Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren


glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan ,
kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang
dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :

1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan
Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo,2009). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam
menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra,2008). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak
patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,2009).

Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,


jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta,
tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2
kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia
atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM
pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta
.

Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang


komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi–instruksi
ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan
baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama
ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari.
Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat
berkurang.

Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu


proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM.
Prinsip tersebut meliputi :

1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.


2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi

B. Tujuan

1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM


2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien DM
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
4. Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien DM dalam
menjalankan program terapi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter


dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun
insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletakpada metabolisme
karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2009).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2008).

B. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut WHO 2015 :

1. Clinical Classes

a. DM

1) IDDM ( DM Type 1 ).
2) NIDDM ( DM Type 2 ).
3) Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.

b. MRDM

1) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).


2) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
3) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.

c. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).


d. Gestasional Diabetes Mielitus.

C. Etiologi

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat


menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :

a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin.

D. Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah


satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan


naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal (
konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan


membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.

E. Tanda dan gejala

Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :

1. Poliuria (banyak dan sering kencing)


2. Polipagia (banyak makan)
3. Polidipsi (banyak minum)

Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan :

1. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga.


2. Berat badan menurun
3. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
4. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
5. Infeksi saluran kencing
6. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
7. Infeksi yang sukar sembuh

Pada pemeriksaan laboratorium :

1. Kadar gula darah meningkat


2. Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida
3. Glukosuria

F. Test diagnosa
1. Test Glukosa darah
2. Gula dalam urine
3. Glukosa toleran test
4. Plasma proinsulin

G. Pengobatan
1. Diet rendah kalori
2. Exercise untuk meningkatkan jumlah dan fungsi reseptor site
3. Insulin diberikan bila dengan oral tidak efektif
4. Khusus untuk ganggren :
5. Ringan atau lokasi bukan daerah ekstremitas dilakukan nekrotomi luas di OK
6. Berat dan lokasinya pada ektremitas pertimbangan amputasi
BAB III

PEMBAHASAN

A. Skenario kasus

Di Kelurahan Mojosongo terdapat penduduk yang menderita diabetes melitus


berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki-laki
sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus tersebut
sebanyak 30% usia lansia sebanyak 90 orang. Dari penduduk yang menderita DM
sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darahnya.
Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
: pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, dan
perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader
kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

B. Pengkajian

Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi :

1. Data Inti Komunitas Meliputi

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

1) Lokasi :

a) Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Tengah


b) Kabupaten/ kotamadya : Surakarta
c) Kecamatan : Jebres
d) Kelurahan : Mojosongo
e) Luas wilayah : 5.220 m2
f) Batas wilayah/wilayah :

i. Utara : Plesungan
ii. Selatan : Jebres
iii. Barat : Kadipiro
iv. Timur : Ring Road

2) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya

a) Pemukiman : 4550 m2

b. Data demografi
1) Jumlah penderita hipertensi : 250 orang
2) Jumlah penderita TB Paru : 65 orang
3) Jumlah penderita asma : 20 orang
4) Jumlah penderita DM : 300 orang

a) Berdasarkan jenis kelamin

 Laki-laki : 120 orang (45 %)


 Perempuan : 180 orang (55 %)

b) Berdasarkan kelompok penderita DM

 Anak-anak :-
 Remaja :-
 Dewasa : 150 orang (50 %)
 Lansia : 90 orang (30 %)
 Ibu hamil : 60 orang (20%)

c) Berdasarkan agama

 Islam : 20 orang (80%)


 Kristen : 30 orang (10%)
 Hindu : 15 orang (5%)
 Budha : 15 orang (5%)
 Katolik :-
d) Berdasarakan suku bangsa

 Jawa : 210 orang (70%)


 Madura : 75 orang (25%)
 Sunda : 9 orang (3%)
 WNI keturunan : 6 orang (2%)

e) Suku bangsa

 Jawa : 210 orang (70%)


 Madura : 75 orang (25%)
 Sunda : 9 orang (3%)
 WNI keturunan : 6 orang (2%)

f) Status perkawinan

 Kawin : 195 orang (65%)


 Tidak kawin : 60 orang (20%)
 Duda : 30 orang (10%)
 Janda : 15 orang (5%)

2. Data Sub Sistem


a. Data Lingkungan Fisik

1) Sumber air dan air minum

a) Penyediaan Air bersih

 PAM : 180 orang (60%)


 Sumur : 120 orang (40%)
 Sungai :-

b) Penyediaan air minum

 PAM : 150 orang (50%)


