KELOMPOK 5
ABA-ABO KIMIA
ABA-ABO LABORATORIUM
XII AK 5
I. Tanggal praktikum : Kamis, 25 Maret 2021
Metode Kjeldahl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kadar nitrogen
dalam senyawa organik maupun senyawa anorganik. Metode ini telah mengalami
perubahan secara teknis dan pada peralatannya selama lebih dari 100 tahun sejak
diperkenalkan, namun secara mendasar, prinsip yang digunakan tetaplah sama. Metode
Kjeldahl dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yakni:
a. Digesi (Digestion)
Tahap digesi merupakan tahap dekomposisi nitrogen dalam sampel menggunakan asam
pekat. Tahap ini disempurnakan dengan mendidihkan sampel pada asam sulfat pekat.
Hasil akhir digesi merupakan larutan amonium sulfat.
b. Distilasi (Distillation)
Merupakan tahap penambahan basa berlebih ke dalam larutan digesi untuk mengubah
NH4+ menjadi NH3 yang diikuti pemanasan dan kondensasi gas NH3 pada larutan
penerima. Campuran digesi selanjutnya diencerkan dan dibasakan melalui penambahan
NaOH. Proses distilasi ini menghasilkan NH3.
Labu Kjeldahl ditempatkan pada kondensor air dan dipanaskan untuk menguapkan gas
NH3 dari larutan. Ujung kondensor yang dihubungkan dengan labu yang berisi larutan
penerima yang berupa asam, baik berupa asam standar maupun asam borat. Parlakuan ini
dilakukan untuk menangkap NH3 yang teruapkan.
c. Titrasi (Titration)
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui jumlah amoniak dalam larutan penerima. Jumlah
nitrogen dapat dihitung dari jumlah ion amonia di dalam larutan penerima tersebut.
Terdapat dua macam titrasi yang digunakan pada proses Kjeldahl, yakni titrasi balik yang
biasanya digunakan pada Kjeldahl Makro dan titrasi langsung. Kedua metode tersebut
mengindikasikan keberadaan amonia dalam air distilat dengan menunjukkan perubahan
warna dan memungkinkan dilakukannya perhitungan konsentrasi.
Perhitungan kadar nitrogen harus disesuaikan dengan larutan penerima yang digunakan
dan faktor pengenceran selama proses distilasi. Pada persamaan di bawah, “N”
menunjukkan normalitas. “ml blank„ adalah mililiter yang diperlukan untuk titrasi balik
reagen blank jika yang digunakan adalah asam standar, atau menunjukkan mililiter asam
standar yang dibutuhkan untuk mentitrasi larutan penerima. Ketika asam standar
digunakan sebagai larutan penerima, persamaan yang digunakan adalah:
Jika berat sampel berupa miligram, berat molekul nitrogen harus diubah menjadi
1400,67. Ketika asam borat digunakan sebagai larutan penerima, maka persamaan yang
digunakan adalah:
Keunikan, ketepatan dan kemampuan reproduktifitas metode Kjeldahl menjadikannya
metode yang diakui secara internasional untuk memperkirakan kandungan protein dalam
makanan dan ini adalah metode standar yang dengannya semua metode lainnya dinilai.
Hal ini juga digunakan untuk menguji tanah, air limbah, pupuk dan bahan lainnya.
Namun, hal itu tidak memberi ukuran kandungan protein yang benar, karena ia mengukur
nitrogen nonprotein selain nitrogen dalam protein. Hal ini dibuktikan dengan insiden
makanan hewan peliharaan 2007 dan skandal susu Tiongkok tahun 2008, ketika melamin,
bahan kimia kaya nitrogen, ditambahkan Untuk bahan baku untuk memalsukan
kandungan protein tinggi. Juga, faktor koreksi yang berbeda diperlukan untuk protein
yang berbeda untuk memperhitungkan urutan asam amino yang berbeda. Kelemahan
tambahan, seperti kebutuhan untuk menggunakan asam sulfat pekat pada suhu tinggi dan
waktu pengujian yang relatif lama (satu jam atau lebih), tidak sesuai dengan metode
Dumas untuk mengukur kandungan protein kasar.
1. Ditimbang 1gram sampel yang telah dihaluskan, lalu dimasukkan ke dalam labu
kjedahl
2. Ditambahkan 10gram garam kjedahl dan 15 ml H2SO4 pekat, lalu dipanaskan
dengan api kecil dalam ruang asam hingga berhenti berasap, diteruskan
pemanasan dengan menggunakan api besar sampai mendidih dan cairan menjadi
jernih
3. Dilakukan pemanasakn tambah selama ± 1 jam, lalu setelah itu dimatikan api
pemanasan dan dibiarkan bahan menjadi dingin
4. Ditambahkan 100 ml aquadest ke dalam labu kjedahl berisi bahan yang sudah
didinginkan
5. Dirangkai alat destilasi
6. Dipindahkan larutan ke dalam labu destilasi dan diencerkan hinggal ½ bagian
labu, lalu ditambahkan 3-5 logam Zn, kemudian dipasangkan pada rangkaian alat
destilasi
7. Ditambahakan 50 ml larutan NaOH 50% ⁄ (memalui still head, lalu diutup
kembali), lalu dimulai pemanasan
8. Ditampung detilat dalam gelas kimia berisi 50 ml larutan HCl standar ± 0,1 N dan
3-5 tetes indicator metil merah. Dilakukan destilasi hingga semua NH3
tertampung dalam larutan HCl standar
9. Dititrasi sisa HCl dengan larutan NaOH standar ± 0,1 N hingga TA (jingga
merah)
10. Dihitung kadar nitrogen dalam sampel
X. Data Pengamatan
Preparasi Sampel
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
Labu Kjedahl
Tahapan destilasi
Gambar Keterangan
Note :
- jika masih terdapat NH3 maka kertas
lakmus merah menjadi biru
- jika tidak terdapat NH3 maka kertas
lakmus tidak akan berubah warna
Tahapan Titrasi
Gambar Keterangan
Perhitungan
= 4.145 mek
mg N = mek N × BE N
= 4.145 mek × 14
= 58.03 mg
%N = × 100%
= × 100%
= 5.63%
= 5.63% × 6.25
= 35.19%
XI. Pembahasan :
1. Penentuan protein metode kjeldahl terdiri dari tiga tahapan yang terdiri dari destruksi,
destilasi dan titrasi.
2. Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sampel biskuit.
3. Labu yang digunakan untuk mendestruksi harus memiliki leher yang panjang sehingga
mencegah terjadinya kehilangan bahan dan letupan yang kuat karena pada saat
mendestruksi sampel menggunakan asam kuat, maka digunakanlah labu kjeldahl.
4. Saat ingin menggunakan labu kjeldahl pastikan labu dalam keadaan kering, dan bisa
dikeringkan menggunakan hairdryer.
5. Saat setelah mencuci alat destilasi, keringkan alat menggunakan alkohol 96% supaya
cepat kering, karena alkohol (ethanol) dapat menyerap air dan merupakan senyawa volatil
atau mudah menguap.
6. Penimbangan dilakukan dengan cara penimbangan selisih agar zat yang ditimbang saat
dipindahkan ke dalam tabung destruksi dalam keadaan kering.
7. Gunakan kertas timbang berukuran panjang pada saat memasukan sampel ke dalam
tabung destruksi, tujuannya agar zat terpindahkan seluruhnya ke dasar labu destruksi
tanpa ada yang menempel pada dindingnya.
8. Garam kjeldahl berfungsi untuk menaikan titik didih asam sulfat sehingga proses reaksi
saat destruksi berlangsung dengan cepat.
9. Pembuatan Garam Kjeldahl dapat dilakukan dengan 2 cara. Yang pertama dicampurkan
langsung antara CuSO4 dan K2SO4 (9:1) apabila kebutuhannya hanya untuk satu kali saja.
Yang kedua digerus sampai homogen antara CuSO dan K2SO4 (9:1) menggunakan
mortar dan alu, apabila jumlah kebutuhannya banyak.
10. Pada tahap destruksi sampel (biskuit) dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga
terjadi proses destruksi, dimana nitrogen akan berubah menjadi amonium sulfat
((NH4)2SO4).
11. Garam kjeldahl berfungsi untuk menaikan titik didih asam sulfat sehingga proses reaksi
saat destruksi berlangsung dengan cepat.
12. Jangan lupa menggunakan sarung tangan karet dan masker saat ingin memipet asam
sulfat pekat, karena asam sulfat pekat bersifat korosif dan menghindari terhirupnya uap
berbahaya.
13. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam karena khawatir terhirupnya uap
berbahaya yang keluar.
14. Ruang asam harus ditutup pada saat destruksi agar asap dari hasil destruksi terbawa
seluruhnya oleh blower.
15. Sampel didestruksi menggunakan H2SO4 pekat dengan tujuan agar senyawa organik
seperti C, H, O dalam sampel dapat teroksidasi menjadi CO2, H2O, O2 tanpa diikuti
oksidasi nitrogen menjadi N2. Unsur nitrogen tersebut terikat dengan asam sulfat sebagai
amonium sulfat ((NH4)2SO4).
16. Pada saat mendestruksi suhu panas harus dari paling minimum, apabila langsung
menggunakan suhu tinggi dikhawatirkan uap/buih yang keluar dari labu destruksi terlalu
cepat dan akan membawa zat yang sedang didestruksi. Oleh karena itu digunakan heating
mantle.
17. Warna kehitaman yang terbentuk pada saat proses destruksi dalam labu kjeldahl
dihasilkan dari pemanasan yang tidak sempurna meninggalkan karbon yang berwarna
hitam di dinding labu.
18. Cara menghilangkan karbon yang ada bisa dengan menggunakan api pemijaran.
19. Hasil destruksi ditandai dengan larutan sampel berwarna jernih atau jernih kebiruan.
20. Saat setelah di destruksi encerkan sampel terlebih dahulu hasil destruksi dengan aquadest,
ini dilakukan untuk mengurangi kehebatan reaksi langsung antara sampel hasil destruksi
dengan NaOH.
21. Larutan dijadikan basa dengan menambahkan NaOH 50%, tujuan dari penambahan
natrium hidroksida untuk memecah senyawa amonium sulfat menjadi ammonia (NH3).
22. Pengukuran larutan pekat harus menggunakan sarung tangan lateks atau karet agar tidak
mengenai tangan, contohnya NaOH 50% dan H2SO4 pekat.
23. Saat memasukan larutan NaOH 50% kedalam labu destilasi menggunakan corong
panjang karena dikhawatirkan akan masuk ke dalam kondensor dan mengalir kedalam
penampung yang mana akan menyebabkan hasil analisa tidak akurat karena bereaksi
dengan HCl dalam penampung.
24. Logam Zn berfungsi sebagai katalis reaksi, supaya reaksi berjalan lebih cepat.
25. Hasil dari destilasi (destilat) ditampung dalam gelas kimia/erlemeyer berisi asam HCl
standar yang terukur.
26. Pengukuran HCl menggunakan pipet sukuran 50 mL karena harus terukur dan masuk
dalam perhitungan yang membutuhkan keakuratan yang tinggi, tidak boleh menggunakan
gelas ukur karena pengukuran menggunakan gelas ukur memiliki keakuratan yang kurang
dibandingkan dengan pipet seukuran 50 mL
27. Pastikan ujung corong destilasi (tempat destilat keluar) tercelup sedalam mungkin dalam
gelas kimia atau erlemeyer penampung berisi asam klorida, agar kontak antara asam
klorida dengan ammonia lebih baik.
28. Tekanan pada saat destilasi tidak boleh kurang (ditandai dengan naik turunnya larutan
HCl pada penampung) dikhawatirkan larutan pada penampung akan terpindahkan ke labu
destilasi dan akan menganggu proses analisa.
29. Proses destilasi dikatakan telah selesai jika NH3 telah terdesilasi sempurna
30. Cara untuk mengecek kesempurnaan destilasi ialah dengan cara mendekatkan lakmus
merah diatas uap yang berasal dari labu destilasi dengan ujung batang pengaduk, jika
lakmus masih berubah menjadi biru saat didekatkan uap, artinya destilasi masih belum
sempurna dan masih bersifat basa atau masih terdapat NH3 dalam labu, proses destilasi
selesai dengan ditandai oleh lakmus merah yang tidak berubah warna.
31. Hasil destilasi ditampung dalam erlemeyer berisi asam klorida yang ditambahkan
indikator metil merah. Fungsi indikator adalah untuk mengetahui kapan reaksi akan
terjadi setelah mencapai titik akhir titrasi. kemudian dititrasi dengan larutan natium
hidroksida 0,1 N yang telah distandarisasi
32. Penggunaan NaOH sebagai peniter bertujuan untuk mencari sisa asam klorida yang tidak
bereaksi dengan ammonia .Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
merah muda menjadi jingga kekuningan.
33. Saat memasukan NaOH ke dalam buret sebaiknya dilakukan menjalang titrasi, bila
dilakukan lebih awal dan dibiarkan terlalu lama dikhawatirkan NaOH akan menguap
yang akan menyebabkan perubahan konsentrasi NaOH.
34. Mek Nitrogen didapat dari mek HCl total – mek NaOH
35. Titrasi yang terjadi termasuk jenis titrasi tidak langsung/titrasi kembali/ Indirect titration,
karena senyawa uji yaitu NH3 direaksikan terlebih dahulu dengan HCl standar terukur,
kemudian sisa HCl dititrasi dengan NaOH standar.
XII. Kesimpulan
Telah tercapai tujuan dari praktikum kali ini yaitu dapat melakukan analisa Penetapan Kadar
(%) Protein Metode Makro Kjeldahl terhadap sampel uji (biskuit). Dapat disimpulkan :