Anda di halaman 1dari 20

FARMASI RUMAH SAKIT

“INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT”

DISUSUN OLEH :

DWI RIZKI AMANDA SYAHPUTRI (1901021001)

ANNISA RAHMAINI SIPAHUTAR (1901021003)

CHARLES GABRIEL SIMATUPANG (1901021004)

DOSEN PENGAMPU:

IBU HAFIZHATUL ABADI, S.Farm,.M.Kes,.Apt

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASETIKA DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

T.A 2021 - 2022

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan
karunia-NYA sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Adapun makalah ini kami selesaikan untuk menyelesaikan tugas dari mata
kuliah farmasi rumah sakit pada program studi D3 Farmasi semester 5.

Kami sebagai penulis berharap semoga makalah kami ini dapat memberi
manfaat dan mampu menambah wawasan bagi pembaca, dengan tema
“INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT”.

Dan kami juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik dalam penyusunan maupun dalam pemilihan
kata-kata yang sesuai serta keterbatasan-keterbatasanlainya seperti pepatah
mengatakan” tak ada gading yang tak retak”oleh karena itu segala kritik dan saran
serta kontribusi pikiran tim penulis menerima dengan lapang dada karena ketidak
sempurnanya makalah ini.

Medan, 27 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...................................... 4

2.2 Tujuan instalasi farmasi rumah sakit ............................................... 4

2.3 Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit ........................... 5

2.5 Ruang Lingkup Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................. 5

2.6 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...................... 6

2.7 Administrasi dan pengolahaan dirumah sakit ................................. 10

2.8 Staf dan pimpinan pelayanan farmasi .............................................. 14

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang RI No. 44, 2009).
Rumah Sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan
untuk mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan yang berorientasi kepada
pasien. Tugas rumah sakit adalah mengutamakan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan
dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Siregar danAmalia, 2004).

Untuk mewujudkan rumah sakit yang baik kita harus melakukan pelayan-
pelayanan yang sangat berguna bagi rumah sakit. Contohnya menyusun
manajemen terkait rumah sakit, memerhatikan alat-alat yang digunakan, instalasi
rumah sakit, pelayanan farmasi rumah sakit, intalasi farmasi rumah sakit dan lain-
lain.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah


sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

1
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu departemen atau


unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh
pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan
farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat
jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien.

Tujuan instalasi farmasi rumah sakit ialah Melaksanakan pengelolaan


sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah obat, bahan obat, gas medis dan alat
kesehatan, mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan rawat jalan dan
rawat inap. IFRS berperan sangat sentral terhadap pelayanan di rumah sakit
terutama pengelolaan dan pengendalian sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan.

Dan adapun tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit adalah


Mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan
tepat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan
terapi untuk kepentingan pasien yang lebih baik. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di rumah sakit merupakan salah satu unsur penting dalam
fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena ketidakefisienan akan
memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun
secara ekonomis.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan apa pengertian instalasi farmasi rumah sakit?

2. Menjelaskan tujuan, tanggung jawab, dan fungsi isntalasi rumah sakit?

3. Menjelaskan ruang lingkup instalasi farmasi dirumah sakit?

4. Menjelaskan struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit?

5. Menjelaskan Administrasi dan pengolahaan dirumah sakit?

6. Menjelaskan staf dan pimpinan pelayanan farmasi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian, tujuan, tanggung jawab, fungsi dan struktur


dari instalasi farmasi rumah sakit. Yang mana hal ini sangat bermanfaat buat kita
semua kedepannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu departemen atau


unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh
pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan
farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat
jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas


dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan


dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).

2.2 Tujuan instalasi farmasi rumah sakit

Tujuan instalasi farmasi rumah sakit ialah Melaksanakan pengelolaan


sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah obat, bahan obat, gas medis dan alat
kesehatan, mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan

4
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan rawat jalan dan
rawat inap. IFRS berperan sangat sentral terhadap pelayanan di rumah sakit
terutama pengelolaan dan pengendalian sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan.

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal


b.Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.

2.3 Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit adalah Mengembangkan
pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk
memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan terapi untuk
kepentingan pasien yang lebih baik

2.4 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IFRS berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit pelayanan
yang dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen (nonklinik) adalah
pelayanan yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan

5
lain. Pelayanan IFRS yang menyediakan unsur logistik atau perbekalan kesehatan
dan aspek administrasi.

IFRS yang berfungsi sebagai pelayanan nonmanajemen (klinik) pelayanan


yang bersentuhan langsung dengan pasien atau kesehatan lainnya. Fungsi ini
berorientasi pasien sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih luas tentang
aspek yang berkaitan dengan penggunaan obat dan penyakitnya serta menjunjung
tinggi etika dan perilaku sebagai unit yang menjalankan asuhan kefarmasian yang
handa

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.


1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.

2.5 Ruang Lingkup Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Ruang lingkup IFRS yaitu memberikan pelayanan farmasi berupa
pelayanan nonklinik dan klinik. Pelayanan nonklinik biasanya tidak secara
langsung dilakukan sebagai bagian terpadu, pelayanan ini sifatnya administrasi
atau manajerial seperti pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan
kesehatan dan interaksi profesional dengan tenaga kesehatan lainnya.
Pelayanan klinik mencakup fungsi IFRS yang dilakukan dalam program
rumah sakit yaitu Pelayanan obat di apotik/depo, konseling pasien, pelayanan
informasi obat, evaluasi penggunaan obat, monitoring efek samping obat,
pemantauan terapi obat.

2.5.1 Pengelolahan Sediaan Farmasi dan Pembekalan Kesehatan


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

6
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan, dengan tujuan:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

2.5.2 Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan


kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena obat.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. Pengkajian pelayanan dan resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian


resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep,
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
error). Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep.

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi


mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan,
riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data
rekammedik/pencatatan penggunaan obat pasien.

7
c. Pelayanan informasi obat (PIO)

PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi


obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang diberikan
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar rumah sakit.

Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi:

1)Menjawab pertanyaan.

2)Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.

3)Menyediakan informasi bagi komite/subkomite farmasi dan terapi.

4)Sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit.

5)Bersama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.

6)Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga

kesehatan lainnya.

7)Melakukan penelitian.

d. Konseling

Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan


pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga
pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang
benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan
keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek
samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam
menjalankan terapi.

8
e. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan


apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas
permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien
dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.

f. Pemantauan terapi obat (PTO)

PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat
yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi obat
adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD.

g. Monitoring efek samping obat (MESO)

MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak
dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi
obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

h. Evaluasi penggunaan obat (EPO)

EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstrukturi dan


berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

9
i. Dispensing sediaan khusus

Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit


dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah
untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan
zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.

2.6 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yaitu :

a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

b. Administrasi Farmasi

c. Pengelolaan perbekalan farmasi

d. Pelayanan farmasi klinik

e. Manajemen mutu

10
1. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit.

2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional terhadap IFRS melainkan jalur
koordinasi dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. Tugas PFT
adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan dan pengelolaan
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit. Panitia ini
terdiri unsur tenaga kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners)
sehingga kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan evaluasi
pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan
dapat dipertanggungjawabkan.

3. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan kefarmasian


terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi konseling pasien,
pelayanan informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik pasien di ruangan
maupun pasien ambulatory.

4. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau perlengkapan


perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan, sistem penyimpanan di
gudang, dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit nonsteril dan aseptik.

5. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur distribusi sediaan


farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan (obat, bahan baku obat, alat
kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, IRD, ICU/ICCU, kamar
operasi, bangsal atau ruangan.

6.Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan kesehatan dan


nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan kurikulum
dan melaksanakan pelatihan.

7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan


pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan

11
dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian.

8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber daya


manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi dan
produktivitasnyasecara optimal, serta melakukan pendidikan dan pelatihan bagi
calon tenaga farmasi untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan
di bidang farmasi rumah sakit.

9. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian pada


masyarakat.

10. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik,


termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru. Formulasi, metode
pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh Drug Released
System.

11. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis, terutama
dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil Outcomes dari terapi
obat dan regimen pengobatan.

12. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian


perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan cost-
benefit dalam pelayanan farmasi.

13. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan, dan
evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.

14. Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit pemerintah


kelas A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan rumah sakit swasta sekelas,
agar mulai meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-obatan yang
diproduksi serta mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinik.

15. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus berjuang,
bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak agar pengembangan

12
fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu dapat diterima oleh pimpinan
dan staf medik rumah sakit.

2.7 Administrasi dan pengolahaan dirumah sakit

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan


farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.

1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraina tugas, fungsi, wewenang


dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi didalam maupun diluar pelayanan
farmasi yang ditetapkan oleh pemimpin rumah sakit.

2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap tiga tahun
dan diubah bila terdapat hal:

a. Perubahan pola kepegawaian

b. Perubahan standar pelayanan farmasi

c. perubahan peran rumah sakit

d. penambahan dan pengurangan pelayanan

3. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan


penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.

4. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk


membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. hasil
pertemuan tersebut disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan.

5. Adanya komite/ panitia farmasi dan terapi dirumah sakit dan apoteker
IFRS(Instalasi farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretarias komite.

6. Adanya komunikasi tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu


berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar

13
bagian atau konferensi dengan pihak yang lain yang mempunyai relenvansi
dengan farmasi.

7. Hasil penilaian/ pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan secara


rahasia dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.

8. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi
terhadap pelyanan farmasi setiap tiga tahun.

9. Kepala instalasi farmasi harus terlibat secara langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

2.8 Staf dan pimpinan pelayanan farmasi

Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan.

1. IFRS(Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh apoteker.

2. Pelayanan farmasi diselenggrakan dan dikelola oleh apoteker yang mempunyai


pngalaman minimal dua tahun dibagian farmasi rumah sakit.

3. Apoteker telah terdaftar di depkes dan mempunyai surat izin kerja.

4. Pada pelaksanaany aApoteker dibantu oleh Tenaga Ahli madya Farmasi(D-


3)dan tenaga menegah farmasi (AA)

5. Kepala instalasi farmasi bertanggung jawann terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi brang farmasi.

6. Setiap saat harus ada apoteker ditempat pelayanan untuk melangsungkan dan
dan menguasai pelayanan farmasi dan harus ada pengeledegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.

7. Adanya uraian tugas bagi staf dan pimpinan farmasi.

8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan


kebutuhan.

14
9. apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga
farmasi lainya.maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/
pengajar utuk menguasai jalanya pelatihan tersebut.

10. Penilaian terhada staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan
pekerjaan yang fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalan meningkatkan mutu pelayanan.

● Pengembangan staf dan program pendidikan

Setiap staf dirumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilannya.

1.Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpnan dalam menyusun


program penggembangan staf.

2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan
tanggung jawab.

3. adanya mekanisme untuk mengetahuikebutuhan pendidikan bagi staf.

4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
program pendidikan berkelanjutan.

5. Staf secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang akan diadakan oleh
organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkit.

6. penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi:

a. penggunaan obat dan penerapanya.

b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi.

c.praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan ditetapkanya Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit, tidaklah


berarti semua permasalahan tentang pelayanan kefarmasian dirumah sakit menjadi
mudah dan selesai. dalam pelaksanaanya dilapangan, Standar pelayanan Farmasi
dirumah sakit ini sudah barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara
lain sumber daya manusia/ tenaga farmasi dirumah sakit, kebijakan manejemen
rumah sakit serta pihak- pihak terkait yang umumnya masih dengan pradigma
lama yang “ melihat” pelayanan farmasi dirumah sakit “hanya’ mengurusi
masalah pengadaan dan distribusi obat saja.

Instalasi farmasi rumah sakit juga merupakan suatu departemen dibagian


rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu olrh beberapa tenaga
farmasis lainnya. Yg terdiri dari pelayanan paripurna mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien.

Instalasi juga bertanggung jawab terkait mengembangkan pelayanan


farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan terapi untuk kepentingan
pasien yang lebih baik

16
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/FArmasiR
S-dan-Klinik-Komprehensif.pdf

https://text-id.123dok.com/document/6zkwoormz-struktur-organisasi-ifrs-tugas-
dan-fungsi-ifrs-pengelolaan-perbekalan-farmasi.html

https://www.anekamakalah.com/2013/08/instalasi-farmasi-rumah-sakit-ifrs.html?
m=1

17

Anda mungkin juga menyukai