 Sumur : 90 orang (30%)
 Sungai :-
 Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)

c) Pengolahan air minum

 Masak : 300 orang (100%)


 Tidak dimasak :-

d) Pengelolaan air minum

 Selalu dimasak : 300 orang (100%)


 Air mentah :-

2) Saluran pembuangan air/sampah


a) Kebiasaan membuang sampah

 Diangkut petugas : 30%


 Dibuang sembarangan : 70%

b) Pembuangan air limbah

 Got/parit : 100%
 Sungai :-

c) Keadaan pembuangan air limbah

 Baik/lancer : 25%
 Kotor : 75%

3) Jamban
a) Kepemilikan jamban

 Memiliki jamban : 80%


 Tidak memiliki jamban : 20%
b) Macam jamban yang dimiliki

 Septitank : 75%
 Disungai : 25%

c) Keadaan jamban

 Bersih : 45%
 Kotor : 55%

4) Keadaan rumah
a) Tipe rumah

 Tipe A/permanen : 210 orang (70%)


 Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
 Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)

b) Status rumah

 Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)


 Kontrak : 120 orang (40%)

c) Lantai rumah

 Tanah : 30 orang (10%)


 Papan : 90 orang (30%)
 Tegel/keramik : 180 orang (60%)

d) Ventilasi

 Ada : 240 orang (80%)


 Tidak ada : 60 orang (20%)
e) Luas kamar tidur

 Memenuhi syarat : 180 orang (60%)


 Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)

f) Penerangan rumah oleh matahari

 Baik : 120 orang (40%)


 Cukup : 30 orang (10%)

5) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan

 Memiliki : 240 orang (80%)


 Tidak memiliki : 60 orang (20%)

b) Pemanfaatan pekarangan

 Ya : 270 orang (90%)


 Tidak : 30 orang (10%)

b. Fasilitas Umum dan Kesehatan

1) Fasilitas umum
a) Sarana Kegiatan Kelompok
 Karang taruna : 1 kelompok
 Pengajian : 2 kelompok
 Ceramah agama : 1 kelompok
 PKK : 1 kali per bulan
b) Tempat perkumpulan umum
 Balai desa : ada (1 buah)
 Dukuh : ada (1 buah)
 RW : ada (1 buah)
 RT : ada (1 buah)
 Masjid/Mushola : ada (2 buah)
2) Fasilitas Kesehatan
a) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
 Puskesmas : 150 orang (50%)
 Rumah Sakit : 50 orang (16,6%)
 Para Dokter Swasta : 25 orang (8,3%)
 Praktek Kesehatan Lain : 75 orang (25%)
b) Kebiasaan check up kesehatan
 Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
 Jarang : 210 orang (70%)

c. Ekonomi

1) Karekteristik Pekerjaan
a) PNS/ABRI : 60 orang (20%)
b) Pegawai swasta : 60 orang (20%)
c) Wiraswasta : 30 orang (10%)
d) Buruh tani/pabrik :150 orang (50%)

2) Penghasilan Rata-Rata Perbulan


a) < dari UMR : 150 orang (50%)
b) UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
c) > dari UMR : 60 orang (20%)
3) Pengeluaran Rata-Rata Perbulan
a) < dari UMR : 165 orang (55%)
b) UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
c) > dari UMR : 30 orang (10%)
4) Kepemilikan usaha
a) Toko : 30 orang (10%)
b) Warung makanan : 15 orang (5%)
c) UKM : 9 orang (3%)
d) Tidak punya : 246 orang (82%)

d. Keamanan dan Transportasi


1) Keamanan
a) Diet makan
 Kebiasaan makan makanan manis : 70% ( 210 org )
 Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% ( 60 org )
 Lain-lain : 10% ( 30 org )
b) Kepatuhan terhadap diet
 Patuh : 25% ( 75 org )
 Kadang-kadang : 30% ( 90 org )
 Tidak patuh : 45% ( 135 org )
c) Kebiasaan berolah raga
 Sering : 15% ( 45 org )
 Kadang-kadang : 40% ( 120 org )
 Tidak pernah : 45% ( 135 org )
d) Kebiasaan sehari-hari
 Memakai alas kaki
 Setiap saat : 60% ( 180 org )
 Saat di luar rumah : 30% ( 90 org )
 Jarang memakai : 10% ( 30 org )

e) Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur


 Sering : 10% ( 30 org )
 Kadang-kadang : 15% ( 40 org )
 Tidak pernah : 75% ( 225 org )

2) Transportasi
a) Fasilitas transportasi : Jalan Raya, Angkutan Umum,
Ambulans
b) Alat transportasi yang dimiliki
 Sepeda : 90 orang (30%)
 Motor : 120 orang (40%)
 Mobil : 6 orang (2%)
 Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
c) Penggunaan Sarana Transportasi Oleh Masyarakat
 Angkutan umum : 165 orang (55%)
 Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)

e. Politik dan pemerintahan

1) Struktur organisasi : ada


a) Terdapat kepala desa dan perangkatnya
b) Ada organisasi karang taruna
2) Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti, posyandu)
3) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu
puskesmas
4) Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM : belum ada
5) Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : belum ada

f. Sistem Komunikasi
1) Fasilitas komunikasi yang ada
a) Radio : 225 orang (75 %)
b) TV : 165 orang (55 %)
c) Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
d) Majalah/koran : 135 orang (45%)

2) Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM

a) Poster tentang diet DM : ada


b) Pamflet tentang penanganan DM : ada
c) Leaflet tentang penanganan DM : ada

3) Kegiatan yang menunjang kegiatan DM


Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas : ada tapi jarang

g. Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
1) SD : 135 orang (45%)
2) SLTP : 90 orang (30%)
3) SLTA : 60 orang (20%)
4) Perguruan tinggi : 15 orang (5%)

h. Rekreasi

1) Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun – alun.
2) Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama kader
kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo Rukun.

C. ANALISA DATA

No. PENGELOMPOKKAN DATA MASALAH


1. Data : Defisiensi kesehatan komunitas

 Di Kelurahan Mojosongo terdapat


penduduk yang menderita diabetes
melitus berjumlah 300 orang, 55
% wanita yaitu sebanyak 180
orang dan 45 % laki-laki sebanyak
120 orang. Dari jumlah penduduk
yang menderita diabetes melitus
tersebut sebanyak 30% usia lansia
sebanyak 90 orang.

 Dari hasil wawancara di dapat


tingkat pendidikan ada 50% warga
yang tidak patuh menjalankan diit

 penyuluhan kader dari masyarakat


dan petugas kesehatan dari
puskesmas jarang ada

 kebiasaan masyarakat makan


makanan yang manis sebanyak
210 orang (70%)
2. Ketidakefektifan manajemen
 Dari hasil wawancara di dapat
kesehatan
tingkat pendidikan ada 50% warga
yang tidak patuh menjalankan diit

 Dari hasil wawancara didapat


ketidak patuhan masyarakat untuk
melaksanakan check up kesehatan
sebanyak 219 orang (70%)

 sebanyak 210 orang jarang check


up/bulan

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi kesehatan komunitas
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan komunitas

E. PRIORITAS MASALAH
Pentingnya Perubahan positif Penelesaian untuk
Diagnosa
penyelesaian untuk penyelesaian peningkatan
keperawatan
masalah di komunitas kwalitas hidup
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Penelesaian
Perubahan
Pentingnya untuk
positif untuk
Diagnosa keperawatan penyelesaian peningkatan Skor
penyelesaian
masalah kwalitas
di komunitas
hidup
1. Defisiensi kesehatan komunitas 3 3 3 9
2. Ketidakefektifan manajemen 3 2 1 6
kesehatan komunitas

F. Tujuan dan Kriteria Hasil/Intervensi Keperawatan

no Dx Noc Nic
1 Defisiensi kesehatan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemi
komunitas tindakan keperawatan & control resiko (2120)
keomunitas selama 2
 Monitoring kadar
minggu diharapkan
glukosa penderita
defisiensi
dm secara berkala
kesehatankomunitas
 Catat hasil
pada lansia dapat teratasi
pemeriksaan gds
dengan dengan KH :
dan keluhan secara
Status kesehatan
rutin
komunitas : lansia (2701)
 Berikan informasi
-Status kesehatan lansia
mengenai factor
meningkat
resiko DM
- jumlah angka penderita
 Edukasikan
DM Menurun
mengenai pola diet
- angka morbiditas
DM
berkurang
-penderita paham diet  Libatkan penderita
DM dalam upaya
pengurangan angka
morbiditas dan
jumlah penderita
DM
 Kolaborasikan
Dengan Kader
Kesehatan
Puskesma Untuk
Penyuluhan
Pencegaahan Dan
Penanganan Dm

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen perilaku dan


manajemen kesehatan tindakan keperawatan pengobatan (4350)
komunitas keomunitas selama 2
 Monitoring
minggu masalah
perilaku kepatuhan
manajemen kesehatan
penderita untuk
komunitas diharapkan
pemeriksaan
pada lansia menjadi
berkala
efektif dengan dengan
 Lakukan
KH :
pengecekan secara
 Manajemen
rutin
penyakit kronik
 Berikan informasi
dan regimen
mengenai
perawatan (637)
pentingnya
 Penderita paham pemeriksaan dan
mengenai factor mematuhi prosedur
penyebab, gejala, pengobatan
dan penanganan  Libatkan penderita
pada semua
program penunjang
 Penderita paham
kesehatan
mengenai
 Kolaborasi dengan
prosedur
mitra kesehatan
pemeriksaan
lainya jika
 Penderita patuh diperlukan
untuk cek
kesehatna secara
berkala
G. PENGISIAN BUKU KMS LANSIA
Keterangan :

1. Diisi nomor urut anggota posyandu

2. Diisi biodata karakteristik anggota lansia, mulai nama, umur dan


seterusnya. Keterangan
3. Catatan ketentuan anjuran perilaku hidup sehat pada lansia yang meliputi
makan minum, kegiatan fisik & sosial.
4. Kode & penggolongan keluhan yang lazim terjadi pada lansia.\

5. Catatan keluhan & tindakan yang diisi oleh kader dengan kolom yang meliputi;

a. Tanggal/bulan saat kunjungan posyandu

b. Keluhan yang dirasakan lansia saat periksa

c. kunjungan posyandu.

d. Tindakan / kegiatan yang diberikan pada lansia saat kunjungan misal;


pengobatan, penyuluhan, dll.

6. Kolom keterangan kunjungan dalam satuan bulan.

7. Kolom diisi tanggal kunjungan

8. Kolom isian yang menggolongkan kemampuan lansia dalam aktivitas sehari –


hari;

a. Kategori A : lansia mampu hidup / melakukan aktivitas mandiri tanpa


bantuan orang lain.
b. Kategori B : lansia hidup / melakukan aktivitas sebagian dibantu oleh orang
lain.

c. Kategori C : lansia dalam tidak mampu beraktivitas / total dibantu orang lain.

9. Kolom tentang ada atau tidaknya masalah secara emosional pada lansia.

10. Kolom tentang status Gizo lansia yang diisi sesuai dengan hasil penimbangan
pada lembar “Bagian dalam II”. Kemudian dituliskan berat badan & tinggi
badan pada kolom dibawahnya.
11. Kolom tekanan darah diisi sesuai dengan hasil pengukuran tekanan darah pada
lansia. Siastole : hasil pengukuran pada detak I (atas), Diástole : hasil
pengukuran pada detak II (bawah)

12. Kolom diisi jika lansia diberikan obat


13. Kolom isian hasil penghitungan denyut nadi menggunakan angka.

14. Kolom tempat pengisian pemeriksaan urine reduksi dengan hasil “positif” /
“normal”,

15. dengan penggunaan kode +++.

16. Kolom tempat pengisian pemeriksaan protein urine dengan hasil “positif”
“normal”,

17. dengan penggunaan kode +++.

18. Daftar nilai / catatan nilai standar normal yang dapat digunakan sebagai acuan
pengisian.

19. Keterangan :

20. Angka yang menandakan nilai berat badan dalam satuan kilogram (kg)

21. Angka yang menandakan nilai tinggi badan dalam satuan centimeter (cm)

22. Apabila hasil ”berat badan” & ”tinggi badan”ditarik lurus apabila hasil
menunjukkan pada kolom warna kuning menandakan ”IMT kurang”.

23. Apabila hasil ”berat badan” & ”tinggi badan” ditarik lurus apabila hasil
menunjukkan pada kolom warna hijau menandakan ”IMT normal”.

24. Apabila hasil ”berat badan” & ”tinggi badan” ditarik lurus apabila hasil
menunjukkan pada kolom warna merah menandakan ”IMT lebih”.

25. Garis ambang batas.

26. Angka – angka untuk menentukan ukuran hasil berat badan yang diukur.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa.
(1999). Jakarta : EGC.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Asuhan Keperawatan Komunitas

Pada Lansia Serta Pemeriksaan KMS

Disusun oleh :

1.Eka Nur Rani 8. Gilang Yuangga

2. Elda Ayu K 9. Heni Rohayati

3. Evinatalia 10. Ikha Yulia W

4. Farizha Ilham 11. Ilham Aziz P

5. Fathonah Eka P 12. Indah Novitasari

6. Febriana Lukita 13. Indriani Safitri

7.Fruisca Valentine

Program Studi Sarjana Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada S

Surakarta

Anda mungkin juga menyukai