Anda di halaman 1dari 45

Laporan

Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan


Di Dusun Ngaglek Ngisor Desa Sawangan KecamatanSawangan
Kabupaten Magelang
2012

Investigator :
RISKA EPINA HAYU (11/322054/PKU/12234)
Co-Investigator :
MUHARDISON (11/325108/PKU/12733)

Minat Utama Epidemiologi Lapangan


(Field Epidemiology Training Program ̶ FETP)
Program PascaSarjana, Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran ̶ Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2012
Laporan
Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan
Di Dusun Ngaglek Ngisor Desa Sawangan Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah lapangan


Penyidikan Kejadian Luar Biasa (KLB)
(KUI 725)

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik,

Prof. dr. Hari Kusnanto ,DrPH. Tanggal………………..

Pembimbing Lapangan,

Siti Darodjah, S.KM., M.Kes Tanggal………………..


KATA PENGANTAR

PujisyukurkepadaAl l ah SWT karena ataskaruniadanrahmat-


Nyakamidapat menyelesaikan penyusunan Laporan Penyidikan Kejadian Luar
Biasa Keracunan Makanan di Dusun Ngaglek Ngisor Desa Sawanagn Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang Tahun 2012. Laporan ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Lapangan Magister Epidemiologi
Lapangan (FETP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Tahun Akademik
2011/2012.
Padakesempatan ini, kami sampaikan penghargaan danterima
kasihyangsetulusnyakepada :
1. Prof. dr Hari Kusnanto, DrPHselaku Pembimbing Akademik yang
telahmemberikanbimbingandanarahandalampenyusunanlaporanini.
2. Siti Darodjah, S.KM, M.Kes selaku Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan tugas lapangan.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yang berkenan memberikan
kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penyidikan KLB di wilayah
kerjanya.
4. Kepala Seksi Pemantauan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
beserta staf, yang telah memfasilitasi pelaksanaan penyidikan KLB ini.
5. Kepala Puskesmas Sawangan II dan Tim Surveilans beserta staf yang telah
membantu pelaksanaan penyidikan KLB ini.
Kamimenyadaribahwa laporanini masih jauh dari sempurna oleh sebabitu
kritikdan saran yangbersifatmembangun dari semua pihaksangat diharapkanuntuk
kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.

Yogyakarta, 2012

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan makanan merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dan
pemecahannya sesegera mungkin untuk menanggulangi dan mencegah meluasnya
kejadian, serta mencegah kejadian tersebut tidak terulang kembali. Identifikasi apa
yang menjadi penyebab kejadian tersebut perlu dilaksanakan secara sistematis dan
cepat. Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan pada umumnya terjadi pada
suatu keadaan dimana orang secara bersamaan atau hampir bersamaan pada waktu
yang sama terpapar dengan jenis makanan atau minuman tertentudengan gejala
yang sama atau hampir sama dan kemudian menderita sakit.Berdasarkan analisis
epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan
pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan,
pemukiman dan perindustrian (Kemenkes RI, 2011).
Keracunan makanan merupakan salah satu penyebab utama kematian dan
kesakitan di Indonsesia.Makanan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan
toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Makanan juga dapat menimbulkan
masalah serius jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya
maupun racun alami yang terkandung dalam makanan, yang sebagian diantaranya
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan (Depkes R.I.,2007)
Identifikasi etiologi KLB keracunan makanan dilakukan dengan memeriksa
spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh lainnya, pemeriksaan
muntahan serta pemeriksaan sumber makanan yang dimakan. Dengan
memperhatikan gejala dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium ini
dapat diketahui penyebab KLB keracunan makanan.Berdasarkan informasi dari
Puskesmas Sawangan II Kabupaten Magelang bahwa pada hari Jum’at, tanggal
11 Mei 2012 telah terjadi KLB Keracunan Makanan yang menyerang warga
Dusun Ngaglik Ngisor Kelurahan Sawangan Kabupaten Magelang, maka
dilakukan penyelidikan epidemiologi oleh Tim Surveilans Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang, petugas puskesmas Sawangan II dan Mahasiswa FETP
(Field Epidemiology Training Program) di lokasi tersebut. Investigasi dilakukan
dengan mendatangi penderita untuk mewawancarai secara langsung tentang
kejadian luar biasa keracunan makanan. Informasi yang didapat di lapangan
mengatakan bahwa keluarga Bapak Joko salah satu warga Dusun Ngaglik Ngisor
mengadakan acara yasinan yang mengundang 38 warga setempat.
Acara yasinan tersebut diadakan setelah sholat isya, kemudian ditutup dengan
dengan makan malam bersama pukul 21.00. Menu yang disajikan adalah nasi
gulai ayam, sambal dan beberapa jajanan pasar (tahu susur, brownis dan nagasari).
Berdasarkan informasi dari yang punya hajat bahwa gulai ayam tersebut dimasak
pada tanggal 10 mei 2012 jam 11.00 siang, sedangkan gulai ayam tersebut
disajikan pada pukul 21.00. Kemungkinan adanya kontaminasi bakteri terhadap
makanan yang disajikanmaka tim investigasi mengambil sampel makanan untuk
diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Semarang Propinsi Jawa
Tengah.
Untuk menindaklanjuti KLB tersebut perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut
untuk melaksanakan tindakan penanggulangan dan pengendalian kejadian luar
biasa (KLB) dugaan keracunan makanan di Dusun Ngaglik Ngisor DesaSawangan
Kecamatan Sawangan agar diperoleh kepastian KLB, gambaran kejadian, sumber
dan cara penularan serta penyebab terjadinya KLB.
B. Tujuan Penyelidikan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan yang
terjadi termasuk faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya KLB tersebut.

2. Tujuan Khusus
a. Memastikan diagnosa penyakit/ keracunan dari kasus-kasus yang dilaporkan.
b. Memastikan kebenaran adanya kejadian luar biasa keracunan makanan.
c. Menggambarkan KLB yang terjadi menurut variabel orang, tempat dan waktu.
d. Mengidentifikasi sumber keracunan (reservoir) dan penyebabnya (causative
agent).
e. Membuat saran dan cara penanggulangan serta pengendalian guna mencegah
kasus serupa.
BAB II
ANALISIS SITUASI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Geografis
Ngaglik Ngisor merupakan salah satu dusun di Desa Sawangan Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang. Luas wilayah Kecamatan Sawangan kurang
lebih 28,86 km2. Batas wilayah Kecamatan Sawangan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara :Kecamatan Pakis


Sebelah Timur : Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kecamatan Dukun
Sebelah Barat : Kecamatan Mungkid
B. Kondisi Demografis
Jumlah Penduduk sekecamatan Sawangan adalah 55.327 jiwa, jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Sawangan II adalah 25.363 jiwa, yang terdiri
dari 7758 KK, dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 12.952 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 12.411 jiwa.Jumlah penduduk Desa Sawangan adalah 4446
yang terdiri dari 2355 perempuan dan 2091 laki-laki, sedangkan jumlah penduduk
Dusun Ngaglik Ngisor adalah 223 jiwa yang terdiri dari 62 KK.
C. Kondisi Pelayanan Kesehatan
1. Sarana Kesehatan
Kecamatan Sawangan memiliki 2 puskesamas yaitu Puskesmas Sawangan I
dan II. Dusun Ngaglik tempat terjadinya kejadian luar biasa berada diwilayah
kerja Puskesmas Sawangan II. Puskesmas Sawangan II memiliki Desa Siaga
sebanyak 7 desa dan 40 posyandu.
2. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Sawangan II disajikan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sawangan II

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Tenaga Teknisi Medis 2
2 Tenaga Sanitasi 1
3 Tenaga Kesehatan Masyarakat 1
4 Tenaga Perawat dan Bidan 14
5 Tenaga Dokter Spesialis 0
6 Tenaga Dokter Umum 1
7 Tenaga Dokter Gigi 1
S
Total 20
s
sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Sawangan I I 2011

D. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan
Menurut Sartono (2001)Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan dan absropsi melalui kulit,
atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau
jaringan. Keracunanmakanan adalah timbulnya sindroma gejala klinik yang
disebabkan karenamemakan makanan tertentu.Menurut Bress (1995), suatu
penyakit keracunan dicurigai apabila sejumlah orang makan makanan bersama
kemudian jatuh sakit. Menemukan bagian makanan mana yang menjadi sumber
penularan penyakit sulit dilakukan.Semua orang yang menyantap makanan harus
dikelompokkan berdasarkan komponen makanan yang disantap.Akan semakin
sulit bila makanan tersebut juga dikonsumsi di beberapa tempat yang berbeda dan
waktu makan tidak bersamaan.
Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan adalah terjadinya peristiwa
kesakitan/kematian dimana 2 orang atau lebih mengalami gejala-gejala yang sama
atau hampir sama dan biasanya ada hubungan antara faktor waktu, tempat dan
orang dengan penderita-penderita tersebut (Depkes RI, 1984).Keracunan makanan
secara umum disebabkan oleh bahan kimia beracun (tanaman, hewan, metabolit
mikroba) kontaminasi kimia, mikroba patogen dan non bakteri (parasit, ganggang,
jamur, virus, spongiform enchaphalopathies).Gejala dan tanda-tanda klinis
keracunan makanan bervariasi tergantung pada jenis etiologinya. Secara umum
gejala keracunan pangan dapat digolongkan kedalam 6 kelompok, yaitu :
1. Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal atas
(mual, muntah).
2. Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.
3. Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang perut, diare).
4. Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaan melayang, paralisis)
5. Gejala infeksi umum (demam, menggigil, rasa tidak enak, letih,
pembengkakan kelenjar limfe).
6. Gejala alergik (wajah memerah, dan gatal-gatal).
2. Kriteria Kejadian Luar Biasa
Kriteria KLB suatu penyakit adalah sebagai berikut (Depkes, 2007) :
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada, atau tidak
dikenal di suatu daerah.
b. Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada
kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
c. Jumlah penderita baru dalam 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya.
d. Angka rata-rata per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya.
e. Proportional rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan periode yang sama pada kurun
waktu tahun sebelumnya.
f. Beberapa penyakit khusus seperti kolera, DHF/DSS, setiap peningkatan
kasus dari periode sebelumnya pada daerah endemis, terdapat 1 (satu)
atau lebih penderita baru dimana periode 1 minggu sebelumnya di daerah
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
g. Beberapa penyakit yang dialami oleh 1 (satu) atau lebih penderita
keracunan makanan dan keracunan pestisida.
3. Penyebab Terjadinya Keracunan Makanan

Keracunan makanan dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :

a. Makanan yang mengandung toksin


Keracunan makanan (food intoxication) dapat terjadi karena makanan
tercemar oleh toksin. Keracunan yang sering terjadi disebabkan oleh makanan
mengandung eksotoxin dan enterotoxin. Keracunan karena eksotoxin terjadi
karena makanan non asam dalam kaleng yang diproses kurang sempurna
sehingga Clostridium botulinum atau sporanya masih dapat tumbuh. Makanan
tersebut antara lain daging, sayuran dan buah-buahan. Keracunan karena
enterotoxin terjadi karena makanan terkontaminasi oleh bakteri
staphylococcus, Clostridium perfringens, Basillus cereus dan Vibrio
parahemoliticus. Pencemaran terjadi karena makanan dibiarkan terbuka atau
spora yang masih ada tumbuh kembali. Makanan yang dapat tercemar antara
lain daging, lidah sapi, produk ikan, produk berbahan dasar susu, telur dan
sosis.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh staphylococcus adalah bentuk
yang paling umum dan sering terjadi karena mengkomsumsi produk makanan
yang mengandung enterotoksin staphylpcoccus. Makanan yang sering
tercemar terutama makanan yang diolah dengan tangan, baik yang tidak
dimasak dengan baik maupun makanan yang proses pemanasan atau
penyimpanannya kurang tepat. Jenis makanan yang sering tercemar seperti
pastries, custard, saus salad, sandwich, daging cincang dan produk daging.
Toksin dapat juga berkembang pada ham dan salami yang tidak dimasak
dengan benar, dan dapat juga pada keju yang diproses kurang sempurna.
Apabila makanan dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam
sebelum dikomsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksik akan
berkembang biak dan akan memproduksi toksik tahan panas. Gejala yang
ditimbulkan oleh staphylococcus timbul secara tiba-tiba dan berat dengan
gejala neusea yang berat, kejang-kejang, mual dan muntah, lemas tak berdaya
dan sering disertai dengan diare kadang-kadang disertai suhu tubuh di bawah
normal dan tekanan darah rendah, namun demikian kematian jarang sekali
terjadi. Biasanya kejadian ini berlangsung 1 sampai 2 hari, diagnosa lebih
mudah dilakukan apabila ditemukan sekelompok penderita dengan gejala
akut pada saluran pencernaan bagian atas, dimana interval waktu antara saat
mengkomsumsi makanan tercemar dengan munculnya gejala klinis sangat
pendek. Keracunan ini disebabkan oleh kokus gram positif kecil.
Staphylococcus yang sama bertanggung jawab atas banyak masalah
infeksi di rumah sakit. Diketahui bahwa hanya sedikit orang yang membawa
staphylococcus dan biasanya tanpa penyakit. Hidung merupakan bagian
tubuh tempat organisme itu hidup dan berkembang biak, tetapi orang-orang
yang menjadi pembawa juga membawa organisme ini pada pakaian, tangan,
dan bagian lain tubuhnya, dan juga pada bisul atau infeksi kulit. Sifat
enterotoksin staphylococcus yang sangat penting ialah stabilitasnya terhadap
panas. Sekali enterotoksin staphylococcus terbentuk, tidak mungkin
dihancurkan bahkan bila makanan itu dipanaskan. Masa inkubasi mulai dari
saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan timbulnya gejala klinis
yang berlangsung antara 1sampai dengan 8 jam, biasanya berkisar antara 2-4
jam.
Clostridium perfringens merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik
(tidak dapat tumbuh dalam lingkungan yang mengandung oksigen bebas),
gram-positif, dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di lingkungan
dan sering terdapat di dalam usus manusia, hewan peliharaan dan hewan liar.
Spora organisme ini dapat bertahan di tanah, endapan, dan tempat-tempat
yang tercemar kotoran manusia atau hewan. Keracunan makanan yang
disebabkan oleh penyakit ini ditandai dengan gangguan saluran pencernaan
dengan gejala kolik tiba-tiba, diikuti diare, biasanya timbul rasa mual, tetapi
jarang terjadi muntah dan diare, kram perut dan diare biasanya mulai terjadi
8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C.
perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini
biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada beberapa individu, gejala
ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu.
Beberapa kasus kematian dilaporkan akibat terjadi dehidrasi dan
komplikasi-komplikasi lain.Dalam sebagian besar kasus, penyebab
sebenarnya dari keracunan oleh C. perfringens adalah perlakuan temperatur
yang salah pada makanan yang telah disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini
seringkali muncul setelah makanan dimasak, dan berlipat ganda hingga
tingkat yang dapat menyebabkan keracunan selama proses pendinginan dan
penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan kaldu merupakan
makanan-makanan yang paling sering terkontaminasi. Keracunan perfringens
paling sering terjadi dalam kondisi pemberian makan bersama (misalnya di
sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah perawatan, penjara, dll.) di mana
sejumlah besar makanan disiapkan beberapa jam sebelum disajikan.
E.coli merupakan bakteri berbentuk batang, gram-negatif, dan termasuk
dalam famili Enterobacteriaceae. E. coli merupakan penghuni normal di
dalam usus semua jenis hewan, termasuk manusia, di dalam usus yang
menghasilkan toksin menyerang epitel superfisial, sehingga menimbulkan
hipersekresi usus halus. Apabila digunakan metode pembiakan secara aerob,
maka E. colimerupakan spesies dominan yang ditemukan di dalam kotoran.
Umumnya E. coli berperan positif di dalam tubuh dengan cara menekan
pertumbuhan spesies-spesies bakteri yang berbahaya dan membentuk vitamin
dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagian kecil strain E. coli dapat
menyebabkan penyakit pada manusia melalui beberapa mekanisme yang
berbeda . Di antaranya, strain-strain penghasil racun pada saluran
pencernaan/enterotoxigenic (ETEC).
Gejala klinis yang paling sering terjadi dalam kasus infeksi ETEC antara
lain diare berair, kram perut, demam ringan, mual, dan rasa tidak enak badan.
Pada penderita biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1–3 hari, tanpa
pemakaian anti mikroba. Masa inkubasi adalah antara 24–72 jam.ETEC tidak
dianggap sebagai sumber bahaya makanan yang serius di negara-negara
dengan standar sanitasi tinggi dan praktek sanitasi yang benar. Kontaminasi
air oleh kotoran manusia dapat menimbulkan kontaminasi makanan.
Kontaminasi pada makanan dapat juga terjadi apabila orang yang menangani
makanan sedang sakit. Organisme ini kadang-kadang diisolasi dari produk
susu seperti keju lunak.
Intoksikasi oleh bakteri ini ditandai dengan adanya serangan mendadak
berupa mual, muntah-muntah, ada juga yang disertai kolik dan diare.
Lamanya sakit umumnya tidak lebih dari 24 jam dan jarang sekali
menimbulkan kematian. Pada saat terjadinya KLB diagnosa ditegakkan
dengan melakukan pembiakan kuantitatif dengan kultur media selektif untuk
memperkirakan jumlah kuman pada makanan yang dicurigai atau dengan
isolasi kuman dari tinja yang berasal dari 2 orang penderita atau lebih dan
bukan dari tinja kontrol. Pemeriksaan enterotoksin sangat bermanfaat untuk
penegakan diagnosa tetapi tidak mungkin dilakukan secara luas, Makanan
yang dimakan bila telah mengandung Bacilluss cereus selama 24 jam akan
mengakibatkan keracunan makanan dengan gejala sakit perut yang hebat dan
diare beberapa jam setelah makan makanan tersebut.
Dua bentuk keracunan makanan akibat Bacilluss cereus yaitu Penyakit
dengan masa inkubasi 10-12 jam dengan gejala diare yang berlebihan selama
12-24 jam dengan sesekali disertai muntah dan Penyakit dengan masa
inkubasi 1-6 jam dengan gejala muntah-muntah dengan atau tanpa diare
ringan, yang berlangsung selama 6-24 jam.Bacilluss cereus mudah
didapatkan dalam tanah dan pada makanan mentah dan kering, termasuk
beras yang belum dimasak. Spora-sporanya tidak mati selama dimasak.
Pemanasan singkat atau penggorengan cepat tidak selalu merusak
enterotoksin yang sudah berkembang, terutama toksin yang stabil panas
(Volk,1990). Kuman anaerob pembentuk spora ada 2 jenis enterotoksin yang
dikenal, pertama yaitu enterotoksin tahan panas (heat stable) yang
menyebabkan muntah-muntah, dan jenis lainnya adalah enterotoksin yang
tidak tahan panas (heat labile) yang menyebabkan diare.
Clostridium botulinum adalah gangguan pencernaan yang ditandai
dengan gejala kolik tiba-tiba, diikuti dengan diare, biasanya akan timbul rasa
mual tetapi jarang terjadi muntah dan demam, pada umumnya penyakit ini
ringan dan berlangsung pada waktu yang singkat (1 hari atau kurang) dan
jarang berakibat fatal pada orang yang sehat. Clostridium botulinum tersebar
dalam tanah, pada dasar danau dan vegetasi yang membusuk.Endospora
Clostridium botulinum sangat resisten terhadap panas dan bertahan terhadap
suhu air mendidih selama beberapa jam (Volk, 1990), Diagnosis dapat
ditegakkan dengan ditemukannya enterotoksin pada tinja penderita dengan
cara kultur tinja untuk mengetahui jenis enterotoksin yang ada pada tinja
penderita.
b. Makanan tercemar bakteri patogen
Menurut Chin (2000) Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri
patogen, disebut juga infeksi karena makanan (food infection). Bakteri yang
sering mencemari makanan terutama salmonella, vibrio parahaemolyticus,
dan shigella dysentriae. Keracunan makanan karena
bakteriSalmonellaumumnya ditandai dengan gejala enterokolitis akut, dengan
sakit kepala yang tiba-tiba, sakit perut, diare, mual dan kadang-kadang
muntah dan biasanya selalu disertai dengan demam. Dehidrasi berat bisa
terjadi, terutama pada anak-anak atau orang tua.Reservoir dari bakteri ini
sebagian besar pada binatang peliharaan dan binatang liar, termasuk unggas,
babi, hewan ternak, ayam, anjing, kucing dan manusia sebagai penderita
ataupun karier.
Penularan bakteri ini terjadi karena menelan organism yang ada di salam
makanan yang berasal dari binattang yang terinfeksi atau makanan yang
terkontaminasi kotoran binatang atau kotoran orang yang terinfeksi. Sebagai
contoh adalah telur dan produk telur yang tidak dimasak dengan baik
(misalnya suhu yang kurang tinggi), susu mentah dan produk susu, air yang
terkontaminasi, daging dan produk daging, unggas dan produk unggas.KLB
akibat salmonella biasanya terjadi akibat makanan seperti produk daging,
produk unggas, makannan mengandung telur yang tidak dimasak atau yang
hanya dimasak sebentar dan makanan yang terkontaminasi tinja dari
penjamah makanan.KLB bisa dilacak dari makanan dan produk unggas yang
diproses atau diolah menggunakan alat-alat yang terkontaminasi atau diolah
pada permukaan meja yang terkontaminasi pada penggunaan
sebelumnya.Masa inkubasi berkisar dari 6 hingga 72 jam, biasanya sekitar 12
– 36 jam.
Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri yang menyebabkan gangguan
saluran pencernaan ditandai dengan diare cair dan disertai kram perut pada
sebagian besar kasus, kadang-kadang disertai dengan mual, muntah, demam
dan sakit kepala.Terkadang ditemukan gejala seperti disentri dengan tinja
mengandung darah dan lender, demam tinggi dengan jumlah sel darah putih
yang meningkat.Penyakit ini berlangsung sekitar 1-7 hari dengan infeksi
sistemik dan kematian yang jarang.Lingkungan pantai merupakan habitat
alami dari vibrio parahaemolyticus.Penularan terjadi karena mengkonsumsi
ikan mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Penularan juga terjadi pada
makanan yang telah dimasak dengan sempurna namun tercemar oleh
penjamah yang pada saat yang sama menangani seafood mentah. Mencuci
makanan dengan air tercemar juga mempunyai risiko terjadi penularan.Masa
inkubasi biasanya antara 12 – 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.
Shigella dysentriae adalah salah satu dari 4 spesies Shigella yang banyak
ditemukan di seluruh dunia.Shigella dysentriae pada umumnya paling banyak
ditemukan di negara berkembang dan sedikit ditemukan di negara
maju.Shigella dysentriae menyebabkan Shigellosis yang menimbulkan gejala
diare disertai demam, nausea dan kadang-kadang toksemia, muntah, keram
dan tenesmus.Pada kasus-kasus yang khas, kotoran mengandung darah dan
lendir (disentri) sebagai akibat adanya ulcerasi pada mukosa usus, tetapi
kebanyakan kasus datang dengan diare cair.Shigellosis endemis pada daerah
iklim tropis maupun iklim sedang.Shigellosis diperkirakan menyebabkan
sekitar 600.000 kematian per tahun di seluruh dunia.Dua per tiga kasus dan
yang kebanyakan meninggal adalah anak-anak umur <10 tahun.Cara
penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui rute oro
fekal dari penderita atau karier. Seringkali terjadi penularan melalui salad, air
atau makanan apa saja yang terkontaminasi oleh bakteri. Masa inkubasi
biasanya 1 – 3 hari tetapi bervariasi dari 12-96 jam sampai dengan satu
minggu.
c. Makanan tercemar protozoa dan parasit
Makanan yang tercemar protozoa atau parasit dapat menyebabkan
penyakit yang serius, antara lain penyakit disentri yang disebabkan oleh
Entamuba histolitica dan penyakit lain yang dapat ditimbulkan oleh
trikomonas.
d. Keracunan jamur atau fungi
Menurut Chin (2006) keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh
beberapa jenis spesies jamur, salah satunya adalah jamur Aspergillus sp.
Beberapa spesies dari jamur ini dapat menyebabkan penyakit yang serius baik
pada manusia dan hewan. Salah satu spesies yang dapat menyebabkan
penyakit adalah Aspergillus fumigatusdanAspergillus flavus. Spesies ini dapat
memproduksi racun aflatoksin dan mikotoksin yang bersifat karsinogen dan
sangat berpotensi mengkontaminasi makanan dan minuman. Masa inkubasi
dari penyakit ini bisa dalam hitungan hari hingga minggu. Spesies aspergillus
secara alamiah ada dimana-mana, terutama pada sayuran basi, pada sampah
daun atau tumpukan kompos. Konidia biasanya terdapat di udara baik di
dalam maupun di luar ruangan dan sepanjang tahun. Dari 80 jenis spesies
Aspergillus, sekitar 40 jenis dapat menimbulkan penyakit dan hanya 5 spesies
yang dapat menyebabkan infeksi invasif yaitu : (1) A. Flavus, (2) A. Nidulaus,
(3) A. Niger, (4) A. Terreus. Spesies penyebab alergi yaitu: (1) A. Fumigatus,
(2) A. Clavatus, (3) A. Versicolor. A. Fumigatus yang menyebabkan banyak
kasus bola jamur, sedangkan A. Niger penyebab umum otomikosis.
e. Tumbuhan dan hewan beracun
Keracunan karena mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan
atau hewan yang beracun, terjadi disebabkan antara lain cendawan yang
beracun, jengkol, singkong, kepiting dan hasil laut lainnya.

f. Keracunan Bahan Kimia

Mineral dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk hidupnya. Logam, non


logam dan senyawa kimia organik, terdapat dalam makanan kita biasanya
dalam jumlah sedikit, bila dalam jumlah banyak dapat menjadi racun. Logam
dan senyawa kimia organik dalam jumlah yang berbahaya mungkin terdapat
dalam makanan karena merupakan komponen alami, misalnya kandungan
asam oksalat dalam daun bayam yang tinggi. Jumlah asam oksalat yang tinggi
dapat menyebabkan kalsium yang terdapat dalam daun bayam tidak
mempunyai nilai, bahkan berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Kemudian
penggunaan rodentisida, insektisida, fungisida, germisida dan pestisida
lainnya sering digunakan agar buah-buahan dan sayuran terlindung dari
gangguan tikus, serangga, jamur, bakteri dan mikroorganisme. Pestisida yang
ideal ialah yang tidak toksik dan mudah dicuci, namun harapan ini sulit
dipenuhi.

Logam atau senyawa kimia yang terlarut dari alat masak atau kontainer
yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan makanan juga dapat
menyebabkan keracunan makanan.Dalam tahap pengolahan dapat terjadi
penambahan lain dengan sengaja, misalnya penggunaan berlebihan pengawet
daging yang mengandung natrium nitrit sebagai pengganti garam. Demikian
juga pengawet lain seperti formaldehid, asam monokloroasetat, borat,
natrium benzoat, salisilat acid dan lain-lain. Untuk memperbaiki warna atau
menutupi warna aslinya, ditambahkan zat warna, yang sering bersifat
karsinogenik seperti : azotoluen, aminoazobenzen.
4. Perjalanan Alamiah Penyakit dan Faktor Risiko
Menurut Sartono (2002) KLB keracunan makanan ini dikenali dengan
munculnya sejumlah penderita biasanya terjadi dalam waktu pendek dengan
periode waktu yang sangat bervariasi (beberapa jam sampai beberapa
minggu) setelah mengkomsumsi makanan bersama-sama.Ketepatan dan
kecepatan penanganan adalah hal yang sangat penting.Kasustunggal penyakit
akibat makanan sulit di identifikasi dan merupakan salah satu penyebab
kesakitan akut yang paling sering ditemukan, Manifestasi keracunan makanan
pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik setelah racun di
absorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.

Racun yang bersifat lokal atau korosif akan merusak atau


mengakibatkan luka pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Racun
lain akan menyebabkan radang pada selaput lendir saluran cerna secara lokal
dan beberapa racun lain lagi secara lokal mempunyai efek pada sistem syaraf
pusat dan organ tubuh lain seperti jantung, hati, paru dan ginjal tanpa sifat
korosif dan iritan, dan racun yang bersifatsistemik setelah memberikan efek
secara lokal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran
darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Pada
dasarnya racun akan mempengaruhi semua organ tubuh, hanya dengan
tingkat yang berbeda sehingga sukar untuk menyatakan bahwa ada racun
yang efeknya selektif.Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan
terjadi antara lain pada sistem pencernaan makanan (muntah, diare, perut
kembung dan kerusakan hati sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia),
pernapasan (misalnya hipoksia dan depresi pernapasan, eodema paru dan
ventilasi paru), kardiovaskuler (misalnya syok, gagal jantung kongesti dan
henti jantung), urogenital (gagal ginjal dan retensi urin), darah dan
hemopoitika (methemoglobinemia, agranulositosis dan diskrasias darah lain,
dan reaksi hemolitik) serta sistem syaraf pusat (konvulsi, koma, hipoglikemia,
hiperaktivitas, delirium, dan maniak).

E. Riwayat KLB sebelumnya


Kejadian luar biasa keracunan makanan berdasarkan informasi yang didapat
dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Sawangan II belum pernah terjadi
sebelumnya di dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan Kecamatan Sawangan
Kabupaten Magelang.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam investigasi kejadian luar biasa (KLB)
keracunan makanan yang dialami oleh penduduk Dusun Ngaglik Ngisor, Desa
Sawangan Kecamatan Sawangan kabupaten magelang sebagai berikut :

1. Diduga salah satu atau lebih jenis makanan yang dihidangkan di suatu acara
yasinan seorang warga Dususn Ngaglik Ngisor, Desa Sawangan Kecamatan
SawanganMakanan penyebab keracunan telah tercemar oleh racun yang
diproduksi kuman.
2. Makanan yang tercemar kuman disebabkan oleh pengelolaan makanan yang
tidak higienis.
BAB III
BAHAN DAN CARA

A. Batasan Wilayah Pelacakan


Pelacakan dilakukan di desa Nganglik Ngisor, desa Sawangan, Kecamatan
SawanganKabupaten Magelang sebagai tempat kejadian dugaan keracunan
makanan dan dirumah keluarga Joko sebagai tempat acara dan pengolahan
makanan.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif untuk menggambarkan KLB
keracunan makanan, dengan rancangan case control studyyang bertujuan untuk
menganalisa faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Penelitian ini
menggunakan rancangan studi case control, dimana pengukuran terhadap faktor
risiko (variabel bebas) dan kejadian diare (variabel tergantung) dilakukan dengan
cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya (Murti,1997).

C. Memastian Diagnosa

Pemastian diagnosis lapangan didasarkan pada gejala klinis yang didapatkan


selama pelacakan. Sedangkan pemastian diagnosa untuk mengetahui etiologi dan
agent dilakukan dengan cara pemeriksaan laboratorium terhadap makanan yang
dimakandiacarayasinan tersebutdi Balai Laboratorium Kesehatan (BLK)
Semarang ProvinsiJawa Tengah.

D. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diambil dari catatan data kunjungan puskesmas, profil


PuskesmasSawanganII.
E. Pengmpulan Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung pada penderita
dengan panduan kuisioner tersruktur yang telah disusun sebelumnya. Data yang
diambil meliputi nama, jenis kelamin, umur,gejala-gejala, tanggal dan jam mulai
sakit, tanggal dan jam makan, jenis makanan yang dikonsumsi yang juga
merupakan faktor risiko terjadinya kesakitan. Wawancara dilakukan dengan
mengunjungi penderita langsung mendatangi tempat tinggal penderita. Pelacakan
kasus dilakukan berdasarkan laporan dari puskesmas dan laporan dari masyarakat
pada saat dilakukan pelacakan kasus.
Pada saat pelacakan kasus di lokasi terjadinya keracunan makanan dilakukan
pengambilan sampel makananyang digunakan untuk dilakukan pemeriksaan
bakteriologis di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Semarang ProvinsiJawa
Tengah.
F. Batasan Kasus Dan Kontrol

1. Batasan Kasus
Kasus adalah semua penderita yang mengalami semua atau beberapa
gejala keracunan yaitudiare>3 kali, nyeri perut, pusing, mual, muntah, demam
dan mengalami kelemahan setelah mengkonsumsi makanan dari acara
yasinan seorang warga di Dusun Ngaglik Ngisor pada tanggal 10 Mei 2012.
2. Batasan Kontrol
Kontrol adalah tamu undangan yang tidak menderita sakit atau tidak
mengalami gejala diare>3 kali, nyeri perut/mules, pusing, mual, muntah,
demam dan mengalami kelemahan namun ikut mengkonsumsi makanan dari
acara yasinan seorang warga di Dusun Ngaglik Ngisor pada tanggal 10 Mei
2012.
G. Cara Analisis Data

Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan analitik menggunakan


perangkat lunak Microsoft Office Excel 2010 dan STATA versi 11. Analisis
deskriptif disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi untuk mendeskripsikan
KLB berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Selanjutnya dilakukan
analisis bivariat dan multivariable untuk mengetahui hubungan antara jenis
makanan dan kejadian keracunan makanan dengan menggunakan uji chi
squaredan logistic regression untuk menentukan odds ratio untuk masing-masing
makanan terhadap kejadian sakit.
H. Definisi Operasional

1. Kasus adalah semua penderita yang mengalami semua atau beberapa gejala
keracunan yaitudiare>3 kali, nyeri perut, pusing, mual, muntah, demam dan
mengalami kelemahan setelah mengkonsumsi makanan dari acara yasinan
seorang warga di Dusun Ngaglik Ngisor pada tanggal 10 Mei 2012.
2. Kontrol adalah tamu undangan yang tidak menderita sakit atau tidak
mengalami gejala diare>3 kali, nyeri perut/mules, pusing, mual, muntah,
demam dan mengalami kelemahan namun ikut mengkonsumsi makanan dari
acara yasinan seorang warga di Dusun Ngaglik Ngisor pada tanggal 10 Mei
2012.
3. Responden adalah warga Dusun Ngaglik Ngisor yang merupakan tamu
undangan di acara yasinan tersebut dan pihak keluarga yang mengadakan
yasinan baik yang menderita sakit dengan gejala keracunan makanan
maupun tidak.
4. Tanggal dan jam mulai sakit adalah waktu mulai merasakan atau timbul gejala
sakit yang diderita responden.
5. Tanggal dan jam makan adalah waktu mengkonsumsi makanan dan minuman
yang disajikan diacara yasinan di Dusun Ngaglik Ngisor tanggal 10 Mei 2012.
I. Waktu Penyidikan
Waktu penyidikan tanggal 11Mei 2012 di Dusun Ngaglik Desa Sawangan
Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang.
BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN

A. Pemastian Diagnosa
Pemastian diagnosis kejadian luar biasakeracunan makanan didasarkan pada
gejala klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium.Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi di lokasi KLB yaituDusun Ngaglik Ngisor DesaSawangan
Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, ditemukan kasus keracunan
makanan sebanyak 25 orang. Berdasarkan gejala klinishasil penyidikan KLB
keracunan makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 2 Distribusi Gejala Klinis Keracunan Makanan di Dusun Ngaglik Ngisor
Desa Sawangan Tahun 2012
Jumlah
No Gejala Klinis N=25(kasus) Persentase (%)
1 Diare 19 76
2 Mual 19 76
3 Muntah 9 36
4 Demam 10 40
5 Pusing 13 52
6 Perih perut/mules 14 56
7 Lemah 12 48

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa gejala utama pada
keracunan makanan di Dusun Kleben Desa Kaliagung ini adalah diare dan mual
(76%), perih perut/mules (56%), pusing (52%), lemah (48%), demam (40%) dan
muntah (36%). Dari distribusi gejala klinis tersebut maka dicurigai penyebab
KLB keracunan makanan di Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelangadalah akibat toksin bakteri.Beberapa jenis
bakteri yang menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah Salmonellosis,
Staphylococcus,Bacillus dan Vibrio Parahaemolyticus.

B. Penetapan Kejadian Luar Biasa

Penetapan KLB berdasarkan laporan W1 (laporan KLB/wabah/ 24 jam)


mengarah pada KLB diare akan tetapi setelah dilakukan penyelidikan kembali
berdasarkan distribusi gejala, periode waktu terjadinya KLB dan adanya paparan
secara bersamaan berupa makanan yang dihidangkan pada satu acara yang sama
yang didatangi para penderita maka KLB yang terjadi di DusunNgaglik Ngisor
Desa Sawangan Kecamatan Sawangan lebih mengarah kepada KLB keracunan
makanan.Berdasarkan hasil investigasi, pada hari jum’at tanggal 11 Mei jumlah
kasus yang ditemukan adalah 25 orang. Pada hari selanjutnya tidak ditemukan lagi
kasus yang sama seperti pada hari sebelumnya. Penetapan KLB keracunan
makanan di Dusun Ngaglik Ngisor ini didukung dengan data statistik yang
menunjukkan bahwa telah terjadi kasus dengan gejala keracunan makanan yang
menyerang25 orang (AR:11,2%) penduduk Dusun Ngaglik setelah mengkonsumsi
makanan dari acara yasinan seorang warga yang berlangsung tanggal 10 Mei
2012.
Odds ratio keracunan makanan pada orang yang mengkonsumsi makanan dari
acara terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsi
makanan dari acara. Salah satu makanan dari acara yasinan yang mempunyai OR
tertinggi adalah gulai ayam. Odds ratio keracunan makanan pada orang yang
mengkonsumsigulai ayam adalah24 (95% CI: 2,372-1107,4). Hal ini
menunjukkan bahwa orang yang memakan gulai ayam dari acara tersebut akan
memiliki risiko untuk menderita keracunan makanan sebesar 24 kali lebih tinggi
dibandingkanorang yang tidak memakan gulai ayam dan secara statistik
bermakana (p value < α 0,05).
C. Deskripsi Kejadian Luar Biasa
1. Daftar Kasus
Jumlah kasus keracunan makanan yang terjadi terhadap warga Dusun Ngaglik
Ngisor Desa Sawangan Kecamatan Sawangan adalah25 orang dari total yang
mengkonsumsi makanan diacara yasinan tersebut sebanyak 41 orang. Angka
Serangan (attack rate) kejadian keracunan makanan adalah AR= 11,21 % dari
total jumlah penduduk Dusun Ngaglik 223 jiwa.
2. Deskripsi Kasus Menurut Variabel Tempat, Orang dan Waktu
a. Distribusi Menurut Tempat
Seluruh penderita kasus keracunan makanan adalahwarga Dusun Ngaglik
Ngisor Desa Sawangan Kecamatan Sawangan adalah25 orang dari total
undangan sebanyak 38 orang dan 3 orang anggota keluarga yang mengadakan
acara.
b. Distribusi Menurut Orang
1. Distribusi Menurut Jenis Kelamin.
Dari 41 orang yang mengkomsumsi makanan diacara yasinan pada tanggal
10 Mei 2012, 25 orang mengeluh sakit. Dengan proporsi kasus berdasarkan
jenis kelamin yaitu Wanita sebanyak 18 orang (72,00%) dan Laki-laki yaitu 7
orang (28,00%).

