Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karboksimetil Selulosa

Karboksimetil Selulosa (CMC) merupakan suatu derivat selulosa yang dapat larut
dalam air. CMC banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil, kertas,
detergen, cat, keramik, pengeboran sumur minyak dan industri lain nya (Yusuf S, 2005).

2.1.1 Struktur Karboksimetil Selulosa

Karboksimetil Selulosa (CMC) merupakan turunan dari selulosa yang


dikarboksimetilasi, adalah eter polimer linier dengan gugus karboksimetil (-CH2-COOH) yang
terikat pada beberapa gugus OH dari monomer glukopiranosa. Struktur CMC didasarkan pada
𝛽 − (1,4) − 𝐷 − 𝑔𝑙𝑢𝑐𝑜𝑝𝑦𝑟𝑎𝑛𝑜𝑠𝑒 polimer dari selulosa.. Nila DS dan DP ditentukan oleh
berat molekul polimer, dengan bertambah besar berat molekul CMC maka sifatnya sebagai
pengental semakin meningkat (Rifaida dkk,2011).

Struktur Carboxt Methyl Cellulose merupakan polimer yang terdiri dari unit molekul
selulosa . Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan beberapa atom
hidrogen. Dari beberapa gugud hidroksil tersebut ada beberapa yang tersubstitusi oleh
carboxymethyl.

Gambar 2.1 Struktur Karboksimetil Selulosa (Netty Kamal,2010)

Gugus hidroksil yang tergantikan dikenal dengan derajad Pergantian (Degree of


Substitution) disingkat DS. Jumlah gugus hidroksil yang tergantikan atau nilai DS
mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air. CMC yang ering digunakan
adalah yang memiliki DS sebesar 0,7 atau sekitar 7 gugus carboxymethyl per 10 unit
anhidroglukosa karena memiliki sifat sebagai zat pengental yang cukup baik. CMC merupakan
polimer rantai panjang dan karakteristiknya bergantung pada panjang rantai atau Derajad
Polimerisasi (DP). Derajad Polimerisasi (DP) CMC menunjukan daya pengentalnya, semakin
panjang rantai molekulnya, maka larutannya semakin kental. Derajat Substitusi (DS) dan berat
molekul merupakan parameter daya guna CMC dan sangat bergantung pada pemilihan media
reaksi sintesa dan tahapan proses. Derajat substitusi CMC adalag jumlah rata-rata gugus
hidroksil dalam struktur selulosa yang disubtitusikan oleh karboksimetil dan gugus natrium
karboksimetil pada C-2, C-3 dan C-6. Semakin tinggi DS akan menunjukan kompabilitasnya
dengan komponen lain seperti garam atau pelarut lainnya dan berpengaruh pada viskositas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi DS antara lain adalah density, thixotropy dan
higroskopis. Thixotropy adalah sifat dari gel atau cairan yang berbentuk kental (viscous),
namun tidak homogen (Rifaida dkk,2011) .
2.1.2 Sifat dan Fungsi CMC
Larutan CMC mempunyai sifat mendukung untuk proses pengentalan (thickening),
melekatkan (adhering), emulsifier dan stabilisasi. CMC dapat dicampur dengan gliserin,
pektin, xanthan gum dan larutan pati pada penggunaannyaa (Judy dkk,2012).
2.1.2.1 Sifat Karboksimetil Selulosa
Berikut dijabarkan beberapa sifat umum dari karboksimetil selulosa :
1. Mudah larut dalam air dingin maupun air panas.
2. Dapat membentuk lapisan film yang baik.
3. Bersifat stabil terhadap lemak dan tidak larut dalam pelarut organik.
4. Baik sebagai bahan penebal.
5. Sebagai zat inert.
6. Bersifat sebagai pengikat.
7. Mampu menyerap air yang terkandung dalam udara dimana banyaknya air yang
terserap dan laju penyerapannya tergantung pada jumlah kadar air yang terkandung
dalam CMC serta kelembapan dan temperatur udara disekitarnya.
8. Kelembapan CMC yang diijinkan dalam kemasan tidak boleh melebihi 8 % dari total
berat produk.
9. CMC berupa senyawa anion yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak beracun, memiliki rentang pH sebesar 6,5 sampai 8,0 dan stabil pada rentang pH
2-10 serta larut dalam air.
10. Bersifat higroskopis
Adapun sifat higroskopis adalah kemampuan gel atau cairan untuk menarik molekul air
dari lingkungannya, yang dicapai melalui absorbsi dan adsorbsi, sehingga sifat fiiknya
akan berubah seperti peningkatan volume, sifat kaku atau karakter fisik laiinya.
2.1.1.2 Sifat Fisika dan Kimia Karboksimetil Selulosa

Sifat Fisika Karboksimetil Selulosa :

1. Rumus Empiris dan Berat Molekul


United State Pharmacopeia (USP) mendeksripsikan sodium karboksimetilselulosa
merupakan garam sodium yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter selulosa. Berat
molekulnya adalah 90.000-700.000.

