Anda di halaman 1dari 13

PENYEHATAN UDARA - A

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK

Kelompok 2 D-IV A

Anisah Nur A P21335118010

Istigfarratri Kusumadewi M P21335118025

Layalia Shaffamir T P21335118033

Serli Yuliyanti P21335118060

Silma Salsabilla S P21335118062

Widya Kusuma M P21335118072

Winda Nurmala S P21335118074

Winra Nadeak P21335118076

KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Daerah khusus Ibukota
Jakarta 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Faktor Lingkungan Fisik”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dan sebagai bahan
diskusi pada mata kuliah Penyehatan Udara -A.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan jauh melebihi sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan diterima di
dalam perbaikan yang ada. Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 29 Agustus 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
2.1 Kebisingan.......................................................................................................................5

2.1.1 Definisi kebisingan..............................................................................................................5


2.1.2 Pengaruh dan akibat dari Kebisingan...............................................................................5
2.1.3 Baku tingkat kebisingan.....................................................................................................6
2.2 Pencahayaan...................................................................................................................7

2.2.1 Definisi Pencahayaan..........................................................................................................7


2.2.2 Macam – macam pencahayaan..........................................................................................8
2.2.3 Dampak cahaya berlebih....................................................................................................8
2.2.4 Upaya mengurangi pencahayaan berlebihan....................................................................9
2.3 Kelembaban....................................................................................................................9

2.4 Suhu.................................................................................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................11


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama
di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,
2006). Sekitar 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi
kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber pencemaran
udara di kota-kota besar mencapai 60-70%. Gas buangan dari cerobong asap industri berkisar
antara 10- 15%, sedangkan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain seperti pembakaran
sampah serta kebakaran hutan. Jarang disadari bahwa, penyebab utama pencemaran udara
terbesar adalah gas dan partikel yang diemisikan oleh kendaraan bermotor (Anies, 2015).

Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mengalami peningkatan jumlah
kendaraan bermotor untuk setiap tahunnya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012
menunjukkan bahwa, jumlah kendaraan yang terdapat di Indonesia adalah sebanyak
94.373.324 unit, dan data terakhir tahun 2013 jumlah kendaraan bermotor telah mencapai
104.118.969 unit. Hal ini menunjukkan, secara tidak langsung pencemaran udara di Indonesia
akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor tersebut
(Badan Pusat Statistik, 2015). Pencemaran udara banyak memberikan pengaruh terhadap
kehidupan manusia baik pada orang dewasa maupun anak-anak (Darmono, 2008). Studi
penelitian menunjukkan bahwa, angka kematian akibat pencemaran udara berjumlah 50.000-
100.000 orang setiap tahunnya. Negara-negara berkembang seperti Indonesia data kesakitan
dan kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara sampai sekarang belum tersedia,
namun diduga kondisinya jauh lebih buruk dan semakin hari semakin memprihatinkan
(Anies, 2015).
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global. Pencemaran

3
udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama buruknya dengan
pencemaran udara di ruang terbuka.
Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, khususnya
untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat berasal dari asap
kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang lain. Saat ini mulai dilakukan
upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil pemantauan tersebut diketahui ada beberapa
parameter yang cukup memprihatinkan, diantaranya: debu (partikulat), Sulfur Dioksida
(SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Pencemar
lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin (Premium). Keberadaan timbal (Pb)
di udara dapat membahayakan bagi kesehatan manusia.

Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan semakin banyak
menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi yang dapat menimbulkan pencemaran udara
seperti motor dan mobil. Hal ini memberikan kontribusi besar dalam menurunkan kwalitas
udara yang dapat mengganggu kenyamanan, kesehatan dan bahkan keseimbangan iklim
global.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebisingan
2.1.1 Definisi kebisingan
Kebisingan atau keharusan menurut Undang- Undang Undang-Undang Perlindungan
Lingkungan Hidup adalah getaran setiap frekuensi yang dipancarkan oleh udara atau media
lainnya . Menurut KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR:
KEP-48 / MENLH / 11/1996, Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan . Kebisingan yang hadir disetiap aktivitas manusia dan
lingkungan menjadi lingkungan kerja yang dapat memepengaruhi kesejahteraan manusia [3] .
Sedangkan berdasarkan Professor Colin H Hasen, noise adalah suara yang tidak
menyenangkan dan tidak diinginkan, noise yang dihasilkan dari variasi tekanan atau osilasi
pada medium elastis (udara, benda padat) akibat permukaan yang bergetar ataupun aliran
turbulensi. Jadi berdasarkan definisi tersebut, ini adalah suara yang tidak dinginkan dan
menggangu yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang berasal dari suatu benda-benda di
lingkungan.

2.1.2 Pengaruh dan akibat dari Kebisingan


Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan
emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran
terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A dan
karena lamanya telinga terpajan terhadap kebisingan itu. Berikut jenis dari akibat kebisingan :

5
2.1.3 Baku tingkat kebisingan
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).
Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas,NAB) peruntukan kawasan/lingkungan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :

Dan kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes
No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

6
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil
tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak
ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan
atau membahayakan.

2.2 Pencahayaan
2.2.1 Definisi Pencahayaan
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu faktor fisik udara yang dapat
mempengaruhi kesehatan , khususnya terhadap kesehatan mata.Cahaya merupakan sebuah
energi yang memiliki bentuk berupa gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang tersebut 380-750 mm.Pada bidang ilmu fisika , cahaya merupakan radiasi
elektromagnetik , baik itu dengan panjang gelombang yang kasat mata maupun tidak.Selain
itu , cahaya ialah suatu paket partikel yang disebut foton.Kedua pengertian tersebut adalah
sifat yang ditunjukkan dari cahaya secara bersamaan sehingga dapat disebut “dualisme
gelombang-partikel”.Suatu paket cahaya disebut spektrum yang kemudian dipersepsikan
secara visual oleh indera penglihatan (mata) sebagai sebuah warna.Bidang studi yang
mempelajari cahaya dikenal sebagai dengan sebutan optika , merupakan suatu area riset yang
mempelajari cahaya yang sangat penting pada fisika modern.

7
Dalam bidang Kesehatan Lingkungan , pencahayaan merupakan salah satu parameter
lingkungan fisik yang harus memenuhi standar.Dengan demikian seseorang sanitarian harus
mampu melakukan pengukuran dan menentukan kualitas pencahayaan/penerangan pada
sebuah tempat kerja atau tempat beraktifitas.Satuan yang digunakan untuk pencahayaan
adalah lux , yang diukur dengan Lux meter serta mengikuti prosedur pengukuran yang baku.

2.2.2 Macam – macam pencahayaan

Berikut adalah komposisi polusi cahaya meliputi:

• Glare – kecerahan berlebihan yang menyebabkan ketidaknyamanan visual

• Skyglow – menerangi langit malam di atas area yang dihuni

• Light trespass – cahaya jatuh di tempat yang tidak dimaksudkan atau dibutuhkan

• Clutter – pengelompokan sumber cahaya terang, membingungkan, dan berlebihan

2.2.3 Dampak cahaya berlebih

 Meningkatkan konsumsi energi

 Mengganggu ekosistem dan satwa liar

 Merugikan kesehatan manusia

 Mempengaruhi kejahatan dan keamanan

 Mengganggu pemandangan langit malam

 Instalasi cahaya perkotaan telah mengubah perilaku burung yang bermigrasi secara
nocturnal

 Mengurangi aktivitas penyerbukan oleh serangga nokturnal (aktif di malam hari).

8
2.2.4 Upaya mengurangi pencahayaan berlebihan
Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan “reduce light pollution”
dalam ilmu Fisika Bangunan sebagai berikut:

1. Mengunakaan tudung atau reflektor lampu sehinga lebih optimal dalam menerangi
area yang diinginkan

2. Mendesain letak lampu agar sinar mengarah ke bawah bukan ke langit

3. Meminimalisir pengunaan lampu sorot ke langit

4. Mengurangi pantulan cahaya dengan tanaman

5. Mengurangi penggunaan lampu natrium berwarna kuning

2.3 Kelembaban
Kelembaban udara adalah menyatakan banyaknya uap air dalam udara.Kandungan
uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan
menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut
mengatur suhu udara.Fog (kabut) terbentuk ketika udara lembab dan mengembun , jenis
partikel cair ini merugikan karena memudahkan perubahan SO₃ menjadi H₂SO₄.Selain itu
fog yang terjadi didaerah lembab akan menghalangi matahari memanasi permukaan bumi
untuk memecah inversi , akibatnya sering memperpanjang waktu kejadian pencemaran udara.

Kelembaban udara yang relatif rendah (60˚/⸰) didaerah tercemar SO₂ akan
mengurangi efek korosif dari bahan kimia tersebut sedangkan pada kelembabanrelative lebih
atau sama dengan 80˚/⸰ di daerah tercemar SO₂ akan terjadi peningkatan efek korosif SO₂
tersebut.Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar ,
sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk partikel
(misalnya debu) akan berkaitan dengan air yang ada dalam udara

2.4 Suhu
Salah satu karakteristik atmosfir yang penting adalah kestabilan astmosfir itu sendiri
yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara vertikal.Kondisi
ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara vertikal.Suhu udara menurun ± 1˚C per

9
kenaikan 100 meter , namun pada malam hari lapisan udara yang dekay dengan permukaan
bumi mengalami perdinginan terlebih dahulu sehingga suhu pada lapisan udara dilapisan
bawah dapat lebih rendah daripada atasnya.Kondisi meteorologi itu disebut inversi yaitu suhu
udara meningkat menurut ketinggian lapisan udara , yang memerlukan pada kondisi stabil
dan tekanan tinggi.Gradien tekanan pada kondisi tersebut menjadi lemah sehingga angin
menjadi lambat yang menyebabkan penurunan penyebaran zat tercemar secara horizontal.

Suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir yang lebih rendah dan tidak
menyebar.Peningkatan suhu dapat menjadi ketalisator atau membantu mempercepat reaksi
kimia perubahan suatu polutan udara.Pada musim kemarau diama udara lebih kering dengan
suhu cenderung meningkat serta angin yang bertiup sangat lambat dibanding dengan keadan
hujan maka polutan udara pada musim kemarau cenderung tinggi karena tidak terjadi
pengenceran polutan diudara.

Inversi suhu dapat mengakibatkan polutan yang terkumpul didalam atmosfer yang
lebih rendah dan tidak menyebar.Selain hal itu suhu udara tinggi akan mengakibatkan udara
makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah dan sebaliknya pada
suu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar diudara makin
tinggi.

Selain itu pula pergerakan udara diatmosfer dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal. Gerakan horizontal disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi bersifat
aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk mengumpul
karena cepat disebarkan. Atmosfir diseliling gunung, bukit dan bangunan daerah perkotaan
akan memperlambat dam mencegah gerakan angin sehingga mengurangi gerakan udara
horizontal karena gerakan horizontal terbatas dipersi polutan menjadi tergantung pada
pergerakan udara vertikal.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global. Pencemaran udara di dalam ruangan dapat
mempengaruhi kesehatan manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang
terbuka.

Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus,


khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat berasal dari
asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang lain. Saat ini mulai
dilakukan upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil pemantauan tersebut diketahui
ada beberapa parameter yang cukup memprihatinkan, diantaranya: debu (partikulat), Sulfur
Dioksida (SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC).
Pencemar lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin (Premium). Keberadaan
timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi kesehatan manusia.

Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan semakin banyak
menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi yang dapat menimbulkan pencemaran udara
seperti motor dan mobil. Hal ini memberikan kontribusi besar dalam menurunkan kwalitas
udara yang dapat mengganggu kenyamanan, kesehatan dan bahkan keseimbangan iklim
global.

11
DAFTAR PUSTAKA

Murdani. April 2016. Pengelolaan Polusi Udara dan Suara Di Laboratorium Otomotif
Jurusan Teknik Mesin. Semara; Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang

Prabowo, Kuat. Dkk. 2011. Penyehatan Udara. Jakarta; Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan Jakarta II

Susanto, Arif. Oktober 2006. Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan dan
Lingkungan. Buletin HSE Club Indonesia

Anonymous. Minggu, 26 November 2017. Apa Dampak Polusi Cahaya Bagi Kehidupan
Manusia. National Geographic Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai