Anda di halaman 1dari 56

eter

& ITS INTERNATIONAL JOURNAL


APPLICATION
KELOMPOK 4

1 AMELIA MONIKA
0621 17037

DWI NOVIT ALFIAN


2 0621 17036

3 IHWAN TEDI ISMUNANTO


0621 17061

4 YUSUF SAFRIYANTO
0621 17036
SENYAWA
KARBON
ALIFATIK SIKLIK
(Rantai Terbuka) (Rantai Tertutup)

SENYAWA SENYAWA TURUNAN KARBO HETERO POLI


PEMBAGIAN SIKLIK SIKLIK SIKLIK
HIDROKARBON HIDROKARBON
SENYAWA
Jenuh, ALKOHOL
KARBON ikatan tunggal ETER
ALKANA
ALDEHID ALISIKLIK AROMATIK
Tidak jenuh
KETON
Ikatan rangkap dua
ASAM KARBOKSILAT
ALKENA
ESTER
Ikatan rangkap tiga
AMIDA
ALKUNA
AMIN BENZENA & TURUNANNYA
ASAM AMINO
HALO ALKANA
DEFINISI
• Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O dengan
rumus umum R-O-R'.
• Eter berbeda dari alkohol, dimana atom oksigen dari suatu eter terikat pada 2 atom karbon.
Gugus hidrokarbon dapat berupa alkil, alkenil, vinil, atau aril.
• Bila rumus Eter ini (R-O-R‘). dikaitkan dengan rumus air (H-O-H), maka eter dapat dianggap sebag
ai
turunan dialkil dari senyawa air.
• Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana diganti ole
h gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
• Rumus umum:
R–O–R Ar – O – R Ar – O – Ar R  alkil Ar  aril CnH2n+2O

• Eter merupakan isomer fungsi dari alkohol


• Eter merupakan turunan alkana yang salah satu hidrogennya diganti dengan –OR (alkoksi)
• Eter dapat berbentuk rantai terbuka maupun siklik
R R’ CH3

O O 1100 O
ata
R u R
CH3

Rumus umum suatu eter Dimetil eter

H 2C CH2
C O C
O
O

Gugus fungsional Etilen oksida Tetrahidrofuran


suatu eter (THF)
ETER SIKLIK
TATANAMA
DALAM MENAMAKAN ETER DENGAN MENGGUNAKAN 2 SISTEM YAITU :
– Dengan sistem trivial : alkil-eter
contoh : CH3-O-C2H5 ialah etil metil eter
– Dengan cara IUPAC : Alkoksi alkana
contoh : CH3-O-C2H5 ialah metoksi etana
alkil yang lebih sederhana menjadi alkoksi.
– Bila kedua gugus sama  eter simetris,
– Bila berlainan  eter tidak simetris
TATANAMA TRIVIAL/ALKIL ETER

• Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
• Kemudian di tambahkan eter.
• Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di-.
• Tata nama trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan
nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan
kata eter.
• Contohnya adalah CH3-O-CH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-
CH2CH3 diberi nama dietil eter.
TATANAMA IUPAC

• Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh nama
rantai utamanya.
• Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai induk.
• Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana,
dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana.
• Contohnya adalah metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipropana
yang rumus strukturnya berurutan adalah sebagai berikut:
TATANAMA IUPAC

• Bila senyawa yang menurunkannya adalah ALKENA, maka nama yang di


berikan adalah ALKOKSIALKENA
• Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai rumus
CH3OCH=CHCH3.
• Eter yang mengandung gugus -aril dinamakan Alkoksiarena.
• Sebagai contoh adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai
berikut:
ISOMER PADA ETER
ISOMER STRUKTUR
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun rumus strukturnya ber
beda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan metil propil eter & metil isopropil eter.

