Oleh
Kelompok 1
Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang/Teori
Ekologi adalah studi tentang distribusi dan kelimpahan spesies dan hubungannya
dengan lingkungan. Salah satu perhatian utama ahli ekologi adalah bagaimana energi
makanan berpindah dari organisme pada suatu tingkat trofik atau tingkat energi ke
organisme pada tingkat trofik berikutnya. Aliran energi ini digambarkan sebagai rantai
makanan. Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (sistem
ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat di dalamnya tercakup
organisme dan komponen abiotik yang masing-masing saling memengaruhi. Ekosistem juga
mempunyai ukuran yang beraneka ragam besarnya bergantung kepada tingkat organisasinya
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan di bumi ini
mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat tinggi. Keragaman hayati
mencakup keragaman habitat, keragaman spesies (jenis) dan keragaman genetik (variasi
sifat dalam spesies). Masyarakat dimanapun berada merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari berbagai organisme lain yang ada pada habitat tersebut dan membentuk
suatu sistem ekologi dengan ciri sating tergantung satu sama lain, di dalam ekosistem
terdapat makhluk hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup terdiri dari tumbuh-tumbuhan,
hewan dan manusia. Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar
individu.
Polutan adalah produk limbah dari kehidupan manusia. Pencemarannya melalui
udara atau air, atau darat. Polutan yang merusak sendiri, tapi mungkin juga dilakukan
bahkan lebih banyak kerusakan bila ditemukan bersamaan atau bila mempengaruhi
organisme yang mengalami tekanan lingkungan lainnya. Di negara berkembang, banyak
polusi mengandalkan satwa liar untuk kebutuhan makanan, tempat tinggal dan energinya.
Di negara maju untuk kebutuhan sumber proteinnya bergantung pada lautan dan danai
namun sebagian besar kebutuhan untuk makan dan pakaian berasal daei hewan peliharaan
dan hasil perkebunan. Kebutuhan manusia saat ini tidak lagi dibutuhkan, hewan dan
tumbuhan peliharaan modern telah menjalani seleksi buatan untuk berkembang biak dengan
baik, produktivitas tinggi dan karakteristik lainnya lebih maju. Kelangsungan hidup spesies
peliharaan membutuhkan lebih dari satu planet untuk dihuni. Sebagai hasil penciptaan
spesies kubah, seleksi buatan telah sangat mengurangi keanekaragaman genetik tanaman
dan hewan ini. Kehilangan alel pada spesies dapat mengurangi kemampuan spesies
beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Jika keanekaragaman hayati hilang,
kemungkinan ketersediaan kebutuhan gen berguna akan berkurang. Jika banyak kondisi
berubah, seperti kenaikan suhu terus menerus, beberapa spesies domestik tidak lagi berhasil
dan spesies pengganti dibutuhkan.
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) terdapat tiga jenis
yaitu; Keanekaragaman genetik (genetic diversity) merupakan variasi genetik dalam satu
spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi. Keanekaragaman Spesies (species diversity)
merupakan keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel
banyak atau multiseluler). Keanekaragaman Ekosistem (ecosystem diversity) komunitas
biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing.
B. Fakta Masalah
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua
makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang
dibentuknya. Beberapa tahun terakhir ini cukup banyak tipe-tipe ekosistem bervegetasi
yang produktif terkena gangguan kerusakan akibat pesatnya pembangunan perkebunan,
infrastruktur kota, pemukiman, tambak, dan lain-lain yang menyebabkan terdegradasinya
bahkan lenyapnya ekosistem tersebut. Pesatnya kegiatan industri untuk memenuhi
berbagai barang keperluan hidup disertai dengan semakin intensifnya kegiatan pertanian
untuk meningkatkan produksi telah menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara.
Aktivitas yang menimbulkan pencemaran inilah yang berbahaya. Begitu polutan
atau produk limbah dari kehidupan manusia menyebar keseluruh dunia, tidak mengenal
tempat, tidak peduli seberapa jauh. Menghambat fotosintesis atau respirasi dan
menyebabkan masalah reproduksi atau fisiologis lainnya atau membunuh organisme
secara langsung. Sebagian besar polutan berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
seperti minyak, gas dan batu bara. Membakar hutan dan bahan tanaman lainnya, seperti
memangkas dan membakar pertanian. Polutan udara memiliki berbagai efek buruk, dari
kenaikan suhu global sampai menghancurkan proses atmosfir alami sehingga
menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran
lingkungan tersebut akan berdampak negatif terhadap biodiversitas, baik dalam tingkat
genetik, spesies, maupun ekosistem.
C. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil tabel rekapitulasi dan kesimpulannya dari berbagai jurnal tentang
Gangguan Ekosistem Udara dan Biodiversitas?
2. Bagaimanakah faktor penyebab dan aspek ekologi dari Gangguan Ekosistem Udara dan
Biodiversitas?
3. Bagaimanakah solusi sebagai tindakan pencegahan dalam mengatasi dampak
pencemaran udara?
D. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil tabel rekapitulasi dan kesimpulannya dari berbagai jurnal
tentang Gangguan Ekosistem Udara dan Biodiversitas.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan aspek ekologi dari Gangguan Ekosistem Udara
dan Biodiversitas.
3. Untuk mengetahui solusi sebagai tindakan pencegahan dalam mengatasi dampak
pencemaran udara
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kesimpulan Tabel
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil rekapitulasi
jurnal penelitian terkait Keanekaragam hayati (biological-diversity atau
biodiversity) dan dampak dari pencemaran udara bagi kelangsungan
keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman genetik (genetic diversity),
keanekaragaman spesies (species diversity) maupun keanekaragaman ekosistem
(ecosystem diversity).
B. Gangguan Ekosistem Udara
1. Pencemaran udara secara alamiah tanpa ada campur tangan manusia, yang erat kaitannya
dengan unsur geografis seperti aktivitas gunung berapi yang mengalami erupsi bisa
mempengaruhi kualitas udara pada sebuah kawasan. Abu vulkanik mengandung silika dan
gas beracun lainnya yang mengganggu pernapasan yang akan sangat berbahaya bagi tubuh.
Kebarakan hutan juga menjadi salah satu sumber pencemaran udara secara alami, karena
yang bisa terjadi karena suhu dari permukaan bumi yang sangat tinggi sehinggga matahari
memicu api pada daun-daun yang kering dan menyebabkan kebarkaran besat. Partikel
padat tertentu yang cukup ringan untuk tetap tersuspensi di udara termasuk debu yang
tertiup angin, tetesan air asin, abu vulkanik dan partikel bahan bakar fosil yang terbakar
dan tanaman. Partikulat kabut mengurangi jumlah sinar matahari yang diterima oleh
tanaman dan menghalangi fotosintesis. Suhu dan curah hujan yang berubah akibat
perubahan partikulat di atmosfir, bisa mengubah lingkungan dan merusak beberapa
spesies.
2. Pencemaran udara karena aktivitas manusia, penyebab utama pencemaran udara di
Indonesia sekitar 70% merupakan hasil dari emisi kendaraan bermotor yang mengeluarkan
banyak zat polutan yang sifatnya merusak baik terhadap lingkungan dan kesehatan dari
manusia. Kegiatan industri secara pesat, dengan hasil olahan akhir sebagai limbah padat,
cair atau gas. Limbah gas salah satu penyebab pencemaran udara yang sangat berbahaya
dan salah satu kegiatan jangka panjang yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
yakni kegiatan pertambangan batubara yang melibatkan teknologi tinggi dan padat modal
menyebabkan perubahan bentang alam, penurunan kesuburan tanah, terjadinya ancaman
terhadap keanekaragaman hayati, penurunan kualitas air, penurunan kualitas udara serta
pencemaran lingkungan.
Ada enam polutan udara utama;
a. Partikulat
b. Karbon monoksida
c. Sulfur dioksida
d. Nitrogen dioksida
e. Ozon
C. Biodiversitas
1. Tingkatan Keanekaragaman Hayati
Biodiversitas dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, dimulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Secara garis besar biodiversitas dibagi atas
tiga tingkat;
a. Biodiversitas Genetik
Keanekaragaman genetic (genetic diversity), jumlah dari satu gen yang ada dalam satu
spesies. Jika keragaman genetic terlalu kecil, suatuspesies mungkin tidak dapat berevolusi
untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.
b. Biodiversitas Spesies
Keanekaragaman spesies (spesies diversity), terdapat 13 juta spesies mikroba, tumbuhan
dan hewan-hewan mewakili spesies planet, walaupun hanya keragaman 1,75 juta spesies
telah dikenali. Beberapa spesies tidak dikenali, meskipun itu adalah ikan, reptilian, burung,
dan mamalia.
c. Biodiversitas Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity), merupakan berbagai ekosistem dibumi,
menyediakan habitat jumlah besar yang ditemukan pada spesies di planet ini.
D. Solusi
Tidak semua orang bisa memiliki kekuatan mendorong untuk menjaga sebagian
besar keanekaragaman, namun ada hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampaknya terhadap hilangnya keanekaragaman hayati. Konstribusi besar dapat dilakukan
dengan mengonsumsi lebih sedikit energi dan produk bahan lebih sedikit. Bijak memilik
konsumsi energy dan produk material yang digunakan. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari;
a. Mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang utnuk mengurangi dampaknya
terhadap keanekaragaman hayati planet ini. Mengurangi konsumsi adalah pilihan
terbaik; pohon tidak ditebang untuk perabotan atau kertas yang tidak dibeli; minyak
tidak akan dipompa untuk mobil yang tidak digerakkan dan mobil yang tidak terpakai
tidak menyebabkan polusi,
b. Mengurangi system transportasi yang efisien dan mengurangi angkutan pribadi.
c. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara yang tinggi.
d. Menjadi perwakilan untuk membuat dan menerapkan kebijakan ramah lingkungan
secara lokal, nasional dan internasional.
e. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas
polutan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polusi Udara mengakibatkan kerusakan DNA Sperma dan Perubahan Epigenetik
pada Gamet Jantan. Sensitivitas lichen terhadap pencemaran udara dapat dilihat melalui
perubahan keanekaragamannya. Hampir sebagian liken sangat sensitif terhadap gas
sulfurdioksida (SO2) dan gas-gas buangan lain dari kendaraan bermotor. Keanekaragaman
Linchen sangat bergantung pada tinggi atau rendahnya pencemaran udara.
Peningkatan jarak tanam antar pohon dapat meningkatkan potensi reduksi CO 2.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi potensi reduksi zat pencemar adalah umur
tanaman, jenis tanaman, kerimbunan, ketinggian tanaman, jumlah emisi karbon, suhu,
kecepatan angin, kepadatan, dan ketinggian bangunan. Disamping karbon dioksida,
paparan polutan seperti PM2. S, Os dan NOz juga merupakan masalah pencemaran udara
yang serius. Setengah juta kematian dini akibat paparan emisi gas.
B. Saran
Sebaiknya melakukan monitoring dan mengorganisir penyebab pencemaran udara.
dengan langkah-langkah korektif untuk membuat kualitas udara menjadi lebih baik,
Bekerja sama dari semua pihak baik usaha keras dari pemerintah maupun masyarakat
karena kualitas udara bukan saja ditentukan oleh kegiatan pemerintah, tapi juga oleh
kegiatan ekonomi dan kegiatan rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
OKTIZA DWI RIANTI : Wang, M., Zhao, J., Wang, Y., Mao, Y., Zhao, X., Huang, P.,
Liu, Q., Ma, Y., Yao, Y., Yang, Z., Yuan, W., Cui, W., Payne, T. J., & Li, M. D.
(2020). Genome-wide DNA methylation analysis reveals significant impact of long-
term ambient air pollution exposure on biological functions related to
mitochondria and immune response. Environmental Pollution (Barking, Essex :
1987). https://doi.org/10.1016/j.envpol.2020.114707
SRI RAHAYU SUPARMAN: Rai, Kumar Prabat. 2019. Particulate matter tolerance op
plants (APTI and API) in a biodiversity hotspot located in a tropical region :
implication for eco-control. Particulate Science and Technology. ISSN : 0272-6351.
YUSPIAH SUDIR: Fitrada Wathri, Handika Andre Rizki, Rodhiyah Zuli. (2020). Potensi
Vegetasi Hutan Kota Dalam Reduksi Emisi Karbondioksida (CO2) di Kota Jambi.
Biospecies, 13(1), 23-28.