Anda di halaman 1dari 7

JST Kesehatan, Oktober 2017, Vol. 7 No.

4 : 374 – 380 ISSN 2252-5416

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN HIPERTONIK SALIN SOLUTION 3% DAN MANITOL


20% PADA PASIEN TRAUMA KEPALA SEDANG

Comparison of Giving Hipertonic Saline Solution 3% and Manitol 20% on Conservative Moderate Head
Injury Patients

1
Ismail Jaya, 2Djoko Widodo, 3Idham Jaya Ganda

1
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email: ismailjayabedah@gmail.com)
2
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email: djokwid@yahoo.com)
3
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email: dhamjaya-spa@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Terjadinya cedera kepala dapat menyebabkan gangguan autoregulasi tekanan perfusi otak. Penelitian ini bertujuan
untuk menilai dan membandingkan efek hipertonik salin solution 3 % dengan manitol 20% terhadap derajat kesadaran,
tekanan arteri rerata, kadar gula darah, kadar elektrolit, diuresis, kadar laktat darah dan Outcome pasien cedera otak
sedang. Penelitian ini menggunakan metode uji klinis observational studi kohort. Pasien TCS konservatif terbagi dalam
kelompok manitol dan HSS. Dilakukan penilaian GCS, MAP, GDS, elektrolit, laktat, diuresis dan outcome pasien. Data
diolah dengan analisis statistik uji-t independent tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 42 sampel
yang memenuhi kriteria, tidak terdapat perbedaan bermakna dinamika GCS dan outcome setelah pemberian manitol dan
HSS. Dinamika MAP HSS lebih stabil dibanding manitol. Dinamika GDS manitol cenderung stabil dibanding HSS.
Natrium dan chlorida meningkat pada HSS dibandingkan manitol. Kalium cenderung lebih rendah pada manitol
dibanding HSS. Laktat darah lebih rendah pada HSS dibanding manitol. Efek diuresis manitol lebih tinggi dibanding
HSS.

Kata kunci: TCS konservatif, Manitol, HSS

ABSTRACT

The occurrence of head injury may cause autoregulatory disturbance of brain perfusion pressure. This research object to
comparing the effect of giving hypertonic saline solution 3% with manitol 20% solution and then evaluate
consciousness, mean arterial pressure, blood sugar level, electrolyte level, lactate level, diuresis, and outcome in
patients with moderate brain injury. This Research Method to study was an observational clinical trial of cohort studies.
Conservative Moderate Head Injury (MHI) patients are divided into groups of manitol and HSS. Performed assessment
of GCS, MAP, blood Glucose Level, electrolytes, lactate, diuresis and patient outcome. The data were processed by
statistical analysis of independent t-test unpaired. Result of research finded From 42 samples, there was no significant
difference in GCS dynamics and outcomes after administration of manitol and HSS. The dynamics of MAP in HSS
group are more stable than manitol. The dynamics of blood glucose level inmanitol groupare more stable compared to
HSS. Sodium and chloride increased in HSS compared to manitol. Potassium is lower in manitol than HSS. Lactate
blood level is lower in HSS than manitol. Manitol diuresis effect is higher than HSS.

Keywords: Conservative MHI, Manitol, HSS

374
Ismail Jaya ISSN 2252-5416

PENDAHULUAN menggunakan berbagai strategi neuroprotektif


Cedera otak atau Traumatic Brain Injury untuk mempertahankan perfusi serebral untuk
(TBI) merupakan penyebab mortalitas dan memenuhi kebutuhan metabolisme otak berupa
kecacatan yang tinggi pada kelompok Usia oksigen dan glukosa. Karena otak terletak di
produktif yaitu usia 15-45 tahun. Insidensi TBI di dalam tengkorak, peningkatan TIK Akan
Inggris dilaporkan sebesar 400 : 100.000 individu mengganggu aliran darah ke otak dan
per tahun atau sekitar 1,4 juta pasien per tahun, mengakibatkan iskemik serebral. Peningkatan
dan di Amerika Serikat sebesar 1,6 juta pasien per TIK adalah penyebab penting terjadinya cedera
tahun. Dari jumlah ini, 60.000 diantaranya kepala sekunder, dimana derajat dan lamanya
meninggal dunia dan 70.000-90.000 menderita berkaitan dengan outcome setelah cedera kepala.
kecacatan permanen per tahunnya (Lingsma et al., Dengan dasar-dasar cerebral protection, cerebral
2010). resuscitation, hemodinamik stabil, dan relaksasi
Glasgow Coma Score (GCS) otak yang baik secara objektif Akan menjaga
mengklasifikasikan TBI menjadi TBI ringan adekuatnya perfusi ke otak sehingga hasil yang
(GCS 13-15), sedang (GCS 9-12), dan berat (GCS diharapkan menjadi baik.
3-8). Pasien dengan TBI ringan memiliki Manitol 20% merupakan terapi yang
prognosis ad vitam yang baik, walaupun 50% paling sering dipakai sebagai osmoterapi.
pasien menderita kecacatan sedang atau berat Mannitol 20% dinyatakan aman dan efektif oleh
sehingga tidak dapat kembali kepada fungsi Brain Trauma Foundation dan The European
normalnya. Pasien dengan TBI berat memiliki Brain Injury Consortium. Walaupun demikian,
prognosis yang buruk, dimana mortalitas pasien mannitol memiliki beberapa keterbatasan, antara
dengan GCS < 13 adalah sekitar 30% dan dengan lain menyebabkan hiperosmolaritas yang dapat
GCS < 8 adalah sekitar 50% (Tenenbein et al., menimbulkan gagal ginjal dan hipotensi karena
2008). efek diuresisnya, terutama pada pasien-pasien
Terjadinya cedera kepala dapat dengan hipovolemia. Selain itu, pada kondisi
menyebabkan gangguan autoregulasi tekanan sawar darah-otak yang tidak intak, manitol justru
perfusi otak dan menyebabkan otak tidak dapat semakin meningkatkan tekanan intrakranial
terlindungi dari perubahan hemodinamika tubuh. karena manitol menembus masuk sawar darah-
Terganggunya autoregulasi berpotensi otak dan menarik cairan ke intrakranial.
meninggikan tekananintrakranial (Catala et al., Karenanya, saat ini telah dikembangkan cairan
2007). Pada cedera otak traumatik pada umumnya lain sebagai alternatif untuk penggunaan manitol,
terjadi iskemia serebral akibat kerusakan vaskuler di antaranya adalah larutan salin (natrium)
maupun parenkim otak. Iskemia serebral pada hipertonik dan larutan laktat hipertonik (Sorani &
gilirannya Akan menyebabkan edema cerebri Manley, 2008).
sitotoksik akibat kurangnya ATP sehingga Penelitian sebelumnya oleh Marko
menyebabkan gangguan fungsi pada Na-K pump. (2012), menemukan bahwa hipertonik salin yang
Selain itu, kerusakan pada pembuluh darah otak mesti dipertimbangkan sebagai gold standar terapi
juga menyebabkan edema vasogenik. hipertensi intrakranial. Manitol dianggap standar
Edema otak dapat meningkatkan tekanan baku penanganan hipertensi intrakranial karena
intrakranial, karena sesuai dengan doktrin sejarahnya. Hipertonik Salin lebih berkhasiat dan
Monroe-Kellie, rongga kranium merupakan efek samping lebih sedikit dibanding manitol.
rongga yang tertutup sehingga peningkatan Pada tikus percobaan dengan cedera otak akut
volume salah satu komponen intrakranial Akan didapatkan hipertonik salin berhasil menangani
dikompensasi dengan pengurangan volume peningkatan intrakranial dibanding manitol. Pada
komponen lainnya dan bila peningkatan tersebut hewan maupun manusia hipertonik salin dan
tidak dapat dikompensasi, maka akan terjadi manitol dapat menurunkan tekanan intrakranial
peningkatan tekanan intrakranial (Raslan & melalui redistribusi volume, ekspansi plasma,
Bhrdwaj, 2007). modifikasi reologik, dan efek anti inflamasi.
Tujuan utama penanganan intensif cedera Penanganan bervariasi karena belum ada protokol
kepala adalah untuk mencegah dan mengobati standart dan kurangnya penelitian mengenai terapi
cedera kepala sekunder seperti iskemik serebral awal, dosis dan monitoring terapi. Manfaat

375
TCS konservatif, Manitol, HSS ISSN 2252-5416

hipertonik salin dengan efek diuresis osmotik semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi
yang kurang mempertahankan sistemik dan dan eksklusi.
cerebral hemodinamik pada pasien kritis secara Metode Pengumpulan Data
neurologis, bukan hanya menurunkan ICP dan Identitas pasien dicatat dan dilakukan
mempertahankan CPP, juga meningkatkan perfusi anamnesis riwayat penyakit terdahulu. Penderita
oksigen di jaringan (Gisela & Claudio, 2015). yang memenuhi kriteria penelitian secara acak
Glukosa darah yang tinggi dapat sederhana, mempertimbangkan kesamaan GCS
memperberat cedera otak sekunder pada keadaan dan gambaran hasil CT Scan kepala, pasien
iskemia. Pada pasien cedera otak berat, glukosa dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok HSS
darah pascabedah > 200 mg/dL berhubungan yang menerima hipertonik Salin Solution 3 %
dengan kecacatan neurologis yang lebih berat. dosis 3,21 ml/kgBB dan kelompok M yang
Hipertonik salin pada penanganan pasien kritis menerima manitol 20% 3 ml/kgBB, diberikan
efektif mengatasi hipotensi dan meningkatkan melalui infus dalam 15 menit sebagai loading
tekanan intrakranial jika dikombinasi dengan dose. Pemeriksaan dan pencatatan derajat
koloid (Strandvik, 2009). kesadaran (GCS), produksi urine, gula darah dan
Berdasarkan latar belakang yang telah Kadar elektrolit serum dilakukan setelah 24 jam
dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan pemberian terapi osmosis. Pemeriksaan Kadar
untuk menilai dan membandingkan efek asam laktat darah dilakukan setelah 72 jam dan
hipertonik salin solution 3 % dengan manitol 20% 120 jam dari awal pasien masuk IGD. Penilaian
terhadap derajat kesadaran, tekanan arteri rerata, outcome pasien dengan kriteria hidup dan
kadar gula darah, kadar elektrolit, diuresis, kadar meninggal.
laktat darah dan Outcome pasien cedera otak Teknik Analisis Data
sedang. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan program SPSS 21.0 dan Microsoft
BAHAN DAN METODE Excel for windows. Hasil pengolahan data
Desain dan Variabel Penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi.
Penelitian ini menggunakan desain Analisis statistik yang digunakan adalah uji-t
prospektif uji klinis. Variabel penelitian terdiri independen tidak berpasangan dibandingkan
atas: variabel bebas (Manitol 20%, Hipertonik dengan perbedaan rata-ratanya untuk variabel
Salin Solution 3 %), variabel tergantung (GCS, numerik parametrik. Tingkat kemaknaan yang
MAP, diuresis, Kadar elektrolit, kadar glukosa digunakan adalah 5%, artinya bila p<0,05 maka
darah, kadar laktat darah, Outcome pasien), perbedaan tersebut dinyatakan bermakna secara
variabel antara (mekanisme kerja HSS 3 % dan statistik, dengan interval kepercayaan 95%.
Manitol 20 %), variabel kendali (pasien cedera
otak traumatik sedang), dan variabel random HASIL PENELITIAN
(umur, jenis kelamin). Telah dilakukan penelitian prospektif uji
Lokasi dan Waktu Penelitian klinis untuk menilai dan membandingkan efek
Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah hipertonik salin solution 3 % dengan manitol 20%
Pusat RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terhadap derajat kesadaran, tekanan arteri rerata,
sampai jumlah sampel terpenuhi. Penelitian kadar gula darah, kadar elektrolit, diuresis, kadar
dilakukan mulai bulan September 2016 sampai laktat darah dan Outcome pasien cedera otak
dengan Mei 2017. sedang.
Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan
Populasi penelitian adalah pasien cedera September 2016 sampai dengan Mei 2017 dan
otak sedangdengan waktu kejadian ≤ 8 jam diperoleh 42 pasien yang memenuhi kriteria
sebelum masuk rumah sakit dengan GCS 9-12 di inklusi, kemudian dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar kelompok Manitol 20% dan kelompok HSS 3%.
selama masa penelitian. Sampel penelitian adalah Setiap kelompok terdiri dari 21 sampel penelitian.
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan Selama penelitian ada 4 orang pasien yang
setuju untuk ikut dalam penelitian. Pemilihan meninggal sebelum penilaian hari ke-5, masing-
sampel dilakukan secara acak konsekutif dari

376
Ismail Jaya ISSN 2252-5416

masing 2 orang dari kelompok manitol dan 2 Gambar 2. Perbandingan Mean Arterial Pressure
orang dari kelompok HSS 3%. dengan pemberian Manitol 20% dan HSS 3%
Perbandingan GCS dengan pemberian pada Cedera Kepala Sedang
Manitol 20% dan HSS 3% pada Cedera Kepala
Sedang menunjukkan bahwa dari penilaian 0 Perbandingan kadar Glukosa darah
(awal masuk) sampai penilaian V (120 jam) pada dengan pemberian Manitol 20% dan HSS 3%
pemberian Manitol 20% dan HSS 3% keduanya pada Cedera Kepala Sedang menunjukkan bahwa
meningkatkan nilai GCS pada pasien cedera dari penilaian sampai penilaian V (120 jam) pada
kepala sedang. Pada kelompok Manitol 20% GCS pemberian Manitol 20% relatif terjadi
rerata pasien sebelum yaitu 11,24 dan sesudah peningkatan nilai GDS setelah penilaian II
(Penilain V) yaitu 13,72. Pada kelompok HSS 3% sedangkan HSS 3% relatif menurun pada pasien
GCS rerata pasien sebelum yaitu 11,29 dan cedera kepala sedang. Pada pemberian Manitol
sesudah (Penilain V) yaitu 13,53 (lampiran, 20% GDS rerata pasien pemberian awal yaitu
Gambar 1). 121,43 mg/dl dan akhir yaitu 130,93 mg/dl. Pada
pemberian HSS 3% GDS rerata pasien pada
pemberian awal yaitu 120,90 mg/dl dan akhir
yaitu 105,69 mg/dl. Rata-rata 5 penilaian pada
pemberian Manitol 20% dan HSS 3% masing-
masing yaitu sebesar 138,05 dan 110,89 mg/dl
(lampiran, Gambar 3).

Gambar 1. Perbandingan GCS dengan pemberian


Manitol 20% dan HSS 3% pada Cedera Kepala
Sedang

Perbandingan Mean Arterial Pressure


dengan pemberian Manitol 20% dan HSS 3% Gambar 3. Perbandingan kadar Glukosa darah
pada Cedera Kepala Sedang menunjukkan bahwa dengan pemberian Manitol 20% dan HSS 3%
dari penilaian 0 sampai penilaian V (120 jam) pada Cedera Kepala Sedang
pada pemberian Manitol 20% relatif menurun dan
tidak stabil, sedangkan HSS 3% cenderung sedikit Perbandingan Kadar Asam Laktat darah
meningkat dan stabil sampai penilain V pada dengan pemberian Manitol 20% dan HSS 3%
pasien cedera kepala sedang. Pada pemberian pada Cedera Kepala Sedang menunjukkan bahwa
Manitol 20% MAP rerata pasien pemberian awal dari penilaian I (24 jam) sampai penilaian V (120
yaitu 82,95 mmHg dan akhir yaitu 72,17 mmHg. jam) pada pemberian Manitol 20% dan HSS 3%
Pada pemberian HSS 3% MAP rerata pasien pada nilai Asam Laktat Darah relatif turun menuju
pemberian awal yaitu 84,43 mmHg dan akhir normal pada pasien cedera kepala sedang. Pada
yaitu 86,11 mmHg. Rata-rata dari 5 penilaian pemberian Manitol 20% Asam Laktat Darah
pada pemberian Manitol 20% dan HSS 3% rerata pasien pemberian awal yaitu 3,77 mmol/L
masing-masing yaitu sebesar 73,90 dan 89,01 dan akhir yaitu 2,55 mmol/L. Pada pemberian
mmHg (lampiran, Gambar 2). HSS 3% Asam Laktat Darah rerata pasien pada
pemberian awal yaitu 3,62 mmol/L dan akhir
yaitu 2,41 mmol/L. Rata-rata 5 penilaian pada
pemberian Manitol 20% dan HSS 3% masing-
masing yaitu sebesar 3,23 dan 3,03 mmol/L
(lampiran, Gambar 4).

