Anda di halaman 1dari 55

KAJIAN TENTANG REAKSI KIMIA ORGANIK

PERTEMUAN 3
Harizal, S.Pd., M.Sc
Program Studi Farmasi
Universitas Esa Unggul
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu menjelaskan kajian umum tentang reaksi
kimia organik
Pendahuluan
• Reaksi keseluruhan: reaktan  produk
• Mekanisme: jalur reaksi secara bertahap.
• Untuk mempelajari mengenai suatu reaksi,
ada dua hal yang harus diperhatikan:
– Aspek termodinamika
– Aspek kinetika
Klorinasi metana

• Membutuhkan panas atau cahaya untuk menginisiasi reaksi.


• Cahaya yang paling efektif adalah cahaya biru karena merupakan
cahaya yang diserap oleh gas klorin.
• Banyak molekul produk terbentuk dengan hanya menyerap satu
foton cahaya melalui reaksi radikal berantai).
Reaksi berantai radikal bebas

• Terdapat tiga tahap dalam reaksi radikal bebas:


– Inisiasi: tahap ini menghasilkan intermediet radikal bebas.
– Propagasi: intermediet bereaksi dengan suatu molekul stabil
menghasilkan intermediet reaktif lain dan suatu molekul
produk)
– Terminasi: reaksi samping yang mematikan intermediet
reaktif.
Tahap inisiasi: pembentukan atom klorin

suatu molekul klorin membelah secara homolitik


menghasilkan dua atom klorin (radikal klorin)
Tahap propagasi: pembentukan
radikal metil

Atom klorin bertumbukan dengan suatu molekul


metil dan mengikat satu atom H, membentuk radikal
karbon, dan produk samping berupa HCl.
Tahap propagasi: pembentukan
produk

Radikal metil bertumbukan dengan molekul klorin


yang lain menghasilkan produk klorometana
(kloroform) dan menghasilkan kembali radikal klorin.
Keseluruhan Reaksi
Tahap terminasi

• Tahap terminasi merupakan suatu tahap dmana dua spesi


radikal bebas berikatan satu sama lain membentuk senyawa
nonradikal.
• Penggabungan radikal bebas dengan pengotor atau tumbukan
radikal bebas degan dinding tempat reaksi juga termasuk tahap
terminasi.
Beberapa tahap terminasi lain
Struktur lewis radikal bebas

• Radikal bebas memiliki suatu elektron tak berpasangan.


• Halogen memiliki 7 elektron valensi sehingga salah satu
elektronnya tidak berpasangan.
Konstanta kesetimbangan
• Keq = [products]
[reactants]

• For CH4 + Cl2  CH3Cl + HCl

Keq = [CH3Cl][HCl] = 1.1 x 1019


[CH4][Cl2]

• Nilai Keq yang besar menunjukkan reaksi cenderung


bergerak ke arah produk.
Perubahan energi bebas

 G = (energi produk) - (energi reaktan)


 G merupakan banyaknya energi yang tersedia untuk
melakukan kerja.
 Nilai negatif menunjukkan bahwa reaksi terjadi secara
spontan.

Go = -RT(lnKeq) = -2.303 RT(log10Keq)

dimana R = 8.314 J/K-mol dan T = temperatur sistem


(K).
Faktor yang mempengaruhi G
Perubahan energi bebas bergantung pada:
– Entalpi
• H= (entalpi produk) - (entalpi reaktan)

– Entropi
• S = (entropi produk) - (entropi reaktan)

G = H - TS


Entalpi
• Ho = panas yang dilepaskan atau yang
diserap selama reaksi kimia pada keadaan
standar.
• Eksotermik (-H): panas dilepaskan.
• Endotermik (+H): panas diserap.
• Reaksi cenderung membentuk produk jika
memiliki entalpi yang rendah.
Entropi
• So = perubahan derajat ketidakteraturan atau
kebebasan bergerak dari molekul yang ada di dalam
sistem.
• Peningkatan panas, volume, atau jumlah partikel akan
meningkatkan entropi.
• Reaksi akan berlangsung spontan jika memiliki derajat
ketidakteraturan yang tinggi dan entalpi yang rendah:
• Dalam persamaan Go = Ho - TSo nilai entropi
biasanya memiliki nilai yang relatif kecil.
Contoh Soal 1
Hitung nilai G° untuk reaksi klorinasi metana.

Penyelesaian

G° = –2.303RT(log Keq)

Keq untuk reaksi klorinasi adalah 1.1 x 1019, dan log Keq = 19.04
Pada temperatur 25 °C (sekitar 298 ° Kelvin), nilai RT sebesar
RT = (8.314 J/kelvin.mol)(298 kelvin) = 2478 J/mol, atau 2.48
kJ/mol
Substitusi hasil tersebut dihasilkan:
G° = (–2.303)(2.478 kJ/mol)(19.04) = –108.7 kJ/mol (–25.9
kcal/mol)
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil G° yang sangat
negatif yang menunjukkan bahwa reaksi klorinasi terjadi secara
spontan dan akan terjadi hingga reaksi selesai.
Entalpi pemutusan ikatan
• Pemutusan ikatan membutuhkan energi (endotermik)
• Pembentukan ikatan melepaskan energi (eksotermik)
• Entalpi pemutusan ikatan dapat digunakan untuk mengestimasi
H suatu reaksi.
• Entalpi pemutusan energi untuk pemutusan ikatan secara
homolitik pada suatu molekul gas.
• Pemutusan homolitik: ketika pemutusan ikatan terjadi, tiap atom
mendapatkan satu elektron.
• Pemutusan heterolitik: ketika pemutusan ikatan terjadi, atom yang paling
elektronegatif mendapatkan kedua atom.
Pemutusan Homolitik dan Heterolitik
Perubahan entalpi pada reaksi klorinasi
CH3-H + Cl-Cl  CH3-Cl + H-Cl

Ikatan yang H° (per mol) Ikatan yang H° (per mol)
putus terbentuk
Cl-Cl +242 kJ H-Cl -431 kJ

CH3-H +435 kJ CH3-Cl -351 kJ

TOTAL +677 kJ TOTAL -782 kJ

H° = +677 kJ + (-782 kJ) = -105 kJ/mol


Kinetika reaksi
• Kinetika merupakan kajian mengenai laju reaksi.
• Laju reaksi merupakan suatu ukuran peningkatan
konsentrasi produk atau penurunan konsentrasi reaktan
tiap satuan waktu.
• Persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi
menunjukkanhubungan antara konsentrasi reaktan dan
laju reaksi yang teramati.
• Hukum laju reaksi ditentukan secara eksperimen.
Hukum Laju Reaksi
• Untuk suatu reaksi A + B  C + D,
laju reaksi = kr[A]a[B]b
– a merupakan orde reaksi untuk reaktan A
– b merupakan orde reaksi untuk reaktan B
– a + b merupakan orde total

• Orde reaksi merupakan jumlah molekul reaktan


yang ada pada tahap penentu laju reaksi.
Energi aktivasi
• Nilai k bergantung pada temperatur sebagaimana
diketahui dari persamaan Arrhenius:
 Ea / RT
k r  Ae
dimana A = konstanta (faktor frekwensi)
Ea = energi aktivasi
R = konstanta gas, 8.314 J/kelvin.mol
T = temperatur absolut

Ea merupakan energi kinetik yang dibutuhkan untuk melakukan suatu


reaksi.
Energi aktivasi (sambungan)

• Pada temperatur tinggi, sebagian besar reaktan akan


memiliki energi yang cukup untuk melakukan reaksi.
Diagram energi reaksi eksotermik

• Sumbu vertikal dari grafik tersebut menunjukkan energi


potensial.
• Keadaan transisi merupakan titik tertinggi dari grafik
tersebut, dan energi aktivasi merupakan beda energi
antara reaktan dan keadaan transisi.
Tahap penentu laju reaksi
• Tahap penentu laju reaksi merupakan suatu tahap paling lambat dari suatu reaksi yang menentukan
laju dari keseluruhan reaksi.
• Tahap reaksi dengan energi aktivasi tertinggi biasanya akan menjadi tahap penentu laju reaksi.
• Semakin tinggi nilai energi aktivasi suatu reaksi, semakin lambat tahap reaksi tersebut.
• Peningkatan laju reaksi dapat dilakukan dengan memanipulasi energi aktivasi.
Diagram energi reaksi klorinasi metana
Laju reaksi, Ea, dan temperatur
X + CH4 HX + CH3

X Ea(per mol) Laju reaksi Laju reaksi


pada 27 °C pada 227 °C
F 5 140,000 300,000
Cl 17 1300 18,000
Br 75 9 x 10-8 0.015
I 140 2 x 10-19 2 x 10-9
Contoh soal 2
Perhatikan reaksi berikut:

Reaksi ini memiliki energi aktivasi (Ea) sebesar +17 kJ/mol (+4
kcal/mol) dan H° sebesar +4 kJ/mol (+1 kcal/mol). Buatlah diagram
nergi reaksi untuk reaksi tersebut.
Penyelesaian
Kita menggambarkan suatu diagram yang menunjukkan bahwa produk
memiliki energi yang lebih besar 4 kJ dibandingkan dengan reaktan.
Energi aktivasi memiliki nilai sebesar 17 kJ lebih tinggi
dibandingkan reaktan.

Chapter 4 30
Kesimpulan
• Semakin tinggi nilai Ea, laju reaksi akan semakin
rendah.
• Semakin tinggi temperatur, laju reaksi akan semakin
besar, misalnya:
– Florin bereaksi dengan metana dengan menghasilkan
ledakan.
– Klorin bereaksi dengan metana dengan laju reaksi sedang.
– Bromin hanya bereaksi dengan metana jika dipanaskan.
– Iodin tidak dapat bereaksi dengan metana.
Hidrogen primer, sekunder, dan tertier
Mekanisme klorinasi alkana
Energi pemutusan ikatan untuk radikal bebas
Contoh soal 3
Atom hidrogen tersier bereaksi dengan radikal Cl• sekitar 5,5 kali
lebih cepat dibandingkan dengan hidrogen primer. Prediksikan rasio
produk yang dihasilkan dari klorinasi isobutana.

Penyelesaian

Terdapat sembilan hidrogen primer dan satu hidrogen tersierpada


molekul isobutana.

(9 hidrogen primer) x (reaktivitas relatif 1.0) = 9.0 jumlah


relatif hidrogen yang bereaksi
(1 hidrogen tersier) x (reaktivitas relatif 5.5) = 5.5 jumlah
relatif hidrogen yang bereaksi
Contoh soal 3 (sambungan)
Penyelesaian

meskipun hidrogen primer relatif kurang reaktif, namun,


jumlahnya relatif lebih banyak dibanding dengan hidrogen tersier
sehingga menghasilkan produk yang lebih banyak. Rasio produk yang
dihasilkan akan menjadi 9.0:5,5; atau sekitar 1,6:1.
Stabilitas radikal

• Radikal yang memiliki stabilitas yang tinggi, akan cenderung memiliki waktu yang cukup
untuk bereaksi dengan molekul lain sehingga menghasilkan produk yang lebih banyak.
• Radikal bebas memiliki stabilitas yang lebih jinggi jika memiliki substituen yang banyak.
Diagram energi reaksi klorinasi

• Semakin rendah Ea, semakin besar laju reaksi, dengan


kata lain, semakin banyak intermediet yang terbentuk.
Laju reaksi substitusi pada brominasi propana
Diagram reaksi untuk brominasi propana
Postulat Hammond
• Postulat Hammond menyatakan bahwa struktur geometri
keadaan transisi akan menyerupai geometri reaktan atau
produk yang memiliki tingkat energi yang hampir mirip
dengan keadaan transisi.
• Fenomena sebenarnya juga dapat dilihat pada beberapa
senyawa yang memiliki struktur yang mirip, juga memiliki
energi yang hampir sama.
• Struktur keadaan transisi menyerupai struktur dari spesi
yang memiliki tingkat energi yang hampir sama.
• Reaksi endotermik: geometri keadaan transisi menyerupai
produk.
• Reaksi eksotermik: geometri transisi menyerupai reaktan.
Diagram energi: krorinasi vs brominasi
Diagram reaksi endotermik dan eksotermik
Inhibitor Radikal
• Inhibitor radikal sering ditambahkan ke dalam makanan
untuk mencegah pembusukan melalui reaksi radikal
berantai.
• Tanpa adanya suatu inhibitor, tiap tahap inisiasi akan
mengakibatkan suatu reaksi berantai sehingga banyak
molekul yang ikut bereaksi.
• Dalam hal ini, inhibitor akan bereaksi dengan radikal
bebas untuk membentuk suatu molekul stabil.
• Vitamin E dan vitamin C biasanya digunakan untuk
melindungi sel organisme dari radikal bebas.
Inhibitor radikal (sambungan)

• Reaksi radikal berantai merupakan reaksi yang cepat dan memiliki


banyak tahap eksotermik yang menghasilkan banyak spesi radikal
reaktif yang lebih stabil.
• Ketika suatu inhibitor ke dalam suatu reaksi, inhibitor akan bereaksi
dengan radikal dan membentuk intermediet yang stabil sehingga
reaksi selanjutkan akan terjadi secara lambat dan endotermik.
Intermediet karbon reaktif
Struktur karbokation

• Karbon memiliki 6 elektron, bermuatan positif.


• Karbon terhibridisasi sp2 dengan satu orbital p kosong.
Stabilitas karbokation
Stabilitas karbokation (sambungan)

• Karbokation dapat distabilkan


oleh karbokation melalui dua
cara:
1. efek induktif: mendonasikan
kerapatan elektron melalui
ikatan sigma.
2. hiperkonjugasi: tumpang
tindih orbital ikatan sigma
dengan orbital p kosong.
Radikal bebas

• Spesi radikal bebas memiliki sifat yang hampir sama karbokation.


• Distabilkan oleh subtituen alkil.
• Urutan stabilitas:
3 > 2 > 1 > metil
Stabilitas radikal karbon
Karbanion
• Kabrbanion memiliki 8
elektron: 6 elektron ikatan
dan 1 pasangan elektron
bebas.
• Karbon memilki sebuah
muatan negatif.
• Didestabilisasi oleh gugus
alkil.
• Urutan stabilitas: Metil >1 >
2>3
Karbena

• Karbon tidak memiliki muatan (netral).


• Memiliki orbital p kosong sehingga bersifat elektrofilik.
• Memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat
bersifat nukleofilik.
Kebasaan karbanion

• Karbanion memiliki muatan negatif pada atom karbonnya,


sehingga relatif memiliki sifat basa dan nukleofil yang
lebih kuat dibandingkan amina.
• Karbanion cukup basa untuk mendeprotonasi satu proton
dari amonia.
Karbena sebagai intermediet reaksi

• Suatu basa kuat dapat digunakan untuk mendeprotonasi satu proton dari
tribromometana (CHBr3) menghasilkan karbanion yang terstabilkan secara
induktif.
• Karbanion ini melepaskan ion bromida untuk menghasilkan dibromokarbena.
Karbena terhibridisasi sp2 dengan geometri trigonal.
• karbena memiliki pasangan elektron bebas dan orbital p kosong sehingga
dapat bereaksi sebagai nukleofil ataupun elektrofik.

Anda mungkin juga menyukai