ISOMER FUNGSIONAL
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi, keduanya memiliki
jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang memiliki rumus umum molekul sama
namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer
fungsional dengan alkohol.
ALKIL BERCABANG (PENAMAAN SUBTITUEN)

• Gugus substituen yang terikat pada rantai terpanjang  gugus alkil


ALKIL BERCABANG (PENAMAAN SUBTITUEN)

• Gugus isopropil dan isobutil memiliki gugus khas “iso” (CH3)2CH,


seperti gugus yang ada dalam isobutana.
Primary Carbon (1o)

• Dalam gugus n-butyl group & isobutyl,atom karbon


yang terikat pada rantai utama adalah primer (1o),
atau terikat pada satu atom karbon lain
Secondary Carbon (2o)

• Dalam gugus sec-butyl,atom karbon yang terikat pada rantai utama


adalah atom sekunder (2o) atau terikat pada 2 atom karbon lainnya
• Nama gugus secondary-butyl (sec-butyl) adalah berdasarkan
derajat substitusi alkil pada atom karbon
Tertiary Carbon (3o)

• Dalam gugus t-butyl,atom karbon yang terikat pada rantai utama


adalah atom tersier (3o) atau terikat pada 3 atom karbon lainnya.
• Nama gugus tertiary-butyl (ter-butyl) adalah berdasarkan derajat
substitusi alkil pada atom karbon sama seperti sec-butyl
CONTOH

• Isobutil metil eter


• 1-metoksi-2-metilpropana

• Diisopropil eter
• 2-isopropoksi propana
CONTOH

• Isobutil isopropil eter


• 1-isopropoksi-2-metil propana

• Sec-butil-metil eter
• 2-metoksi butana
SIFAT - SIFAT
SIFAT FISIKA ETER

• Dalam keadaan standar, Hampir seluruh senyawa eter berwujud cair


• Kecuali Metil eter : gas
• Cairan eter tidak berwarna, bau yang khas, sangat mudah menguap &
mudah terbakar, membuat pusing
• Uap eter mempunyai massa yang lebih berat dari udara
• Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
• Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
membentuk campuran yang eksplosif dengan udara.
• Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
Beberapa alkil eter

Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam Momen dipol (


Eter Struktur
(°C) (°C) 1 Liter H2O D)
Dimetil
CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30
Eter
Dietil Eter CH3CH2-O-CH2CH3 -116,3 34,4 69 g 1,14

Tetra- Larut pada


O(CH2)4 -108,4 66,0 semua perbandingan
1,74
hidrofuran

Larut pada
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 semua perbandingan
0,45
SIFAT KIMIA ETER

• Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol
C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
• Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun ami
da.
• Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
• Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah,
walaupun ia lebih reaktif daripada alkana.
• Eter pada umumnya bersifat racun, dan bersifat anastetik (membius). Dan juga
mudah terbakar membentuk CO2 dan uap air
SIFAT KIMIA ETER
• Eter tidak mempunyai hidrogen yang terikat pada :
 Oksigen .Sehingga tidak dapat membentuk ikatan hidrogen.
 Sesamanya. Sehingga titik didihnya rendah dibanding dengan alkohol dengan
jumlah atom C sama
• Tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa –OH (air,
alkohol,fenol)

• Alkohol & eter dapat bercampur, eter pelarut yang baik bagi senyawa organik yang tidak larut dalam
air.
 Eter dengan BM rendah seperti dimetil eter benar-benar larut dalam air
 Kelarutan dietil eter dalam air 7 g/ 100 ml air
 Makin tinggi jumlah atom C, kelarutan dalam air berkurang
• Eter terurai oleh asam halida terutama oleh HI.
• Eter bila dibiarkan dalam udara terbuka akan mengalami sedikit oksidasi terbentuk
peroksida yang tidak stabil dan mudah meletus.
REAKSI - REAKSI
Eter merupakan suatu senyawa organik yang
tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter
hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi
terhadap eter adalah:
REAKSI PEMBAKARAN
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.

REAKSI HIDROLISIS
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol.

C2H5-O-C2H5 + H2O → 2C2H5OH


REAKSI OKSIDASI
• Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan
hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya.
• Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol) bila direaksikan dengan
(K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.

C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO
REAKSI TERHADAP ASAM
• Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida

C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I

• Dengan H2SO4 Dingin


Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan
eter dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil
hidrogensulfat.
C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
REAKSI DGN HALOGEN DAN ASAM HALOGEN
Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada
atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.

C2H5-O-C2H5 + Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl

Sedangkan untuk asam halogenidanya, eter dapat mengalami pemecahan oleh


asam halogenida, terutama oleh HI

•Jika asam halida terbatas:

•Jika asam halida berlebihan:


REAKSI DGN ASAM HALOGEN
Dimana Reaktivitas HX : HI > HBr > HCl
REAKSI DGN LOGAM AKTIF
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam aktif).

REAKSI DGN PCL5


• Fosforus pentaklorida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia PCl5.
• PCl5 digunakan sebagai pereaksi pengklorinasi.
• Senyawa ini merupakan padatan tak berwarna, sensitif terhadap air & kelembapan,
meskipun sampel aslinya bisa berwarna kekuningan dan terkontaminasi dengan
hidrogen klorida.
• Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.
REAKSI yang akan membentuk Peroksida
• Eter primer dan sekunder dgn gugus CH di sebelah oksigen eter,dpt membentuk
peroksida, misalnya dietil eter peroksida.
• Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun udara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis
logam, dan aldehida.
• Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter &
tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
ETER sebagai Basa Leuwis
• Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted.
• Asam kuat dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium".
• Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida,
yaitu dietil eterat (BF3.OEt2).
• Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard.
• Polieter (misalnya eter mahkota) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN
ETER DENGAN ALKOHOL?
• Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan reaksinya
dengan logam natrium dan fosforus pentaklorida (PCl5).
• Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan
hidrogen, sedangkan eter tidak bereaksi.
• Alkohol bereaksi dengan PCl5 menghasilkan gas HCl,
sedangkan eter bereaksi tetapi tidak menghasilkan HCl.
CARA PEMBUATAN
• DEHIDRASI ALKOHOL
• SINTESA WILLIAMSON
• REAKSI ALKIL HALIDA DGN AGI
• KONDENSASI ULLMAN
• ADISI ELEKTROFILIK ALKOHOL
KE ALKENA
• PEMBUATAN EPOKSIDA
DEHIDRASI ALKOHOL
Dalam industri,pembuatan eter sederhana (simetris) seperti etil eter,
diisopropil eter & butil eter dibuat dengan cara mereaksikan alkohol dengan
H2SO4 yang akan menghasilkan reaksi dehidrasi (yaitu hilangnya molekul
air dari setiap pasang alkohol)
Etil eter dibuat dengan reaksi dehidrasi dari 2 mol etanol

*Pada temperature 180°C terjadi reaksi eliminasi dari pada etil hidrosulfat terbentuk etena
(kondisi reaksi sangat penting)
Dietil eter dapat dibuat melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada
suhu sekitar 140°C hingga reaksi dehidrasi sempurna.

Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan
di atas suatu alumina pada suhu 250-260°C maka akan terjadi dehidrasi pada alko
hol tersebut dan menghasilkan eter.

Dengan menggunakan sebagai katalis H2SO4 , dapat diperoleh produk akhirnya.

2C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2O

Berikut prosesnya:

(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H + H2O

(2) C2H5OSO3H + C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2SO4


Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan
etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1).

Cara pembuatan eter seperti ini dinamakan “Continue Eterification Process” teoritik, dapat diduga bahwa
dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan
jumlah alkohol yang tidak terbatas
Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu,H2SO4 harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi
menjadi asam sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah karena dalam keadaan panas
etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat.
Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145°
C, memberikan hasil etilena.

Pembuatan eter dengan menggunakan H2SO4 ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku
rendah dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih
banyak menghasilkan etena.

Pembuatan eter dari alkohol


CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3 + H2O
SINTESIS WILLIAMSON
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu
alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer dengan
suatu basa seperti NaOH. Contoh:
C2H5Br + Na-OC2H5 → NaBr + C2H5-O-C2H5
HASIL REAKSI DENGAN PERAK IODIDA
• Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter
dan garam perak halida.

2C2H5I + Ag2O → C2H5-O-C2H5 + 2 AgI


• Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebes
ar 104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halang
an rotasi untuk ikatan C-O sangat kecil.
• Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip.
• Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3.
• Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian hidrogen
alfa eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana, tetapi jauh
kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan karbonil(seperti
aldehida dan keton).
KONDENSASI ULLMAN
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril
halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

ADISI ELEKTROFILIK ALKOHOL KE ALKENA


Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.

R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2

Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis
Reaksi-reaksi Epoksida
• Cincin tiga anggota dengan tegangan (strain) yang sangat tinggi dalam
molekul epoksida menyebabkan epoksida lebih reaktif terhadap
substitusi nukleofilik dibandingkan dengan eter yang lain.
• Katalisis asam membantu pembukaan cincin epoksida dgn menyediakan
suatu gugus pergi yang lebih baik (suatu alkohol) pada atom karbon yg
mengalami serangan nukleofilik.
MANFAAT
DUNIA MEDIS
 Banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi
 Senyawa dietil eter / metil propil eter biasa digunakan
sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat bius) yg di
berikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil
eter dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan
merangsang sekresi lendir.
DUNIA OTOMOTIF
• Eter digunakan untuk menghidupkan mesin yg tak mau menyala.
• Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju mesin
lebih kencang.
• MTBE (Metil Tertier Butil Eter),
• senyawa eter ini digunakan untuk menaikan angka oktan
besin menggantikan kedudukan TEL/TML, sehingga dipe
roleh bensin yang ramah lingkungan.
• Sebab tidak menghasilkan debu timbal (Pb2+) seperti bila
digunakan TEL/TML.
LABORATORIUM
• Di laboratorium, eter merupakan pelarut yg banyak digunakan.
• Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar utk melarutkan senya
wa non polar pula, seperti lemak, lilin & minyak.
• Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di negara maju.
• Eter bersifat racun, tetapi jauh lebih aman jika dibandingkan kloroform
untuk keperluan obat bius.
• Eter rantai panjang digunakan sebagai zat pelarut cat pernis &
lak karena sifatnya yang non polar maka digunakan sebagai pelarut
minyak atau lemak
DIRECT DIMETHYL ETHER SYNTHESIS

Source : Journal of Natural Gas Chemistry by Takashi Ogawa and team


DME Development Co., Ltd, Shoro-koku Shiranuka-ch, Hokkaido, 088-0563 Japan
LATAR BELAKANG Menggunakan Dimethyl Ether
• Penggunaan energi dimasa depan, akan sangat besar . Oleh karena itu pasokan ener
gi yang terbatas serta masalah lingkungan yang disebabkan oleh konsumsi bahan ba
kar akan menjadi hambatan besar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yg konst
an di wilayah Asia & Pasifk
• Dimetil eter (DME), yang baru-baru ini dikenal sebagai bahan bakar bersih baru & disi
ntesis dari gas alam, akan memberikan solusi dari suplai energi yang aman & pelesta
rian lingkungan. DME adalah gas tidak berwarna pada kondisi ambien & mudah dicair
kan di bawah tekanan ringan.
• Karena karakteristik fisik & kimianya sangat mirip dengan gas LPG, makanya DME da
pat mejadi energi alternatif pengganti LPG.
• Hampir setengah rumah tangga di Asia & Pasifik menggunakan LP Gas untuk memas
ak & pemanasan rumah.
• DME bukan hanya pengganti gas LPG yang mudah, tetapi juga pengganti yang sang
at bersih untuk solar karena mobil diesel berbahan bakar DME tidak mengeluarkan jel
aga atau partikel (PM).
• Sedangkan untuk pendistribusian, DME dapat didistribusikan dan disimpan dengan m
enggunakan tabung gas layaknya LPG.
• DME sekarang diproduksi dengan dua proses, yaitu sintesis metanol dan proses dehi
drasi metanol.
• Untuk menggunakan DME sebagai bahan bakar, itu harus diproduksi dengan biaya re
ndah dalam jumlah besar. DME sintesis dari gas sintesis (syn-gas: H2 + gas CO)saat
ini terus dikembangkan
PENJELASAN SINGKAT
Tentang Dimethyl Ether
PENJELASAN SINGKAT
Tentang Dimethyl Ether
• Dimethyl Ether (DME) adalah senyawa ether yang paling sederhana dengan rumus kimia
CH3OCH3