Tabel 3. Distribusi kasus keracunan makanan di Dusun Ngaglik Ngisor


desa Sawangan berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Kasus Proporsi (%)

Laki-laki 7 28%

Perempuan 18 72%

Total Kasus 25 100%

2. Distribusi Menurut Kelompok Umur


Jumlah keseluruhan yang mengkonsumsi makanan di acara yasinan
keluarga bapak Joko adalah 41orang. Sebanyak 25 orang terserang
keracunan makanan pada tanggal dengan 10 Mei 2012, Distribusi
penderita keracunan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :
Tabel 4. Distribusi Kejadian Keracunan Makanan di Dusun Ngaglik
Ngisor Desa Sawangan berdasarkan Umur

Kelompok Umur Status


Tahun Sakit Tidak Sakit Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
< 15 Tahun 1 4% 2 12,50% 3 7,32%
15-20 Tahun 2 8% 1 6,25% 3 7,32%
21-44 Tahun 12 48% 5 31,25% 17 41,46%
45-55 Tahun 5 20% 7 43,75% 12 29,27%
>56 Tahun 5 20% 1 6,25% 6 14,63%
Total 25 100% 16 100% 41 100%

Berdasarkan tabel diatas kelompok umur yang merupakan populasi risiko


tinggi adalah kelompok umur 21-44 Tahun yaitu 12 orang (48%) dan yang paling
sedikit adalah kelompok umur <15 tahun yaitu 1 orang (4%).

c. Distribusi Menurut Waktu

Menurut Timmreck (2005) Waktu merupakan variabel yang menggambarkan


masa inkubasi yaitu waktu dari infeksi sampai munculnya gejala. Disamping itu
waktu juga dapat menjelaskan mengenai durasi atau perjalanan alamiah suatu
penyakit.Dengan menyusun grafik jumlah kasus berdasarkan waktu atau kurva
epidemik dapat diketahui tipe penularan penyakit yang terjadi dalam suatu
komunitas.Deskripksi kasus menurut waktu kejadian KLB keracunan makanan di
Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan Kecamatan Sawangan Kabupaten
Magelang Tanggal 10 Mei 2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Distribusi kasus KLB Keracunan Makanan di Dusun Ngaglik
Ngisor Desa Sawangan Kabupaten Magelang Berdasarkan masa
inkubasi
12 11

10
8
8
Jumlah Kasus

4 3

2 1 1 1

0
4 jam 5 jam 6 jam 7 jam 8 jam 9 jam
Masa Inkubasi

Berdasarkan gambar grafik diatas menunjukkan bahwa puncak timbulnya


gejala mulai sakit adalah setelah 6 jam penderita mengkonsumsi makanan
yang diduga terkontaminasi bakteri penyebab terjadinya keracunan makanan.
Masa inkubasi terpendek adalah 4 jam terdapat 1 kasus dan masa inkubasi
terpanjang adalah 9 jam terdapat 1 kasus. Jenis kurva epidemik KLB
keracunan makanan yang terjadi di Dusun Ngaglik Ngisor DesaSawangan
adalah tipe common source, yaitu suatu tipe KLB dengan kasus-kasus yang
terpapar dalam waktu sama dan singkat.
3. Lama Pemaparan
Kasus keracunan makanan yang terjadi di Dusun Ngaglik Ngisor Desa
Sawangan berlangsung 1 hari yaitu tanggal 11 Mei 2011.Berdasarkan gejala klinis
dan masa inkubasi maka jenis bakteri yang paling mungkin menjadi penyebab
terjadinya keracunan makanan pada KLB ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 5 Diagnosis Banding Kejadian Keracunan Makanan Di Dusun Ngaglik
Ngisor Desa Sawangan Berdasarkan Masa Inkubasi, Tanda dan
Gejala Dan Sumber Kontaminan
Masa Tanda dan
No Bakteri Inkubasi Gejala Sumber Kontaminan
1/2 Sampai 5
1 Bacillus cereus jam Mual, muntah Menyimpan makanan
dan Kadang-
kadang pada suhu ruang,
diare menyimpan makanan
matang didalam wadah
besar di dalam kulkas,
menyiapkan makanan
beberapa jam
sebelum dihidangkan
2 Staphylococuss 1 sampai 8 jam Mual, Muntah, Menyimpan makanan
Sakit perut, diare pada suhu ruang,
dan prostration menyimpan makanan
matang didalam wadah
besar di dalam kulkas,
menyiapkan makanan
beberapa jam
sebelum dihidangkan,
orang dengan luka
bernanah, fermentasi
makanan berasam
rendah tak normal
6 sampai 72
3 Salmonellosis jam Kejang perut, Menyimpan makanan
mual, muntah, pada suhu ruang,
menggigil, demam menyimpan makanan
dan lemah matang didalam wadah
besar di dalam kulkas,
menyiapkan makanan
beberapa jam
sebelum dihidangkan,
menyimpan makanan
pada suhu hangat,
kontaminasi silang,
pembersihan alat yang
tidak tepat, mendapatkan
makanan dari sumber
yang terkontaminasi

Berdasarkan tanda dan gejala,masa inkubasi dan sumber kontaminan dari


tiap-tiap bakteri yang potensial menjadi penyebab keracunan makanan maka
bakteri yang paling mungkin menjadi penyebab keracunan pada KLB ini adalah
Becillus cereus dan Staphylococcus.Penegakan diagnosa untuk jenis bakteri yang
berperan terhadapa terjadinya keracunan makanan tersebut berdasarkan
konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan yang
dikonsumsi di acara yasinan di Dusun Ngaglik Ngisor terdapat bakteri
staphylococcus pada gulai ayam. Hal ini sesuai dengan diagosa banding
berdasarkan masa inkubasi dan gejala klinis yang yang dialami penderita.
Menurut Timmreck (2005) Lama pemaparan merupakan gambaran dari
perjalanan alamiah penyakit, yaitu proses suatu penyakit mulai dari seseorang
yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh agent patogenik yang cukup
virulen untuk menimbulkan penyakit. Perjalanan alamiah penyakit ini disebut juga
riwayat alamiah penyakit, jika tidak diganggu dengan intervensi medis atau jika
penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalanannya, pada dasarnya masing-
masing penyakit mempunyai riwayat alamiah sendiri.
4. Populasi Risiko Tinggi

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul dapat diketahui populasi yang


mempunyai risiko mengalami keracunan makanan di Dusun Ngaglik Ngisor Desa
Sawangan sebagai berikut :
1. Berdasarkan variabel tempat adalah orang yang bertempat tinggal di
wilayah dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan Kelurahan Sawangan
Kabupaten Magelang.
2. Berdasarkan variabel orang, populasi yang berisiko adalahperempuan
(72,00%)pada kelompok umur 21-44 tahun (48,00%).
3. Berdasarkan variabel waktu adalah semua orang yang mengkonsumi
makanan di acara yasinan keluarga pak joko pada tanggal 10 Mei 2012 pada
pukul 21.00 .

D. Identifikasi Sumber dan Cara Penularan


1. Sumber Penularan
Dari hasil wawancara didapatkan informasi keracunan makanan terjadi
beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan yang disajikan pukul 21.00 pada
tanggal 10 Mei 2012. Diduga sumber penularan melalui makanan yang telah
terkontaminasi oleh kuman patogen karena tidak dijumpai kasus yang sama diluar
pemaparan selain ditempat kejadian.
a. Attact Rate Berdasarkan Jenis Makanan
Attack rate menurut jenis makanan merupakan salah satu data pendukung
yang dapat digunakan untuk melihat jenis makanan yang paling potensial menjadi
media terjadinya kasus keracunan makanan. Untuk mengetahui besaran risiko
(relative risk) yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi salah satu jenis makanan
dapat dilakukan studi case control dengan cara membandingkan AR pada
kelompok terpapar (makan) dengan AR pada kelompok tidak terpapar (tidak
makan) sebagai berikut :
No Jenis Makanan Status Jumlah Attack Rate
Sakit Tidak Sakit (%)
1 Sambal 23 8 31 74,19%
2 Nagasari 18 10 28 64,29%
3 Tahu susur 17 15 32 53,13%
4 Gulai ayam 24 8 32 75%
5 Nasi Putih 24 12 36 66,67%
6 Brownis 18 12 30 60%

Berdasarkan tabel diatas attack rateatau angka serangan kejadian


keracunan makanan tertinggi adalah pada gulai ayam yaitu 75% kemudian sambal
74,19%, nasi putih 66,67%, nagasari 64,29%, brownis 60% dan tahu susur
53,13%.
b. Odd Ratio Berdasarkan Jenis Makanan
Berikut ini adalah hasil uji statistik menggunakan stata 11 untuk mengetahui
nilai OR, P-value dan CI.
Tabel. Odd Ratio Berdasarkan Jenis Makanan Pada Kejadian Keracunan
Makanan di Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan 10 Mei 2012
Odd
No Jenis Makanan P-value Ratio Confident Interval (95%)
1 Tahu susur 0,066 0,142 0,003-1,321
2 Brownis 1 0,857 0,150-4,329
3 Gulai Ayam 0,001 24 2,372-1107,4
4 Sambal 0,007 11,5 1,673-124,219
5 Nasi Putih 0,067 8 0,658-409,892
6 Nagasari 0,4066 1,548 0,325-7,119

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil analisis bivariat pada kejadian
keracunan makanan yang terjadi pada 10 Mei 2012 di dusun Ngaglik Ngisor desa
Sawangan menunjukkan bahwa yang bermakna secara statistik adalah gulai ayam
(0,001) dan sambal (0,007) P-value <a 0,05. Odd ratio yang tertinggi dan
bermakna secara statistik adalah gulai ayam yaitu OR=24 dengan nilai CI (2,372-
1107,4). Hal ini berarti orang yang mengkonsumsi gulai ayam pada acara yasinan
yang diadakan oleh keluarga Pak Joko pada 10 Mei 2012 memiliki risiko sebesar
24 kali dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi gulai ayam tersebut. Dan
juga orang yang mengkonsumsi sambal memiliki risiko terkena keracunan
makanan sebesar 11,5 kali dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi
sambal.
Untuk lebih memperkuat analisis bivariat, makan dilakukan analisis
multivariabel untuk variabel yang memiliki nilai p < 0,25. Variabel tersebut
adalah Nasi putih, sambal, tahu susur dan gulai ayam. Hasil Analisis
Multivariabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel . Hasil Analisis Multivariabel Pada Variabel Jenis Makanan yang


Diduga Berhubungan dengan KLB Keracunan Makanan di Dusun Ngaglik
Ngisor, Desa Sawangan Tahun 2012
Pseudo R2 = 0,3872

Keracunan
Makanan Coef std. Err Z P> [Z] CI (95%)

Nasi Putih 1,493446 1,40587 1,06 0,288 - 1.262008_ 4.248901

Sambal 2,511454 1,288061 1,95 0,051 - 0.0130996_ 5.036007

Tahu Susur -2,23601 1,394845 -1,6 0,109 - 4.969856_0.4978374

Gulai Ayam 2,397413 1,666847 1,44 0,15 -0.8695465_5.664372

-Cons -2,944904 2,150926 -1,37 0,171 7.160642_1.270834

Tabel diatas menunjukkan bahwa persamaan regresi KLB keracunan


makanan adalah -2,94+1,49(nasi putih) + 2,51(sambal) – 2,24(Tahu susur) +2,4
(Gulai ayam). Variabel yang memiliki nilai z tertinggi adalah sambal dan gulai
ayam yaitu 1,95 dan 1,44, sehingga dapat disimpulkan bahwa dugaan sementara
penyebab keracunan makanan adalah sambal dan gulai ayam. Dengan ini dapat
disimpulkan sementara bahwa yang merupakan faktor risiko terjadinya keracunan
makanan di Dusun Ngaglik Ngisor Desa Sawangan adalah Gulai ayam dan
sambal. Untuk memastikan hal tersebut maka makanan yang dikonsumsi diacara
yasinan tersebut diperiksa di Laboratorim Kesehatan Semarang dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Semarang Terhadap
Beberapa Jenis Makanan yang diduga Penyebab Keracunan Makanan.
Diperiksa
Terhadap Hasil
Tahu Isi Gulai
(susur) Brownis Nagasari Sambal Ayam
Staphylococcus
epidermidis Negatif Negatif Negatif Negatif Positif
Streptococcus Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
E.coli Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Shigella Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
V. Cholerae Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Bacillus Cereus Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Clostridium sp Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Kapang Negatif Mucor sp Negatif Mucyor sp Negatif
Khamir/ Yeast Cell Positif Positif Positif Positif Positif
Kuman lain yang Providencia Klebsiella Enterobacter Bacillus
ditemukan rettgeri pneumoniae aerogenes Bacillus sp sp
Pseudomonas
sp
Sumber : BLK Semarang Provinsi Jawa Tengah
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap makanan pada tabel diatas
menujnjukkan bahwa gulai ayam positif terdapat bakteri staphylococcus
epidermidis. Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri oportunistik yang
menyerangindividu ketika sistem tubuh lemah.Bakteri ini merupakan gram positif,
berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5 µm.Berkoloni mengerombol menyerupai
buah anggur. Koloni biasanya berwarna putih ataukrem.Habitat Hidup
dipermukaan kulit dan membrane mukosa manusia maupun hewan sebagaiflora
normal. Sifatnya merupakan flora normal dalam keadaan manusia atau hewan
sehat. Bakteri inimenjadi patogen atau oportunistik ketika kondisi manusia atau
hewan tidak baik. Bakteriini merupakan bakteri yang tergolong sebagai berikut :

1. Koagulase Negatif yang merupakan protein ekstraseluler yang mengikat


prothrombin hospesdan membentuk komplek yang disebut staphylothrombin.
Karakteristik aktifitasprotease pada thrombin diaktifasi dalam komplek
tersebut, menghasilkan konversifibrinogen menjadi fibrin. Bakteri S,
epidermidis tidak dapat membentuk komplekstersebut sehingga darah darah
dari hospes tidak mengumpal.
2. Katalase positif yaitu uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas
katalase pada bakteri. BakteriS. epidermidis memproduksi enzim katalase
yang dapat memecah H2O2menjadi H2Odan O2, karena H2O2dapat menjadi
racun bagi bakteri ini selain itu proses tersebut merupakan mekanisme
pernafasan dari bakteri tersebut.
3. Non Hemolitik yaitu bakteri yang tidak dapat menghemolisis darah pada
media.
4. Anaerob fakultatif pada respirasi atau fermentasiBakteri ini dapat hidup dan
bermetabolisme dalam lingkungan yang mengandungsedikit oksigen terlarut
atau sama sekali tidak mengandung oksigen.
5. Uji Reduksi Nitrat Positif Lemah yaitu bakteri yang dapat mengubah senyawa
nitrat menjadi di nitrit dengan bantuanenzim nitrat reduktase dalam
metabolismenya.
6. Positif Produksi yaitu urease bakteri ini dapat menguraikan urea menjadi
amonia dan karbondioksida denganbantuan enzim urease.
7. Bakteri ini dapat memanfaatkan glukosa, sukrosa, laktosa menjadi asam
dalam proses metabolisme.
8. Tidak memiliki enzim gelatinese sehingga tidak bisa menghidrolisis gelatin.
9. Dinding sel S. epidermidis mengikat trasferin sehingga memperoleh besi.
proteinpermukaan tetramers GAPDH (dehidrogenase gliseraldehida-3-fosfat)
diyakinimengikat transferin dan menghapus besi, besi yang ditransfer ke
permukaanlipoprotein, kemudian untuk mengangkut protein yang membawa
besi ke dalam sel(Salyers, 2002)

Mekanisme Infeksi
Kemampuan untuk membentuk biofilm pada perangkat plastik (peralatan
rumahsakit) merupakan faktor utama virulensi S. epidermidis. Biofilm berupa
lendir atau kapsulsehingga tahan terhadap imun pada alat medis (Fitzpartrick,
2005).

2. Cara Penularan

Cara penularan pada KLB keracunan makanan di Dusun Ngaglik Ngisor


Desa Sawangan Kecamatan Sawangan adalah common source artinya penularan
keracunan makanan bersumber dari satu sumber yang berlangsung dalam waktu
yang cepat.

BAB V
PEMBAHASAN
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

B. Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan intensif kepada kader posyandu dan warga
agar selalu melakukan upaya PHBS, termasuk upaya cuci tangan sebelum
makan hingga cara pengolahan makanan yang baik dan bersih sebagai
salah satu upaya memutus mata rantai penyebab keracunan.
I. HASIL PENYELIDIKAN
1. Gambaran kasus berdasarkan Orang
Gambaran kasus berdasarkan orang diperoleh dari
hasilpenyelidikan epidemiologi, diketahui bahwa jumlah kasus dengan
gejala klinis diare cair, mual, muntah, panas, demam, pusing, perih perut
dan lemasadalah 24 orang (tanggal 11 Mei 2012), angka kematian (CFR =
0).
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi perempuan lebih banyak
terkena keracunan yaitu79,2%dibandingkan dengan laki-laki. Dari data ini
dapat dikatakan proporsi terserangnya diare pada kasus ini tidak
memandang jenis kelamin.

Grafik Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin


Di Dusun NgaglekKel. Sawagan Kec. Sawangan Kab. Magelang
Tanggal 11 Mei 2012
20.80%

Laki-laki
Perempuan

79.20%

Berdasarkan golongan umur kasus dengan gejala klinis keracunan


makanan ini tampak bahwa golongan umur produktif (21-44 tahun)
dengan proporsi penderitanya paling besar (50%) dibanding golongan
umur lainnya. Sedangkan kasus dengan proporsi paling sedikit (4,2%)
menyerang pada golongan umur 10-14 tahun. Berdasarkan data ini dapat
dikatakan bahwa potensi keracunan makanan dapat terjadi pada semua
golongan umur.

Grafik Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Golongan Umur


Di Dusun Sumber Agung Desa Secang Kec. Secang Kab. Magelang
Tanggal 7 Mei 2011
Jumlah Kasus Berdasarkan Umur
4.20%

12.50% 8.30%
10-14
15-20
16.70% 21-44
45-55
>56
50%

Berdasarkan gejala yang dialami oleh penderita, dari 24 kasus


tersebut ditemukan beberapa gejala diantaranya berak cair 3-10x, demam,
mual, muntah, mules, sakit perut, pusing dan lemas seperti pada grafik di
bawah ini. Proporsi terbanyak gejala yang dialami penderita adalah diare
(95,8%). Disertai demam (8,3%), pusing (16,7%), muntah (12,5%), mual
(52,4%), sakit perut (20,8%). Proporsi terendah adalah pada gejala lemas
(4,2%).
Semua kasus mengkonsumsi nasi gulai ayam dan sambel dari acara
yasinan yang diadakan oleh keluarga bapak Joko. Gulai ayam tersebut
dimasak oleh ibu Hartini (yang juga termasuk kasus)pada tanggal 10 Mei
2012 pada jam 11.00 WIB. Nasigulai ayam dan sambel tersebut disajikan
kedalam piring dan dimakan oleh tamu yang datang pada pukul 21.00.
Anggota keluarga bapak Joko memakan gulai ayam lebih awal
dibandingkan dengan tamu yang datang yaitu mulai dari jam 11.30 sampai
19.30. Anggota keluarga tidak ada yang sakit.
Grafik Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Gejala Klinis
Di Dusun Ngaglek Kel. SawanganKec. Sawangan Kab. Magelang
Tanggal 11 Mei 2012

95.8
100
90
80
70
60 54.2
50
40
30 20.8 20.8
16.7
20 12.5
8.3
10 4.2
0
Mual Mules Muntah Pusing Sakit Diare Demam Lemas
Perut

2. Gambaran Kasus Berdasarkan Waktu

Berdasarkan onset kejadian diketahui bahwa indeks kasus pada an.


Hartini (52th) mulai makan nasi gulai ayam tgl 10 Mei 2012 jam 12.00
dan muncul gejala berak cair 10 kali, mual dan mules pada jam 01.00
tanggal 11 Mei 2012 (masa inkubasi selama 13 jam). Hal ini dianggap
sebagai masa inkubasi terpanjang. Masa inkubasi terpendek adalah 6jam
(9 kasus). Masa inkubasi 6-9 jam sebanyak 21 kasus (87,5%). Masa
inkubasi 10-13 jam sebanyak 3 kasus (12,5%).

Grafik Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Masa Inkubasi


Di Ngaglek BawahKel. Sawangan Kec. Sawangan Kab. Magelang
Tanggal 11Mei 2012
12.50%

6-9 jam
10-13 jam

87.50%

Berdasarkan masa inkubasi tersebut dapat dibuat kurva epidemi


KLB sesuai masa inkubasi secara terperinci untuk mengetahui penyebab
keracunan makanan. Masa inkubasi terbanyak adalah 6 jam (9 kasus). Hal
ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Masa Inkubasi


Di Dusun Ngaglek Bawah Kel.Sawangan Kec. Sawangan Kab. Magelang
Tanggal 11 Mei 2012

10
9
8
7
6
Kasus

5
Jam
4
3
2
1
0
6 6.3 7 7.3 8 8.3 9.3 10 13
Berdasarkan masa inkubasi dan distribusi gejala yang muncul,
maka dugaan sementara penyebab keracunan adalah : Salmonellosis. Oleh
karena masa inkubasi terpendek 6 jam dan masa inkubasi terpanjang
13jam. Hal ini dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel Diagnosis Banding Kasus KLB Keracunan Makanan Berdasarkan Masa


Inkubasi
Di Dusun Ngaglek Bawah Kel.Sawangan Kec. Sawangan Kab. Magelang
Tanggal 11Mei 2012

N Nama Masa inkubasi (jam) Period Disingkirka


o Penyakit Terpende Terpanjan Selisi e KLB n Sbg
k g h Etiologi
1. C. Perfringens 8 22 14 Disingkirkan
2. Staphylococcu 1 8 7 2 Disingkirkan
s
3. Salmonellosis 6 72 66 Diduga

Rumus :

a. Penyakit dengan masa inkubasi terpendek lebih panjang dari masa


inkubasi terpendek KLB, dapat disingkirkan sebagai etiologi KLB
b. Penyakit dengan masa inkubasi terpanjang lebih pendek dari masa
inkubasi terpanjang KLB, dapat disingkirkan sebagai etiologi KLB

Pada tanggal 11 Mei 2012 dilakukan pengambilan sampel sisa


makanan diataranya adalah gulai ayam, sambel, nagasari, tahu, kacang
telor, brownis dan air sumur untuk mengolah kacang hijau. Sampel dikirim
ke Balai Laboratorium Kesehatan Jawa Tengah. Hasil dari laboratorium
masih dalam proses pemeriksaan.

II. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan diatas disimpulkan bahwa telah terjadi KLB
Keracunan Makanan tanggal 11Mei 2012 di Dusun Ngaglek bawahDesa
Sawangan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang dengan total
ditemukan 24 kasus tanpa kematian (CFR = 0).
Kecurigaan sementara sumber penularan adalah konsumsi gulai ayam.
Berdasarkan onset sampai timbul gejala awal (masa inkubasi) diketahui masa
inkubasi terpendek adalah 6 jam dan masa inkubasi terpanjang adalah 13 jam.
Masa inkubasi terbanyak adalah 6 jam (9 kasus). Merujuk dari masa inkubasi
tersebut dugaan sementara kasus Keracunan Makanan ini disebabkan oleh
gulai ayam yang telah terkontaminasi oleh Salmonellosis.
Upaya yang telah dilakukan adalah pembentukan posko kesehatan,
pengobatan pada penderita, penyelidikan epidemiologi, dan pengambilan
sampel sisa makanandan air.

III. SARAN/TINDAK LANJUT


1. Masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari BLK Jawa Tengah
untuk mengetahui diagnosis pasti penyebab Keracunan Makanan pada
warga Dusun Ngaglek bawah, Kel. Sawangan, Kecamatan Sawangan,
Kab. Magelang.
2. Perlu dilakukan penyuluhan intensif kepada kader posyandu dan warga
agar selalu melakukan upaya PHBS, termasuk upaya cuci tangan sebelum
makan hingga cara pengolahan makanan yang baik dan bersih sebagai
salah satu upaya memutus mata rantai penyebab keracunan.
DAFTAR PUSTAKA

Bres, P., (1986), Tindakan Darurat Kesehatan Masyarakat pada Kejadian Luar
Biasa, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Chin, J., Ed., (2006), Manual Pemberantasan Penyakit Menular, edisi 17.
Depkes R.I., (2007), Buku Pedoman Penyelidikan Dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit), Depkes RI Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Jakarta.
Imari, S., (2011), Investigasi KLB Keracunan Pangan (Prinsip dan Praktis
Epidemiologi), FETP Kementerian Kesehatan RI-WHO, Jakarta.
Murti.B., (1997), Prinsip-Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Morton, F., Richard ,dkk., 2008, Panduan Studi: Epidemiologi & Biostatistika,
edisi 5, EGC: Jakarta.
Timmreck, TC. (2005) Epidemiologi (Suatu Pengantar). Terjemahan: Fauziah
Munaya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai