INSTALASI FARMASI
Seluruh kelompok telah mengevaluasi buku ini sesuai dengan kemampuan dan
keperluan pelayanan medis yang aktual di RSU Nurdin Hamzah. Isi buku ini bersifat
elektik, disusun dari gabungan berbagai standar pelayanan medis spesialistik dan
subspesialistik dengan fleksibilitas yang cukup disesuaikan dengan perkembangan dan
kemajuan IPTEK kedokteran/kesehatan.
Kami memaklumi bahwa isi buku Pedoman Pengorganisasian ini masih banyak
kekurangan dan belum lengkap. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaannya.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam evaluasi dan diberlakukannya buku ini.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………… 2
SAMBUTAN DIREKTUR……………………………………………… 3
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 5
BAB II GAMBARAN UMUM INSTALASI FARMASI…............……. 6
BAB III VISI MISI FALSAFAH NILAI DAN TUJUAN……………… 7
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT……………… 9
BAB V STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI ……..… 10
BAB VI URAIAN JABATAN.…………………………………………… 11
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA………………………………. 15
BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL.. 16
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI………………………………………17
BAB X PERTEMUAN /RAPAT………………………………………….20
BAB XI PELAPORAN…………………………………………………… 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan dan seiring
dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya
hampir selalu memerlukan obat. Obat merupakan komponen yang penting dalam
upaya pelayanan kesehatan, baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun
ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi
pokok yang harus terjaga ketersediaannya karena ketersediaan obat merupakan salah
satu hal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Menurut Depkes RI, biaya pembelian obat sebesar 40%-50% dari jumlah
operasional pelayanan kesehatan dan berbagai penelitian dirumah sakit melaporkan
bahwa keuntungan dari obat yang dijual di rumah sakit merupakan hal yang lebih
mudah dilakukan dibandingkan dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya
pelayanan laboratorium, radiologi, pelayanan rawat inap ataupun pelayanan gizi.
Dengan demikian obat tidak hanya sebagai barang medis tetapi juga merupakan
barang ekonomi strategis sehingga obat memiliki kedudukan yang cukup penting di
rumah sakit.
Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS). Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit yang
bertanggung jawab penuh atas pengelolaan obat, hal ini diperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit. Tujuan dari manajemen obat di rumah sakit yaitu agar obat yang
diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan
serta memberikan manfaat bagi pasien dan rumah sakit.
Manajemen obat dimulai dengan suatu tahap perencanaan yang merupakan
dasar dari pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat. Untuk itu diperlukan
data-data yang akurat, maka dalam proses pengolahannnya sebaiknya didukung oleh
suatu sistem informasi manajemen rumah sakit. Perencanaan ini disesuaikan dengan
anggaran dan juga harus sesuai formularium yang telah ditetapkan oleh organisasi yang
disebut Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. Untuk mewujudkan perencanaan
tersebut adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan pengadaan obat untuk
memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Kemudian dilakukan pengawasan untuk mengatur persediaan obat serta
menjamin ketersediaan obat. Tahapan ini berlangsung seperti siklus yang saling terkait.
Siklus ini harus dijaga agar semua tahap di dalamnya sama kuat dan segala kegiatan
tersebut harus selalu selaras, serasi dan seimbang. Apabila terjadi kesalahan pada suatu
tahap akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan yang menimbulkan
4
dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat rusak,
dan lain sebagainya.
Pertimbangan lain yang menjadi penentu manajemen obat adalah komponen
input meliputi visi, misi, struktur oganisasi yang jelas, ketenagaan yang cukup,
prosedur yang tepat dan fasilitas yang memadai yang diproses melalui penyimpanan,
pendistribusian, pengemasan dan evaluasi untuk menghasilkan keluaran yang
diharapkan.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTALASI FARMASI RSU NURDIN HAMZAH
6
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, BUDAYA, TUJUAN INSTALASI FARMASI
RSU NURDIN HAMZAH
7
d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat
serta tenaga kesehatan rumah sakit.
f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat
serta tenaga kesehatan rumah sakit.
g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RSU NURDIN HAMZAH
DIREKTUR
PEMBINA
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
9
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT FARMASI
DIREKTUR
10
BAB VI
URAIAN JABATAN
11
a. Melakukan Receiving, Skrining, Labeling, Dispensi, dan Konseling kepada
pasien
b. Melakukan konseling dan informasi obat ke pasien rawat jalan
c. Melakukan indent (pemesanan ke gudang farmasi ) untuk stock di depo
rawat jalan
d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawat jalan dan delegasi tugas
e. Menerima arahan dan melaporkan kepada kepala IFRS segala pelaksanaan
tugas
f. Melakukan stok opname didepo rawat jalan
12
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA UNIT FARMASI
1. HUBUNGAN INTERN
a) RAWAT INAP
Petugas farmasi akan melayani pengambilan obat 24 jam.
b) RAWAT JALAN (IGD)
Petugas farmasi akan melayani pengambilan obat 24 jam.
c) OK
Petugas farmasi akan melayani pengambilan obat 24 jam.
2. HUBUNGAN EKSTERN
a) DINAS KESEHATAN
13
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
A. KUALIFIKASI SDM
JABATAN FUNGSI KUALIFIKASI
Kepala Instalasi Mengorganisir dan mengarahkan Apoteker, Apt, S2, kursus
Farmasi manajemen sesuaikan dengan
Akreditasi IFRS
Koordinator Mengkoordinir beberapa penyela Apoteker, Ap S2, kursus
sesuai ruang lingkup
Penyelia/supervisor Menyelia beberapa pelaksana Apoteker, kursus Farmasi
rumah sakit
Pelaksana teknis Melaksanakan tugas tertentu Apoteker, sarjana farmasi,
kefarmasian asisten apoteker
B. STANDAR KETENAGAAN
14
pendelegasian wewenang yang bertanggung-jawab jika kepala farmasi
berhalangan hadir.
g. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
h. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi
pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
i. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan
kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
15
a. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang
diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah
Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi, Politeknik
Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analis Farmasi
serta Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
b. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk melakukan pekerjaan
Kefarmasian disarana kefarmasian.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan
,keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan
visi rumah sakit.
Distribusi Ketenagaan
Unit Farmasi di dalam melaksanakan pelayanan farmasi dibagi menjadi
3 (tiga) shift pelayanan dalam waktu 24 jam. Distribusi tenaga farmasi
ditempatkan pada 2 ( dua ) depo pelayanan yaitu depo farmasi IGD dan rawat
jalan dan depo farmasi rawat inap serta pelayanan gudang farmasi. Masing-
masing depo pelayanan dan gudang farmasi di pimpin oleh apoteker.
Jenis Pelayanan
Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
Pelayanan rawat inap
Pelayanan rawat jalan
Pelayanan gudang farmasi
Produksi obat (pengenceran alkohol)
16
Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS
Evaluasi kinerja tenaga IF mengacu pada evaluasi kinerja karyawan RS
sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi penilaian
terhadap :
Kualitas Kerja
Kuantitas Kerja
Disiplin Kerja
Kecakapan
Tanggung Jawab
Loyalitas
Inisiatif
Kejujuran
Motivasi
Kerjasama
Komunikasi
Absensi
Evaluasi kinerja tersebut dilakukan setiap akhir tahun dan bersifat terbuka dan
diharapkan dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja yang bersangkutan.
17
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
I. PENDAHULUAN
III.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan gambaran tentang farmasi (apotek) RSU Nurdin
Hamzah.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan professionalisme dalam lingkup kerja.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang visi, misi, tujuan dan falsafah serta
motto RSU Nurdin Hamzah.
c. Meningkatkan wawasan tentang ruangan dan lingkup farmasi RSU Nurdin
Hamzah.
d. Meningkatkan keterampilan dalam pelayanan kesehatan di farmasi RSU
Nurdin Hamzah.
18
- Rincian kegiatan :
1. Menyusun kebijakan tentang program orientasi petugas farmasi baru di
RSU Nurdin Hamzah
2. Melakukan pencatatan, pelaporan, evaluasi, analisa dan tindak lanjut dari
program orientasi petugas farmasi baru di farmasi RSU Nurdin Hamzah
3. Menyelenggaran orientasi petugas farmasi baru di RSU Nurdin Hamzah
VI. SASARAN
Sasaran orientasi adalah karyawan baru di farmasi RSU Nurdin Hamzah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
19
1. Setiap unit di rumah sakit membutuhkan petugas farmasi baru dilakukan
pembuatan evaluasi pelaksanaan kegiatan
2. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan orientasi membuat laporan ke subbag
kepegawaian.