• DME bukan produk alami yang diperoleh langsung dari alam melainkan produk sintesis
yang dihasilkan baik itu melalui “Dehydration of Methanol” / “Direct Syntesis from Syngas.
• Selain itu ,Dimetil eter (DME) dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang bersih dan ekono
mis yang dapat diproduksi dari gas alam melalui gas sintesis.
• DME dpt digunakan untuk berbagai bidang sebagai bahan bakar seperti pembangkit listrik,
transportasi, pemanasan rumah dan memasak, dll.
• DME yg disintesis tidak mengandung sulfur atau nitrogen & tidak bersifat korosif terhadap
logam apapun & tidak berbahaya bagi tubuh manusia.
• Di atmosfir,DME terdekomposisi dalam troposfer dalam lusinan jam sehingga tidak dapat
menipiskan lapisan ozon
• Dalam keadaan cair, nilai kalori DME 1,37 kali lebih tinggi dari metanol & dalam keadaan
gas,nilai kalori 1,65 kali lebih tinggi daripada metana.
• Api yg dihasilkan oleh DME terlihat biru seperti gas alam.
• Cetane number of DME sangat tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengganti diesel,
dan gas buang pembakaran DME jauh lebih bersih daripada diesel.
PENJELASAN SINGKAT
Tentang Dimethyl Ether
STEP BY STEP
Direct DME synthesis process

STEP 1 . Sintesis DME langsung dari hidrogen & karbon monoksida


Sintesis DME langsung dari hidrogen & karbon monoksida
• DME adalah gas tidak berwarna pada kondisi ambien.
• Karena tekanan uapnya sekitar 0,6 MPa pada 25, DME mudah dicairkan di bawah tekanan ringan.
• Sifat fisiknya mirip dengan propana dan butana, yang merupakan konstituen utama dari gas LPG
• Tabel di atas menunjukkan reaksi terkait dengan karakteristik pembakaran langsung DME dan bahan bakar ter
kait lainnya.
• Sintesis DME dan reaksinya menghasilkan panas da dua rute reaksi keseluruhan yang mensintesis DME dari
gas sintesis (syn-gas: H2 + gas CO), reaksi (a) dan (b).
• Reaksi (a) mensintesis DME dalam tiga langkah, yaitu reaksi sintesis metanol (c), reaksi dehidrasi (d) dan rea
ksi pergeseran air-gas (e).
• Ketika reaksi pergeseran tidak terjadi, reaksi (c) dan (d) digabungkan ke reaksi (b), yang merupakan rute sinte
sis DME lainnya.
• Haldor Top soe A / S dan beberapa sintesis DME langsung lainnya mengikuti reaksi (b) [3]. Sintesis DME lang
sung JE mengikuti reaksi (a). Karena kedua reaksi (a) dan (b) menghasilkan dua molekul produk dari enam m
olekul syn-gas, tekanan reaksi yang lebih tinggi memberikan konversi syn-gas yang lebih tinggi. Dengan mem
pertimbangkan desain proses, tekanan reaksi JFE Di- rect DME Synthesis sekitar 3 sampai 7 MPa, dan tekan
an standarnya adalah 5 MPa.

Anda mungkin juga menyukai