Permukaan medial malleolus lateralis bersendi

dengan permukaan lateral talus. Tibia bersendi dengan talus di dua tempat, yaitu

permukaan inferior tibia membentuk atap sosok tadi, malleolus medialis tibia

bersendi dengan permukaan medial talus. (Moore & Agur, 2012)

(Snell, 2012)
Gambar 2.1
Permukaan Articuler Ankle

3
Kedua malleolus memegang talus erat-erat sewaktu tulang ini berumbang-

ambing ke depan dan ke belakang pada gerak sendi pergelangan kaki. Sendi

pergelangan kaki bersifat amat stabil pada dorsofleksi karena pada posisi ini

permukaan artikular superior talus (trochlea), mengisi pebuh sosok yang dibentuk

oleh kedua malleolus. Cengkraman kedua malleolus pada talus adalah paling kuat

jika kaki berada dalam posisi dorsofleksi karena gerak demikian mendorong

bagian trochlea ke belakang, dan sedikit memencarkan tibia dan fibula.

Pemencaran demikian dibatasi oleh ligamentum interosseum yang kuat dan oleh

ligamentum tibiofibulare interior posterius yang mempersatukan tulang-tulang

tungkai bawah. Pada fleksi plantar kaki sendi pergelangan kaki relatif kurang

stabil karena permukaan artikular proksimal talus lebih sempit di sebelah posterior

dan menempati sosok tibiofibular hanya untuk sebagian. (Moore & Agur, 2002)

2.1.2 Ligamentun

Disebelah medial capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum mediale

(deltoideum) yang sangat kuat dengan puncaknya (proksimal) melekat pada

malleolus medialis. Di bawah (inferior), serat-serat dalamnya melekat pada daerah

non-artikular permukaan medial corpus tali; serat-serat superfisial melekat pada

sisi medial talus, sustentaculum tali (ligamentum tibiotalare anterius dan

ligamentum tibiotalare posterius), ligamentum calcaneonaviculare plantare

(ligamen tibiocalcaneum) dan tuberosistasossis navicularis (ligamentum

tibionaviculare). Ligamentum tibionaviculare, ligamentum tibiotalare anterius dan

ligamentum tibiotalare posterius, dan ligamen tibiocalcaneum merupakan bagian-

bagian yang membentuk ligamentum mediale atau deltoideum. (Moore & Agur,

2012 ; Snell, 2012)

4
(Snell, 2012)
Gambar 2.2
Anatomi Ligament Ankle

Di sebelah lateral capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum lateral yang

lebih lemah dari ligamentum mediale yang terdiri tiga bagian: (Moore & Agur,

2012 ; Snell, 2012)

Ligamentum talofibulare anterius yang lemah, carik yang pipih yang

berjalan dari melleolus lateralis ke permukaan lateral tallus.

Ligamentum talofibulare posterius, berkas tebal dan cukup kuat, melintas

horisontal dalam arah medial, sedikit posterior terhadap fossa malleoli ke

tuberculum laterale tali.

Ligamentum calcaneofibulare, seutas tali yang bulat, melintas dalam arah

posteroinferior dari ujung malleolus lateralis ke permukaan lateral

calcaneus.

(Snell, 2012)
Gambar 2.3
Anatomi Ligament Ankle

5
2.1.3 Membran Sinovial

Membran ini melapisi simpai dan berjalan sedikit ke atas di depan

ligamentum interosseum artikulasio tibiofibularis inferior. (Snell, 2012)

Gambar 2.4
Membran Sinoval

2.1.4 Vaskularisasi

Arteri-arteri berasal dari rami malleolares arteriae fibularis dan arteria

tibialis posterior dan anterior. (Moore & Agur, 2012)

2.1.5 Inervasi

Saraf-saraf berasal dari nervus tibilais dan nervus fibularis profundus,

cabang nervus fibularis communis. (Moore & Agur, 2012)

2.1.6 Pergerakan

Fleksio (jari-jari kaki menuju ke atas) dan plantar fleksio ( jari-jari menuju

ke bawah). Dorsofleksio dikerjakan oleh m. tibialis anterior, m. extentor hallucis

longus, m. extensor digitorum longus, dan m. peroneus tertius. Peristiwa

inidibatasi oleh tegangnya tendon calcaneus, serat-serat posterior lig. Mediale, dan

lig. Calcaneofibulare. Plantarfleksio dikerjakan oleh m. gastrocnemius, m. soleus,

m. plantaris, m. peroneus longus, m. peroneus brevis, m. tibialis posterior, m.

6
pleksor digitorum longus, dan m. fleksor hallucis longus. Peristiwa ini dibatasi

oleh tegangganya otot berlawanan, serat-serat anterior lig. mediale, dan lig.

talofibulare anterius. (Snell, 2012)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selama dorsofleksio sendi

pergelangan kaki, bagian anterior yang lebih lebar dari trochlear tali dipaksakan di

antara malleolus medialis dan lateralis, yang menyebabkannya agak terpisah dan

mengencangkan ligamen art. tibiofibularis inferior. Susunan demikian sangat

menambah kestabilan sendi pergelangan kaki bila kaki sedang dalam posisi awal

gerak maju dalam berjalan, berlari, atau melompat. Sedangkan bila sendi

pergelangan kaki dalam keadaan plantar fleksio sempurna, ligamen dari art.

tibiofibularis inferior kurang diregangkan, dan memungkinkan sedikit rotasi,

abduksio, dan aduksio. (Snell, 1998)

Gambar 2.5
Pergerakaan Sendi Ankle

7
2.2 Definisi

Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah

yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture).

Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang

bertumpu ditanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang

berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri

yang dimaksudkan adalah fraktur pada maleolus lateralis (fibula) dan/atau

maleolus medialis. Dahulu, fraktur sekitar pergelangan kaki disebut sebagai

fraktur Pott. (Iskyan, 2016)

2.3 Epidemiologi

Dari semua cedera pergelangan kaki yang dievaluasi di Amerika, hanya

15% patah tulang pergelangan kaki. Frekuensi fraktur pergelangan kaki telah

meningkat selama 20 tahun terakhir, dan tingkatnya kira-kira 187 dalam 100.000

orang-tahun. (Keany, 2016)

Rasio laki-laki terhadap perempuan patah tulang pergelangan kaki adalah 2:

1. Sebagian besar pasien berusia di bawah 50 tahun adalah laki-laki, sedangkan

yang paling tua dari 50 tahun adalah perempuan. (Keany, 2016)

Pada anak-anak, fraktur pergelangan kaki memiliki insidensi 1 dari 1000 per

tahun. Tulang pergelangan kaki anak-anak rentan terhadap fraktur malleolar

medial dan transisi dari tibia distal. (Keany, 2016)

Seiring bertambahnya usia, fraktur pergelangan kaki menjadi lebih

umum. Peningkatan risiko jatuh dan osteoporosis adalah faktor risiko. (Keany,

2016)

8
2.4 Patofisiologi

Gerakan utama pergelangan kaki pada sendi pergelangan kaki sejati (sendi

tibiotalar) adalah plantarflexion dan dorsofleksi. Pembalikan dan eversi terjadi

pada sendi subtalar. (Iskyan, 2016).

Stres inversi yang berlebihan adalah penyebab paling umum cedera

pergelangan kaki karena 2 alasan anatomis. Pertama, malleolus medial lebih

pendek daripada malleolus lateral, yang memungkinkan talus membalikkan lebih

kearah eversi. Kedua, ligamen deltoid yang menstabilkan aspek medial sendi

pergelangan kaki memberikan daya penyokong yang lebih kuat pada ligament

lateral yang lebih tipis. Akibatnya, pergelangan kaki lebih stabil dan tahan

terhadap cedera eversion daripada cedera inversi. Namun, ketika terjadi cedera

eversion, seringkali terjadi kerusakan substansial pada struktur pendukung tulang

dan ligamen serta hilangnya stabilitas sendi. (Iskyan, 2016)

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi

dalam beberapa macam trauma (Keany, 2016):

1. Trauma abduksi

Tauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang

bersifat oblik, fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsi atau

robekan pada ligamen bagian medial.

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang

bersifat oblik atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi

juga bisa hanya menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral,

tergantung dari beratnya trauma.

9
3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan

terjadi fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan

robekan ligamen medial atau fraktur avulsi pada maleolus medialis.

Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan dislokasi talus.

4. Trauma kompresi vertikal

Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan

disertai dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif

disertai dengan robekan diastasis.

Gambar 2.6
Jenis Posisi Kaki pada Cidera Angkle

Gambar 2.7
Posisi Kaki Dorso Fleksi

10
Pada gambar di atas, kaki dalam keadaan netral atau dorsifleksi. Bila

trauma menimbulkan rotasi eksternal yang hebat maka ligamentum tibiofibular

anterior akan teregang. Bila rotasi terjadi terus menerus maka kerusakan

ligamentum deltoid dapat terjadi. (Moore, 2012)

Gambar 2.8
Posisi Kaki Plantar Fleksi
Pada gambar di atas, kaki dalatn keadaan plantar fleksi maksimal. Bila

trauma menimbulkan rotasi eksterna yang hebat maka dapat tcrjadi ruptur dari

ligamentum talofibular, disertai luxasi antcrior dari talus. (Moore, 2012)

Gambar 2.7
Posisi Kaki Eversi

11
Pada gambar di atas, fraktur maleolus lateralis yang terjadi bila trauma

menimbulkan rotasi eksterna dan abduksi yang hebat memutar os talus dan

mendorong melcolus latcral ke posterior. Bila trauma cukup kuat ruptur dari

ligamentum deltoid anterior (tibiotalar dan tibio navicular) serta ligamentum

tibiofibular anterior dapat tcrjadi. (Moore, 2012)

2.5 Klasifikasi

Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan

pengobatan atau manipulasi yang dilakukan.

Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari DanisWeber yang

berdasarkan pada level fraktur fibula. Klasifikasi Danis Weber adalah sebagai

berikut :

1. Weber type A

Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan adduksi

atau abduksi. Medial maleolus dapat fraktur atau deltoid ligamen robek.

2. Weber type B

Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan

cedera dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intak tapi biasanya

struktur dibagikan medial ruptur juga.

3. Weber type C

Fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 bila 1/3 distal dan C2 bila

lebih tinggi lagi. Disebabkan abduksi saja atau kombinasi abduksi dan

external rotasi. Syndsmosis & membrana interosseus robek juga.

12
Gambar 2.10
Kriteria Danies-Weber

2.6 Gejala Klinis

Pada fraktur pergelangan kaki, Pasien akan mengeluh sakit sekali dan tak

dapat berjalan. Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki,

kebiruan atau deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri

tekan apakah pada daerah tulang atau pada ligament. (Netter, 2012)

Nyeri pada pergelangan kaki dan ketidakmampuan menahan berat tubuh.

Deformitas dapat timbul bersama dengan fraktur/dislokasi. Sering juga ditemukan

pembengkakan dan ekimosis disertai keterbatasan gerak dari persendian

pergelangan kaki. (Netter, 2012)

13

Anda mungkin juga menyukai