Disusun oleh :
Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu, akan memberikan
nilai tambah dalam upaya untuk peningktana mutu pelayanan kesehatan. Sejak tahun 2000,
Kementrian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) yang memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah
sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas
programdanmultisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time
Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe
community adalah sarana public/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan
ambulan gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC
merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra
RS untuk menjamin respon cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan, sebelum dirujuk ke RS yang dituju. Hal ini telah disebutkan dalam UU Kesehatan
nomor 36 tahun 2009 pasal 32 ayat 1 yaitu dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu serta ayat 2 yaitu dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip etika dalam kegawatdaruratan?
2. Apa yang dimaksud dengan macam-macam prinsip etik dalam kegawatdaruratan?
3. Apa yang dimaksud dengan aspek hokum dalam keperawatan kegawatdaruratan?
3. Tujuan penulisan
Etik ditujukan utk mengukur perilaku yg diharapkan dari mns atau kelompokterte
ntu/profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya mrpk suatukesepakatan
dari klp tersebut yg disebut kode etik.
Hukum dapat diartikan sbg aturan yg disyahkan pemerintah yg bertujuan memberikanperl
indungan kepada masyarakat.
1. Autonomy
Berkaitan dg hak sso utk membuat keputusan bagi dirinya misalnya seorg pasien yg akan
mengalami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan hrs diputuskan oleh pasienitu s
endiri, tetapi tenaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi yg rinci shgpasien m
embuat keputusan scr benar.
Kewajiban utk tdk menimbulkan kerugian atau cedera bagi oranglain apalagi membu
nuh.Perawat akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat.
4. Veracity (jujur).
5. Justice (adil).
Kewajiban berlaku adil kpd semua orang. Perawat berlaku adil, tidak membeda-
bedakan pasien yang dirawat baik aspek sosial, agama, suku dll.
6. Fidelity (komitmen).
Kewajiban untuk setia atau loyaldengan kesepakatan atau tanggung jwb scr bersunggu
h2 thdtugas bebannya.
4. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap setiap tindakan dan pengam-
bilan keputusan keperawatan.
7. Perawat berpartisipasi aktif dlm kegiatan yg terkait dengan pengembangan keilmuan dari
profesi keperawatan.
8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan stand-
ar profesi serta meningkatkan mutu pelayanan.
9. Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melindungi masyarakat terhadap misal infor
-masi serta mempertahankan integritas keperawatan.
10. Perawat berkolaborasi dg anggota & profesi kes lainnya & masyarakat.
Kondisi klien menyebabkan klien tidak mampu mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatanya.Penggunaan bertehnologi tinggi dan kondisi klien yg kritis sering membuat
Asuhanyang diberikan berfokus kepada perbaikan kondisi fisik sehingga kurang melakuk
-an :
-
penkes utk klien dan keluarga.Penjagaan mutu askep yang blm optimal, kurangnya kemampuan
menggunakanproses keperawatan,
monitoring dan evaluasi tindakan & pendidikan yg berkelanjutanutk perawat.
OLEH : ADZANRI,.AMK.,SS.,MH
Sekretaris Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil Padang
Alumni Magister Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta Padang
A.Dasar Pemikiran
Musibah, malapetaka, kecelakaan dan bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
hal ini membuktikan pentingnya memberikan perlindungan dan pertolongan agar orang orang
yang tertimpa musibah terhindar dari kematian dan kecacatan sehingga dapat selamat dan hidup
normal sebagaimana adanya.
Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas
kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus Gawat Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus
kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah Indonesia. (Sumber : http://buk.depkes.go.id-
dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-2012).
Kecelakaan dan musibah serta bencana dapat menimpa siapa saja tidak pandang bulu,
orang kaya, miskin, pejabat, politisi, artis dan lain sebagainya, oleh sebab itu kehadiran institusi
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit sakit dan LSM LSM yang peduli terhadap
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana mempunyai
peran yang penting dan strategis dalam menolong orang orang yang tertimpa musibah, baik
akibat kecelakaan maupun akibat bencana.
Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan proses mengancam
jiwa, dalam arti pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak dapat menyebabkan seseorang
meninggal atau cacat ( Seri PPGD/GELS, Materi Tekhnis Medis Standar Depkes 2003).
Sedangkan kedaruratan adalah sebuah tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan
oleh seorang petugas yang mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan agar
seseorang dapat diselamatkan jiwanya dan terhindar dari kecacatan.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai
dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah
sakitdengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat
menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public
Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang
merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan
(kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan
yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju.
(Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-
dan-bencana,02-10-2012).
Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 dalam Bab I Tentang
ketentuan umum Pasal 1 Ayat (10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan
pra sarana”.
Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan
darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih
dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan
swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4, setiap
orang berhak atas kesehatan, dalam penjelasannya hak untuk memperoleh kesehatan dari fasilitas
pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal
ini mengatakan setiap individu dan masyarakat berhak atas nilai nilai kesehatan serta
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin
(b) bahwa “setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non
diskriminatif,partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional”.
Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi kesehatan
lainnya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus kasus
kegawatan darurat dan bencana, Yang disebut Tenaga Kesehatan dalam Undang-
undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (6) : “Setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini mempertegas bahwa petugas
kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam pelayanan gawat darurat yang
terjadi baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam kedaaan bencana.
Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu
saja memerlukan tindakan darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan serta dapat dirujuk
untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan secara definitif, apabila tidak atau terlambat
mendapatkan tindakan darurat atau pertolongan akan dapat menimbulkan kematian dan
kecacatan, oleh sebab itu peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai peran
penting dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia , Nomor 36 Tahun
1996 tentang TENAGA KESEHATAN dalam Bab II Pasal 2 :
1. Tenaga medis (dokter, dokter gigi)
2. Tenaga keperawatan (Perawat, Bidan)
3. Tenaga kefarmasian ( Apoteker, analis farmasi)
4. Tenaga kesehatan masyarakat ( Epidomologi, Entomolog Kesehatan, Mikrobilogi
Kesehatan, Penyuluh kesehatan, administrasi kesehatan, sanitarian.
5. Tenaga gizi (nutrisionist)
6. Tenaga kesehatan keterapian fisik ( fisio terapis )
7. Tekhnisi elektromedis.
Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus
gawat darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita
sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah pahaman yang dapat
berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang dirugikan.
B.Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat
a) UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan
b) UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
c) UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
d) UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
e) UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan
f) UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit
g) PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
h) PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
C.Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat oleh
profesi keperawatan.
Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal
1 Ayat (1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat Inap, Rawat Jalan dan Rawat Darurat. Ini membuktikan bahwa
rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien atau penderita dengan arti
kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam pengelolaan
pelayanan gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat
darurat di rumah sakit”.
Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis. Gawat
Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun
yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan pelayanan
medis segera. Penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan
terjangkau. (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15, Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan
untuk penyelamatan jiwa.
Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin
praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8, Pasal 11 poin (a) Perawat berhak Memperoleh perlindungan hukum.
Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan penyelenggaran
Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15 Ayat (I), Dokter dan dokter
Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan kedokteran dan tindakan kedokteran gigi ,
kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.
Tingkat pasien gawat darurat :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan
mengancam nyawanya.
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat
menyelamatkan jiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan
tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo
Notoatmojo 2010).
C.1. Definisi Pelayanan Gawat Darurat
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya
kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota
badannya, misal : luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien TBC kulit
5. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)
6. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderita manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.(http://nurse-carewithlove.blogspot.com/2011/08/konsep-pelayanan-gawat-
darurat.html )
C.2. Dalam undang undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 27 :
1. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu saja
diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan bantuan hidup dasar
(BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency, General
Emergency Life Support dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap
darurat.
Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak
pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim
tanggap darurat kemungkinan tidak akan maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap gawat
darurat bersifat khusus dan spesifik dan memerlukan keterampilan khusus di samping itu juga
waktu tindakan juga sangat penting dalam penyelamatan pasien gawat darurat.
Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasi prosedur,
petunjuk pelaksanaaan, kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan gawat darurat harus
dijadikan pedoman, sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting dimiliki dan dipahami oleh
tim tanggap darurat agar pelayanan gawat darurat mempunyai kepastian hukum, sehingga
sinkronisasi dan koordinasi yang bersifat holistik dalam pelayanan gawat darurat akan mampu
melahirkan sikap profesional dan bertanggung jawab sebagai bentuk kepedulian terhadap
keselamatan umat manusia
Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatan daruratan, dapat juga dijadikan sebagai
aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat daruratan
yang tujuannya antara lain :
Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan gawat
darurat yang diberikan
Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat daruratyang
diberikan dan tanggung jawab secara profesional
Memelihara kualitas / mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat
Memotivasi pengembangan profesi
Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan
kesehatan,Pelayanan Kesehatan Pada Bencana :
Pasal 82
1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan
kesehatan pada tanggap darurat dan pascabencana.
3. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
lebih lanjut.
4. Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
5. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk
penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
C.3.Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
1. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat agar diterima oleh etik dan hukum, sehingga menimbulkan
adanya kepastian hukum.
2. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat
darurat yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya
3. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas
tindakankeperawatan mandiri (otonomi profesi)
4. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan
keperawatan yang dibuat oleh profesi keperawatan.
Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan
sebagai pedoman agar pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang dapat
merugikan profesi keperawatan atau masyarakat yang berakibat pada konflik.
D.Kesimpulan
Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat
signifikan oleh sebab itu pengembangan pengetahuan dan keterampilan keperawatan khususnya
tentang gawat darurat dan bencana harus terus menerus dikembangkan, disisi lain tuntutan akan
kepastian hukum legalitas perawat profesional juga harus ditempatkan secara proporsional
dengan arti kata adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga
untukmengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu
saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan Bantuan Hidup
Dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency,
General Emergency Life Support, Manajemen Bencana, simulasi tanggap darurat dan lain
sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat. (Materi dari berbagai
sumber).
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekilas tentang Penulis :
Adzanri, AMK., SS., MH, bertugas di Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil.
Sebelumnya Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan RSUP Dr M Djamil Padang dan
lama bertugas di Instalasi Gawat Darurat, Sekretaris PPNI Sumatera Barat, pernah menjadi
pengurus KNPI Sumatera Barat, Ketua Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia Sumatera
Barat, sering mengikuti seminar dan pelatihan tentang kesehatan, hukum dan tanggap
darurat, pemberi materi tentang hukum kesehatan dan tanggap darurat dibeberapa rumah sakit
baik pemerintah maupun maupun swasta, juga menulis di harian Singgalang, Haluan, Media
Indonesia dan juga Jurnal Ilmiah Law Reform UBH.
GAWATDARURAT
A. PENDAHULUAN
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus
telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan
diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau
kurangnya kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan
praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 :
80).Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang
lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan
menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan
memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.
Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di
tolong akan mengalami kecacatan atau kematian. Sedangkan, darurat adalah suatu kondisi
dimana korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan
kematian / kecacatan. Sehingga. Effendy (1995), mendefinisikan perawatan kegawat daruratan
adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen
dan kritis.
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
a. Keparawatan gawat darurat
b. Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan
c. Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan
d. Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan
e. Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan
f. Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan
g. Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)
h. Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)
2. PETUNJUK
a. Pelajari BAB II Etika dan Hukum Dalam Keperawatan Gawatdarurat dengan seksama
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan
pembelajaran secara umum dan khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman dan soal-
soal di akhir bab yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
c. Kerjakan setiap soal dengan tekun dan lakukan evaluasi disetiap soalnya.
d. Carilah sumber-sumber pendukung yang memperdalam pengetahuan tentang kegawatdaruratan
e. Ikuti, simak dan pahami penyajian di setiap tahap.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Memahami prioritas masalah di masyarakat dan keperawatangawatdarurat, guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan:
1. Memahami konsep dasar kegawatdaruratan.
2. Mampu menjelaskan peran dan fungsi perawat dalam kegawat daruratan.
3. Memahami fungsi, tujuan, filosofi, dan prinsip perawatan kegawat daruratan
4. Mampu mengidentifikasi aspek hukum dalam kgd (kegawat daruratan).
B. PENYAJIAN MATERI
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.
a. kolaborator
b. koordinator
c. educator
d. advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang
artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa
puas klien
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan
klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
e. perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic
– altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan
orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima
pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
7. Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun,
berarti perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
D. PENUTUP
1. Rangkuman
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.
I. Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Sebagai advokat klien
3. Sebagai educator
4. Sebagai koordinator
5. Sebagai kolaborator
6. Sebagai konsultan
7. Sebagai pembaharu
II. Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan
1. Fungsi Independen
2. Fungsi Dependen
3. Fungsi Interdependen
III. Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
IV. Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan
1. Universal
2. Penanganan oleh siapa saja
3. Penyelesaian berdasarkan masalah
V. Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan
1. Penanganan cepat dan tepat
2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
VI. Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)
1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan
Secondary Survey
2. Menggunakan tahapan ABCDE
3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung
VII. Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)
Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :
1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
1. Diagnosis keadaan gawat darurat
2. Standar Operating Procedure
3. Kualifikasi tenaga medis
4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
8. Prinsip keadilan dan fairness
9. Kelalaian
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis
11. Diagnosis kematian
12. Surat Keterangan Kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien
a. Kolaborator
b. Coordinator
c. Educator
d. Advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang
artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa
puas klien
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan
klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic –
altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
7. Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?
a. Meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien.
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun, berarti
perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
b. Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. A
4. E
5. A
6. A
7. C
8. A
9. E
10. A
DAFTAR PUSTAKA