Anda di halaman 1dari 38

ETER DAN EPOKSIDA

OLEH :
KELAS : 3 KI
KELOMPOK 2

RIZKA NURDIANTI
TIARA PRACETIA
AHMAD ARDIANSYAH
RANDO SUHENDRA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2015
ETER
PENGERTIAN ETER
Eter merupakan senyawa turunan
alkana yang mempunyai dua gugus
alkil, aril, atau vinil yang terikat
dengan atom oksigen yang sama, dan
dapat berupa rantai terbuka maupun
tertutup.
Sifat-sifat fisika
SIFAT-SIFAT ETER
Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah
menguap dengan bau enak yang khas.
Titik didihnya rendah dibanding alkohol dengan
jumlah atom karbon yang sama, dan kenyataannya
mempunyai titik didih sama dengan hidrokarbon
dimana pada eter gugus CH2 digantikan oleh
oksigen.
Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut
nonpolar.
Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang
jernih karena uap eter membentuk campuran yang
eksplosif dengan udara.
Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin,
Tabel Perbandingan Titik
Didih
Tidik
Didih Bobot Mol
(C)
1-
butano CH3CH3CH2CH2OH 118 74
l

Detil
CH3CH2-O-CH2CH3 35 74
eter

pentan CH3CH2-CH2-
36 72
a CH2CH3
Beberapa alkil eter
Titik Titidk Kelaruta
Momen
Eter Struktur lebur didih n dalam
dipol (D)
(C) (C) 1 L H 2O
Dimetil
CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70g 1,30
eter
Dietil CH3CH2-O-
-116,3 34,4 69g 1,14
eter CH2CH3
Larut
Tetrahi pada
drofura O(CH2)4 -108,4 66,0 semua 1,74
perbandin
n
gan
Larut
pada
Dioksa
O(C2H4)2O 11,8 101,3 semua 0,45
Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter
adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat
meniadakan satu sama lainnya.
Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak
sepolar alkohol, ester, ataupun amida.
Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui
destilasi.
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia
yang rendah, walaupun ia lebih reaktif daripada
alkana
Eter tidak bereaksi dengan asam encer, basa encer
atau dengan reduktor atau oksidator biasa.
Mudah terbakar
Pada umumnya bersifat racun
Bersifat anastetik (membius)
STRUKTUR DAN IKATAN
ETER
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110 dan jarak
C-O sekitar 140 pm. Rotasi ikatan C-O sangatlah rendah.
Menurutteori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter
adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen
yang berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih
asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian,
hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.

Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut
yang mempunyai stuktur serupa - R-O-R.
Senyawaaromatik sepertifurandi mana oksigen adalah
sebahagian daripada sistem aromatik.
Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan
oksigen terikat dengan oksigen,nitrogen, atausulfur:
EsterR-C(=O)-O-R
AsetalR-CH(-O-R)-O-R
AminalR-CH(-NH-R)-O-R
Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
JENIS-JENIS ETER
Eter
Eter
Asimetri
Simetris
s
rumus umum
rumus umum
eter
eter
R = R
R R
(eter sederhana
(eter campuran)
)
PEMBUATAN ETER
Menurut Sintesis Eter Williamson
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida
(haloalkana) dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH.
Contoh:

C2H5Br + Na-OC2H5 NaBr + C2H5-O-C2H5

Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida


Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan
eter dan garam perak halida. Contoh:

2 C2H5I + Ag2O C2H5-O-C2H5 + 2 AgI


Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali
substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan
katalis, misalnya tembaga.

Adisi elektrofilik alkohol ke alkena


Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang
diaktivasi secara elektrofilik.

+ R-OH R2CH-C(-O-R)-R2

Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya


merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai
katalis.

Selain itu eter dapat dibuat dari etanol dan
asam sulfat

Etanol Dietil Eter


PEMUTUSAN ETER
Pemutusan
eter adalah reaksi yang
berguna, yaitu dalam penetapan
struktur eter alam yang kompleks.
Pemutusan ini menyebabkna
terpecahnya molekul besar
menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah ditangani.
REAKSI TERHADAP ETER
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa
organik yang tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain,
eter hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi
terhadap eter adalah:

Reaksi Reaksi Eter


Oksidasi Eter dengan Asam

Reaksi Reaksi Eter


Hidrolisis dengan
Eter Halogen
Dengan campuran (K2Cr2O7 +

Reaksi H2SO4), eter mengalami oksidasi


dengan hasil seperti pada

Oksidasi oksidasi alkohol asalnya. Sebagai


contoh, dietil eter (yang dibuat
dari etanol) bila direaksikan
Eter dengan (K2Cr2O7 + H2SO4)
menghasilkan asetaldehida. C2H5-
O-C2H5 2 CH3CHO

Dengan HI Dingin :
Dengan asam iodida dingin, eter
Reaksi Eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI C2H5OH + C2H5I

dengan Dengan H2SO4 Dingin


Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat
larut. Pemanasan larutan eter dalam asam
Asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya
alkohol dan alkil hidrogensulfat. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + H2SO4 C2H5OH + C2H5HSO4
Bila eter dididihkan dalam air
Reaksi yang mengandung asam
(umumnya H2SO4) terjadilah

Hidrolisis hidrolisis yang memberikan


hasil alkohol. Contoh:

Eter C2H5-O-C2H5 + H2O 2 C2H5OH

Reaksi Halogen(klor atau brom) dapat


mensubstitusi atom H yang
Eter terikat pada atom C alfa (atom
C yang berikatan dengan atom

dengan
O) dalam suatu eter.
C2H5-O-C2H5 + Cl2 CH3CHCl-O-
C2H5 + HCl
Halogen
Rumus umum dari eter

R O R
R = alkil
Ar = aril

Rumus Umum

RO-
Ar O - Ar
Ar
TATA NAMA ETER
Penamaan eter dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu penamaan alkil eter (Cara
Trivial) dan menurut sistem IUPAC, gugus
OR disebut gugus alkoksi sehingga
penataan nama senyawa eter dimulai
dengan nama gugus alkoksi
(alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai
utamanya.
Penamaan Alkil Eter (Trivial)
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan
berdasarkan abjad), kemudian di tambahkan eter. Jika
kedua gugus alkil sama, di tambah awalan di. Tata nama
trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan
menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom
oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter.
Penamaan Alkoksialkana (IUPAC)
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama
gugus alkoksi diikuti oleh nama rantai utamanya. Gugus
alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada
rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama
sebagai alkoksialkana, dalam arti bahwa eter dipandang
sebagai turunan alkoksi suatu alkana.
Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka
nama yang diberikan adalah alkoksialkena. Sebagai
contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai
rumus CH3OCH=CHCH3.
Contoh Penamaan Trivial :

diisopr t-butil
opil metil
eter eter

Siklope
ntil Difenil
metil eter
eter
Contoh Penamaan IUPAC :
O

3- 2-
metoks etoks
i i
heksan etano
a l
Tetrahi 1, 3, 5 -
dro- trimeto
furan ksibenz
(eter
ena
siklik)
Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC

Nama IUPAC
Rumus Struktur
Nama Trivial (alkoksialkana
Eter
)
Metoksi
CH3 O CH3 Dimetil eter
metana
CH3 O CH2 Etil metil
Metoksi etana
CH3 eter

CH3 CH2 O
Dietil eter Etoksi etena
CH2 CH3
KEISOMERAN PADA ETER

Fungsio Struk
nal tur

Isom
er
senyawa yang memiliki
rumus molekul sama, namun

Isomer
rumus strukturnya berbeda.
Contohnya dietil eter
memiliki isomer struktur

Struktur dengan metil propil eter dan


metil isopropil eter.

Alkohol dan eter keduanya


memiliki rumus umum yang
sama, Akan tetapi, keduanya

Isomer memiliki jenis gugus fungsional


yang berbeda. Dua senyawa
yang memiliki rumus umum

Fungsional molekul sama namun gugus


fungsionalnya berbeda disebut
memiliki keisomeran fungsional.
Eter berisomer fungsional
dengan alkohol
MANFAAT ETER
DAN
DAMPAKNYA
MANFAAT ETER
O Pelarut eter bermanfaat dalam pembuatan pereaksi

Grignard.
O Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan

untuk anestesi (bius).


O Di bidang otomotif, eter digunakan untuk

menghidupkan mesin yang tak mau menyala. Bahkan


eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar
sehingga laju mesin lebih kencang.
O Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak

digunakan.
O Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk

melarutkan senyawa non polar pula, seperti lemak,


DAMPAK ETER
O Pada konsentrasi rendah, eter dapat

menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada


konsentrasi tinggi menyebabkan tidak
sadarkan diri.
O Eter dapat menyebabkan mual dan muntah

selama waktu pemulihan.


O Eter bahan yang mudah terbakar karena eter

mudah tersulut oleh kobaran maupun


percikan api.
BEBERAPA ETER DENGAN KEGUNAANNYA
Eter siklik, salah satu
eter yang bersifat
Tetrahidrofuran
paling polar yang
(THF)
digunakan sebagai
pelarut.
Merupakan eter aril
Anisol dan komponen utama
(metoksibenzena) minyak esensial pada
biji adas manis.
Polieter siklik yang
Eter mahkota digunakan sebagai
katalis transfer fase.
Merupakan polieter
Polietilen glikol linear, digunakan
(PEG) pada kosmetik dan
Eter siklik yang paling
Etilena oksida
sederhana.
Merupakan propelan
pada aerosol. Merupakan
bahan bakar alternatif
Dimetil eter yang potensial untuk
mesin diesel karena
mempunyai bilangan
cetan sebesar 56-57.
Merupakan pelarut
umum pada suhu rendah
(b.p.34.6C), dan dulunya
Dietil eter merupakan zat anestetik.
Digunakan sebagai cairan
starter kontak pada
mesin diesel.
Pelarut pada suhu tinggi
Dimetoksimetana (DME)
(b.p.85C):
Merupakan eter siklik
EPOKSIDA
PENGERTIAN EPOKSIDA
Epoksida
merupakan eter siklik bercincin tiga.
Dalam IUPAC, penamaan epoksida disebut
dengan oksiriana. Epoksida sederhana sering
disebut etilena oksida. (lebih reaktif
dibandingkan senyawa eter yang lain)

-CC

Suatu epoksida IUPAC : oksirana, Trivial : etilena oksida


PEMBUATAN EPOKSIDA

Metode
yang umum yang digunakan untuk
mensintesis epoksida adalah reaksi alkena
dengan asam peroksida dan prosesnya
dinamakan epoksidasi.
O
O

RCH = CHR + R C O OH RCH - CHR + R C - OH

O
Asam peroksida suatu epoksida oksirana
CONTOH PENAMAAN EPOKSIDA

Etilena oksida cis-2-buten oksida trans-2-butena oksida


(oksirana) (cis-2,3-dimetiloksirana) (trans-2,3-
dimetiloksirana)
td 13,5C td 60C td 54C
REAKSI EPOKSIDA
Reaksi metiloksirana dengan ion
alkoksida yang berlangsung pada atom
karbon primer.
Reaksi antara metanol dan 2,2-
dimetiloksirana
SUMBER BACAAN :
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Penerbit :
Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat Edisi Keenam. Penerbit : Erlangga.
Sid, Firman. 2015. Makalah Eter. Diakses pada :
13 November 2015.
(Onlinehttp://
sidfirman82.blogspot.co.id/2015 /07/makalah-eter.ht
ml
)
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai