Disusun Oleh:
Kelompok 6
Yenny 2106677395
1.1.Latar Belakang
Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan bencana dan krisis
kesehatan untuk mempertahankan status gizi masyarakat dan mencegah risiko
kesakitan dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada kelompok
rentan. Pada anak dengan gizi buruk misalnya, risiko kematian meningkat secara
signifikan pada situasi bencana akibat terbatasnya layanan kesehatan dan
terbatasnya akses terhadap pangan. Masyarakat umum juga menjadi rentan
terhadap masalah gizi apabila dampak bencana terjadi secara berkepanjangan.
Pencegahan dan penanganan permasalahan gizi yang tidak tepat pada situasi
bencana juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak, yang berakibat terhadap terganggunya kemampuan kognitif, serta dampak-
dampak sosial ekonomi yang menyertainya (Kemenkes, 2020).
Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita, bayi
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari ibunya dan semakin
memburuknya status gizi kelompok masyarakat, bantuan makanan yang sering
terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan lokal
dapat memperburuk kondisi yang ada. Kegiatan penanganan gizi pada tahap
tanggap darurat awal adalah kegiatan pemberian makanan agar pengungsi tidak
lapar dan dapat mempertahankan status gizinya, sementara penanganan
kegiatan gizi pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangi
masalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada (Kemenkes, 2012).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Kurang Energi dan Protein?
2. Apa Penyebab Kurang Energi dan Protein?
3. Bagaimana Tanda - Tanda Kurang Energi dan Protein?
4. Bagaimana Dampak Kurang Energi dan Protein?
5. Bagaimana Program/ Kebijakan Penanganan Kurang Energi dan Protein?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui Definisi Kurang Energi dan Protein
2. Mengetahui Penyebab Kurang Energi dan Protein
3. Mengetahui Tanda - Tanda Kurang Energi dan Protein
4. Mengetahui Dampak Kurang Energi dan Protein
5. Mengetahui Program/ Kebijakan Penanganan Kurang Energi dan Protein
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Distribusi PMT Ibu Hamil dan Balita pada tiga hari pertama
kejadian bencana diberikan secara menyeluruh, yaitu kepada
seluruh balita 6-59 bulan dan seluruh Ibu Hamil. Setelah itu,
diharapkan pemenuhan kebutuhan ibu hamil dan baduta dapat
dipenuhi dari olahan pangan lokal melalui dapur umum dan
dapur PMBA.
2. Distribusi PMT Ibu Hamil dan Balita pada sasaran prioritas
dilakukan setelah dapur umum dan dapur PMBA berjalan.
Pemberian PMT diberikan sesuai dengan indikasi status gizi
sasaran yang diperoleh melalui penapisan: Pada Ibu Hamil
Kurang Energi Kronis (LiLA < 23,5 cm) dan pada balita gizi
kurang (Kemenkes, 2020).
KESIMPULAN
Grover Z, Ee LC. Protein energy malnutrition. Pediatr Clin North Am. 2009
Oct;56(5):1055-68. doi: 10.1016/j.pcl.2009.07.001. PMID: 19931063.
Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat FKUI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. Kamus KEP. Diakses dari
https://www.kemkes.go.id/ pada 17 Oktober, 2022.
Gardjito, Murdijati. 2014. Pendidikan Konsumsi Pangan. N.p.: Kencana,
2014. ISBN 9786027985667.
PMK. No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Untuk Masyarakat Indonesia.
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan.EGC.Jakarta.
Fahmida, Umi., Grace Wangge., Anak Agung Sagung Indriani., Oka
Roselynne Anggraini., Dini Suciyanti., Ahmad Thohir Hidayat. 2019. Buku Saku
Kedaruratan Gizi Balita Pasca Bencana. Jakarta: Seameo Recfon
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada
Masa Tanggap Darurat. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Sihadi. 1999. Masalah Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima Tahun (Balita).
Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, vol: xxxvi, no:12 h.666-684.
Latinulu, S. 2000. Pemantauan Penggunaan Status Gizi Balita Dan
Perencanaan Program Dari Bawah. Jakarta: Medika, 19 (9).
Karyadi & Tjahyadi. 1971. Keadaan Gizi Kurang Dan Beberapa Aspek
Fungsi Otak. Penelitian Gizi dan Makanan. Jilid I, h.11-23.
Astini, N.S.P. 2001. Kalender Tumbuh Kembang Anak Balita Sebagai Alat
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia, vol: xxviii, no: 11, h.660-663.
Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. FKM UI, Jakarta.
Jellife, D.B. & Jellife, D.E.F. 1989. Community Nutritional Assesment. Oxford
University, New York.
Husaini, dkk, 1986. Gizi Perkembangan Otak dan Kemampuan Belajar.
Buletin Gizi, 10 (2).
Azwar, A. 2001. Masalah Gizi Kurang Pada Balita Dan Upaya
Penanggulangannya Di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, vol:
xxviii, noUI.: 11, h.644-648.
Suryadi, E.S. 2009. Kejadian KEP Balita dan Faktor yang berhubungan di
Wilayah Kelurahan Pancoran Mas Depok tahun 2009. Jakarta: FKM UI.
Ojemolon, et al. 2020. Abstract 17231: Adult Protein Energy Malnutrition is
an Independent Risk Factor with Increased Odds of Cardiogenic Shock in Patients
with Infective Endocarditis Who had Valve Replacement. Circulation.
2020;142:A17231.
Mathewson, S.L., et al. Review: Overcoming protein-energy malnutrition in
older adults in the residential care setting: A narrative review of causes and
interventions. Ageing Research Reviews. 2021;70:101401.
Ardi, A.I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kurang Energi
Kronis (KEK) pada Remaja Putri. Media Gizi Kesmas. 2021;10:320-328.
Chelsia -, Agustina Arundina TT, Ita Armyanti. 2017. Efek Kekurangan
Energi Protein terhadap Berat Badan dan Berat Usus Halus Tikus Sprague-
Dawley. Retrieved from:
https://media.neliti.com/media/publications/399837-efek-kekurangan-energi-
protein-terhadap-f14fc929.pdf