Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

REXI UMAR

RIFAL A. DAUD

RIYANI BAU

TUTRIYANTI ANA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

T.A 2020/2021
A. Definisi Gagal Ginjal
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah.Ginjal juga
memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor
dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat.Selain itu ginjal memproduksi
hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut
kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa
yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah
merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah.
Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula
Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat
yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi
penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini
adalah urin (air seni).
Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang
menyerang traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni :
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF) adalah sekumpulan
gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak.Secara epidemologi,
gagal ginjal akut (Acute Renal Felure) merupakan gangguan ginjal yang sering
dikarenakan adanya perubahan usia.
2. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irrevesibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB
volume II, hal 1448)

B. Etiologi gagal ginjal

Penyakit ginjal kronis atau akut didefinisikan memiliki beberapa jenis kelainan ginjal,
yang ditandai seperti protein dalam urin dan penurunan fungsi ginjal bertahap selama tiga
bulan atau lebih lama. Ada banyak faktor penyebab sebagai etiologi gagal ginjal kronis,
termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi. Selain kondisi medis, penyakit warisan juga
andil sebagai etiologi. Artinya, individu mungkin terlahir dengan kelainan yang bisa
mempengaruhi ginjalnya.
 Berikut adalah beberapa jenis dan penyebab kerusakan ginjal yang paling
umum.
1. Diabetes
Diabetes adalah penyakit di mana tubuh Anda tidak cukup membuat insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin dalam jumlah normal dengan benar. Hal ini
menyebabkan kadar gula darah tinggi, yang dapat menyebabkan masalah pada
ginjal.
2. Penyakit darah tinggi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyebab umum lain dari penyakit ginjal
dan komplikasi lainnya seperti serangan jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi
terjadi saat kekuatan darah membuat tekanan dalam dinding arteri. Tekanan darah
tinggi tidak terkontrol, berisiko penyakit ginjal.
3. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit yang menyebabkan radang glomeruli, unit
organ penyaringan kecil di ginjal. Penyakit Glomerulonefritis ini dapat
berkembang perlahan selama beberapa tahun dan dapat menyebabkan hilangnya
fungsi ginjal secara progresif.
4. Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik adalah penyakit ginjal yang paling umum diwariskan.
Hal ini ditandai dengan pembentukan kista ginjal yang membesar seiring waktu,
menyebabkan kerusakan ginjal yang serius dan bahkan gagal ginjal. Penyakit
warisan lainnya yang mempengaruhi ginjal termasuk Alport’s Syndrome,
hyperoxaluria primer dan sistinuria.
5. Batu ginjal
Batu ginjal menyebabkan rasa sakit yang parah di punggung dan samping perut
Anda. Ada banyak kemungkinan penyebab batu ginjal, termasuk penumpukan
kalsium yang diserap dari makanan; dan infeksi atau obstruksi saluran kencing
6. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi saat kuman memasuki saluran kemih dan
menimbulkan gejala seperti rasa sakit dan panas saat buang air kecil; dan
meningkatkan frekuensi buang air kecil. Infeksi yang menyerang kandung kemih
kadang kala menyebar ke ginjal, dan bisa menyebabkan demam dan rasa sakit di
punggung Anda.
7. Penyakit genetika
Penyakit bawaan juga bisa mempengaruhi ginjal. Ini biasanya melibatkan
beberapa masalah saluran kemih saat bayi berkembang di rahim ibunya. Kejadian
paling umum ketika mekanisme katup antara kandung kemih dan ureter (tabung
urin) gagal bekerja dengan baik, memungkinkan air kencing kembali (refluks) ke
ginjal, menyebabkan infeksi dan kemungkinan kerusakan ginjal.
8. Induksi obat dan paparan toksin lingkungan
Obat dan toksin juga bisa menyebabkan masalah ginjal. Menggunakan obat
penghilang rasa sakit dalam jumlah besar untuk waktu yang lama bisa berbahaya
bagi ginjal. Selain itu, toksin pestisida juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal
1. Gagal ginjal akut
Tiga katagori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunya
laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
(hemoragi atau kehilangn cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi
(sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal
jantung kongestif atau syok kardiogenik)
b. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal.Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus
akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal.Cedera akibat terbakar dan benturan
menyebabkan bembesaran hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan
dari otot keika cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya.Reaksi
perfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal, heglobin dilepaskan
melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di
tubulus ginjal menjadi factor pencetus terbentuknya emoglobin. Penyebab lain
adala pemakaian obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada
pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal
melindungi aliran darah renal, menyebakan iskemia ginjal.
c. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi dibagian distal ginjal.Tekanan ditubulus ginjal meningkat, akhirnya laju
fitrasi glomerulus meningkat.Eskipun pathogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan
oliguria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang menjadi
penyebab.Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani
secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi yang menyebabkan
pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
1) Hipovolemia
2) Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif
3) Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, ekuan darah, atau
batu ginjal, dan
4) Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal
2. Gagal ginjal kronik
a. Gangguan pembuluh darah ginjal : berbagai jenis lesi vaskular dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis
pada arteri renalis yang benar, dengan kontriksi skleratik progresif pada pembuluh
darah. Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang
bdi sebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, di karakteristikkan oleh
penebalan, hilangnya elastisitas sistem, perubahan darah ginjal mengakibatkan
penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis dan SLE
c. Infeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada fraktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius
Lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irefersibel ginjal
yang di sebut plenlinefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang di sebabkan oleh
endapan zat-zat proteinnemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksik akibat analgesik atau logam
berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertropi prostat, dan konstriksi
uretra.
g. Kelainan kongelital : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang di
karateristikkan oleh terjadinya kista atau kontomg berisi cairan di dalam ginjal dan
organ lain , serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital ( hipoplasia
renalis ) serta adanya asidosis.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala
Penurunan fungsi ginjal akan mengakibatkan berbagai manifestasi klinik mengenai
dihampir semua sistem tubuh manusia, seperti:
 Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya
zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu
oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut.
Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas
penyebabnya. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal
Kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
 Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan
gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
 Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan
apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab
polikistik ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul
anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat
gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi
leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler
terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh
karena imunitas yang menurun.
 Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (restlesslessleg
syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa
kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai
penurunan kesadaran atau koma.
 Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya
hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau
sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang
sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang
disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat
gangguan elektrolit.
 Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada
Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai
aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga
gangguan metabolik vitamin D.
 Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan elektrolit
dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik, hiperkalemia,
hiperforfatemi, hipokalsemia.
1. Gagal Ginjal akut
Gagal ginjal akut bisa berakibat fatal dan butuh terapi intensif. Namun, penyakit ini
bersifat reversibel atau bisa kembali seperti semula. Jika seseorang yang mengalami
berada dalam kondisi kesehatan yang baik, maka fungsi ginjal bisa kembali normal
atau setidaknya mendekati normal.
 Gejala meliputi:
 Penurunan urine output (jumlah urine yang dikeluarkan), meskipun
pada beberapa kesempatan urine output cenderung normal
 Retensi cairan sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai.
 Mudah mengantuk.
 Napas pendek.
 Kelelahan.
 Mual.
 Kejang atau koma pada kasus berat.
 Nyeri dada.

Terkadang gagal ginjal akut tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ketika ingin memeriksa kondisi lainnya.

2. Gagal Ginjal Kronik


Seseorang bisa mulai mengalami gejala beberapa bulan setelah ginjal mengalami
kerusakan. Namun kebanyakan tidak menyadarinya pada tahap awal. Bahkan
realitanya banyak yang tidak bergejala selama 30 tahun atau lebih. Ini disebut fase
silent.
 Tanda – tanda fungsi ginjal memburuk antara lain:
 Jumlah urin kurang dari normal.
 Bengkak pada tubuh (edema).
 Sering merasa lelah.
 Tidak merasa lapar atau pasien mengalami penurunan berat badan.
 Sering merasa sakit pada perut atau muntah.
 Susah tidur.
 Sakit kepala.

D. Patofisiologi gagal ginjal


1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut di akibatkan oleh 3 faktor pemmicu yaitu pre renal, renal dan
post renal.Ketiga faktor ini memiliki kaitan yang berbeda-beda.Pre renal berkaitan
dengan kondisi dimana aliran darah (blood flow) keginjal mengalami penurunan
(hipoperfusi).Kondisi ini dipicu oleh kondisi hipovolemi, hipotensi, vasokonstriksi
dan penurunan kardiac output. Dengan adanya kondisi ini, maka GFR(Glomerular
Filteration Rate)akan mengalami penurunan dan meningkatkan reabsorbsi tubular.
Untuk faktor renal berkaitan dengan adanya kerusakan pada jaringan parenkim
ginjal.Kerusakan ini dipicu karena trauma maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu
sendiri.Jaringan yang menjadi tempat utama fisiologis ginjal, jika rusak dapat
mempengaruhi berbagai fungsi ginjal. Sedangkan faktor post renal adalah berkaitan
dengan adanya obstruksi pada saluran kemih, sehingga akan timbul stagnansi bahkan
adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan demikian beban tahanan/ resistensi
ginjal akan meningkat dan ahirnya mengalami kegagalan (Judith, 2005).
2. Gagal ginjal kronik

 Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang rusak sehingga nephron yang
ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal. Dalam keadaan normal, sepertiga
jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah produk sisa dalam tubuh untuk mencegah
penumpukan di cairan tubuh. Tiap pengurangan nephron berikutnya, bagaimanapun juga akan
menyebabkan retensi produk sisa dan ion kalium. Bila kerusakan nephron progresif maka
gravitasi urin sekitar 1,008. Gagal ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemi
berat.

Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya terjadi retensi
air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi. Hipertensi akan berlanjut bila
salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi. Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan
sejumlah besar renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II, dan seterusnya terjadi
vasokonstriksi dan hipertensi.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Insfeksi Ginjal (Renal)
 Pasien tidur terlentang pemeriksa disebelah kanan
 Kaji daera abdomen pada garis mid klavikula kiri dan dan kanan atau daerah
costovetebral angel(CVA).
 Perhatikan simetris aatau tidak tampak ada masa
2. Auskultasi
 Denngan menggunakan stetoskop dapa mendengarkan apakah ada bunyi
desiran pada aorta dan arteri renalis
 Gunakan stetoskop pemeriksa mendengarkan bunyi desiran didaerah
epigastrik
 Dengarkan pula pada daerah kuadran kiri dan kanan atas karena pada area ini
terdapat arteri renalis kiri dan kanan
3. PalpasiGinjal(Renal)
 AturPosisipasiendengantidurterlentang
 Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan
palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
 Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung
cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke
depan).
 Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral
otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan
tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di
antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga).
 Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan,
dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
 Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita,
Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan.
Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot
rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan
kiri dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua
tangan (normalnya jarang teraba).
4. PerkusiGinjal(Renal)
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita
untukduduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan
lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan
lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri).
3. Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.
F. Pemeriksaan Penunjang
 Urine
 Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar
(anuria)
 Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan
adanya darah, HB, mioglobin.
 Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan
ginjal berat).
 Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1
 Klirens keratin : Mungkin agak menurun
 Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
 Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
1. Pada Gagal Ginjal Akut
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan hematologi,
serologi, dan urinalisis.
 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi yang dilakukan untuk gagal ginjal akut berupa
pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, biomarker, dan sediaan apus darah
tepi. Fungsi ginjal kreatinin merupakan pemeriksaan yang harus diperiksa
sebagai bagian dari kriteria diagnosis gagal ginjal akut. Pada sediaan apus
darah tepi, dapat ditemukan schistocytes atau formasi Rouleaux. Schistocytes
mengindikasikan kemungkinan terjadinya hemolitik anemia pada sindrom
hemolitik uremik dan purpura trombotik trombositopenik sedangkan formasi
Rouleaux dapat ditemukan pada multiple myeloma.
 Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk diagnosis gagal ginjal akut:
 Level komplemen
 ANA (Antinuclear antibody)
 ASO (Antistreptolysin)
 ANCA (Antineutrophil cytoplasmic antibody)
 Anti-GBM (Anti-glomerular basement membrane)
 Urinalisis
Pada urinalisis, hal-hal berikut harus diperhatikan:
 Keluaran urin (urine output)
 Fraksi ekskresi dari natrium dan urea (FENa / fractional excretion of
sodium and urea)
 Albuminuria dan proteinuria
 Hematuria
 Sedimen urin
 Hasil fraksi eksreksi natrium dan urea kurang dari 1%
mengindikasikan etiologic prerenal sedangkan hasil lebih dari 2%
mengindikasikan penyebab intrarenal. Walau demikian, hasil ini tidak
akurat pada pasien yang sedang menggunakan diuretik.[4,12,13]
 Pencitraan
Pencitraan yang dapat dilakukan untuk gagal ginjal akut berupa ultrasonografi
abdomen, CT-scan atau MRI, serta angiografi aortorenal.
 Ultrasonografi berguna untuk melihat adanya gangguan ginjal seperti
ukuran yang mengecil, obstruksi saluran kemih, dan hidronefrosis.
Ultrasonografi abdomen juga bermanfaat untuk menilai liver dan
abdomen pasien. Jika pada hasil ultrasonografi ditemukan kecurigaan
obstruksi, lakukan CT-scan atau MRI untuk evaluasi lebih lanjut.
Angiografi aortorenal dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan
gangguan vaskular ginjal seperti contohnya pada stenosis arteri
renalis.[4,12]
 Biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada kecurigaan gagal ginjal akut renal. Untuk
itu, singkirkan terlebih dahulu kemungkinan penyebab prerenal dan
pasca renal dari gagal ginjal akut[12].
2. Menurut (Doengoes, 2000:628) pada pasien Gagal Ginjal Kronik di
lakukan pemeriksaan, yaitu :
1. Kreatinin plasma meningkat, karena penurunan laju filtrasi glomerulus.
2. Natrium serum rendah / normal.
3. Kalium dan fosfat meningkat.
4. Hematokrit menurun pada animia Hb : biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
5. GDA : PH : penurunan asidosis matabolik (kurang dari 7,2).
6. USG ginjal.
7. Pielogram retrograde.
8. Arteriogram ginjal.
9. Sistouretrogram.
10. EKG.
11. Foto rontgen.
12. SDM waktu hidup menurun pada defisiensi eritopoetin.
13. Urine :
 Volume : oliguria, anuria
 Warna : keruh.
 Sedimen : kotor, kecoklatan.
 BD : kurang dari 1,0125.
 Klerin kreatinin menurun.
 Natrium : lebih besar atau sama dengan 40 m Eq/L.
 Protein : proteinuria.
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL

1. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
 Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
 Aktifitas / istirahat :
 Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
 Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
 Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
 Sirkulasi
 Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina)
 Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan.
 Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir.
 Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
 Kecenderungan perdarahan
 Integritas Ego :
 Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
 Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
 Eliminasi :
 Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
 Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
 Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
 Makanan / cairan :
 Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
 Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan amonia)
 Penggunaan diuretik
 Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
 Perubahan turgor kulit/kelembaban.
 Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
 Neurosensori
 Sakit kepala, penglihatan kabur.
 Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki,
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
 Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
 Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
 Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
 Nyeri / kenyamanan
 Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
 Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
 Pernapasan
 Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
 Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
 Batuk dengan sputum encer (edema paru).
 Keamanan
 Kulit gatal
 Ada / berulangnya infeksi
 Pruritis
 Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan
pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.
 Ptekie, area ekimosis pada kulit
 Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
 Seksualitas
 Penurunan libido, amenorea, infertilitas
 Interaksi sosial
 Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
 Penyuluhan / Pembelajaran
 Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
 Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
 Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal adalah sebagai berikut :
1) Hipervolemia berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
2) Defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3) Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, dan rencana tindakan.

3. Intervensi

1) Diagnosa I
Hipervolemia berhubungan dengan penurunan pengeluaran urine, diet berlebihan dan
retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
 Asupan cairan meningkat
 Keluaran urin meningkat
 Kelembaban membrane mukosa meningkat
 Membran mukosa membaik
 Turgor kulit membaik
 Berat badan dan tanda vital Membaik
 Intervensi
 Observasi
- Periksa tanda dan gejala Hipovolemia( mis. Frekuensi nadi meningkat, nedi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
- Monitor intek dan output cairan
 Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendenburg
- Berika asupan cairan oral
 Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairab IV isotonis (mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (miis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
2) Diagnosa II
Defisi Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
 Nafsu makan membaik
 Berat badan membaik
 Membran mukosa membaik
 Intervensi
Obsevasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan Intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratoriu
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3) Diagnosa III
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan, anemia dan retensi produk
sampah
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil :
 Keluhan lelah menurun
 Kemudahan dalan melakukan aktifitas meningkat
 Dispnea saat aktivitas dan setelah aktivitas menurun
 Intervensi
 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan kenyamanan selama melakukan aktifitas
 Terpeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
- Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau bejalan
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melkukan aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jka tanda dan gejala keleahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurngi kelelahan
 Kolaborasi
- Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4) Diagnosa IV
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondis, pemeriksaan
diagnostic, rencana tindakan dan prognosis.
Tujuan : Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penykit
dan pengobatan.
Kriteria hasil :
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi Menurun
 Perilaku tegang menurun
 Konsentrasi membaik
 Pola berkemih membaik
 Intervensi
 Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu,stressor)
- Identifikasi kemampuan mengalami kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas(verbal dan nonverbal)
 Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakitkan
- Tempatkan barang-barang pribadi yang memberikan kenyamaman
- Motivasi mengidentipikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan, perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
 Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Iformasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai ketentuan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu
 Implementasi
 Asuhan Keperawatan pada klien dengan kegagalan ginjal.
 Membantu Meraih Tujuan Terapi
 Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
 Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan
sodium, potassium, phosphorus dan protein.
 Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
 Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
 Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
 Melindungi pasien dari infeksi.
 Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang
seksama.
 Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat
gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid.

 Mengusahakan Kenyamanan
 Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
 Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
 Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
 Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
 Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.

 Konsultasi dan Penyuluhan


 Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai
perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
 Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
 Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya
mengelola cara hidup baru.
 Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan
dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara
C. Long).
 Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan
kegagalan ginjal terdiri dari yang berikut.
Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
Apakah bisa menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
Apakah bisa tidur nyenyak pada malam hari?
Apakah bisa dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-
obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?

H.Penatalaksanaan

1. Gagal Ginjal akut

 Perbaikan Status Cairan


Bila terdapat kekurangan cairan pada pasien dengan risiko atau sudah
mengalami gagal ginjal akut, sebaiknya resusitasi dilakukan dengan cairan
kristaloid isotonik seperti cairan salin normal dan ringer laktat. Pengobatan
dengan diuretik tidak disarankan untuk mencegah gagal ginjal akut, kecuali
bila terbukti adanya kelebihan cairan tubuh. Furosemid digunakan untuk
mengeluarkan cairan pada saat ginjal masih berespon dengan obat ini.
Respon ginjal terhadap furosemid dapat dikatakan sebagai tanda prognosis
yang baik.

 Perbaikan Tekanan Darah

Perbaikan tekanan darah dilakukan dengan target mean arterial pressure


minimal 65 mmHg. Penggunaan dopamine dalam dosis rendah (≤ 5
mcg/kgBB/menit) tidak dianjurkan karena hanya memberikan efek sementara
perbaikan fisiologis ginjal dan tidak memberikan keuntungan klinis
berikutnya.[14]

 Perbaikan Kadar Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa

Hiperkalemia berat (≥ 6.5 mmol/L) atau dengan perubahan EKG (contoh:


gelombang T tinggi) dapat diberikan 5-10 unit insulin dengan dextrose agar
terjadi pergerakan kalium ke intrasel. Kalsium glukonas (10 mL pada
konsentrasi 10%) diberikan dalam 5 menit secara intravena, digunakan untuk
stabilisasi membran sel dan menurunkan risiko aritmia. Hiperkalemia juga
dapat diatasi dengan penggunaan sodium polystyrene sulfonate atau
furosemide.

Gagal ginjal akut juga dapat menyebabkan asidosis yang perlu dikoreksi dengan
menggunakan bikarbonat.

 Diet dan Kontrol Gula Darah

Pasien harus merestriksi asupan kalori dan protein. Total energi yang disarankan untuk
diberikan adalah 20 – 30 kkal/kgBB/hari. Total protein yang disarankan untuk diberikan:

 0.8 – 1.0 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut tanpa dialisis

 1.0 – 1.5 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan atau memerlukan dialisis

 Maksimum 1.7 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan continous renal
replacement therapy (CRRT)

Pasien juga harus membatasi asupan garam dan cairan. Pada pasien yang mengalami
hiperkalemia, pasien juga harus menjalani diet rendah kalium.

 Hemodialisis
Terapi pengganti ginjal seperti cuci darah pada gagal ginjal akut dilakukan secara segera
(cito) apabila terdapat kondisi gagal ginjal akut yang mengancam nyawa, seperti:

 Kelebihan cairan yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan

 Asidosis yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan

 Perikarditis atau pleuritis uremikum

 Keracunan dan intoksikasi, seperti keracunan lithium dan intoksikasi alkohol

Gagal ginjal akut umumnya reversibel sehingga hemodialisis dapat dihentikan bila sudah
tidak diperlukan lagi.[1,4]

2. Gagal Ginja Kronik

Penyakit ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk meredakan


gejala, mencegah kemungkinan komplikasi, serta menghambat perkembangan
penyakit gagal ginjal kronis menjadi lebih parah. Langkah penanganan yang bisa
dilakukan dokter adalah dengan pemberian obat. Tujuan tindakan ini adalah untuk
mengendalikan penyakit yang menyertai kondisi ginjal, sehingga penurunan fungsi
ginjal tidak bertambah buruk. Obat yang diberikan antara lain:

 Obat hipertensi. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal dan mengubah
komposisi elektrolit dalam tubuh. Bagi penderita GGK yang juga disertai hipertensi,
dokter dapat memberikan obat ACE inhibitor atau ARB.
 Suplemen untuk anemia. Untuk mengatasi anemia pada penderita GGK adalah
suntikan hormon eritropoietin yang terkadang ditambah suplemen besi.
 Obat diuretik. Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh,
seperti tungkai. Contoh obat ini adalah furosemide. Efek samping yang mungkin
ditimbulkan adalah dehidrasi serta penurunan kadar kalium dan natrium dalam darah.
 Suplemen kalsium dan vitamin D. Kedua suplemen ini diberikan untuk mencegah
kondisi tulang yang melemah dan berisiko mengalami patah tulang.
 Obat kortikosteroid. Obat ini diberikan untuk penderita GGK karena penyakit
glomerulonefritis atau peradangan unit penyaringan dalam ginjal.

Di samping pemberian obat, penderita gagal ginjal kronis juga disarankan untuk melakukan
perubahan pola hidup yang meliputi:

 Menjalankan diet khusus, yaitu dengan mengurangi konsumsi garam, serta membatasi
asupan protein dan kalium dari makanan untuk meringankan kerja ginjal. Makanan
dengan kadar kalium tinggi, di antaranya adalah pisang, jeruk, kentang, bayam, dan
tomat. Sedangkan makanan dengan kadar kalium rendah, antara lain adalah apel, kol,
wortel, buncis, anggur, dan stroberi. Selain itu, batasi juga konsumsi minuman
beralkohol.
 Berolahraga secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu.
 Menurunkan berat badan jika berat badan berlebih atau obesitas.
 Menerima vaksinasi karena GGK membuat tubuh rentan terserang infeksi. Contohnya
adalah vaksinasi flu dan dan pneumonia.
 Berkonsultasi dan senantiasa mengamati kondisi kesehatan dengan memeriksakan diri
ke dokter secara teratur.

Sementara untuk penderita gagal ginjal kronis tahap akhir atau berada pada stadium 5, maka
penanganan yang dapat dilakukan mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi
pengganti ginjal, yang terdiri dari:

 Dialisis atau penyaringan limbah serta cairan dalam tubuh dengan mesin atau
memanfaatkan rongga perut. Dialisis yang dilakukan dengan mesin disebut
hemodialisis atau yang dikenal dengan cuci darah. Sedangkan dialisis yang dilakukan
dalam rongga perut dengan menggunakan cairan dialisis untuk menyerap cairan atau
limbah yang berlebih disebut continuous ambulatory peritoneal dialysis atau CAPD.
 Tranplantasi ginjal. Untuk prosedur transplantasi ginjal, ginjal penderita diganti
dengan ginjal sehat yang didapat dari donor. Penderita GGK bisa lepas dari cuci darah
seumur hidup pasca transplantasi. Namun, untuk menghindari risiko penolakan organ
cangkok, pasien perlu mengonsumsi obat imunosupresif untuk jangka panjang.
 Selama penanganan dilakukan, penderita GGK perlu melakukan pemeriksaan secara
rutin agar kondisi penderita senantiasa terpantau.

Anda mungkin juga menyukai