Anda di halaman 1dari 33

MATA KULIAH : SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

DOSEN : ERLANI, SKM., M.KES

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGAWASAN SANITASI RUMAH IBADAH
(Gereja Beth-El Tabernakel Getsemani)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

NURUL ILMI KAHAR (PO713221211036)


PUTRI DWI JULIANTI (PO713221211037)
RAHMAYANTI (PO713221211038)
SITI NURUL KAMARIAH RUMBOUW (PO713221211039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.III SANITASI
TINGKAT II
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh Segala puji bagi Allah


Subhanahu Wata’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“LAPORAN PRAKTIKUM INSPEKSI SANITASI GEREJA”.
Shalawat dan salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para
pengikut-pengikut beliau sebagai suri tauladan sepanjang masa.
Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril dan material.
Dan khususnya kepada Dosen Sanitasi Tempat-Tempat Umum atas nama bapak
Erlani SKM.,M.Kes, serta tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Jones A.T selaku Pengurus Gereja Beth El-Tabernakel Getsemani yang telah
memberikan kami izin untuk melakukan inspeksi sanitasi, sehingga laporan ini
dapat terselesaikan sebagaimana adanya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
kelak laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar,18 Februari 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4


A. Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah ......................................................... 4
B. Pengertian Gereja .................................................................................... 5
C. Fasilitas Sanitasi Rumah Ibadah (Gereja) ............................................... 7
D. Persyaratan Sanitasi Lingkungan Gereja .............................................. 14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 16


A. Hasil ....................................................................................................... 16
B. Pembahasan ............................................................................................ 17

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 21


A. Kesimpulan ............................................................................................ 21
B. Saran ....................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22


LAMPIRAN ...................................................................................................... 23
A. Kuesioner ............................................................................................... 23
B. Dokumentasi .......................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan

penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.

Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum yang bersih

guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan

gangguan kesehatan lainnya.

Menurut Mukono (2006) sanitasi tempat-tempat umum merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan tempat

bertemunya masyarakat lainnya. Tempat umum biasa menjadi tempat menyebarkan

segala penyakit terutama penyakit yang media penyebaran melalui makanan,

minuman, udara, dan air. Sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi

persyaratan kesehatan untuk melindungi, memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang

dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan

ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di

perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat

ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang

kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat

ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya

1
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian

pencemaran lingkungan.

Gereja sebagai wadah religius tentunya memerlukan desain fisik bangunan

yang memberikan kesan religious terhadap penggunanya. Pada bangunan gereja

Kristen, tidak terdapat gaya arsitektur yang dahulu lazim digunakan pada gereja

katholik, ornament pun lebih terkesan sederhana bahkan Sebagian lainnya tidak

memiliki ornament khusus pada interiornya.kenyataan tersebut maka muncul

pertanyaan, elemen apa pada bangun gereja Kristen yang memberikan religious

terhadap penggunanya.

Gereja merupakan bangunan ibadah umat kristiani yang mewadahi kegiatan

spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-

abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadiaset sejarah. Seiring

berkembangnya agama kristiani, bentuk dari bangunan gereja menjadi makin

variatif. Bangunan gereja di eropa sangat identic dengan gaya klasik, eklektik

maupun modern.

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah (Gereja)

2. Untuk Mengetahui Pengertian Gereja

3. Untuk Mengetahui Fasilitas Sanitasi Rumah Ibadah (Gereja)

4. Untuk Mengetahui Persyaratan Sanitasi Lingkungan Gereja

2
C. Manfaat

1. Dapat Mengetahui Pengertian Sanitasi Rumah Ibadah (Gereja)

2. Dapat Mengetahui Fasilitas Sanitasi Rumah Ibadah (Gereja)

3. Dapat Mengetahui Persyaratan Sanitasi Lingkungan Gereja

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi Tempat Ibadah

Definisi sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan

pada pengawasan terhadap berbagai factor lingkungan yang mempengaruhi atau

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sanitasi merupakan upaya

yang dilakukan demi mewujudkan dan menjamin kondisi yang sudah memenuhi

syarat kesehatan. (Manik, 2017)

Sebuah sarana tempat umum guna berkumpulnya umat beragama untuk

melaksanakan ibadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-

masing. Tempat-tempat umum merupakan tempat yang memiliki pengaruh

terhadap masalah kesehatan lingkungan.

Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang

dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan

ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu

diperhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola atau pengurus tempat-

tempat ibadah tersebut sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan

lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat-tempat

ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya

sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termaksud

pengendalian pencemaran lingkungan

4
B. Pengertian Gereja

Banyak orang yang memandang gereja sebagai gedung atau tempat. Ini

bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa

Portugis “Igreya” dan dalam bahasa Yunani “ekklesia” (gereja disebut ekklesia (ek

yaitu keluar, kaleo artinya memanggil) yang didefinisikan sebagai “perkumpulan”

atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan

berhubungan dengan gedung, namun dengan orang / persekutuan. Adalah ironis

bahwa saat Anda bertanya kepada orang mereka pergi ke gereja apa, biasanya

mereka akan mengatakan Baptis, Metodis, atau denominasi lainnya. Banyak kali

mereka menunjuk pada denominasi atau pada bangunan.

Pengertian Gereja secara Theologis Alkitabiah yaitu Gereja (ekklesia) itu

merupakan tubuh Kristus (Efesus. 1:22-23) dimana Kristus adalah kepala. Kristus

yang memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri. Gereja bukanlah

kelompok manusia /"Perkumpulan" yang berdiri atas inisitif sendiri, tetapi

Kristuslah yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya Jemaat

itu. Gereja adalah persekutuan "orang percaya" yang dikumpulkan oleh Kristus.

Hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan menjadi hari lahirnya Gereja (Kis.

Ras. 2), hari Pentakosta ini adalah hari Minggu, inilah yang menjadi salah satu dasar

kita bergereja hari minggu, karena Gereja dilahirkan saat Pentakosta, hari minggu.

Pengertian Gereja Dalam KBI karya J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain

disebutkan bahwa gereja berarti gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan

upacara agama kristen badan (organisasi) umat kristen yang sama kepercayaan,

5
ajaran dan tata caranya (katolik, protestan). Dengan kata lain gereja adalah suatu

tenpat termaksud fasilitasnya, dimana umum pada waktu –waktu tertentu dapat

melakukan ibadah keagamaan kristen. Oleh karena itu perlu memperhatikan standar

kesehatan lingkungan tempat-tempat umum. Gereja adalah tempat yang bisa

memberikan setiap orang dapat menerima didikan rohani yang sesuai dengan apa

yang tercantum dalam Alkitab. Menurut KBBI, gereja adalah gedung (rumah)

tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen, dan atau badan organisasi

umat Kristen yang memiliki satu kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadah. Dari

pengertian kedua, gereja adalah organisasi, maka orang-orang yang mengatur

gereja memiliki suatu wewenang dalam mengatur kehidupan bergereja karena di

dalam gereja tidak hanya pendeta, tetapi ada majelis dan jemaat.

Gereja adalah pedoman belajar rohani bagi setiap orang yang berada di

dalamnya. Untuk itu, struktur dalam gereja adalah struktur yang melayani anggota

gereja dalam rangka keterlibatan mereka, karena kepemimpinan gereja pada

hakekatnya adalah kepemimpinan pelayanan. Dalam bahasa inggris, kata gereja

adalah Church yang berasal dari bahasa Kuriakon yang berarti “Milik Tuhan”. Kata

ini biasa digunakan untuk menunjukkan hal-hal lainnya seperti tempat, orang-

orang, atau denominasi yang menjadi milik Tuhan. Yang menjadi dasar gereja

adalah umat dan atau persekutuan serta orangorang yang berada di dalamnya. Oleh

karena itu tujuan dari gereja adalah pertumbuhan hidup rohani orang Kristen secara

pribadi. Pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang Kristen secara pribadi

adalah dasar pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja harus dimulai dari kualitas

hidup rohani. Sehingga, setiap pribadi yang menjadi bagian dari gereja mendapat

6
perhatian khusus agar mampu menjadi pribadi yang bertumbuh di dalam Yesus

Kristus. Gereja hadir sebagai “gereja yang mendidik”. Berkaitan dengan pembinaan

rohani, maka gereja perlu melakukan pendidikan agama Kristen (PAK).

Sebagaimana pandangan Miller bahwa PAK di gereja merupakan suatu pelayanan

yang berdiri di atas tradisi Kristen.

Gereja memiliki kurang lebih enam fungsi yakni pertama, gereja adalah

persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan mengambil bagian

dalam kebaktian. Kedua, gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya,

kebutuhan dasar para anggotanya terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat

dipersatukan serta disembuhkan kembali. Ketiga, gereja sebagai persekutuan

belajar-mengajar. Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dengan

segala kategori usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari injil terhadap

pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup. Keempat, gereja adalah

persekutuan yang peduli akan kebutuhhan orang lain terutama yang sakit, miskin,

lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapa pun, khususnya yang paling

hina dan lemah. Kelima, gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman

kepada orang yang belum menerima kabar baik. Keenam, gereja adalah

persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain, baik kelompok yang

berbeda agama, sosial dll.

C. Fasilitas Sanitasi Rumah Ibadah (Gereja)

Menjamin Keadaan Lingkungan Yang Memenuhi Syarat Kesehatan, seperti :

1. Penyediaan Air Bersih

Adapun indikator tempat peribadatan sehat yang di gunakan, antara lain:

7
a. Kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih,

b. Kualitas dan penempatan jamban/kakus,

c. Kebersihan dinding/langit-langit,

d. Kebersihan lantai/tikar,

e. Kualitas dan penempatan sarana pembuangan air limbah.

2. Pembuangan Kotoran

Terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain:

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak

10-15 meter dari sumber air minum.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

d. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air

dan berwarna.

f. Cukup penerangang

g. Lantai kedap air

h. Ventilasi cukup baik.

i. Tersedia air dan alat pembersih

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban

yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapahal,

yaitu :

8
a. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit.

b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang

aman.

c. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

3. Pengelolaan Limbah Cair

Tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umumyang

dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat gunamelaksanakan

kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu

masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini

pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perludan sangat perlu

untuk diberikan pengetahuan tentang Kesehatan lingkungan yang

berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna

mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya

sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk

pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran serta dari pengurus

tempat-tempat ibadah diharapkan :

a. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisikdan

lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat

memberi pengaruh jelek terhadap Kesehatan.

b. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.

9
c. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektorlain

dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-

tempat ibadah.

d. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatankesehatan

lingkungan .

e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat

ibadah

4. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,

berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan, keselamatan,

keamanan, dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk

meningkatkan Kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah dan pemerintahan

daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik

dan berwawasan lingkungan. Tugas pemerintah dan pemerintahan daerah

dalam pengelolaan sampah untuk menumbuh kembangkan dan

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah;

melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan

penanganan sampah; memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan

upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; melaksanakan

pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana

pengelolaan sampah; mendorong dan memfasilitasi pengembangan

manfaat hasil pengelohan foto KLH sampah; hasil pengolahan sampah,

10
misalnya berupa kompos, pupuk. Biogas, potensi energi, dan hasil daur

ulang lainnya; memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang

berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani

sampah; dan melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat,

dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.14

Kelola Sampah Kita Pemerintah menetapkan kebijakan dan

strateginasional pengelolaan sampah; menetapkan norma, standar,

prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah; Penyelenggaraan pengelolaan

sampah, antara lain, berupa penyediaan tempat penampungan sampah, alat

angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengolahan

sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; memfasilitasi

dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring

dalam pengelolaan sampah; menyelenggarakan koordinasi,pembinaan, dan

pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan

menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam

pengelolaan sampah.

5. Pengendalian Vektor Dan Binatang Pengganggu

Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor

merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi

sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini

(2001), vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan

suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang

rentan.

11
Ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit:

a. Cuaca

b. Reservoir

c. Geografis

6. Kualitas Bangunan Yang Terpelihara Dengan Baik

Untuk mendirikan sebuah bangunan tempat ibadah ada aturan dan

mekanismenya,yakni harus memenuhi persyaratan administrasi dan

persyaratan teknis bangunan gedung.sebaiknya harus ada perhatian khusus

pemerintah pusat mengenai persyaratan bangunan ibadah.

Misalnya dalam aspek perencanaan dalam pembangunan masjid.

Membangun masjid tidak sekedar mendirikan sebuah bangunan,dan hal ini

lebih mudah dilakukan oleh umat Islam, sehingga masjid berdiri menjamur

dimana-mana. Untuk mendirikan masjid perlu memperhatikan berbagai

pertimbangan:

1. Menentukan lokasi sesuai Herarkhinya.

Untuk membangun masjid perencanaan harus disesuaikan

dengankeadaan masjid yang akan dibangun, seperti masjid kota,

maka masjid memiliki aksesibilitas dan daya tarik yang sangat

tinggi bagi kehidupan masyarakat kota. Karena itu letak masjid

harus memilih lokasi yang paling strategis, dapat dijangkau oleh

semua komunitas dan aktifitas kerja, seperti perdagangan,

perkantoran, pendidikan dan sebagainya.Dengan penempatan

masjid pada pusat aktuvitas ini dapatmemudahkan masyarakat

12
terutama melaksanakan shalat lima waktu.Dapat menjadi sarana

rekreasi, dan pusat kegiatan sosial keagamaan Demikian juga

pembangunan masjid di kota Kecamatan, dan masjidlingkungan,

semua harus memperhatikan jangkauan pelayananterhadap

jamaahnya. Hal ini penting diperhatikan karena akanmemudahkan

masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas masjid dalam rangka

mengembangkan kwalitas pemikiran keagamaan maupunproses

interaksi sosial sesama umat Islam.

2. Peranan Pemerintah dalam Penentuan Lokasi Masjid.

Pendirian tempat Ibadah termasuk pendirian masjid haruslah

mengacu kepada peraturan pemerintah seperti SKB menteri

Komunitas, Dalam keputusan bersama tersebut dikemukakan pada

pasal 4 bahwa dalam pendirian tempat Ibadah harus mendapat Izin

kepala daerah setelah mempertimbangkan :

a. Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Masjid.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan fasilitas

umumseperti pembangunan tempat ibadah sangat diperlukan,

sebab denganadanya partisipasi tersebut rasa memiliki (sense of

belonging)masyarakat terhadap bangunan lebih tinggi.

b. Merencanakan Ruang Untuk Kegiatan Ibadah dan aktivitas

Mu’amalah.

13
D. Persyaratan Sanitasi Lingkungan Gereja

Dasar Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Gereja adalah Kep. Menkes

288/Menkes/SK/III/2003 tentang pedoman penyehatan sarana dan bangunan

umum. Persyaratan sanitasi dari gereja antara lain:

1. Letak: Tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan tata kota.

2. Konstruksi: Kuat, aman, dan sesuai petunjuk Dinas Pekerjaan Umum.

3. Persyaratan bagian Luar :

a. Halaman

Bersih, tidak terdapat sampah yang berserakan dan genangan air.

b. Tempat Sampah

Tersedia tempat sampah yang bertutup rapat, kedap air, mudah

dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan

dengan kebutuhan.

c. Penanganan air limbah/kotor.

Air mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran

pembuangan air kotor umum, kedap air. Bila tidak ada saluran air

kotor umum, air limbah ditampung pada sarana penampungan yang

dibuat sendiri dan tertutup.

d. Persediaan Air

Kualitas harus memenuhi persyaratan air bersih dan tersedia setiap

saat diperlukan.

e. Jamban dan peturasan.

14
Tersedianya jamban dan peturasan (urinoir) yang santer minimal satu

bush yang dilengkapi dengan air untuk penggelontor.

4. Persyaratan Bagian Dalam

a. Lantai, dinding dan langit-langit bersih

b. Perlengkapan tempat duduk untuk berdoa

c. Bersih dan bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya

d. Lantai mudah dibersihkan dan tidak lembab

e. Ventilasi: Lubang ventilasi harus disesuaikan dengan jumlah

pengunjung terbanyak, bila mungkin dilengkapi dengan ventilasi

mekanis.

f. Pencahayaan. Cukup terang dan tidak menyilaukan.

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Nama Tempat Ibadah : Gereja Beth-El Tabernakel Getsemani

Alamat Tempat Ibadah : Jl. Pandang Raya, Komp. Crisant Blok E/18

Makassar

Pengelola :

Waktu Pemeriksaan : 18 Februari 2023/Pukul 13.00 Wita

Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi yang telah di lakukan di GBT. Getsemani

maka diperoleh data sebagai berikut:

Variabel upaya :

∈bobot ×nilai sebenarnya


I = ×100%
∈bobot ×nilai standar

520
= 600 × 100%

= 86,6 %

∈𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 ×𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎


II = ∈bobot ×nilai standar
× 100%

254
= 440 × 100%

= 57,7 %

Jadi GBT. Getsemani dikatakan Laik Sehat karena memperoleh nilai untuk

variabel I = 86,6 % dan untuk variabel II = 57,7 % dengan catatan skore minimal

16
untuk masing-masing variabel upaya untuk variabel I = 70% dan variabel II = 75%.

Walaupun Laik Sehat tetapi masih ada beberapa poin penilaian yang tidak

memenuhi syarat yaitu tempat sampah yang kurang atau terbatas dan tidak

menyediakan tempat sampah basah dan tempat sampah kering juga jamban pada

pria dan wanita tidak terpisah dan TPS yang tidak memenuhi syarat

B. Pembahasan

Dari hasil observasi yang dilakukan di Gereja Getsemani didapatkan hasil yaitu :

a. Variabel I Umum

i. Letak

Letak gereja Beth-El Tabernakel Getsemani Makassar tidak terletak

didaerah kawasan banjir dan sudah sesuai dengan rencana tata kota

karena letak gereja berada pada daerah yang tinggi.

ii. Konstruksi

Dimana bangunan gereja Beth-El Tabernakel Getsemani bangunannya

kuat, aman dan tidak terdapat retak pada dinding bangunan gereja dan

sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.16

Tahun 2021 tentang bangunan umum. Yang di mana untuk gedung

gereja tidak terlalu tinggi, dan bahan untuk bangunan yang di gunakan

menggunakan bahan yang tidak mudah rusak atau hancur dan untuk

bangunan gedung gereja tingkat risiko kebakaran rendah

17
b. Persyaratan Bagian Dalam

i. Lantai

Lantai pada bagian dalam gedung Gereja Getssemani Makassar,

lantainya bersih,kuat,kedap air, permukaannya rata dan tidak licin

karena lantai di dalam gedung gereja menggunakan lantai polos yang

permukaannya tidak licin.

ii. Dinding

Dinding gedung Gereja Getsemani Makassar tidak penuh dengan

coretan atau bersih,permukaan yang tidak selalu kontak dengan

air,kedap air dan berwarna terang

iii. Atap dan langit-langit

Atap dan langit-langit gedung Gereja Getsemani Makassar tidak

terdapat bocor, tidak memungkinkan terjadinya genangan air karena

menggunakan atap seng dan tingginya dari lantai ke langit-langit

melebihi 2,5 m,kuat dan berwarna terang.

iv. Pagar

Pagar pada gedung Gereja Getsemani Makassar pagarnya kuat dan

terpelihara dan menggunkan pagar besi

v. Pencahayaan dan ventilasi

Pencahayaan dan ventilasi pada Gereja Getsemani terdapat penerangan

yang cukup, penerangan yang tidak menyilaukan, tidak terdapat

perlengkapan untuk mengatur sirkulasi udara karena memiliki ventilasi

18
pada gedung gereja yang tidak cukup dan kondisi udara ruang terasa

nyaman karena terdapat beberapa ac yang mencukupi.

vi. Perlengkapan sembayang

Perlengkapan sembahyang pada Gereja Getsemani kondisi kursi,

mimbar tersusun dengan rapi bersih dan tidak terdapat debu.

c. Persyaratan Fasilitas Sanitasi

i. Persediaan Air

Adapun persediaan air mencukupi untuk digunakan untuk setiap saat

atau jika ada kegiatan seperti kegiatan paskah dan natal dan airnya

memenuhi persyaratan fisik seperti warna,bau dan tidak berasa.

ii. Penanganan air limbah

Penanganan air limbah yang terdapat di Gereja Getsemani dimana air

limbahnya mengalir dengan lancar dan saluran air limbah kedap air

karena dibuatkan saluran kecil dan dicor serta terhubung langsung ke

drainase

iii. Tempat Sampah

Tempat sampah yang ada di Gereja Getsemani tidak tercukupi atau tidak

terdapat tempat sampah kering dan basah dimana sampah basah dan

kering digabungkan pada satu tempat sampah dan tempat sampah yang

tersedia tidak tertutup rapat, tidak kedap air.

iv. Jamban dan urinoir

Ketika ingin melakukan buang air besar atau kecil airnya selalu

mencukupi, selalu tersedia,lantai pada wc dimana lantainya kedap air

19
karena menggunakan keramik dan kamar mandinya bersih dan tidak

berbau karena selalu dibersihkan dan juga tidak terpisah antara wc pria

dan wanita

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Gereja Getsemani, Jl. Pandang

Raya, Komp. Crisant Blok E/18 Makassar dimana variable I memenuhi syarat

Laik Sehat dinilai dari hasil perhitungannya yaitu 86.6 %. Dan pada variabel ke

II di dapatkan hasil yaitu 57.7% yang di nyatakan kurang sehat sehat dikarena

tempat sampahnya terbatas, tidak menyediakan tempat sampah basah dan tempat

sampah kering.

B. Saran

Adapun saran yang kelompok kami berikan yaitu pengelola gereja harus

menyediakan tempat sampah basah dan kering agar tidak terjadi pertumbuhan

bakteri dan tidak menimbulkan bau.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ardhi,Khairil .2011.Sanitasi Tempat Ibadah. (Online)

http://ardhikhairil.blogspot.com/2011/12/sanitasi-tempat-ibadah.html?m=1

https://www.academia.edu/35388774/Dasar_Kesehatan_Lingkungan_Persyaratan

_Sanitasi_Tempat_Ibadah_Masjid_and_Gereja

https://nofanolozai.blogspot.com/2016/08/defenisi-dan-pengertian-gereja.html

22
LAMPIRAN

A. Kuisioner

23
24
B. Dokumentasi

25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai