Conttohnya, seperti RCOOH yang merupakan senyawa bersifat asam lemah, RCOO dan H
adalah bentuk terionisasinya.
Pada lambung (ph 1-3) senyawa RCOOH tidak terionisasi sehingga akan mudah di
absorbsi
Pada usus halus (ph 5-8) senyawa RCOOH akan sukar di absorbs.
6. Jelaskan mengapa suatu obat harus memiliki gugus hidrofilik sekaligus lipofilik pada
strukturnya !
Pentingnya gugus hidrofilik dan lifofilik dapat mempengaruhi absorpsi terhadap
kecepatan obat masuk ke dalam reseptor karena fungsi dari hidrofilik untuk
mendistribusikan obat sedangkan lipofilik untuk melewati lapisan membran bilayer.
7. Suatu obat dengan nilai pKa = 3, bagaimana nasibnya dalam lambung dan usus ?
Bagaimana pula absorpsi obat dengan nilai P= 100 ? Jelaskan !
Obat dengan nilai pka 3 bersifat asam lemah dalam lambung ( PH fisiologis lambung 1-3)
obat tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga sukar diabsorpsi
Obat dengan nilai p 100 bersifat lipofilik sehingga mudah melewati membran biologis
dan proses penyerapan yang tinggi.
9. Senyawa yang berkhasiat sbg obat dapat berupa senyawa organik, anorganik maupun
yang mengandung logam. Berikan masing2 3 contoh dan khasiatnya !
Senyawa organik : acetaminofen (analgetik, antipiretik), aspirin (analgetik), dan
kloroform (obat bius)
Senyawa anorganik : magnesium hidroklorida (obat maag), NaCl (pengganti elektrolit)
dan NH3 (menyebabkan orang pingsan namun menyebabkan iritasi pemakaian)
Senyawa logam : kalsium (pertumbuhan gigi dan tulang), Fe2+ (mencegah anemia) dan
cisplatin (obat kemoterapi kanker)
10. Interaksi obat dengan biopolymer memerlukan gugus farmakoforik dan haptoforik,
jelaskan !
Gugus farmakoforik sendiri bertanggung jawab terhadap respon biologis sedangkan
gugus haftoforik mempunyai peran sebagai gugus yang membantu ikatan obat reseptor.
11. bagaimana nasib obat golongan ammonium kuartener dalam lambung dan usus ?
Bagaimana pula mekanisme absorpsi obat/zat yang sangat hidrofil (cth.air) ? Jelaskan !
Jawab :
Pyrvinium pamoat (golongan ammonium kuartener), merupakan basa kuat yang tidak
terserap oleh saluran cerna dan toksik terhadap cacing yang hidup pada saluran cerna
manusia. Kecepatan absorpsi obat yang mudah terionkan seperti golongan ammonium
kuartener dalam epitel usus lebih lambat dibandingkan molekul yang tidak bermuatan
dikarenakan obat berinteraksi dengan gugus karboksilat atau sulfonat yang terdapat
pada mukosa usus, senyawa kompleks yang sukar diserap.
Mekanisme absorpsi zat yang bersifat hidrofil (air) pada tubuh, yaitu air akan diserap
menuju ruang antar sel searah dengan gradasi osmosis. Namun, perpindahan air dari
dinding saluran usus menuju darah sering kali berlawanan dengan gradasi osmosis. Ini
berarti usus dapat menyerap air dan mentansfernya pada darah bahkan pada saat daya
osmosis di dinding usus lebih tinggi dibanding dengan daya osmosis pada darah.
12. Reaksi kimia dalam sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik, jelaskan !
Jawab :
Stereospesifik artinya suatu stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan
stereoisomer pasangannya dalam suatu sistem biologis makhluk hidup. Bahkan
terkadang suatu stereoisomer akan menghasilkan produk yang berbeda dengan
stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis makhluk hidup itu, karena suatu
stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbedadengan stereoisomer pasangannya
dalam sistem biologis makhluk hidup.
Jawab :
a) Bahwa kelarutan senyawa organik dalam lemak berhubungan dengan mudah atau
tidaknya penembusan membran sel. Senyawa non polar bersifat mudah larut dalam
lemak, mempunyai nilai koefisien partisi lemak/air besar sehingga mudah menembus
membran sel secara difusi pasif. Peran koefisien partisi terhadap absorpsi obat turunan
barbiturat. Bahwa makin besar nilai koefisien partisi (P) kloroform/air dari bentuk tak
terionisasi turunan barbiturat, makin besar persentase obat yang diabsorpsi.
b) Aktivitas antibakteri seri homolog 4-n-alkilresorsinol terhadap Bacillus typhosus
mencapai maksimum pada jumlah atom C = 6 yaitu 4-n-heksilresorsinol, sedang terhadap
Staphylococcus aureus aktivitas mencapai maksimum pada jumlah atom C = 9 (4-n-
nonil-resorsinol). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan sensitivitas dari
senyawa seri homolog terhadap kuman yang berbeda.
14. Jelaskan perbedaan aktivitas dari asetikolin pada kedua bentuk di bawah ini !
Jawab :
a. Bentuk konformasi memanjang penuh (transoid), pada bentuk ini atom H dari N-metil
letaknya berjauhan dengan atom O sehingga membentuk struktur memanjang. Bentuk
konformasi ini dapat berinteraksi dengan reseptor muskarinik dari saraf post ganglionik
parasimpatik dan mudah dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase.
b. Bentuk konformasi tertutup (cysoid), pada bentuk ini atom H dari N-metil letaknya
berdekatan dengan atom O dari gugus asetoksi sehingga terjadi ikatan hidrogen
intermolekul membentuk struktur tertutup. Bentuk konformasi ini dapat berinteraksi
dengan reseptor nikotinik dari ganglia dan penghubung saraf otot.
15. Jelaskan apa kesimpulan dari data aktivitas turunan sulfonamida berikut :
O2NH R
NH2 S
R Log 1/C л σ
4-Cl 4.80 0.23 0.70
Jawab : 3-OC2H5 4.88 0.12 0.62
Pada tabel tersebut dapat di simpulkan bahwa gugus 4-Cl dan 3-OC2H5 mempunyai nilai
𝜋 dan 𝜎 hampir sama dan menghasilkan efek biologis yang hampir sama pula, sehingga
keduanya dikategorikan sebagai isometrik bioisosterik dimana gugus-gugus yang saling
dipergantikan mempunyai persamaan kualitatif dan kuantitatif.
Adenin dan hipoxantin merupakan metabolit normal dalam tubuh. Gugus NH2 dan OH
pada C6 memegang peranan penting pada interaksi yang melibatkan ikatan hydrogen dari
kedua basa, pada proses replikasi asam nukleat dalam biosintesis protein sel. Penggantian
gugus-gugus tersebut dengan gugus SH, contoh : 6- merkaptopurin, akan memperlemah
ikatan hidrogen, terjadi hambatan sebagian dari proses interaksi di atas sehingga
kecepatan sintesissel menurun dan senyawa berfungsi sebagai antimetabolit (antikanker)
17. Jelaskan perbedaan obat dan racun dilihat dari tipe ikatan yang terbentuk antara molekul
obat tersebut dengan reseptornya ! berikan contoh minimal 3!
20. Gambarkan struktur dari metil salisilat dan meti-para-hidroksi benzoat, dan jelaskan
mengapa aktivitas keduanya berbeda!
Metil Salisilat Metil-Para-Hidroksi Benzoat
Karena metil salisilat dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekular sedangkan metil
para hidroksi benzoat dapat membentuk ikatan hidrogen intermolekular. Sehingga pada
struktur metil salisilat gugus fenol terlindungi akan memberikan efek sebagai antibakteri
yang lemah. Sedangkan pada struktur metil para hidroksi benzoat yang termasuk senyawa
dimer dengan gugus hidroksi fenol bebas akan memiliki efek antibakteri yang lebih baik.