TINJAUAN PUSTAKA
Karboksimetil Selulosa (CMC) merupakan suatu derivat selulosa yang dapat larut
dalam air. CMC banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil, kertas,
detergen, cat, keramik, pengeboran sumur minyak dan industri lain nya (Yusuf S, 2005).
Struktur Carboxt Methyl Cellulose merupakan polimer yang terdiri dari unit molekul
selulosa . Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan beberapa atom
hidrogen. Dari beberapa gugud hidroksil tersebut ada beberapa yang tersubstitusi oleh
carboxymethyl.
2. Kategori Fungsional
Sebagai agen penyalut, agen stabilitas, suspending agen, tablet dan kapsul disintegran,
tabel pengikat, agen pengabsorbsi air.
7. Viskositas
Tingkatan atau sodium CMC yang tersedia dalam perdagangan memiliki perbedaan
kekentalan cairan, solut cairan 1 %b/v dengan kekentalan 5-13000 mPas (5-13000 cP)
kemungkinan mampu tercapai. Sebuah peningkatan pada kekentalan solut cairan,
memperpanjang pemanasan pada temperatur tinggi mampu menurunkan kekentalan.
Viskositas solut sodium CMC dapat stabil dengan baik pada rentang 4-10. Jauhnya pH
optimum adalah netral.
8. Inkompatibilitas
Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan asam dengan beberapa garam besi
dan beberapa logam atau baja, beberapa alumunium, merkuri dan besi. Namun dapat terjadi
pada pH kurang dari 2 dan juga ketika dikocok dengan etanol 95 %. Sodium CMC berbentuk
kompleks dengan gelatin dan pektin. Sodium CMC berbentuk kompleks dengan kolagen dan
mengandung beberapa protein.
Sifat Kimia Karboksimetil Selulosa :
Kelarutan : praktis larut dalam aseton, etanol 95 %, eter dan toluen. Air mudah didispersi pada
semua suhu, pada bentuk yang murni, pada solut koloid.Kelarutan cairan bermacam-macam
tergantung derajat substistusi (Eki S,2015) .
Menurut SNI 06-3736-1995 karakteristik standar dari CMC dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1 SNI 06-3736-1995 tentang Karboksimetil Selulosa
Parameter Satuan Standar
Padatan
Warna Putih
Kadar CMC (kering) % 99,5
Kadar Air (minimum) % 8
0
Suhu Pencoklatan C 227
0
Suhu Charring C 252
Kerapatan Padatan g/cm3 0,75
Bobot Molekul g/mol 9,0 x 10 4 – 7,0 x 10 5
Kadar NaCl % < 0,25
Kadar NaOH % -
Larutan
Kekentalan
Larutan 1% (BM tinggi) cP 6.000
Larutan 4% (BM rendah) cP 50
Bobot Jenis 2% suhu 25 0C g/ml 1,0068
pH larutan 2 % 7,5
Tegangan Permukaan dyn/cm 71
Indeks Bias 1,3355
Film
Indeks Bias 1,515
Sumber : Ade dkk,2004
2.1.2.3 Fungsi Karboksimetil Selulosa
Saat ini karboksimetil Selulosa telah banyak digunakan dan bahkan memiliki peranan
penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil Selulosa secara luas digunakan dalam bidang
pangan, kimia, perminyakan, pembuatan kertas, tekstil, serta bangunanan. Khusus di bidang
pangan, karboksimetil selulosa dimanfaatkan sebagai stabilizer, thickener, adhesive dan
emulsifier. Pemanfaatan karboksimetil selulosa dalam indutri dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Aplikasi CMC pada Berbagai Bidang Industri
Jumlah CMC yang diijinkan bercampur dengan bahan lain berkisar dari 0,5-3,0 % untuk
mendapatkan hasil optimal, CMC mempunyai ketahanan temperatur pada > 300 0C. Na-CMC
digunakan secara luas untuk formulasi sediaan farmasi oral dan tropikal, terutama karena
singkat viskositasnyayang dimilikinya. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, biasanya 3-6 %
digunakan sebagai bahan dalam pembuatan gel dan pasta, glikol sering kali dimasukan untuk
mencegah penguapan. Bobot molekul Na-CMC adalah 90.000-700.000. Kelembapan CMC
yang diijinkan dalam kemasan tidak boleh melebihi 8 % dari total produk. Berikut merupakan
tabel besar konsentrasi CMC yang diijinkan pada produk :
Tabel 2.3 Penambahan Konsentrasi CMC yang Diijinkan pada Produk
Fungsi Konsentrasi (%)
Zat Pengemulsi 0,25-1,0
Zat pembentuk gel 3,0-6,0
Injeksi 0,05-0,75
Sediaan Oral 0,1-1,0
Pengikat Tablet 1,0-6,0
Sumber : A.Nur Lailati, 2015
Proses pembuatan CMC meliputi dua tahap utama, yaitu alkalisasi dan
karboksimetilasi. Kedua tahap ini dapat berlangsung dalam bentuk padatan atau dalam suatu
media lain berupa air atau pelarut organik. Proses alkalisasi dalam media air akan
menghasilkan CMC yang kurang homogen, sehingga nilai DP dari CMC yang dihasilkan
rendah serta memiliki viskositas yang rendah pula. Alkalisasi dilakukan dengan menggunakan
NaOH yang bertujuan untuk mengaktifkan gugus-gugus –OH pada molekul selulosa dan
mengambangkan selulosa, pengembangkan selulosa ini dapat memudahkan difusi reagen untuk
proses selanjutnya, yaitu karboksimetilasi . Proses karboksimetilasi dilakukan dengan
menggunakan reagen monokloroasetat (MCA) atau natrium monokloroasetat (NaMCA).