2. Kategori Fungsional
Sebagai agen penyalut, agen stabilitas, suspending agen, tablet dan kapsul disintegran,
tabel pengikat, agen pengabsorbsi air.

3. Ketebalan : 0,52 g/cm3


4. Konstanta Disosiasi : pKa = 4.30
5. Titik Cair : Kecoklatan pada kira-kira 227 0C
6. Muatan Cair
Dapat dianggap sebagai cirinya berisi air kurang dari 10 %. Tetapi sodium CMC
merupakan higroskopis dan artinya menyerap air sebanyak temperatur diatas 37 0C yang relatif
basah sekitar 80 %.

7. Viskositas
Tingkatan atau sodium CMC yang tersedia dalam perdagangan memiliki perbedaan
kekentalan cairan, solut cairan 1 %b/v dengan kekentalan 5-13000 mPas (5-13000 cP)
kemungkinan mampu tercapai. Sebuah peningkatan pada kekentalan solut cairan,
memperpanjang pemanasan pada temperatur tinggi mampu menurunkan kekentalan.
Viskositas solut sodium CMC dapat stabil dengan baik pada rentang 4-10. Jauhnya pH
optimum adalah netral.

8. Inkompatibilitas
Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan asam dengan beberapa garam besi
dan beberapa logam atau baja, beberapa alumunium, merkuri dan besi. Namun dapat terjadi
pada pH kurang dari 2 dan juga ketika dikocok dengan etanol 95 %. Sodium CMC berbentuk
kompleks dengan gelatin dan pektin. Sodium CMC berbentuk kompleks dengan kolagen dan
mengandung beberapa protein.
Sifat Kimia Karboksimetil Selulosa :
Kelarutan : praktis larut dalam aseton, etanol 95 %, eter dan toluen. Air mudah didispersi pada
semua suhu, pada bentuk yang murni, pada solut koloid.Kelarutan cairan bermacam-macam
tergantung derajat substistusi (Eki S,2015) .
Menurut SNI 06-3736-1995 karakteristik standar dari CMC dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1 SNI 06-3736-1995 tentang Karboksimetil Selulosa
Parameter Satuan Standar
Padatan
Warna Putih
Kadar CMC (kering) % 99,5
Kadar Air (minimum) % 8
0
Suhu Pencoklatan C 227
0
Suhu Charring C 252
Kerapatan Padatan g/cm3 0,75
Bobot Molekul g/mol 9,0 x 10 4 – 7,0 x 10 5
Kadar NaCl % < 0,25
Kadar NaOH % -
Larutan
Kekentalan
Larutan 1% (BM tinggi) cP 6.000
Larutan 4% (BM rendah) cP 50
Bobot Jenis 2% suhu 25 0C g/ml 1,0068
pH larutan 2 % 7,5
Tegangan Permukaan dyn/cm 71
Indeks Bias 1,3355
Film
Indeks Bias 1,515
Sumber : Ade dkk,2004
2.1.2.3 Fungsi Karboksimetil Selulosa
Saat ini karboksimetil Selulosa telah banyak digunakan dan bahkan memiliki peranan
penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil Selulosa secara luas digunakan dalam bidang
pangan, kimia, perminyakan, pembuatan kertas, tekstil, serta bangunanan. Khusus di bidang
pangan, karboksimetil selulosa dimanfaatkan sebagai stabilizer, thickener, adhesive dan
emulsifier. Pemanfaatan karboksimetil selulosa dalam indutri dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Aplikasi CMC pada Berbagai Bidang Industri

Jenis Aplikasi Jenis CMC


Industri
Kosmetik Pasta gigi Pengental, Stabilizer,pengikat
Shampo : Produk berbusa Pengental, Stabilizer, Pengikat Air
Krim : body lotion Emulsi, Pembentuk lapisan
Makanan Makanan Beku Pengendali pertumbuhan kristal es, penguat
rasa
Makanan Hewan Pengikat air, pengental

Makanan berprotein Menahan kadar air dalam makanan, penguat


rasa
Saos Pengental
Farmasi Salep Stabilizer, Pengental,Pembentuk lapisan
Jelly Pengental, Pembentuk lapiosan
Obat Pencuci Perut Zat Inert,Pengikat Air
Sirup Pengental
Kertas Internal Addition Pengikat, mempercepat kering pada kertas
Pelapisan pigment Pengikat’
Tekstil Kain dan Laundry Pembentukan lapisan
Bahan Pewarna Pengikat, Pengikat air
Lithography Tinta Air Pengikat Warna
Tobacco Rokok Pembentukan lapisan pada kertas rokok
Sumber : Netty Kamal, 2010

Jumlah CMC yang diijinkan bercampur dengan bahan lain berkisar dari 0,5-3,0 % untuk
mendapatkan hasil optimal, CMC mempunyai ketahanan temperatur pada > 300 0C. Na-CMC
digunakan secara luas untuk formulasi sediaan farmasi oral dan tropikal, terutama karena
singkat viskositasnyayang dimilikinya. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, biasanya 3-6 %
digunakan sebagai bahan dalam pembuatan gel dan pasta, glikol sering kali dimasukan untuk
mencegah penguapan. Bobot molekul Na-CMC adalah 90.000-700.000. Kelembapan CMC
yang diijinkan dalam kemasan tidak boleh melebihi 8 % dari total produk. Berikut merupakan
tabel besar konsentrasi CMC yang diijinkan pada produk :
Tabel 2.3 Penambahan Konsentrasi CMC yang Diijinkan pada Produk
Fungsi Konsentrasi (%)
Zat Pengemulsi 0,25-1,0
Zat pembentuk gel 3,0-6,0
Injeksi 0,05-0,75
Sediaan Oral 0,1-1,0
Pengikat Tablet 1,0-6,0
Sumber : A.Nur Lailati, 2015

2.1.3 Proses Pembuatan Karboksimetilasi Selulosa

Proses pembuatan CMC meliputi dua tahap utama, yaitu alkalisasi dan
karboksimetilasi. Kedua tahap ini dapat berlangsung dalam bentuk padatan atau dalam suatu
media lain berupa air atau pelarut organik. Proses alkalisasi dalam media air akan
menghasilkan CMC yang kurang homogen, sehingga nilai DP dari CMC yang dihasilkan
rendah serta memiliki viskositas yang rendah pula. Alkalisasi dilakukan dengan menggunakan
NaOH yang bertujuan untuk mengaktifkan gugus-gugus –OH pada molekul selulosa dan
mengambangkan selulosa, pengembangkan selulosa ini dapat memudahkan difusi reagen untuk
proses selanjutnya, yaitu karboksimetilasi . Proses karboksimetilasi dilakukan dengan
menggunakan reagen monokloroasetat (MCA) atau natrium monokloroasetat (NaMCA).
Jumlah NaMCA yang digunakan berpengaruh terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa
pada selulosa. Selain itu, penggunaan pelarut organik dalam reaksi karboksimetilasi adalah
untuk menyediakan aksebilitas reagen karboksimetilasi ke pusat-pusat dari rantai selulosa.
Mekanisme reaksi dari pembuatan CMC dijabarkan sebagai berikut :

Tahap 1. Reaksi Alkalisasi

R OH + NaOH R ONa + H2 O

(Selulosa) (Natrium Hidrokdsida) (Alkil Selulosa) (Air)

Tahap 2. Reaksi Karboksimetilasi

R ONa + ClCH2COONa R O CH2COONa + NaCl

(Alkil Selulosa) (Asam Mono Kloroasetat) (Karboksimetil Selulosa) (Natrium Klorida)

Selain itu terdapat pula reaksi yang menghasilkan produk samping karena adanya kelebihan
NaOH. Kelebihan NaOH yang tidak bereaksi dengan selulosa pada tahap karboksimetilasi akan
bereaksi dengan NaMCA dan menghasilkan Na-glikolat dan NaCl. Semakin banyak NaOH
yang ditambahakan akan bertambah pula produk sampingnya. Hal ini akan berpengaruh pada
kemurnian CMC yang dihasilkan akan semakin berkurang.

Reaksi produk samping :

ClCH2COONa + NaOH HOCH2COONa + NaCl

(Asam monokloroasetat ) (Natrium Hidroksida) (Na-glikolat) ( Natrium Klorida)

Reaksi biasanya dilakukan pada suhu 50 -70 0C , pada proses perendaman dan pengepresan
dihilangkan dengan melaksanakan pereaksian antara NaOH dengan selulosa dan natrium kloro
asetat dengan alkalis selulosa dalam media reaksi. Media reaksi yang digunakan adalah
isopropanol atau tersier butanol. Pada akhir reaksi, kelebhan NaOH dinetralkan dan CMC
dengan kemurnian 60-70 % dihasilkan. Ada beberapa variasi dari proses ini bergantung dari
besarnya derajad substitusi (DS) dan kualitas prosuk yang diinginkan.

2.2 Jerami Padi

Jerami padi adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman
serealia yang telah kering, setelah biji-bijinya dipisahkan. Massa jerami kurang lebih setara
dengan massa biji-biji yang dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai
bahan bakar, pakan ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian(misal telur),
bahan bangunan(atap,dinding,lantai) mulsa dan kerajinan tangan. Jerami umumnya
dikumpulkan dalam bentuk gulungan , diikat, maupun ditekan.

Gambar 2.2 Jerami Padi (ARAnwar,2013)

Jerami merupakan limbah pertanian terbesar serta sepenuhnya dimanfaatkan karena


adanya faktor teknis dan ekonomis. Pada sebagian petani, jerami hanya digunakan sebagai
mulsa pada saat menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai
pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya penghijauan. Di lain pihak jerami
sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering dibakar
untuk mengatasi masalah tersebut.Menutur Badan Pusat Statistik, produksi padi nasional
mencapai 71,29 juta ton pertahun pada tahun 2011. Sedangkan produksi jerami padi dapat
mencapai 12-15 ton per hektar per panen, bervariasi bergantung pada lokasi dan varietas
tanaman yang digunakan (Berita Resmi Statistik 2013)

Tabel 2.3. Kandungan Jerami Padi


Komponen Kandungan (%)
Hemiselulosa 27,5
Selulosa 39,1
Lignin 12,5
Abu 11,5
Sumber : ARAnwar,2013

Jerami padi merupakan biomassa yang secara kimia merupakan senyawa


berlignoselulosa. Menurut Saha (2004) komponen terbesar penyusun jerami padi adalah
selulosa (35-50 %). Hemiselulosa (20-35%) dan lignin (10-25%) dan zat lain penyusun jerami
padi. Selulosa dan hemiselulosa merupakan senyawa yang bernilai ekonomis jika dikonversi
menjadi gula-gula sederhana.

2.3 Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Kandungan


selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50 dari berat kering tanaman.
Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan beta-1,4 glukosida rantai lurus. Bangun
dasar selulosa berupa selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang terhubung secara
bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya van der waals.

Selulosa mengandung sekitar 50-90 % bagian berkristal dan sisanya bagian amorf (Aziz
et,al,2002). Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam, melainkan
selalu berikatan dengan bahan lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa terdapat dalam
tumbuhan sebagai bahan pembentuuk dinding sel dan serat tumbuhan. Molekul selulosa
merupakan mikrofibil dari glukosa yang terikat satu dengan lainnya membentuk rantai polimer
yang sangat panjang. Adanya lignin serta hemiselulosa di sekeliling selulosa merupakan
hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa .
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan-satuan dan mempunyai massa
molekul relatif yang sangat tinggi, tersusu dari 2.000-3.000 glukosa. Rumus molekul selulosa
adalah (C6H10O5)n. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman yaitu
senyawa polimer glukosa yang tersusu dari unit-unit beta 1,4 glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan beta 1,4 D-glikosida .

Gambar 2.3. Struktur Kimia Selulosa (D.Handayani,2015)

Ikatan Beta-1,4 glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa
dengan cara hidrolisis asam atau enzimatis. Hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan
monomer selulosa yaitu glukosa, sedangkan hidrolisis tidak sempurna akan menghasilkan
disakarida dari selulosa yaitu selobiosa. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan
menggunakan media air dan dibantu dengan katalis asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang
dihasilkan dapat difermentasi menjadi produk fermentasi yang nantinya dapat diolah lagi
menjadi etanol (D.Handayani,2015).

Anda mungkin juga menyukai