Anda di halaman 1dari 48

Senyawa-senyawa Eter

PERTEMUAN 9
Harizal, S.Pd., M.Sc
Program Studi Farmasi
Universitas Esa Unggul

1
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu menjelaskan tatanama, sifat fisik, sifat
kimia, sintesis, dan reaksi yang melibatkan senyawa eter,
epoksida, dan tioeter

2
Eter
• Rumus umum eter adalah R—O—R¢dimana R
dan R¢ dapat berupa gugus alkil atau aril.
• Eter dapat dalam bentuk struktur simetris atau
tidak simetris

CH3 O CH3 O CH3

3
Struktur dan Kepolaran

• Oksigen dengan hibridisasi sp3.


• Bentuk geometri bengkok.
• Sudut ikatan C—O—C sebesar
110°.
• Ikatan C—O merupakan ikatan
polar.
• Momen dipol sebesar 1.3 D.

4
Titik didih
Sama dengan alkana dengan massa molar yang relatif sama.

5
Akseptor ikatan hidrogen

• Eter tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul eter


yang lain.
• Molekul yang tidak dapat membentuk ikatan hidrogen secara
intermolekular biasanya memiliki titik didih yang lebih rendah.
• Molekul eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
dan alkohol.

6
Solvasi Ion dengan eter

• Suatu spesi ionik seperti litium iodida cukup larut dalam


pelarut eter karena kation litium yang kecil tersolvasi
dengan baik oleh pasangan elektron bebas pada molekul
eter.
• Tidak seperti alkohol, eter tidak dapat berperan sebagai
donor ikatan hidrogen, sehingga eter tidak dapat
mensolvasi molekul anion dengan baik.
7
Kompleks Eter
• Reagen Grignard: kompleksasi suatu eter
dengan suatu reagen Grignard akan
menstabilkan reagen tersebut dan membantu
melarutkannya.

• Elektrofil: elektron tidak berpasangan pada eter


membantu menstabilkan molekul borane (BH3).
H
_
+
O B H
H
BH3 THF

8
Kompleks Eter mahkota

• Eter mahkota dapat membentuk kompleks dengan logam


kation didalam cincin eter mahkota.
• Ukuran kation akan menentukan ukuran cincin yang
dibutuhkan.
• Kompleksasi oleh eter mahkota seringkali memungkinkan
senyawa garam anorganik untuk larut dalam pelarut
organik nonpolar.
9
Nama umum eter

• Namai dua gugus yang terikat pada oksigen dan


tambahkan kata eter dibelakangnya.
• Susun dan namai gugus secara alfabetis
• Eter simetris: gunakan format dialkil atau hanya
alkil.
CH3
CH CH O CH CH CH3 O C CH3
3 2 2 3
Dietil eter atau
CH3
Etil eter t-butil metil eter atau
metil t-butil eter
10
Nama IUPAC
• Gugus alkil yang lebih rumit dinamakan
berdasarkan nama alkananya dengan gugus eter
berperan sebagai rantai samping dengan format
penamaan “alkoksi”.
CH3 O CH3
CH3 O C CH3
CH3
2-metil-2-metoksipropana Metoksisikloheksana

11
Eter Siklis
• heterosiklik: oksigen menjadi bagian dari cincin.
O
• Epoksida (oksiran) H2C CH2
O
• Oksetan
• Furan (Oksolane)
O O

• Piran (Oksan)
O O
O
• Dioksan
O
12
Tatanama epoksida
• namai dengan bahan dasar alkena yang
digunakan dan tambahkan dengan “okside”.
H
Asam peroksibenzoat
O sikloheksena oksida

H
• oksigen pada molekul tersebut merupakan
substituen (epoksi)
• Nomori substituen epoksi untuk menspesifikkan
posisi.
H
O 1,2-epoksisikloheksana
H
13
Tatanana epoksida (Lanjutan)
• cincin tiga oksiran merupakan rantai utama
(oksigen berada pada posisi 1, karbon pada
posisi 2 dan 3). Substituen disusun secara alfabetis.

