A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Membuat VCO dengan proses fermentasi
2. Mengetahui prinsip fermentasi menggunakan Rhizopus sp. pada
pembuatan VCO
B. DASAR TEORI
1. Kelapa
Buah kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging, buah dan
air. Daging buah kelapa memiliki nilai yang paling tinggi, karena
daging buah kelapa mengandung minyak. Komposisi kimia daging
buah kelapa ditentukan berdasarkan umur buah kelapa dan varietas
kelapa (Ketaren, 1986).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae adalah tanaman tropis
yang penyebarannya di pantai (habitat asli). Namun dalam
pengembangan budidaya akhirnya manusia dapat menemuinya
sampai jauh di pedalaman. Ini menandakan pohon kelapa sangat
toleran terhadap iklim mikro (tanah, air, udara, angin kencang dan
sinar matahari dan terlebih hara tanah). Hal ini nantinya sangat
berpengaruh terhadap kandungan minyak dan senyawa kimia lain
yang mendukungnya. Dari sini timbul banyak pertanyaan dari para
produsen dan calon produsen vico. Ini menandakan sebagian
produsen dan calon produsen mengerti, memahami dan terlebih lagi
peduli terhadap hasil produksi berupa vico. Karena pengguna vico
sebagian besar adalah orang-orang yang sakit dan perlu segera
penyembuhan (Baswardojo, 2005).
Kandungan kimia pada daging kelapa adalah air, protein, dan
lemak yang merupakan jenis emulsi dengan emulgatornya. Emulsi
adalah zat cair yang tidak dapat tercampur yang terdiri dari dua fase
(air dan minyak). Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk
mempererat emulsi, dalam hal ini emulgatornya adalah protein. Pada
ikatan protein akan membungkus butiran-butiran minyak kelapa
dengan suatu lapisan tipis sehingga butiran-butiran minyak tidak bisa
tergabung, begitu juga dengan air. Emulsi tidak akan terpecah, karena
masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein
minyak. Untuk merusak ikatan emulsi lemak pada santan kelapa
mengunakan metode enzimatis (Setiaji, 2006).
Santan adalah cairan yang berwarna putih yang diperoleh dari
pemerasan. Jika santan didiamkan akan terpisah menjadi dua fase
yaitu fase skim yang jernih bagian bawah dan fase krim yang
berwarna putih susu dibagian atas. (Winarno, 2004).
2. Minyak Kelapa
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak
digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam
lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya.
Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan
bilangan Iod (iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke
dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut
berkisar antara 7,5-10,5.
Menurut Winarno (1997), lemak atau minyak dapat diekstraksi
dari jaringan hewan dan tanaman dengan tiga cara, yaitu rendering
atau pemanasan, pengepresan (pressing), dan dengan menggunakan
pelarut. Dalam pembuatan minyak kelapa murni, proses sebaiknya
dilakukan dengan meminimalkan penggunaan panas dan bahan kimia;
oleh karena itu, untuk mengekstraksi komponen minyak dari santan
digunakan panas minimum. Pada suhu 35C asam kaprat akan mulai
terurai, dan pada suhu di atas 60C asam-asam lemak yang lain, seperti
kaproat dan kaprilat menguap. Dasar inilah yang digunakan untuk
memilih air hangat (suam-suam kuku, dengan suhu antara 35 sampai
40C) sebagai air perasan santan.
2. BAHAN
a. Kelapa parut
b. Ragi tempe
c. Air
D. SKEMA KERJA
Santan
Air (Lapisan Bawah) Krim (Lapisan Atas) 4,0018 gram Ragi tempe
Difermentasikan
selama 22 jam
sehingga terbentuk 3
lapisan
Disaring
VCO
Gambar IV. 2. Skema Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Proses
Fermentasi Menggunakan Rhizopus sp.
Perlakuan Pengamatan
E. DATA PENGAMATAN
Tabel IV. 2. Data Pengamatan VCO
KRIM
AIR
MINYAK
SKIM
AIR