20
BAB X
PERTEMUAN/ RAPAT
Dalam lingkup Rumah Sakit RSU Nurdin Hamzah selalu dilakukan rapat.
Pertemuan rapat ini sangat bermanfaat untuk masing-masing unit guna memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan rumah
sakit. Kegiatan rapat ini bisa dilakukan hanya dalam unit farmasi sendiri atau bisa juga
dilakukan rapat antar unit lainnya. Kegiatan rapat ini biasanya dihadiri oleh seluruh
staf unit farmasi maupun oleh kepala bidang atau kepala seksi terkait.
Kegiatan yang dibahas meliputi banyak kegiatan baik dari pelaporan kerja,
kebutuhan sarana dan prasarana dilapangan, maupun berbagai hal yang menyangkut
kelangsungan unit masing- masing. Sehingga dengan dilakukan rapat rutin ini dapat
dilakukan tindak lanjut untuk kendala yang dihadapi dilapangan maupun yang dihadapi
di unit internal itu sendiri. Dalam kegiatan rapat ini dibuat undangan berupa internal
memo, daftar hadir dan notulen hasil rapat yang nantinya dilaporkan kepada Bagian
Tata Usaha RSU Nurdin Hamzah.
Kegiatan pertemuan/rapat intern biasanya dilakukan setiap 1 bulan sekali di
hadiri oleh seluruh karyawan Unit Farmasi, waktu dan hari ditentukan. Pertemuan rutin
lainnya seperti morning report dilakukan setiap bulan di hadiri oleh seluruh Kepala
Unit beserta Direktur rumah sakit untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di
unit kerja dan lapangan. Kegiatan rapat lain yang biasa dilakukan di RSU Nurdin
Hamzah misalnya rapat tentang Pasien Safety, K3RS, Koordinasi dengan unit lain, dll.
21
BAB XI
PELAPORAN
A. PELAPORAN
Pelaporan kegiatan pelayanan farmasi terdiri dari :
1) Laporan kegiatan rutin harian
Laporan harian ini dilakukan setiap hari. Kegiatan pelaporan harian ini
dilakukan oleh kepala unit farmasi ataupun petugas farmasi baik secara
lisan maupun tulisan. Pelaporan harian ini seperti laporan mengenai jumlah
petugas farmasi yang dinas dengan jumlah kegiatan yang ditangani dan
kendala yang dihadapi setiap harinya, pelaporan keluhan pasien atau
pegawai yang berhubungan dengan sarana dan prasarana di rumah sakit.
Pelaporan harian ini biasanya disampaikan kepada unit atau kepala bidang
terkait.
2) Laporan kegiatan rutin bulanan
Laporan bulanan dilakukan setiap bulan sebagai tindak lanjut dari
laporan kejadian setiap hari dalam kegiatan rutin farmasi. Pelaporan ini
biasanya menyangkut kegiatan program kerja yang dilakukan unit farmasi
dalam kurun waktu setahun. Pelaporan ini dapat berupa: laporan rapat
bulanan intern, laporan inventaris pemeliharaan barang alat, laporan
penilaian karyawan, laporan indikator mutu, laporan evaluasi program
kerja, laporan kebutuhan karyawan, laporan kejadian K3RS, dll.
3) Laporan Tahunan
Laporan tahunan biasanya dilakukan setiap akhir tahun. Tujuan laporan
tahunan ini untuk mengevalusi seluruh laporan harian dan bulanan sehingga
dapat dilihat total kegiatan yang berlangsung dalam kegiatan ipsrs sehingga
dapat dilakukan tindak lanjut dari evaluasi laporan tahunan ini. Laporan
tahunan kegiatan kegiatan IPSRS dapat berupa rekapitulasi total sarana dan
prasarana yang di pemeliharaan dan perbaiki
4) Laporan khusus ( misalnya : audit internal farmasi)
5) Laporan pemeriksaan (kartu control)
22