BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
a. Pembangunan kesehatan merupakan bagian intergral dan terpenting
dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarkannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemuan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber
daya manusia Indonesia.
b. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu serta pelayanan kesehatan baik yang
disediakan oleh pemerintah ataupun swasta.
c. Upaya kesehatan adalah kegiatan untuk memelihara dan meningkatan
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehtan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan(promotif) ,
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
d. Konsep kesatuan upaya kesehatatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk klinik
yang merupakan salah satu ujung tombak dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
e. Pelayanan kefarmasian di klinik merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem palayanan kesehatan klinik yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan berkualitas.
f. Dalam rangka menghadapi bentuk tuntutan yang semakin komplek di
bidang pelayanan kefarmasian maka perlu disusun pedoman pelayanan
kefarmasian yang memuat ketentuan-ketentuan dasar tentang playanan
kefarmasian di Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika. Dari pedoman
ini diharapkan dapat memberikan arah bagi pelaksanaan kefarmasian
secara teknis
4. Batasan Operasional
Untuk memahami naskah pedoman Klinik Pratama Rawat Inap Sarah
Medika ini, maka perlu diuraikan beberapa pengertian untuk menyamakan
persepsi. Beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Klinik.
Klinik adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan yang menyediaakan pelayanan medis dasar.
b. Instalasi Farmasi adalah bagian dari Klinik yang bertugas
menyenggarakan, mengoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis
kefarmasian di Klinik
c. Standar Pelayanan Kefarmasian.
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang digunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
d. Pelayanan Kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian adlah suatu pelayanan langung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sedian farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
e. Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan Farmasi Klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan
apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcame terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin.
f. Resep.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker baik dalam bentuk paper maupun elektronic untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
g. Sedian Farmasi.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
h. Obat.
Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologiatau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
pemyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
i. Alat Kesehatan.
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan atau implan yang
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pda manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
j. Bahan Medis Habis Pakai.
Bahan medis habis pakai adalah alat kesehtan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
perundang-undangan.
k. Apoteker.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
l. Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
m. Evaluasi.
Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit
yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM),
pengelolaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dan pelayanan
kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.
n. Mutu pelayanan Farmasi.
Mutu Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan farmasi yang merujuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimnulkan kepuasan
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata masyarakat, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
o. Pengelolaan Sediaan Farmasi, alat Kesehatan dan BMHP.
Pengelolan sedian farmasi , alakes dan BMHP adalah sustu proses yang
merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusia, pengendalian, penghapuan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperulikan bagi kegiatan
pelayanan.
p. Pelayanan Farmasi Klinik
Pengkajian dan Pelayanan Resep, Pelayanan Informasi Obat, Konseling,
Pemantauan terapi obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO), Pelayanan Kefarmasian di rumah.
q. Pengendalian Mutu.
Pengendalian Mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayana yang diberikan secara terencana dan
sistematis sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu
serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk
[proses peningkatan mutu pelyanan farmasi yang berkesinambungan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Instalasi Farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika diawaki oleh tenaga
kefarmasiaan yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian serta penunjang
lain yang mempunyai tugas dan wewenang di luar pekerjaan kefarmasian, Untuk
menghasilkan mutu pelyanan yang baik dan aman, maka dalam penentuan kebutuhan
tenaga harus mempertimbangan kompetensi yang disesuaikan dengan jenis pelayanan,
tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawabnya, Berdasarkan pekerjaan yang
dilakukan, kualitas SDM ( sumber daya Manusia) instalasi farmasi diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan kefarmasian.
Pekerjaan kefarmasian merupakan bidang tugas pengelolaan sediaan farmasi, alkes
dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan oleh:
a. Apoteker.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana farmasi, D3 Framasi, sekolah Menengah
Farmasi).
2. Pekerjaan Penunjang.
Pekerjaan penunjang merupakan pekerjaan di luar kefarmasian yang berfungsi untuk
mendukung kegiatan instalasi farmasi dalam mencapai tujuan. Sumber daya manusia
untk pekerjaan penunjang terdiri dari:
a. Operator Komputer ( teknisi yang memahami kefarmasian).
b. Tenaga Administrasi.
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian dibawah supervisi Apoteker, sedangkan untuk pekerjaan penunjang
dilaksanakan oleh personil non farmasi.
Distribusi Ketenagaan di Istalasi Farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika
adalah :
a. Apoteker.
Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian bertugas membantu apoteker dalam pelayanan
farmasi.
c. Tenaga Penunjang.
Tenaga non farmasi yang bekerja di luar teknis Kefarmasian.
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Denah Ruang.
5
3
7
6
1 2
GAMBAR DENAH RUANG FARMASI KLINIK PRATAMA RAWAT INAP SARAH MEDIKA
Keterangan:
1. Meja penerimaan/penyerahan resep.
2. Kulkas untuk penyimpanan obat
3. Rak obat.
4. Tempat peracikan
5. Lemari Obat high alert. Dan Lemari Narkotika dan Psikotropika
6. Lemari Dokumen
7. Wastafel
2. Fasilitas
Fasilitas ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundang-
undangan kefarmasian yaitu ;lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan klinik,
terpenuhinya luas yang cukup untuk menyelenggarakan asuhan kefarmasian. Fasilitas
Instalasi Farmasi di klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika meliputi :
a. Ruangan atau tempat.
Di Istalasi Farmasi terdapat tempat untuk :
1) Tempat penerimaan resep.
Tempat penerimaan resep ditempatkan pada bagian depan yang mudah terlihat
oleh pasien.
2) Tempat pelayanan resep dan peracikan.
Tempat pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja racik.
3) Tempat Penyerahan obat.
Tempat penyerahan obat digabung tempat penerimaan resep.
4) Tempat penyimpanan obat, alkes dan BMHP.
Tempat penyimpanan obat, alkes dan BMHP harus memperhatikan kondisi
sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi.
b. Peralatan.
Peralatan Instalasi Farmasi terbagi sebagai berikut :
1) Peralatan administrasi yang terdiri dari:
a) Komputer.
b) Meja dan Kursi.
c) Rak tempat arsip.
d) ATK.
BAB IV
Dalam pemilihan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP Komite Farmasi dan
Terapi membatasi dan memilih produk obat yang menunjukkan keunggulan
dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan,
ketersediaan di pasaran, harga, dan biaya pengobatan yang paling murah.
Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh Kepala Klinik
digunakan sebagai dasar dalam penulisan resep dalam pelayanan kesehatan
yang tertuang dalam buku formularium klinik. Proses penyusunan formularium dan
revisinya secara periodik dirancang dalam tiap-tiap rapat KFT agar dihasilkan
formularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan
yang rasional. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan
sebagai salah satu peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Setiap obat
baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan
informasi tentang kelas terapi, indikasi, bentuk sediaan, dan kekuatan,
bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping, efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat ini dibandingkan dengan obat lama yang
tercantum dalam formularium, uji klinik, perbandingan biaya pengobatan, dan
indikasi keamanannya. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak
tercantum dalam formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus
dengan mengisi formulir permintaan khusus obat non formularium yang diajukan
ke KFT untuk dapat mendapat persetujuan. Buku formularium yang berlaku wajib
ada di lokasi pelayanan. Setiap dokter harus mengacu pada formularium ini dalam
melakukan praktek di Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika. Kriteria pemilihan
obat untuk masuk formularium yaitu:
1) Mengutamakan penggunaan Obat Generik.
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio ) yang paling menguntungkan
penderita.
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabitas.
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
5) Praktik dalam penggunaan dan penyerahan.
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
7) Memiliki rasio manfaat-biaya ( benefit –cost ratio) yang tertingga berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
c. Penerimaan
Proses penerimaan semua pengadaan sediaan farmasi di Klinik
Pratama Rawat Inap Sarah Medika dilaksanakan oleh Panitia Penerimaan
Barang. Proses penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Proses penerimaan langsung dibawa ke dalam gudang obat Klinik Pratama
Rawat Inap Sarah Medika.
1) Gudang Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika.
Gudang Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika menerima sediaan
farmasi, alkes dan BMHP Pencatatan di gudang obat dengan
menggunakan kartu stok keluar maupun masuk.
d. Penyimpanan.
Setelah barang di terima dari ruang farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum nantinya didistribusikan untuk pelayanan.
1) Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan Kefarmasiaan yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas
dan kemanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan
sedian farmasi, alkes dan BMHP. Untuk menjamin dan memastikan obat
disimpan secara benar maka pertugas melaksanakan supervisi secara
periodik terhadap tempat penyimpanan. Area penyimpanan tidak boleh
dimasuki oleh personel selain petugas atau di bawah pengawasan petugas
farmasi.
2) Sediaan farmasi yang memiliki sifat fisika-kimia atau atas dasar
rekomendasi pabrikan, harus disimpan khusus pada suhu tertentu dan
terkontrol.
3) Penyimpanan sediaan reagensia disimpan di unit laboratorium, disimpan
sesuai aturan dalam setiap kemasan. Untuk reagen yang di letakkan dalam
lemari pendingin, suhu di jaga 2 – 8 ° C, terutama untuk reagen kimia
dalam bentuk cair. Untuk penyimpanan reagen pada suhu kamar letakkan
reagen dalam lemari dan jangan terpapar matahari langsung. Reagen cair
yang disimpan pada suhu kamar, tempatkan pada botol coklat untuk
menghindari paparan langsung dari matahari. Penyimpanan Reagen
disusun dengan prinsip FEFO (First Expire First Out) dimana obat yang
tanggal kadaluarsanya dekat yang dikeluarkan terlebih dulu dan FIFO
(First In First Out) dimana obat yang datang pertama dikeluarkan terlebih
dulu. Penyimpanan reagen diberi label untuk penandaan tanggal
kadaluarsa yaitu, merah 3 bulan kedepan, kuning 6 tahun kedepan, dan
hijau 1 tahun kedepan. Pemasukan dan pengeluaran dicatat secara rutin
oleh petugas unit penunjang laboratorium. Pengontrolan suhu refrigerator
dilakukan oleh petugas unit laboratorium dan disupervisi oleh petugas
farmasi.
4) Penyimpanan harus terkontrol dengan didomentasi, dimonitar, dicatat dan
dilaporkan secara periodik, Perlakuan khusus penyimpanan obat yaitu:
a) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal
pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
khusus.
b) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan.
c) Sediaan farmasi yang tergolong high alert harus disimpan dengan
akses terbatas serta diberi penandaan high alert yang jelas pada
kotak penyimpanannya.
d) Penyimpanan di ruang terpisah diberlakukan khusus untuk bahan
berbahaya yang bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, iritasi, dan bahan berbahaya lainnya harus
disimpan terpisah dalam ruang penyimpanan dan disertai label
berbahaya dan ada informasi penanganan kalau terkena
percikan/Material Safety Data Sheet (MSDS).
e) Bahan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) Bahan yang berbahaya
dan mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya dan terpisah dengan ruang
penyimpanan obat lain serta dilengkapi dengan APK.
f) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip LASA (Look Alike Sound
Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
f. Pengendalian.
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, alkes, dan Bahan Medis Habis
Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) Klinik. Pengendalian sediaan farmasi dan BMHP
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tujuan pengendalian:
a) Agar penggunaan obat sesuai dengan Formularium Klinik.
b) Agar penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c) Untuk memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, alkes, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
2) Cara Pengendalian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP adalah sebagai
berikut:
a) Melakukan evaluasi dan mendata persediaan yang jarang digunakan
(slow moving).
b) Melakukan evaluasi dan mendata persediaan yang tidak digunakan
dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock).
c) Melaksanakan Stock opname yang dilakukan secara periodik dan
berkala setiap satu bulan sekali.
g. Administrasi.
Administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP Klinik
Pratama Rawat Inap Sarah Medika harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah
berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari:
1) Pencatatan dan Pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian
persediaan, pengembalian, pemusnahan, dan penarikan sediaan farmasi,
alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik
yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan,
triwulanan, semester atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat
terdiri dari:
a) Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilaksanakan setiap
bulan sekali kepada Dinkes dan BPOM. Pelaporan manual catatan
obat narkotika dan psikotropika menggunakan buku khusus.
b) Laporan hasil stok opname dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.
c) Laporan stok obat di unit pelayanan dilaksanakan secara rutin dan
berkala.
2) Administrasi Penghapusan.
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar
dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alkes, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai prosedur penghapusan.
a) Pemusnahan Obat
(1) Pencatatan dan Pelaporan
(a) Petugas mengidentifikasi obat yang rusak atau telah
kadaluarsa
(b) Petugas melakukan pencatatan obat rusak atau telah
kadaluarsa. Pencatatan meliputi :
Nama obat
Jumlah obat
Nomor Batch dan Nomor Expide Date/Kadaluarsa
Jenis Sediaan
(c) Petugas melaporkan ke Kepala Unit Farmasi
(2) Obat yang rusak dan telah kadaluarsa harus disimpan terpisah
dari obat lainnya dan ditelakkan di tempat yang tidak mudah
terjangkau oleh orang lain, agar tidak terjadi kesalahan
penggunaan obat.
(3) Cara Pemusnahan
(a) Menentukan tempat pemusnahan
(b) Membuat Berita Acara Pemusnahan
(c) Pemusnahan obat rusak atau telah kadaluarsa dapat
dilakukan dengan cara dibakar atau ditimbun didalam
lubang tanah. Pemusnahan juga disesuaikan dengan
bentuk dan jumlah sediaan obat sebagai berikut :
Sediaan padat dalam jumlah banyak. Obat tablet
atau obat sediaan padat dalam jumlah besar maka
harus dihancurkan dangan cara dibakar di dalam
insenerator (jika tidak memiliki insenerator dapat
melakukan kerja sama dengan pihak ke 3)
Sediaan padat dalam jumlah sedikit. Obat tablet atau
sediaan padat dalam jumlah kecil dapat dihancurkan
dengan cara digerus dan dilarutkan dengan air
kemudian dibuang.
Sediaan cair atau sirup. Sediaan obat cair atau sirup,
dapat dimusnahkan dengan cara diencerkan atau
dicampur dengan air dan botolnya harus
dihancurkan, selanjutnya obat dibuang di lubang
tanah diamana tempat tersebut tidak dapat
dijangkau oleh pihak-pihak yang dapat
menyalahgunakan dan jauh dari pemukiman. Obat
cair atau sirup sebaiknya tidak dibuang di toilet.
Sebab didalam toilet terdapat bakteri pembusuk
kotoran yang tidak bisa berfungsi apabila terkena
obat tersebut
2) Peresepan
a) Yang berhak menulis resep adalah staf medis tetap, purnawaktu, dokter
tamu, yang diberi wewenang oleh Kepala Klinik untuk praktek medis di
Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika, dan mempunyai surat ijin praktek
di klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika.
Tabel
DAFTAR NAMA DOKTER YANG BERHAK MENULIS RESEP DI KLINIK PRATAMA
RAWAT INAP SARAH MEDIKA
b) Resep ditulis secara manual pada blanko resep dengan kop surat Klinik
Pratama Rawat Inap Sarah Medika dan telah dibubuhi stempel unit
pelayanan tempat pasien berobat.
c) Jumlah obat yang dapat diberikan maksimal untuk 7 hari pemakaian.
d) Permintaan narkotika di tulis dokter atau yang berwenang dengan
mencatumkan nomor Surat Izin Praktek (SIP) dan Alamat lengkap.
e) Tulisan resep harus jelas dan dapat dibaca,.
f) Tulisan resep harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan
singkatan lazim sesuai dalam buku daftar singkatan. Beberapa tulisan
berikut dalam resep sering digunakan dibakukan untuk digunakan:
(1) ISDN = Isosorbid Dinitrat.
(2) ASA = Asam asetil salilisat.
(3) PCT = Parasetamol.
g) Obat yang diresepkan dengan nama generiknya, sesuai dengan obat yang
ada dalam formularium klinik.
h) Penulisan resep harus memuat hal-hal sebagai berikut :
(1) Nama Pasien.
(2) Nomor rekam medis.
(3) Tanggal lahir.
(4) Berat badan.
(5) Tanggal penulisan resep.
(6) Nama dokter.
(7) Nomor SIP.
(8) Riwayat alergi.
(9) Tanda R/ pada setiap obat yang diresepkan.
3) Pelayanan Resep.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan Farmasi, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) dengan
cara setiap tahap dilakukan oleh petugas yang berbeda dengan melakukan
paraf pada setiap kegiatan. Kegiatan pelayanan resep yaitu:
a) Penyiapan.
(1) Yang dimaksud penyiapan obat adalah proses dimulai dari
resep/instruksi pengobatan diterima oleh apoteker/tenaga teknis
kefarmasian yang ditunjuk sampai dengan obat diterima oleh
pasien/keluarga.
(2) Sebelum obat disiapkan, apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang
ditunjuk harus melakukan pengkajian terhadap resep/instruksi
pengobatan.
(3) Proses telaah resep oleh apoteker dapat didelegasikan kepada
Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah ditunjuk dan memiliki sertifikat
pelatihan.
(4) Dalam proses penyiapan obat, petugas farmasi dapat melakukan
substitusi terapetik obat artinya farmasi diperbolehkan melakukan
penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi zat nya berbeda
dengan terlebih dulu meminta persetujuan dokter penulis resep
(5) Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman
sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian.
(6) Waktu tunggu maksimal pelayanan adalah 30 menit untuk non racikan
dan 60 menit untuk racikan.
(7) Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh personel lain selain
petugas.
(8) Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi labelsesuai ketentuan.
b) Pemberian
(1) Yang berhak memberikan obat kepada pasien adalah dokter atau
dokter gigi yang memiliki kompetensi serta memiliki ijin praktek di
klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika.
(2) Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi dulu oleh
apoteker/perawat tentang 7 Benar, meliputi Benar Pasien, Benar
Indikasi, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Cara Pemberian, Benar
Waktu Pemberian, Benar Dokumentasi.
(3) Setiap penyerahan obat dari petugas farmasi kepada
pasien/keluarga/perawat didokumentasikan.
(4) Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontraindikasi
dengan obat yang akan diberikan.
(5) Obat yang tergolong high alert harus diperiksa kembali sebelum
diserahkan
(………………………………………..)*
Data Pasien
Umur: …….tahun; Tinggi: ….... cm; Berat: ………kg;
Uraian Pertanyaan:
……………………………………………………………………………
…………………………
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika
Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika
Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat
Kontra Indikasi Efek Samping Lain-lain
Obat
Cara Pemakaian Penggunaan …………………..
Terapeutik
Jawaban
……………………………………………………………………………
………………..
Referensi
……………………………………………………………………………
………………..
Penyampaian Jawaban: Segera/Dalam 24 jam/Lebih dari 24 jam )*
Apoteker yang menjawab:
…………………………………………………………………………
Tanggal: ……………………………… Waktu:
………………………………….
Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*
c. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien atau
keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan Three prime question. Apabila tingkat kepatuhan pasien
dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberikan konseling :
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatric, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka Panjang/penyakit kronis (misalnya : TB, DM,
AIDS, epilepsi)
3) Pasien yang menggunakan Obat dengan intruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan teraping down/off)
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks sempit (digoxin, fenitoin,
teofilin)
5) Pasien dengan polifarmasi; pemberian lebih dari lima obat untuk satu pasien
dalam satu resep. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
DOKUMEN KONSELING
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP SARAH MEDIKA
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Tanggal konseling :
Nama Dokter :
Nama obat, dosis dan cara :
pemakaian
Riwayat Alergi :
Keluhan :
Pasien Apoteker
………………… …………………
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Nomor Telepon :
……………… , 20……
Apoteker
BAB V
LOGISTIK
Tabel VI.1
TABEL KEBUTUHAN LOGISTIK INSTALASI FARMASI KLINIK PRATAMA
RAWAT INAP SARAH MEDIKA
No Nama Barang
1 Obat
2 Alat Kesehatan
3 Cetakan:
Etiket Obat
Etiket Obat Luar
Kertas Puyer
Resep Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika
Copy Resep Klinik Pratama Rawat Inap Sarah Medika
Lembar Monitoring Suhu dan Kelembapan
4 Rumah Tangga:
Gunting
Kresek
Plastik Klip
Sendok Obat
Sabun Cuci Tangan
Tisuue
Rak Obat
Kotak-kotak Obat
Meja Kursi Racik
Meja Kursi Pelayanan
Meja Kursi Konseling
5 Alat Tulis dan Kantor:
Bantalan Stempel
Tinta Stempel
Binder clip
Spidol
Bolpoin
Buku Tulis
Clip Besar
Clip Kecil
Staples Besar
Staples Kecil
Isi Staples Besar
Isi Staples Kecil
Lakban Merah
Isolasi Bening dan Alat Pemotong Isolasi
Lem Kertas
Pelubang Kertas
Penggaris Penghapus
Pensil
Spidol Boardmarker
Spidol Marker
Stipo
Kertas A4
Tinta Printer Epson Hitam
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA
h. Sistem distribusi obat yang tepat dan akurat guna memperkecil resiko terjadinya
kesalahan pelayanan kefarmasian terhadap pasien dilakukan sbb:
1) Sistem yang seragam pada penyaluran dan pendistribusian obat.
2) Setiap pemberian obat harus melalui tahap penelaahan yang dilakukan oleh
farmasis dan teknisi farmasi yang memiliki kompetensi.
3) Adanya formulir yang mencatat setiap bentuk pelayanan pemberian obat
kepada pasien.
4) Penanganan khusus melalui pemberian label yang benar untuk obat yang
dikeluarkan dari kemasan.
5) Prosedur yang tepat yang mengatur ketersediaan dan penggunaan sampel
obat.
6) Prosedur yang tepat yang mengatur penggunaan obat sendiri oleh pasien.
b) Review
Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian. Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil
monitoring terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan seluruh
sumber daya yang digunakan.
Contoh:
(1) Penilaian Mandiri (Self Assessment) pengelolaan Sediaan
Farmasi
(2) Pengkajian terhadap Obat fast/slow moving.
(3) Perbandingan harga Obat
c) Observasi
Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.
Contoh:
(1) Observasi terhadap penyimpanan Obat.
(2) Proses transaksi dengan distributor.
(3) Ketertiban dokumentasi.
d) Survei