Anda di halaman 1dari 15

ISOLASI ALKALOID KAFEIN DAUN TEH DENGAN MENGGUNAKAN

METODE REFLUK
I. TUJUAN
1. Dapat mengisolasi alkaloid kafein pada daun teh dengan menggunakan metode
refluks
2. Mengidentifikasi kafein pada daun teh dengan menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan
proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa
lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Jenis ekstraksi ada tiga
yaitu, ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asambasa. Dalam percobaan 04 akan dilakukan ekstraksi padat-cair,
dimana zat yang akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat, yaitu
kafein yang berada di dalam teh.
KAFEIN
Daun teh mengandung banyak sekali senyawa didalamnya, untuk
memisahkan kafein dari senyawa lainnya ditambahkan Na2CO3. Na2CO3 merupakan
garam non polar, yang dapat terurai di dalam air menjadi ion Na+ yang mengikat
kafein dan CO3- yang mengikat H2O membentuk HCO3 (suatu asam). Garam
kafein+Na larut dalam air. Air panas yang ditambahkan berfungsi membuka poripori dari daun teh agar ekstak daun teh dapat keluar dengan sempurna dan kafein
yang didapatkan cukup banyak.
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain 1,3,7trimetixantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum. Bila tidak mengandung air,
kafein meleleh pada 234 0 C sampai 239 0 C dan menyublim pada suhu yang lebih
rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam
air dingin, alkohol dan beberapa pelarut organik lainnya. Kafein juga merupakan
senyawa kimia golongan alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa organik mirip alkali
yang mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dalam cincin heterosiklik.
Karena bersifat basa, tumbuhan yang mengandung alkaloid biasanya terasa pahit.
Keberadaan alkaloid pada tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat metabolisme,
namun lebih merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki lebih banyak
fungsi eologis daripada fungsi merabolisme itu sendiri. Beberapa ahli menyatakan
bahwa alkaloid berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan
penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan
keseimbangan ion. Tipe alkaloid yang digunakan dalam praktikum ini adalah kafein
yang diekstraksi dari Camellia sinensis sinensis.

1 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2,


dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein mempunyai kemiripan struktur
kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu xanthin, theophylline, dan theobromine.
Struktur Kimia Kafein :

TEH HIJAU
Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi
di banyak negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah,
2004). Teh juga mengandung banyak bahan-bahan aktif yang bisa
berfungsi sebagai antioksidan maupun antimikroba (Gramza et al.,
2005).
Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses
fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh
hijau kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan
juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Kandungan
polifenol

yang

membunuh

tinggi

dalam

bakteri-bakteri

teh

hijau

perusak

dan

dimanfaatkan
juga

bakteri

untuk
yang

menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal)


(Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh hijau juga dipercayai
memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasien-pasien
dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009).
1. Toksonomi
Pada zaman dahulu, genus Camellia di bedakan menjadi
beberapa

spesies

the

yaitu

sinensis,

assamica,

dan

irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua jenis teh


secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu
Camellia

sinensis

dengan

nama

varietas

yang

berbeda.

Taksonomi teh adalah sebagai berikut (Tuminah, 2004 dan


Mahmood et al., 2010) :
-

Superdivisi

: Spermatophyta (tumbuhan biji)

2 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

Divisi

: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas

: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Sub Kelas

: Dilleniidae

Ordo (bangsa)

: Theales

Familia (suku)

: Theaceae

Genus (marga)

: Camellia

Spesies (jenis)

: Camellia sinensis

2. Morfologi Tanaman
Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae,
merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas
dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini
berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini
memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya
berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk
pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran
sebesar kacang (Biswas, 2006).

3. Kandungan Teh Hijau


Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah
kompleks yaitu protein (15-20 %), asam amino sperti teanine,
asam aspartate, tirosin, triptofan, glisin, serin valin, leusin,
arginine (1-4 %). Karohidrat seperti selulosa, pectin, gluoksa,
fructose, sukrosa (5-7 %), lemak dalam bentuk asam linoleat
dan asam linolenat, sterol dalam bentuk stigmasterol, vitamin
B, C dan E, Kafein dan teofilin, pigmen seperti karotenoid dan
klorofil, senyawa volatile sepeeti aldehid, alcohol, lakton, ester,
dan hidrokarbon, mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca,
Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Na, P, Co, Sr, Ni, K dan Al (5%). (Cabera et
al., 2006).
Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif
dimana sepertiganya

merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol

merupakan cincin benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol


dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang
ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid (Sumpio,
2006). Senyawa flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder dari
tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus
malonyl-CoA. Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang
memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et
al., 2010).
METODE REFLUKS

3 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

Pengertian Metode Refluks


Metode Reflux merupakan metode ektraksi cara panas
(membutuhkan

pemanasan

pada

prosesnya),

secara

umum

pengertian refluks sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut pada


temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut

yang

ralatif

konstan

dengan

adanya pendingin

balik (Depkes RI, 2000). Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya
adalah ekstraksi berkesinambungan.
Metode

ini

umumnya

digunakan

untuk

mensistesis

senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada


kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan
ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uapuap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
Keuntungan dan kerugian metode refluks
Keuntungan : digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan.
Kerugian
: membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Pengertian Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan zat terlarut
oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang
terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak
secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya
zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
pembedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran

molekul,

atau

kerapatan

muatan

ion.

Atau

secara

sederhana kromatografi biasanya juga di artikan sebagai teknik


pemisahan

campuran

berdasarkan

perbedaan

kecepatan

perambatan komponen dalam medium tertentu. Kromatografi di


4 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

gunakan

untuk

memisahkan

komponen-komponen.

Seluruh

substansi
bentuk

campuran
kromatografi

menjadi
bekerja

berdasarkan prinsip ini.


Prinsip Kerja KLT
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul.
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya
pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara kromatografi
dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut
pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben
alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif
polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan alumina (gel
silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip like
dissolved like.
Nilai Rf (Factor Referensi)
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot
yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak
plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai
ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase
diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula
jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis
tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah
kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa
tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar
dari plat kromatografi lapis tipis.
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan
senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka
senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang
sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa
tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
SUBLIMASI
5 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

Sublimasi adalah perubahan fase suatu zat langsung dari


fase padat ke fase gas tanpa melalui fase cairnya dan bila
didinginkan akan langsung berubah menjadi fase padat kembali.
Senyawa padat

yang dihasilkan akan lebih murni dari pada

senyawa padat semula karena say dipanaskan hanya senyawa


tersebut yang menyublim, kotoran tetap tinggal dalam tabung.
(Sudja, 1990).

6 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

III.

ALAT DAN BAHAN


a. Alat
-

Statif
Klem refluks
Selang
Kondensor refluks
Labu alat bulat 500 mL
Corong pisah
Asbes
Api bunsen
Penyangga kaki tiga
Erlenmeyer
Beaker glass 250 mL

7 Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi II

Aerator
Lampu UV 256
Chamber
Batang pengaduk
Plat KLT GF254
Kain flanel
Kaca arloji
Krus
Kertas saring dan kapas
Corong kaca

b. Bahan
- Kloroform
- Daun teh hijau
- Aquadest
- Etanol
- Magnesium Oxide (MgO)
IV.

CARA KERJA
1. Isolasi Alkaloid Kafein Daun Teh
- Diambil 50 g daun teh, ditambah 2 g MgO dan 250 mL aquadest
- Direfluks selama 30 menit
- Disaring dengan kain flanel (dalam kondisi panas)
- Ditambahkan larutan asam asetat tetes per tetes sampai terbentuk endapan
-

(sekitar 30 40 mL), lalu disaring dengan kapas sampai agak jernih


Dimasukkan dalam corong pisah, ditambahkan kloroform 10 mL (tiga kali),

dikocok sampai terpisah menjadi 2 fase


- Dikocok, lalu dipisahkan fase air dan kloroformnya
- Fase kloroform dikumpulkan semuanya
- Dilakukan penguapan hingaa 20 mL
- Disiapkan krus dan kertas saring yang sudah ditimbang
- Dilakukan sublimasi, lalu krus dan kertas saringnya ditimbang
- Dihitung rendemennya
2. Analisa KLT
- Fase gerak menggunakan eluen Kloroform : Etanol (99:1)
- Fase diam menggunakan plat KLT silika gel
- Disiapkan plat KLT silika gel.
- Diberi batas atas dan bawah.
- Isolat ditotolkan pada plat.
- Dimasukkan dalam chamber yang telah dijenuh dengan eluent.
- Tunggu hingga eluent bergerak melewati batasnya.
- Plat KLT diambil, lalu dikeringkan.
- Diamati dengan sinar UV.
- Dihitung nilai Rfnya.
V. PERHITUNGAN
- Perhitungan Eluent Kloroform : Etanol (99:1)
1. Kloroform = 99 x 10 mL = 9,9 mL
100
2. Etanol
= 1 x 10 mL = 0,1 mL
100
VI.
DATA PENGAMATAN
1. Rangkaian alat
(terdapat pada lampiran pada halaman 12)
2. Data perhitungan
a. Perhitungan rendemen
- Perhitungan daun teh hijau
Berat plastik + zat
: 50,0235 g
Berat plastik kosong
: 0,9801 g Bobot zat sesungguhnya
: 49,0434 g
- Perhitungan rendemen kristal
-

Berat krus + kertas saring + kristal

: 22,9835 g

Berat krus + kertas saring kosong

: 22,9197 g

Rendemen

= (b.Krus+KS+kristal) (b.Krus+KS kosong)

x100%
-

Berat zat sesungguhnya

RF =

- Jarak elusi (8 cm)


Sinar Tampak
-

Baku

Jarak Noda

Samp

Sinar UV

Baku

Sampe

l
3,9 cm

el
-

4,2 cm
= 0,52

= 0,48

8 cm

8 cm

= 22,9835 g 22,9197 g x100%

49,0434 g

= 0,13008 %

b. Perhitungan Rf
1. Jarak noda
-

Jarak Noda

Sinar Tampak

Baku

Samp

Sinar UV

Baku

Sampel

4,2 cm

3,9 cm

el
-

2. Nilai Rf
3. Nilai hRf
- hRf =
-

Sinar Tampak

Bak

u
-

Samp
el
-

Jarak Noda x 100%


- Jarak Elusi
Sinar UV
-

Baku
4,2 cm x 100
= 52,5

Sampel
- 4,2 cm x 100
= 48,75

8 cm

8 cm

VII.

PEMBAHASAN
- Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan isolasi alkaloid kafein daun teh

hijau dengan menggunakan metode refluks. Tujuan dilakukannya praktikum ini


adalah dapat mengisolasi alkaloid kafein pada daun teh hijau dengan menggunakan
metode refluks dan mengidentifikasi kafein pada daun teh dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT).
- Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2,
dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein mempunyai kemiripan struktur
kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu xanthin, theophylline, dan theobromine.
Metode yang digunakan adalah metode refluks, refluks adalah ekstraksi dengan
pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan
sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendinginan balik (kondensor). Umumnya
dilakukan tiga kali sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama agar
proses ekstraksinya sempurna. Prinsip refluks yaitu penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan. Uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna.
- Dalam ekstraksi kafein sampel yang digunakan adalah teh, karena teh
mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya
seperti kopi dan coklat. Komponen utama daun teh ialah selulosa terutama dalam sel
tanaman, selulosa merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tapi tidak
mengganggu proses isolasi. Kofein terdapat 5% dalam daun teh. Kafein larut dalam
air, dan merupakan zat utama yang diekstraksi dalam larutan teh. Kafein diekstraksi
dari larutan teh yang memiliki sifat basa dengan pelarut kloroform. Warna coklat dari
larutan teh disebabkan adanya pigmen dari flavonouid dan klorofil sebagai hasil
oksidasi.
- Pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan rangkaian alat refluks
yang terdiri dari api bunsen dan kaki tiga yang berfungsi untuk memanaskan sampel
yang akan direfluks, labu alas bulat yang berfungsi untuk tempat simplisia dan
pelarut, pendingin kondensor bola (Liebig) yang berfungsi untuk mempercepat proses
pengembunan dan tempat aliran uap yang berwujud gas menjadi berwujud cair,
selang masuk dan keluar berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi, dan aerator sebagai
pengganti kran untuk mensirkulasikan air.
- Setelah semua rangkaian alat siap, selanjutnya dilakukan isolasi alkaloid
kafein pada daun teh. Langkah pertama adalah dengan merebus 50 g daun teh