O
H CH3
CH3CH2 H

trans-2-etil-3-metiloksiran

14
Spektroskopi IR molekul Eter
• IR: regangan C—O berada pada daerah sidik jari
pada daerah sekitar 1000–1200 cm-1.
• Banyak gugus fungsi lain yang juga memiliki
regangan C—O.
• Jika spektruk IR memiliki regangan C—O, namun
tidak memiliki gugus C═O atau regangan OH, maka
senyawa tersebut kemungkinan besar senyawa
tersebut merupakan senyawa yang hanya
mengandung gugus eter.

15
Spektrometri MS senyawa Eter

• Fragmentasi utama merupakan pembelahan 


membentuk ion oksinium terstabilisasi efek
resonansi.
• Gugus alkil juga dapat dipecah dengan cara ini.
16
Hilangnya satu gugus alkil

• Ikatan C—O dapat dipecah menghasilkan suatu


karbokation.

17
Spektra MS senyawa dietil eter

18
Spektroskopi NMR senyawa Eter
• Pergeseran kimia pada senyawa eter biasanya berada pada
daerah:
sinyal 13C—O berada pada daerah  65–90.

sinyal 1H—C—O berada pada daerah  3.5–4.

19
Sintesis eter Williamson

• Metode ini melibatkan serangan SN2 ion alkoksida


pada suatu alkil halida primer atau senyawa
tosilat.

20
Contoh sintesis Williamson

21
Fenil eter

_
O H O Na+
+ NaOH + HOH

• Ion fenoksida dapat dengan mudah dihasilkan karena


proton alkohol bersifat asam.
• Fenil halida atau tosilat tidak dapat digunakan dalam
sintesis ini.

22
Contoh Soal 1
(a) Mengapa reaksi berikut sulit digunakan dalam sintesis t-butil
propil eter?
(b) Apakah produk mayor yang dihasilkan dari reaksi ini?
(c) Tuliskan jalur sintesis yang lebih baik dalam sintesis t-butil
propil eter.

Penyelesaian
(a) Reaksi SN2 sulit terjadi pada alkil halida tersier.
(b) Ion alkoksida merupakan suatu basa dan nukleofil yang kuat
sehingga reaksi yang cenderung terjadi adalah reaksi eliminasi.

23
Contoh soal 1 (Lanjutan)
Penyelesaian (lanjutan)

(c) Jalur sintesis yang lebih baik menggunakan gugus alkil halida
yang lebih ramping untuk memudahkan serangat elektrofil dari
anion t-butoksida.

24
Reaksi Alkoksimerkurasi–Demerkurasi

• Gunakan merkuri asetat dan alkohol. Alkohol akan


bereaksi dengan intermediet ion merkurinium
dengan menyerang karbon yang mengandung
subtituen yang lebih banyak.
25
Sintesis eter di industri
• Metode yang digunakan di industri bukan merupakan
metode yang cukup baik karena seringkali terjadi reaksi
samping, namun dapat dilakukan dengan biaya yang rendah.
• Jika temperatur reaksi terlalu tinggi, reaksi akan
menghasilkan alkena

H2SO4
CH3CH2 O H + H O CH2CH3 CH3CH2 O CH2CH3
140°C

26
Pembelahan eter

• Eter relatif kurang reaktif dibandingkan


dengan gugus fungsi lain, sehingga
seringkali dijadikan pelarut untuk berbagai
reaksi.
• Senyawa ini dapat dibelah dengan
menggunakan HBr dan HI.
• Reaktivitas: HI > HBr

27
Mekanisme pembelahan eter

O CH2CH3 OH
HBr
+ CH3CH2 Br

• Kondisi asam akan memprotonasi oksigen eter.


• Halida akan menyerang karbon dan mengganti alkohol melalui
mekanisme (SN2).
• Alkohol lebih lanjut akan bereaksi dengan asam membentuk lebih
banyak alkil halida. Tahap akhir ini tidak terjadi pada fenol
28
Pembelahan fenil eter

• Fenol tidak dapat bereaksi lebih jauh


menjadi halida karena reaksi SN2 tidak
terjadi pada karbon sp2.

O CH2CH3 OH
HBr
+ CH3CH2 Br

29
Autooksidasi eter

• Pada keberadaan oksigen, eter secara


perlahan akan teroksidasi menjadi
peroksida dan dialkil peroksida.
• Kedua senyawa ini sangat reaktif.
• Perhatian:
– Jangan mendistilasi eter hingga kering.
– Simpan eter dalam botol yang penuh dengan
tutup yang rapat.
30
Mekanisme autooksidasi eter

31
Sulfida (Tioeter)
• Tioeter, R—S—R, merupakan analog dari eter.
• Penamaan sulfida dilakukan seperti eter dengan
mengganti kata eter menjadi sulfida dalam sistem
penamaan umum, atau kata alkoksi menjadi alkiltio dalam
sistem IUPAC.

S CH metil feil sulfida


3
atau
metiltiobenzena

32
Tiol dan tiolat

• Tiolat relatif mudah disintesis melalui sintesis eter


Williamson dengan menggunakan ditiolat sebagai
nukleofil.

33
Reaksi sulfida
• Sulfida mudah dioksidasi menjadi sulfoksida dan sulfon

O O
H2O2 H2O2
CH3 S CH3 CH3 S CH3 CH3 S CH3
CH3COOH CH3COOH
O

• Sulfida bereaksi dengan alkil halida yang terbuka


menghasilkan garam sulfonium.
_
+
CH3 S CH3 + CH3 I CH3 S CH3 I
CH3
34
Sulfida sebagai agen pereduksi

• Sulfida mudah dioksidasi sehingga seringkali


digunakan sebagai agen pereduksi lunak.
35
Sintesis epoksida

• Asam peroksi dapat digunakan untuk mengubah alkena menjadi


epoksida. Asam peroksi yang biasa digunakan adalah asam meta-
kloroperoksibenzoat (MCPBA).

36
Selektifitas Epoksida

• Pembentukan epoksida biasanya terjadi secara


selektif pada ikatan rangkap yang lebih kaya
elektron.

37
Siklisasi halohidrin

• Jika suatu alkoksida dan suatu halogen berada pada molekul yang
sama, gugus alkoksida akan menggantikan ion halida dan membentuk
cincin.
• Reaksi suatu halohidrin dengan basa akan menghasilkan suatu
epoksida melalui mekanisme SN2 internal.

38
Sintesis epoksida melalui halohidrin

39
Pembukaan cincin epoksida
terkatalisis asam

• Hidrolisis epoksida terkatalisis asam menghasilkan


glikol dengan stereokimia anti.
• Stereokimia anti dihasilkan dari serangan dari
belakang oleh molekul air pada epoksida
terprotonasi.
40
Pembukaan cincin epoksida terkatalisis asam
dalam larutan alkohol

• Molekul alkohol berperan sebagai nukleofil dan


menyerang dan membuka cincin epoksida.
• Reaksi ini menghasilkan alkoksi alkohol dengan
stereokimia anti.

41
Pembukaan cincin epoksida
terkatalisis basa

• Serangan ion hidroksida pada karbon cincin epoksida akan


membuka cincin epoksida dan membentuk intermediet
ion alkoksida.
• Setelah mengalami protonasi, reaksi ini akan
menghasilkan suatu diol.
42
Pembukaan cincin dengan basa

• Epoksida memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan eter
asiklik biasa dengan selisih sekitar 25 kkal/mol. Tingkat energi yang lebih
tinggi ini disebabkan oleh adanya tegangan cincin.
• Pelepasan tegangan cincin membuat reaksi pembukaan cincin lebih disukai
secara termodinamik.

43
Regioselektivitas pembukaan cincin epoksida

44
Contoh soal 2
Perkirakan produk utama yang terbentuk untuk reaksi 1-metil-1,2
epoksisiklopentana dengan
(a) Natrium etoksida dalam etanol
(b) H2SO4 dalam etanol
Penyelesaian
(a) Natrium etoksida menyerang karbon sekunder yang tidak terlalu
terhalangi oleh gugus lain menghasilkan (E)-2-etoksi-1-
metilsiklopentanol.

(b) Pada kondisi asam, alkohol menyerang karbon tersier yang lebih
elektrofilik pada epoksida terprotonasi menghasilkan produk (E)-2
etoksi-2-metilsiklopentanol.

45
Biosintesis steroid

46
Reaksi epoksida dengan Reagen
Grignard dan organolitium

• Basa kuat seperti reagen Grignard dan organolitium dapat


membuka cincin epoksida dengan menyerang karbon
epoksida yang kurang terhalangi.

47
Sekian

48

Anda mungkin juga menyukai