Jumlah NaMCA yang digunakan berpengaruh terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa
pada selulosa. Selain itu, penggunaan pelarut organik dalam reaksi karboksimetilasi adalah
untuk menyediakan aksebilitas reagen karboksimetilasi ke pusat-pusat dari rantai selulosa.
Mekanisme reaksi dari pembuatan CMC dijabarkan sebagai berikut :
R OH + NaOH R ONa + H2 O
Selain itu terdapat pula reaksi yang menghasilkan produk samping karena adanya kelebihan
NaOH. Kelebihan NaOH yang tidak bereaksi dengan selulosa pada tahap karboksimetilasi akan
bereaksi dengan NaMCA dan menghasilkan Na-glikolat dan NaCl. Semakin banyak NaOH
yang ditambahakan akan bertambah pula produk sampingnya. Hal ini akan berpengaruh pada
kemurnian CMC yang dihasilkan akan semakin berkurang.
Reaksi biasanya dilakukan pada suhu 50 -70 0C , pada proses perendaman dan pengepresan
dihilangkan dengan melaksanakan pereaksian antara NaOH dengan selulosa dan natrium kloro
asetat dengan alkalis selulosa dalam media reaksi. Media reaksi yang digunakan adalah
isopropanol atau tersier butanol. Pada akhir reaksi, kelebhan NaOH dinetralkan dan CMC
dengan kemurnian 60-70 % dihasilkan. Ada beberapa variasi dari proses ini bergantung dari
besarnya derajad substitusi (DS) dan kualitas prosuk yang diinginkan.
Jerami padi adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman
serealia yang telah kering, setelah biji-bijinya dipisahkan. Massa jerami kurang lebih setara
dengan massa biji-biji yang dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai
bahan bakar, pakan ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian(misal telur),
bahan bangunan(atap,dinding,lantai) mulsa dan kerajinan tangan. Jerami umumnya
dikumpulkan dalam bentuk gulungan , diikat, maupun ditekan.
2.3 Selulosa
Selulosa mengandung sekitar 50-90 % bagian berkristal dan sisanya bagian amorf (Aziz
et,al,2002). Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam, melainkan
selalu berikatan dengan bahan lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa terdapat dalam
tumbuhan sebagai bahan pembentuuk dinding sel dan serat tumbuhan. Molekul selulosa
merupakan mikrofibil dari glukosa yang terikat satu dengan lainnya membentuk rantai polimer
yang sangat panjang. Adanya lignin serta hemiselulosa di sekeliling selulosa merupakan
hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa .
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan-satuan dan mempunyai massa
molekul relatif yang sangat tinggi, tersusu dari 2.000-3.000 glukosa. Rumus molekul selulosa
adalah (C6H10O5)n. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman yaitu
senyawa polimer glukosa yang tersusu dari unit-unit beta 1,4 glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan beta 1,4 D-glikosida .
Ikatan Beta-1,4 glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa
dengan cara hidrolisis asam atau enzimatis. Hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan
monomer selulosa yaitu glukosa, sedangkan hidrolisis tidak sempurna akan menghasilkan
disakarida dari selulosa yaitu selobiosa. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan
menggunakan media air dan dibantu dengan katalis asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang
dihasilkan dapat difermentasi menjadi produk fermentasi yang nantinya dapat diolah lagi
menjadi etanol (D.Handayani,2015).