377
TCS konservatif, Manitol, HSS ISSN 2252-5416

dibanding HSS. Natrium dan chlorida meningkat


pada HSS dibandingkan manitol. Kalium
cenderung lebih rendah pada manitol dibanding
HSS. Laktat darah lebih rendah pada HSS
dibanding manitol. Efek diuresis manitol lebih
tinggi dibanding HSS.
Pada hasil penelitian ini tidak tampak
perbedaan bermakna GCS pada pasien dengan
pemberian Manitol 20 % dan Hipertonik Salin
Gambar 4. Perbandingan Kadar Asam Laktat Solution 3 %. Dinamika GCS pada awal dan akhir
darah dengan pemberian Manitol 20% dan HSS evaluasi pada kedua kelompok memperlihatkan
3% pada Cedera Kepala Sedang perbaikan derajat kesadaran. Kuantitas GCS
sangat ditentukan oleh lokasi dan besarnya
Perbandingan Diuresis dengan pemberian kerusakan pembuluh darah, sel, sitoskleton, akson
Manitol 20% dan HSS 3% pada Cedera Kepala setelah trauma mekanik. Respon imunologi
Sedang menunjukkan bahwa dari penilaian I (24 berupa aktifasi komplemen, pelepasan mediator
jam) sampai penilaian V (120 jam) pada inflamasi memicu apoptosis dan nekrosis. Reaksi
pemberian Manitol 20% dan HSS 3% nilai kimiawi berupa kegagalan nutritife, gangguan ion,
diuresis relatif turun menuju normal dengan efek stress oksidatif, eksitotoksitas menentukan
diuresis lebih kuat dari semua penilaian pada keluaran pasien setelah trauma kepala.
pemberian Manitol 20% pada pasien cedera Pada hasil penelitian ini tampak
kepala sedang. Pada pemberian Manitol 20% kecenderungan MAP lebih tinggi pada pemberian
diuresis rerata pasien pemberian awal yaitu 1,62 Hipertonik Salin Solution 3 %. Dinamika MAP
ml/kgBB/jam dan akhir yaitu 1,21 ml/kgBB/jam. pada pemberian HSS 3 % tampak nilai MAP
Pada pemberian HSS 3% diuresis rerata pasien cenderung stabil dengan nilai rata-rata 90 mmHg.
pada pemberian awal yaitu 1,47 ml/kgBB/jam dan Dinamika MAP pada pemberian manitol 20%
akhir yaitu 1,04 ml/kgBB/jam. Rata-rata 5 tampak nilai MAP labil dan memiliki
penilaian pada pemberian Manitol 20% dan HSS kecenderungan menurun. Kandungan HSS 3 %
3% masing-masing yaitu sebesar 1,41 dan 1,24 memicu peningkatan sistemik blood pressure.
ml/kgBB/jam (lampiran, Gambar 5). Keadaan ini akan memperbaiki cerebral blood
flow dan perfusi jaringan otak. Autoregulasi
dibutuhkan untuk memberikan pasokan yang tetap
stabil dari oksigen dan nutrisi ke jaringan otak dan
membuang sampah metabolik. Konstriksi dan
dilatasi dari arteriol yang terjadi dengan cepat
merupakan respon dari adanya perubahan tekanan.
Dilatasi pembuluh darah cerebral terjadi saat
tekanan darah arteri menurun atau saat
metabolisme otak meningkat. Tetapi, jika respon
normal ini terganggu, maka aliran darah ke otak
Gambar 5. Perbandingan Diuresis dengan secara langsung akan berhubungan dengan
pemberian Manitol 20% dan HSS 3% pada tekanan darah sistemik (Guyton & Hall, 2012).
Cedera Kepala Sedang Jika tekanan rata-rata arteri sangat menurun atau
terjadi peningkatan tekanan intrakranial, maka
PEMBAHASAN selanjutnya tekanan perfusi cerebral menjadi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sangat rendah untuk dapat dikoreksi oleh
42 sampel yang memenuhi kriteria, tidak terdapat mekanisme autoregulasi, sehingga hal ini dapat
perbedaan bermakna dinamika GCS dan outcome menimbulkan iskemi cerebral. Tidak ditemukan
setelah pemberian manitol dan HSS. Dinamika rebound peningkatan TIK setelah beberapa hari
MAP HSS lebih stabil dibanding manitol. pemberian Manitol 20 %.
Dinamika GDS manitol cenderung stabil

378
Ismail Jaya ISSN 2252-5416

Hipertonik salin dan manitol dapat mengalami cedera otak traumatika, Akan
menurunkan tekanan intrakranial melalui mengalami gangguan metabolisme energi otak
redistribusi volume, ekspansi plasma, modifikasi yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar laktat
reologik, dan efek anti inflamasi. Penanganan darah. Peningkatan ini dapat terjadi oleh karena
bervariasi karena belum ada protokol standart dan pengaruh cedera primer akibat kerusakan jaringan
kurangnya penelitian mengenai terapi awal, dosis otak karena efek langsung dari trauma (sifat/jenis
dan monitoring terapi. Didapatkan Cairan salin lesi), dan atau sekunder oleh rangkaian perubahan
hipertonis (HSS) telah memperlihatkan penurunan patofisiologis yang lebih kompleks misalnya
TIK dan memperbaiki CPP, memperbaiki peningkatan tekanan intra kranial, gangguan
vasoregulasi, imunomodulator yang memberikan perfusi, gangguan metabolisme, proses inflamasi,
efek neuroprotektor, efek antiinflamasi, dan efek pelepasan neurotransmiter eksitasi, gangguan
neurokemis pada jaringan otak yang cedera. keseimbangan ionik, yang pada akhirnya akan
Pada penelitian ini pemberian hipertonik memperburuk metabolisme energi otak. Dari sisi
salin solution 3 % memiliki kecenderungan Kadar metabolisme energi otak keadaan ini Akan
glukosa darah lebih tinggi dibanding pemberian ditunjukkan dengan peningkatan produksi laktat
manitol 20 %. Perbedaan ini secara statistik otak, yang kemudian keluar ke sirkulasi sehingga
dikatakan tidak bermakna. Dinamika Kadar terjadi hiperlaktatemia.
glukosa darah pada pemberian manitol 20% pada Penelitian yang menghubungkan antara
penelitian ini cenderung stabil dengan nilai rata- kadar laktat dengan level GCS menyatakan bahwa
rata GDS 120 mg/dl. Dinamika Kadar glukosa inisial laktat darah dapat memprediksi luaran
darah pada pemberian HSS 3 % cenderung stabil pasien trauma kepala dibandingkan 24 jam laktat
dengan nilai rata-rata 115 mg/dl. Glukosa darah klirens dan semakin berat cedera kepala, kadar
yang tinggi dapat memperberat cedera otak laktat darah akan semakin meningkat. Demikian
sekunder pada keadaan iskemia. Kadar glukosa pula hasil CT scan kepala memperlihatkan
darah dipertahankan pada nilai 140-180 mg/dl, semakin berat kerusakan parenkim otak, semakin
jika lebih dapat dilakukan intervensi insulin. Otak tinggi Kadar laktat darah.
sangat rentan terhadap perubahan Kadar glukosa Zoremba et al (2007), pada studi
yang ekstrim. Hal ini menunjukkan bahwa krisis eksperimental menggunakan binatang dengan
energi bahkan dapat terjadi pada Kadar glukosa teknik mikrodialisis mendapatkan bahwa makin
darah dalam kisaran normal. besar kerusakan neuronal, maka Kadar laktat
Pada penelitian ini tampak kecenderungan ekstraseluler otak makin tinggi, sementara bila
kadar asam laktat lebih tinggi pada pemberian kerusakan neuronalnya lebih kecil kadar laktat
manitol 20 % dibanding pemberian hipertonik ektraselulernya makin rendah. Laktat makin tinggi
salin solution 3 %. Dinamika nilai Kadar asam bila CPP > 30 mmHg dan CPP <40. Bahkan
laktat dengan pemberian hipertonik salin solution didapatkan pula dengan stimulasi fisiologis saja,
3 % lebih stabil dibandingkan manitol 20 %. Kadar laktat otak didapatkan meningkat.
Kondisi hipoksia yang berpotensi terjadinya Pada penelitian ini tampak kecenderungan
iskemik lebih terkontrol dengan pemberian HSS 3 Manitol 20 % memiliki efek diuresis yang lebih
%. Sirkulasi sistemik dengan nilai tekanan arteri tinggi. Dinamika diuresis mengikuti frekuensi
rata-rata yang stabil memungkinkan dinamika pemberian manitol 20 %. Manitol difiltrasi secara
sirkulasi oksigen yang baik. Tidak ditemukan bebas di glomerolus (osmotik diuresis), hampir
asidosis metabolik pada kedua kelompok. tidak direabsorbsi oleh tubulus ginjal dan tidak
Peranan laktat sebagai prediktor luaran disekresikan oleh tubulus ginjal. Tidak ditemukan
cedera otak tertutup mengungkapkan dinamika gejala dehidrasi dan imbalance elektrolit,
gula darah, laktat, dan glial fibrillary acidic hipovolemia, hipotensi, bermakna setelah
protein (GFAP) serum menggambarkan pemberian Manitol 20 % pada penelitian ini.
perubahan dinamis pada metabolisme otak, Dinamika diuresis setelah pemberian HSS 3 %
berkurangnya laju metabolisme dan timbulnya distimulasi oleh autoregulasi sistem hormonal.
krisis energi. Manfaat hipertonik salin dengan efek diuresis
Analisis peneliti berdasarkan penelitian osmotik yang kurang, mempertahankan sistemik
ini adalah bahwa pada setiap penderita yang dan cerebral hemodinamik pada pasien kritis

379
TCS konservatif, Manitol, HSS ISSN 2252-5416

secara neurologis, bukan hanya menurunkan ICP Marko F.N. (2012). Hipertonic Saline, Not
dan mempertahankan CPP, juga meningkatkan Mannitol, Should be Considered Gold-
perfusi oksigen dijaringan (Gisela & Claudio, Standard Medical Therapy for Intracranial
2015). Hypertension. Cancer Institute. Cambridge
UK.
KESIMPULAN DAN SARAN Raslan A & Bhrdwaj A. (2007). Medical
Peneliti menyimpulkan bahwa tidak Management of Cerebral Edema.
tampak perbedaan bermakna GCS pasien yang Neurosurg Focus. 22(5):E12.
diberikan Hipertonik Salin Solution 3 % dan Sorani M.D & Manley G.T. (2008). Dose-
Manitol 20 % pada trauma kepala sedang. Mean Response Relationship of Mannitol and
Arterial Pressure memiliki kecenderungan lebih Intracranial Pressure: a Metaanalysis. J
tinggi dengan pemberian Hipertonik Salin Neurosurg. 108: 80-7.
Solution 3 %. Kadar elektrolit Natrium dan Strandvik G.F. (2009). Review article; Hypertonic
Chlorida memiliki kecenderungan meningkat Salin in Critical Care; a review literature
dengan pemberian Hipertonik Salin Solution 3 %. and Guidelines for Use in hipotensive states
Efek diuresis memiliki kecenderungan lebih tinggi and Raised Intracraial Pressure.
dengan pemberian Manitol 20 %. Kadar asam Association of Anaesthesia of Great Britain
laktat pasien yang diberikan Hipertonik Salin and Ireland.
Solution 3 % lebih rendah dibanding Manitol 20 Tenenbein P et al. (2008). Head Trauma-
% pada trauma kepala sedang. Peneliti Anesthetic Considerations and
menyarankan agar Hipertonik Salin Solution 3 % Management. Available from:
direkomendasikan untuk mempertahankan MAP, https://www.researchgate.net.
hipovolemia, hipoksia pada pasien trauma kepala Zoremba N et al. (2007). Brain Metabolism
saat efek diuresis dan hipotensi Manitol 20 % during a Decrease in Cerebral Perfusion
menjadi pertimbangan pemberian pada pasien Pressure Caused by an Elevated
MAP rendah. Manitol 20 % direkomendasikan Intracranial Pressure in the Porcine
pada pasien dengan hipernatremia dan riwayat Neocortex. Anesth Analg. 105(3): 744-50.
diabetes. Faktor-faktor perancu hasil penelitian
sebaiknya dimasukkan sebagai kriteria eksklusi.
Sebaiknya digunakan alat ukur dengan akurasi
yang baik pada penelitian ini. Mengukur Kadar
glukosa darah dengan Hb A1c, kadar asam laktat
dengan menilai analisa gas darah.

DAFTAR PUSTAKA
Catala T.A et al. (2007). Intracranial Pressure
and Cerebral Perfusion as Risk Factors in
Children with Traumatic Brain Injuries.
JNeurosurg. 106(6): 463-6.
Gisela L & Claudio M. (2015). Mannitol versus
Hypertonic Saline Solution in
Neuroanastesia. Colombia: Santo Domingo.
Guyton A.C & Hall J.E. (2012). The Body Fluids
and Kidney. In: Textbook of Medical
Physiology. 9th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
Lingsma H.F et al. (2010). Early Prognosis in
Traumatic Brain Injury: from Prophecies to
Predictions. Lancet Neurol. 9(5): 543-54.

380

Anda mungkin juga menyukai