MODUL III
UJI KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIAWI (CHEMICAL OXYGEN DEMAND/COD)
DENGAN REFLUKS TERTUTUP SECARA TITRIMETRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan urbanisasi penduduk di wilayah perkotaan,
membawa perubahan bagi pola hidup masyarakat. Dengan semakin tingginya jam kerja dan
aktivitas yang dilakukan di kota besar, masyarakat tak mampu lagi memenuhi kebutuhan
rumah tangga secara mandiri. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat
atas layanan jasa rumah tangga, salah satunya adalah industry pencucian pakaian (laundry).
Dengan meningkatnya jumlah usaha industri laundry yang menghasilkan limbah cair sisa
penggunaan detergen, maka limbah cair laundry yang dihasilkan semakin banyak setiap
harinya. Peningkatan jumlah limbah akibat pencucian pakaian yang dihasilkan ini memiliki
dampak langsung kepada lingkungan apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik karena
limbah laundry ini dapat mencemari badan air dan tanah (Nugroho dkk, 2013).
Beberapa kandungan pencemar yang terdapat di dalam limbah cair laundry ini adalah
kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid). Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan kebutuhan dasar tanaman dan hewan dalam air.
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintetis tanaman air dan udara yang masuk ke
dalam air dengan kecepatan terbatas serta dinyata-kan dalam satuan ppm (part per million).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau energi untuk pertumbuhan dan pembiakan (Salmin,
2005).
COD (hemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air (Azizah dan Rahmawati,
2005). Nilai COD yang tinggi menunjukkan air tercemar yang berat (Herlambang dkk, 2005).
Nilai COD adalah total keseluruhan dari pengotor TSS, zat organik, mineral bervalensi
rendah, ditambah dengan zat kimia yang memakan oksigen (Permata, 2016).
Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap
organisme air. Kandungan COD yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam
Kelompok VI III-1
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
menjaga ekosistem yang ada. Analisis COD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran dan untuk merancang sistem penanganan air limbah secara biologis. Oleh sebab
itu, dilakukan suatu usaha pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengolah kandungan
COD dan TSS tersebut agar didapatkan kandungan COD dan TSS yang sesuai dengan baku
mutu (Nugroho dkk, 2013).
Kelompok VI III-2
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok VI III-3
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
cair industri Chemical Oxygen Demand (COD) untuk golongan I 100 mg/L dan untuk
golongan II 300 mg/L.
Reaksi ini berlangsung ± 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor, agar zat organis volatil
tidak lenyap ke luar.
Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi, sedang
merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada
didalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam larutan tersebut
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan feroamonium sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung
adalah sebagai berikut :
Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna hijau-biru
larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal,
karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7
(Fikri, 2014).
Kelompok VI III-4
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam
reaksi sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk
gambaran kandungan bahan organik (Jayanti, dkk, 2014).
Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap
organisme air. Kandungan COD yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam
menjaga ekosistem yang ada (Nugroho, dkk, 2013).
Kelompok VI III-5
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
a. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Larutan pereaksi asam sulfat 3,5 ml;
2. Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N;
3. Larutan Indikator Ferroin 3 tetes;
4. Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N;
5. Asam Sulfamat (NH2SO3H);
b. Reagen
a) Larutan pereaksi asam sulfat
Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 ml H2SO4 pekat. Aduk
hingga larut. Pengadukan menggunakan magnetic stirrer untuk mempercepat melarutnya
pereaksi.
b) Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N
Larutkan 4,903 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1500C selama 2 jam ke
dalam 500 ml air bebas organic. Tambahkan 167 ml H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4.
Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 ml.
Kelompok VI III-7
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
3.3 Flowchart
3.3.1Flowchart Prodesur Percobaan
Mulai
Tambahkan 1,5 ml
K2Cr2O7
Tambahkan 3,5 ml
H2SO4
Tambahkan 3
tetes indikator
Ferroin
Tidak
Titrasi dengan
larutan FAS sampai
terjadi perubahan
warna
Ya
Kelompok VI III-8
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
Selesai
Kelompok VI III-9
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut adalah tabel hasil percobaan yang telah didapatkan pada praktikum analisa COD
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan COD
No Sampel Volume FAS (ml)
1 Limbah laundry 2,6
2 Blanko (aquades) 2,95
Sumber: Hasil Percobaan, 2018
4.2 Perhitungan
- Molaritas FAS
Volume K 2 Cr2 O7 (𝑚𝑙) × Normalitas K 2 Cr2 O7
Molaritas FAS =
Volume FAS (ml)
5 𝑚𝑙 × 0,1 𝑁
=
10,75 𝑚𝑙
= 0,046 𝑁
Jadi, normalitas FAS yang di dapat adalah 0,046 N.
- Kadar COD
(A − B) × N × 8000
COD sebagai mg O2 =
ml sampel
Kelompok VI III-10
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
4.3 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yakni pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)
digunakan titrasi larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS). Larutan FAS kemudian
distandarisasi terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Kemudian larutan standar tersebut dititrasi menggunakan 2 sampai 3 tetes indikator ferroin
sehingga didapat nilai normalitas larutan baku FAS yang diperoleh pada saat praktikum
adalah 0,046 N serta didapat hasil dari pengukuran nilai kadar COD yang diperoleh saat
praktikum adalah 51,52 mg/l.
Dari data yang diperoleh dalam praktikum apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Harwiyanti tersebut, terlihat bahwa kadar COD yang diperoleh dalam
praktikum adalah sebesar 51,52 mg/l sedangkan kadar COD yang diperoleh pada penelitian
sebelumnya adalah sebesar 239,17 mg/l. Nilai kadar COD yang diperoleh memiliki selisih
yang sangat jauh. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, yaitu bergantung pada besar
kecilnya badan usaha yang menjadi lokasi dalam pengambilan sampel serta banyaknya
customer yang ada pada saat pengambilan sampel dilakukan.
Adapun hasil dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kadar COD sebesar 51,52 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun dan
Deterjen adalah 180 mg/L. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel air dibawah
baku mutu dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004.
Kelompok VI III-11
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Nilai normalitas Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 0,046 N serta nilai kadar COD yang diperoleh adalah 51,52 mg/l.
2. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri
Sabun dan Deterjen, baku mutu COD dalam kualitas air limbah adalah 180 mg/l.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar COD sampel air limbah laundry yaitu
51,52mg/l dibawah baku mutu dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
tahun 2012.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1. Sebaiknya praktikkan lebih hati - hati saat melakukan praktikum.
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati menggunakan alat praktikum dan bahan-bahan
kimia yang berbahaya.
3. Sebaiknya praktikkan lebih teliti saat melakukan titrasi dan membaca batas angka volume
titrasi.
4. Sebaiknya praktikan lebih akurat lagi dalam pembuatan larutan standar agar mendapatkan
kurva kalibrasi yang baik.
Kelompok VI III-12
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, R., dan Rahmawati, A.A. 2005. Perbedaan Kadar BOD,COD,TSS, dan MPN
Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk.
Surabaya. Unair. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 (1) : 97 – 110
Fikri, A. 2014. BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
Bandung : Universitas Padjajaran.
Harwiyanti. 2015. Keefektifan Dosis Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) Dalam
Menurunkan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Limbah Laundry.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Herlambang dkk. 2005. Buku Panduan Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Cair Kota
Tegal. Tegal.
Jayanti, dkk. 2014. Analisa COD pada Air Limbah. Kabanjahe : Politeknik Kesehatan.
Nugroho, dkk. 2013. Penurunan Kadar COD Dan TSS Pada Limbah Industri Pencucian
Pakaian (Laundry) Dengan Teknologi Biofilm Menggunakan Media Filter Serat
Plastik Dan Tembikar Dengan Susunan Random. Semarang : Universitas Diponegoro
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri
Sabun dan Deterjen.
Permata, A. 2016. Pemodelan Biological Oxygen Demand (BOD) Dan Chemical Oxygen
Demand (COD) Dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Birespon Pada Data
Longitudinal Berdasarkan Estimator Spline Truncated (Studi Kasus: Sungai Brantas
Di Sekitar Lokasi Industri). Surabaya : Universitas Airlangga.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. Volume XXX (3) :
21-26
Kelompok VI III-13