Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

MODUL III
UJI KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIAWI (CHEMICAL OXYGEN DEMAND/COD)
DENGAN REFLUKS TERTUTUP SECARA TITRIMETRI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan urbanisasi penduduk di wilayah perkotaan,
membawa perubahan bagi pola hidup masyarakat. Dengan semakin tingginya jam kerja dan
aktivitas yang dilakukan di kota besar, masyarakat tak mampu lagi memenuhi kebutuhan
rumah tangga secara mandiri. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan masyarakat
atas layanan jasa rumah tangga, salah satunya adalah industry pencucian pakaian (laundry).
Dengan meningkatnya jumlah usaha industri laundry yang menghasilkan limbah cair sisa
penggunaan detergen, maka limbah cair laundry yang dihasilkan semakin banyak setiap
harinya. Peningkatan jumlah limbah akibat pencucian pakaian yang dihasilkan ini memiliki
dampak langsung kepada lingkungan apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik karena
limbah laundry ini dapat mencemari badan air dan tanah (Nugroho dkk, 2013).

Beberapa kandungan pencemar yang terdapat di dalam limbah cair laundry ini adalah
kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid). Oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen) merupakan kebutuhan dasar tanaman dan hewan dalam air.
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintetis tanaman air dan udara yang masuk ke
dalam air dengan kecepatan terbatas serta dinyata-kan dalam satuan ppm (part per million).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau energi untuk pertumbuhan dan pembiakan (Salmin,
2005).

COD (hemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air (Azizah dan Rahmawati,
2005). Nilai COD yang tinggi menunjukkan air tercemar yang berat (Herlambang dkk, 2005).
Nilai COD adalah total keseluruhan dari pengotor TSS, zat organik, mineral bervalensi
rendah, ditambah dengan zat kimia yang memakan oksigen (Permata, 2016).

Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap
organisme air. Kandungan COD yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam

Kelompok VI III-1
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

menjaga ekosistem yang ada. Analisis COD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran dan untuk merancang sistem penanganan air limbah secara biologis. Oleh sebab
itu, dilakukan suatu usaha pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengolah kandungan
COD dan TSS tersebut agar didapatkan kandungan COD dan TSS yang sesuai dengan baku
mutu (Nugroho dkk, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Berapa kadar COD didalam sampel?
2. Apakah kadar COD didalam sampel melebihi baku mutu?

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kadar COD di dalam sampel.
2. Untuk mengetahui kadar COD di dalam sampel melebihi baku mutu atau tidak.

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah:
1. Sebagai syarat kelulusan untuk matakuliah Laboratorium Lingkungan I
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara melakukan perhitungan nilai COD (Chemical
Oxygen Demand) pada air.

Kelompok VI III-2
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling


Untuk percobaan analisa COD ini pengambilan sampel dilakukan pada hari Senin tanggal 09
April 2018 pada pukul 15.00 WIB hingga selesai. Lokasi pengambilan sampel ini berada di
pembuangan limbah (effluent) “dr. Laundry” yang berada di Jalan Pembangunan Padang
Bulan Selayang I, Medan Selayang, Kota Medan. Keadaan air pada parit berbau, keruh dan
berbuih karena detergen yang digunakan pada saat mencuci. Pada saat pengambilan sampel
kondisi cuaca yang cerah sehingga tidak mempengaruhi keadaan sampel. Kedalaman parit ini
sekitar 15-20 cm dan lebar parit sekitar 0.3 m.

2.2 Pengertian COD


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan zat – zat organik yang terkandung dalam air dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai
secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah diurai maupun yang komplek dan sulit diuraiakan teroksidasi. Dasar tes
COD adalah bahwa hamper semua senyawa organic dapat teroksidasi penuh menjadi
karbondioksida dengan agen pengoksidasi yang kuat dalam kondisi asam. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut didalam air (Anonim, 2015).

2.3 Baku Mutu


Air limbah yang akan dibuang ke badan air harus memenuhi standar baku mutu lingkungan
sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun dan
Deterjen adalah 180 mg/L. Secara nasional, pemerintah telah menetapkan baku mutu air
limbah industri melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995. Pada
bagian lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 tersebut,
disebutkan baku mutu air limbah berdasarkan parameternya. Pemerintah telah menetapkan
baku mutu air limbah industri berdasarkan parameternya, sehingga dapat dijadikan ambang
batas ketika akan mengolal limbah cair yang hendak dibuang ke badan air. Baku mutu limbah

Kelompok VI III-3
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

cair industri Chemical Oxygen Demand (COD) untuk golongan I 100 mg/L dan untuk
golongan II 300 mg/L.

2.4 Metode Analisa COD


Prinsip analisa COD yaitu sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih seperti reaksi berikut :

CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ (Reaksi 1)


Zat organis
( Warna Kuning ) ( Warna Hijau )

Reaksi ini berlangsung ± 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor, agar zat organis volatil
tidak lenyap ke luar.
Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi, sedang
merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada
didalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat pengoksidasi
K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa didalam larutan tersebut
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan feroamonium sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung
adalah sebagai berikut :

6 Fe 2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe 3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O (Reaksi 2 )

Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna hijau-biru
larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal,
karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7
(Fikri, 2014).

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


Adapun kelebihan dari metode analisis COD adalah sebagai berikut :
1. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
2. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel,
sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
3. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari
tes BOD5.

Kelompok VI III-4
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

4. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.

Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini
disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat
ketelitian penyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam
reaksi sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk
gambaran kandungan bahan organik (Jayanti, dkk, 2014).

2.6 Pengaruh COD Terhadap Limbah Laundry


COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah
organik yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik akan
dioksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan
H2O serta jumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh
bahan organik.

Keberadaan COD dan TSS dalam konsentrasi tinggi dan melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap
organisme air. Kandungan COD yang tinggi akan mengurangi kemampuan badan air dalam
menjaga ekosistem yang ada (Nugroho, dkk, 2013).

Kelompok VI III-5
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Tabung digestion vessel 10 ml (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);
2. Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block);
3. Labu Ukur 100,0 ml dan 1000,0 ml;
4. Pipet volumetric 5,0 ml; 10 ml dan 25,0 ml;
5. Pipet ukur 5 ml; 10 ml dan 25 ml;
6. Erlenmeyer
7. Gelas piala
8. Magnetic stirrer; dan
9. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

3.1.2 Bahan
a. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat Praktikum Laboratorium Lingkungan I adalah:
1. Larutan pereaksi asam sulfat 3,5 ml;
2. Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N;
3. Larutan Indikator Ferroin 3 tetes;
4. Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N;
5. Asam Sulfamat (NH2SO3H);
b. Reagen
a) Larutan pereaksi asam sulfat
Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 ml H2SO4 pekat. Aduk
hingga larut. Pengadukan menggunakan magnetic stirrer untuk mempercepat melarutnya
pereaksi.
b) Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N
Larutkan 4,903 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 1500C selama 2 jam ke
dalam 500 ml air bebas organic. Tambahkan 167 ml H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4.
Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 ml.

c) Larutan Indikator Ferroin


Kelompok VI III-6
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

Larutkan 1,485 g 1,10-phenanthrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O dalam air


bebas organik dan encerkan sampai 100 ml.
d) Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N
Larutkan 19,6 g Fe (NH4)2(SO4)2.6H2O dalam 300 ml air bebas organic, tambahkan 20 ml
H2SO4 pekat, dinginkan dan tepatkan sampai 1000 ml.
e) Asam Sulfamat (NH2SO3H)
Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg
NO2-N yang ada dalam contoh uji.

3.2 Prosedur Percobaan


1. Pipet sampel sebanyak 2,5 ml masukkan kedalam tabung digestion vessel
2. Masukkan 1,5 ml K2Cr2O7
3. Masukkan 3,5 ml Pereaksi Asam Sulfat secara hati-hati (reaksi eksoterm)
4. Tutup tabung digestion vessel dan kocok perlahan sampai homogen
5. Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150oC, lakukan digestion
selama 2 jam.
Catatan : Selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan lakukan di ruang asam
6. Dinginkan perlahan-lahan contoh uji yang sudah direfluks sampai suhu ruang. Saat
pendinginan sesekali tutup contoh uji dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas.
7. Pindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tabung atau ampul ke dalam erlenmeyer untuk
titrasi.
8. Tambahkan indikator ferroin 3 tetes dan aduk sambil dititrasi dengan larutan baku FAS
0,05 M sampai terjadi perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-
kemerahan, catat volume larutan FAS yang digunakan.
9. Lakukan langkah 1 sampai dengan 8 terhadap air bebas organik (aquades) sebagai blanko.
Catat volume larutan FAS yang digunakan.

Kelompok VI III-7
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

3.3 Flowchart
3.3.1Flowchart Prodesur Percobaan
Mulai

Masukkan 2,5 ml sampel kedalam tabung digestion vessel

Tambahkan 1,5 ml
K2Cr2O7

Tambahkan 3,5 ml
H2SO4

Tutup tabung dan kocok perlahan


T = 150oC, selama 2 jam

Letakkan tabung pada pemanas


Dinginkan sampai suhu ruang

Pindahkan sampel secara kuantitatif ke erlenmeyer

Tambahkan 3
tetes indikator
Ferroin

Tidak
Titrasi dengan
larutan FAS sampai
terjadi perubahan
warna

Ya

Catat Volume Sampel

Kelompok VI III-8
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Prosedur Percobaan

Kelompok VI III-9
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut adalah tabel hasil percobaan yang telah didapatkan pada praktikum analisa COD
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan COD
No Sampel Volume FAS (ml)
1 Limbah laundry 2,6
2 Blanko (aquades) 2,95
Sumber: Hasil Percobaan, 2018
4.2 Perhitungan
- Molaritas FAS
Volume K 2 Cr2 O7 (𝑚𝑙) × Normalitas K 2 Cr2 O7
Molaritas FAS =
Volume FAS (ml)

5 𝑚𝑙 × 0,1 𝑁
=
10,75 𝑚𝑙

= 0,046 𝑁
Jadi, normalitas FAS yang di dapat adalah 0,046 N.

- Kadar COD
(A − B) × N × 8000
COD sebagai mg O2 =
ml sampel

dimana: A = ml FAS untuk blanko;


B = ml FAS untuk sampel;
N = normalitas FAS.

(2,95 − 2,60) × 0,046 × 8000


COD sebagai mg O2 =
2,5 ml
0,35 × 0,046 × 8000
=
2,5 𝑚𝑙
= 51,52 𝑚𝑔/𝑙
Jadi, nilai kadar COD adalah 51,52 mg/l.

Kelompok VI III-10
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

4.3 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan yakni pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)
digunakan titrasi larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS). Larutan FAS kemudian
distandarisasi terlebih dahulu dengan cara menambahkan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Kemudian larutan standar tersebut dititrasi menggunakan 2 sampai 3 tetes indikator ferroin
sehingga didapat nilai normalitas larutan baku FAS yang diperoleh pada saat praktikum
adalah 0,046 N serta didapat hasil dari pengukuran nilai kadar COD yang diperoleh saat
praktikum adalah 51,52 mg/l.

Sebelumnya Harwiyanti (2015) telah melakukan pemeriksaan kandungan air limbah


laundry. Dari data yang mereka peroleh terlihat bahwa parameter COD yang diuji pada
sample air limbah laundry tersebut tergolong tinggi untuk langsung dibuang ke badan air.
Konsentrasi COD mencapai 239,17 mg/l, sedangkan angka yang diperbolehkan (baku mutu)
untuk COD adalah 180 mg/l.

Dari data yang diperoleh dalam praktikum apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Harwiyanti tersebut, terlihat bahwa kadar COD yang diperoleh dalam
praktikum adalah sebesar 51,52 mg/l sedangkan kadar COD yang diperoleh pada penelitian
sebelumnya adalah sebesar 239,17 mg/l. Nilai kadar COD yang diperoleh memiliki selisih
yang sangat jauh. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, yaitu bergantung pada besar
kecilnya badan usaha yang menjadi lokasi dalam pengambilan sampel serta banyaknya
customer yang ada pada saat pengambilan sampel dilakukan.

Adapun hasil dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kadar COD sebesar 51,52 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun dan
Deterjen adalah 180 mg/L. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel air dibawah
baku mutu dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004.

Kelompok VI III-11
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Nilai normalitas Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 0,046 N serta nilai kadar COD yang diperoleh adalah 51,52 mg/l.
2. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri
Sabun dan Deterjen, baku mutu COD dalam kualitas air limbah adalah 180 mg/l.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar COD sampel air limbah laundry yaitu
51,52mg/l dibawah baku mutu dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
tahun 2012.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1. Sebaiknya praktikkan lebih hati - hati saat melakukan praktikum.
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati menggunakan alat praktikum dan bahan-bahan
kimia yang berbahaya.
3. Sebaiknya praktikkan lebih teliti saat melakukan titrasi dan membaca batas angka volume
titrasi.
4. Sebaiknya praktikan lebih akurat lagi dalam pembuatan larutan standar agar mendapatkan
kurva kalibrasi yang baik.

Kelompok VI III-12
Laboratorium Lingkungan I (RTL 3230P)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pencemaran Air. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya


http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15558-4206100002-Paper.pdf:
diakses pada 26 Januari 2016 pukul 21.52 WIB.

Azizah, R., dan Rahmawati, A.A. 2005. Perbedaan Kadar BOD,COD,TSS, dan MPN
Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk.
Surabaya. Unair. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2 (1) : 97 – 110

Fikri, A. 2014. BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
Bandung : Universitas Padjajaran.

Harwiyanti. 2015. Keefektifan Dosis Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) Dalam
Menurunkan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Air Limbah Laundry.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Herlambang dkk. 2005. Buku Panduan Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Cair Kota
Tegal. Tegal.

Jayanti, dkk. 2014. Analisa COD pada Air Limbah. Kabanjahe : Politeknik Kesehatan.
Nugroho, dkk. 2013. Penurunan Kadar COD Dan TSS Pada Limbah Industri Pencucian
Pakaian (Laundry) Dengan Teknologi Biofilm Menggunakan Media Filter Serat
Plastik Dan Tembikar Dengan Susunan Random. Semarang : Universitas Diponegoro
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Limbah khususnya persyaratan pada Baku Mutu Air Limbah Industri
Sabun dan Deterjen.
Permata, A. 2016. Pemodelan Biological Oxygen Demand (BOD) Dan Chemical Oxygen
Demand (COD) Dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Birespon Pada Data
Longitudinal Berdasarkan Estimator Spline Truncated (Studi Kasus: Sungai Brantas
Di Sekitar Lokasi Industri). Surabaya : Universitas Airlangga.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. Volume XXX (3) :
21-26

Kelompok VI III-13

Anda mungkin juga menyukai

  • NO2 (All)
    NO2 (All)
    Dokumen20 halaman
    NO2 (All)
    unaamalia
    100% (1)
  • Bab Iv TSP
    Bab Iv TSP
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv TSP
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal TA
    Jurnal TA
    Dokumen8 halaman
    Jurnal TA
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv So2
    Bab Iv So2
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv So2
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab V So2
    Bab V So2
    Dokumen1 halaman
    Bab V So2
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • CV Online PDF
    CV Online PDF
    Dokumen2 halaman
    CV Online PDF
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab V Rab Revisi
    Bab V Rab Revisi
    Dokumen1 halaman
    Bab V Rab Revisi
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab V No2
    Bab V No2
    Dokumen1 halaman
    Bab V No2
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Poster Larangan Penanganan Sampah
    Poster Larangan Penanganan Sampah
    Dokumen1 halaman
    Poster Larangan Penanganan Sampah
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal TA
    Jurnal TA
    Dokumen8 halaman
    Jurnal TA
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Revisi
    Bab I Revisi
    Dokumen11 halaman
    Bab I Revisi
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • CV Online PDF
    CV Online PDF
    Dokumen2 halaman
    CV Online PDF
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Kelompok I - Kimia Dasar
    Kelompok I - Kimia Dasar
    Dokumen16 halaman
    Kelompok I - Kimia Dasar
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Kelompok I - Kimia Dasar
    Kelompok I - Kimia Dasar
    Dokumen11 halaman
    Kelompok I - Kimia Dasar
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Rundown Acara
    Rundown Acara
    Dokumen4 halaman
    Rundown Acara
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Do-Bod
    Do-Bod
    Dokumen13 halaman
    Do-Bod
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Shredding
    Shredding
    Dokumen4 halaman
    Shredding
    unaamalia
    Belum ada peringkat
  • Cod
    Cod
    Dokumen11 halaman
    Cod
    unaamalia
    Belum ada peringkat