ditambah 2 g MgO kedalam 250 ml aquadest selama beberapa menit, tujuan


mendidihkannya dengan menggunakan air adalah untuk mendesorpsi kafein yang
muda, karena bentuk nukleosida atau kafein muda mempunyai kelarutan yang baik
dalam air. Selain itu kelarutan kafein dalam air mendidih cukup besar yaitu dengan
perbandingan 1 : 1. Selanjutnya simplisia di refluks selama 30 menit. Kemudian
disaring menggunakan kain flanel dalam keadaan panas, berfungsi untuk mencegah
terbentuknya kristal pada kain flanel, jika terbentuknya kristal tersebut dapat
mempengaruhi berat kristal yang terbentuk nantinya. Kemudian ditambahkan larutan
asam asetat beberapa tetes sampai terjadinya endapan (sekitar 30 40 mL) kemudian
disaring menggunakan kapas sampai agak jernih. Kemudian larutan tersebut
dimasukkan kedalam corong pisah dengan penambahan kloroform sebanyak 25 mL,
lalu dikocok sampai terpisah menjadi dua fase. Fungsi penambahan kloroform
adalah untuk mengikat kafein dari larutan, agar kafein benar-benar terpisah dari zatzat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform karena kloroform adalah zat
non polar yang dapat terikat oleh zat non polar yaitu kafein sendiri. Kloroform
menjadi solute yang mendistribusikan diri diantara kafein dan zat pelarut teh hijau.
Kemudian kocok corong pisah dan isinya perlahan dan buka keran setiap kali
dikocok, hal ini dilakukan agar gas CO2 yang dihasilkan tidak terakumulasi didalam
yang dapat merusak dan menekan corong pisah karena tekanan. Selanjutnya fase
kloroform dikumpulkan, lalu diuapkan hingga 20 mL. Tujuannya yaitu untuk
menguapkan air bukan pentahidrat yang masih ada dalam filtrat tersebut serta untuk
menghilangkan molekul air yang masih terdapat pada larutan yang bukan pentahidrat.
Langkah terakhir menyiapkan krus dan kertas saring yang sebelumnya ditara, dan
lakukan reaksi sublimasi. Sublimasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam
campuran yang mudah menyublim dengan cara penyubliman melalui pemanasan.
Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan (kapas basah) berubah lagi
menjadi padat yang menempel pada dinding krus dan membentuk kristal kafein.
Setelah diperoleh kristal, krus dan kertas saring ditimbang. Pehitungan rendemen
ekstrak yang diperoleh adalah 0,13008%.
- Setelah diperoleh rendemen kristal, selanjutnya diuji dengan kromatografi
lapis tipis. Fase diamnya terdiri dari plat silika gel GF

254

dan fase geraknya

menggunakan eluen kloroform dan etanol dengan perbandingan 99 : 11. Kristal yang
terbentuk dilarutkan terlebih dahulu dengan kloroform setelah itu ditotolkan pada plat
KLT selanjutnya dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen. Setelah eluen
bergerak melewati batas, kemudian diperiksa sinar tampak dan menggunakan sinar
UV 254 untuk selanjutnya dihitung nilai Rfnya.
- Nilai Rf digunakan untuk menyatakan ukuran daya pisah suatu zat
, dimana jika nilai Rfnya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan
solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika nilai Rfnya kecil berarti
daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Rf yaitu:

Rf

= Jarak
noda

- Nilai Rf yang kami peroleh dengan menggunakan rumus


tersebut yaitu Rf1 = 0,525 (baku) dan Rf1 = 0,4875 (sampel). Dari
hasil tersebut nilai Rf dari sampel hampir sama dengan Rf baku
(kafein) yang digunakan sebagai pembanding.
- Setelah menghitung nilai Rf langkah selanjutnya adalah
mengitung nilai hRf. Dan rumus yang digunakan untuk mengitung
hRf yaitu :
-

hRf = Jarak noda x


100
- Nilai hRf yang kami peroleh dari hasil isolasi alkaloid kafein
daun teh hijau adalah hRf1 = 52,5 (baku) dan hRf1 = 48,75 (sampel).
VIII. KESIMPULAN
- Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Metode yang digunakan dalam isolasi alkaloid kafein daun the hijau adalah
metode refluks.
2) Persen rendemen hasil isolasi alkaloid daun teh hijau dengan
menggunakan metode refluks adalah 0,13008 % (gram/ mL).
3) Jarak noda yang diperoleh dari identifikasi isolasi alkaloid daun
teh hijau untuk sinar UV yaitu, 4,2 cm (baku) dan 3,9 cm
(sampel).
4) Hasil yang diperoleh dari perhitungan Rf untuk yang sinar UV
diperoleh hasil : Rf1 = 0,525 (baku) dan Rf1 = 0,4875 (sampel)
5) Hasil yang diperoleh dari perhitungan hRf untuk sinar UV
diperoleh hasil : hRf1 = 52,5 (baku) dan hRf1 = 48,75 (sampel).
IX.

DAFTAR PUSTAKA
- Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, 177-179, Depkes RI,
Jakarta.
-

Graham, H. N. 1984, Tea : Teh Plant And Its Manufacture :


Chemistry And Consumption of Teh Beverage, In Liss Ar. Teh
Methylxanthine
Beverages
And
Foods
:
Chemistry,
Consumtion, and Health Effects. Prog Clin Viol Rev.

Sudja, W.A., 1990. Penentuan Percobaan Pengantar Kimia


Organik, Karya Nusantara, Bandung.

Surmono, Rb. 1986. Proses Aproasi. Universitas


Pancasila: Jakarta.
Tuminah, S., 2004, Teh (Camellia Sinensis O.K. Var Assamica
(Mast) sebagai salah satu sumber Antioksidan.

- LAMPIRAN LAMPIRAN
1. Gambar rangkaian alat Refluks
-

2. Hasil plat KLT


-

3. Rangkaian alat Refluks


-

4. Gambar corong pisah

Anda mungkin juga menyukai