Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH dengan KADAR ASAM URAT

DARAH pada PASIEN LANSIA di PUSKESMAS RAJADESA

Tugas praktikum 2

Disusun oleh :
TRESYA PRATIWI DWIWANTO
NPM : 17310292

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MSLAH


Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan gout arthritis merupakan
suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan Kristal monosodium urat
didalam tubuh. Asam urat marupakan hasil metabolisme akhir dari purin uaitu salah
hsatu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar
asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan
nyeri di daerah persendian dan sering disertai dengan timbulnya rasa nyeri yang
teramat sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan Kristal di daerah tersebut
diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi
kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,4 – 0,75
g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak yang tinggi seperti
makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang
mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap
pengeluaran asa urat ( Krisnatuti, 2007).
Prevalensi hiperurisemia pada usia 25- 64 tahun di perdesaan Jawa
diperoleh sekitar 24,3% pada pria dan 8,7% pada wanita (Darmawan, 1992 dalam
Nan, 2008). Angka kejadian penyakit artritis gout cenderung memasuki usia
semakin muda yaitu usia produktif dimana diketahui prevalensi asam urat di
Indonesia yang terjadi pada usia di bawah 34 tahun yaitu sebesar 32% dengan
kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2%. Hal ini merupakan
pengaruh dari pola hidup yang buruk, yang nantinya berdampak pada penurunan
produktivitas kerja. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup dari masing-
masing penderita (Pratiwi VF, 2013).
Penyakit asam urat atau gout arthritis terjadi terutama pada laki-laki, mulai
dari usia pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada
perempuan, persentase asam urat mulai didapati setelah memasuki masa
menopause. Kejadian tingginya asam urat baik di Negara maju maupun Negara
berkembang semakin meningkat terutama pada pria meningkat sejalan dengan
peningkatan usia seseorang (Soekanto, 2012). Hal ini terjadi karena pria tidak
memiliki hormone estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat
sedangkan pada perempuan memiliki hormone estrogen yang ikut membantu
pembuangan asam urat lewat urin (Darmawan, 2008). Hasil penelitian epidemiologi
diketahui bahwa beberapa ras tertentu memiliki kecenderungan terserang penyakit
asam urat, selain itu hasil penelitian di Kalimantan Barat diketahui bahwa usia 15-
45 tahun yang diteliti sebanyak 85 orang, dimana pria mengalami penyakit asa urat
sebanyak 1,7% dan perempuan 0,05% (Krisnatuti,2006).
Seiring bertambahnya usia seseorang maka terjadi kecenderungan
menurunnya berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada
tingkat organ yang dapat mengakibatkan terjdinya degeneasi sejalan dengan proses
menua. Proses menua ini dapat berpengaruh pada perubahan fisiologis yang tidak
hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan
tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Setiap individu mengalami perubahan-
perubahan tersebut secara berbeda, ada yang laju penurunannya cepat dan dramatis,
serta ada juga yang perubahannya lebih tidak bermakna. Pada lanjut usia terjadi
kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan
organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti peningkatan
kadar asam urat (hiperurisemia) (Sustrani,2009).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan penelitian
adalah “Adakah hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kadar Asam Urat
Darah pada Pasien Lansia di Puskesmas Rajadesa”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui adakah hubungan Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan kejadian gout arthritis di Kecamatan Rajadesa.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Indeks Masa Tubuh dan kejadian gout arthritis pada pasien
lansia di puskesmas Rajadesa.
b. Menganalisis hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT), dengan kejadian gout
arthritis pada pasien lansia di Puskesmas Rajadesa.
c. Menganalisis hubungan antara asupan purin dengan kejadian gout arthritis pada
lansia di Puskesmas Rajadesa.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
pengetahuan tentang hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan ejadian gout
arthritis pada pasien lansia di Puskesmas Rajadesa.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat institusi pendidikan
memberikan masukan pada institui pendidikan khususnya dalam bidang
perpustakan dan diharapkan menjadi suatu masukan dan referensi bagi
mahasiswa yang cukup nerguna.
b. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi lahan untuk pengembangan pengetahuan
dan aplikasi pengetahuan yang didapatkan selama berada di bangku kuliah.
c. Bagi peneliti
Untuk mengembangkan penelitian mengenai hubungan Indeks Masa Tubuh
(IMT), asupan purin dengan kejadian gout arthritis.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di desa Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa pada
tanggal 25 Maret 2020, dengan metode case control dan dilakukan untuk
mengetahui adakah hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kadar asam
urat darah pada lansia di Rajadesa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein
makanan yang mengandung purin seperti (daging, ikan, hati dan beberapa jenis sayuran
seperti kacang-kacangan dan buncis) atau dari penguraian purin (sel tubuh yang rusak),
yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses atau keringat. Senyawa ini sukar larut
didalam air, tapi salam plasma darah akan beredar sebagain natrium senyawa urat, bentuk
garamnya terlarut pada kondisi pH atau keasaman diatas tujuh (Sychiwicz,2010).
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Dalam keadaan normal
90% dari hasil metabolism nukleopeptida adenine, guanine dan hipoxantine akan
digunakan kembali hasil akhir dari pembentukan senyawa terseebut akan diubah menjadii
asam urat dengan bantuan enzim xantin oksidase (Widyanto, 2014).
Konsentrasi kadar asam urat normal yaitu 3,4-7,0 mg/dl peningkatan kadar asam
urat yang berlebih disebabkan karena kelebihan produksi asam urat salam tubuh atau
terhambatnya pembuangan asam urat oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit
gout (Fathurrizqiah, 2015).
Beberapa prnyakit dapat meningkatkan kadar asam urat seperti gangguan fungsi
ginjal, penyakit degenerative seperti hipertensi dan penyakit jantung. Pengeluaran asam
urat memalui ginjal disebabkan karena eksresi asa urat di ginjal yang rusak misalnya pada
glomerulonephritis kronis, kerusakan ginjal kronis, jika asam urat darah tinggi merukas
tubuh terutama ginjal (Firestein, 2014).
Seiring bertambahnya usia seseorang maka terjadi kecenderungan menurunnya
berbagai kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ yang
dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi sejalan dengan 3 proses menua. Proses menua
ini dapat berpengaruh pada perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap
penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-
hari. Setiap individu mengalami perubahan-perubahan tersebut secara berbeda, ada yang
laju penurunannya cepat dan dramatis, serta ada juga yang perubahannya lebih tidak
bermakna. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat
berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit
seperti peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) (Sustrani, 2009).

2.2. Kerangka Teori

IMT

ASAM
AKTIVITASS USIA
URAT

MAKANAN

Gambar 1
Kerangka Teori
2.3. Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependen

IMT

ASAM URAT

USIA

Gambar 2
Kerangka konsep

2.4. Hipotesis
Terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) pada lansia dengan kadar
asam urat darah pada pasien di puskesmas Rajadesa.

Anda mungkin juga menyukai