ANAK
RUANG ALEXANDRIA RSUD DR.MOCH.ANSHARI SHALEH BANJARMASIN
DI SUSUN OLEH
RIA.K.HUTAPEA,S.Kep
DI SUSUN OLEH :
NIM :
Mengetahui,
B. Patofisiologi
1. Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di
hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton
bodies sebagai sumber energy. Jika kekurangan makanan ini berjalan menahun,
tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh.
2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH,
maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari
hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
C. Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% style=""> : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% style=""> : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Gizi Buruk
1. Hipotemi
2. Hipoglikemi.
3. Infeksi
4. Diare dan Dehidrasi
5. Syok
G. Pemeriksaan Penunjang
Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi (Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai indikator
dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara
intake dan kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi, kurang nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih
menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat labil,
menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Current Nutritional Status)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
3. Tidak efektifnya termoregulasi b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
4. Resiko gangguan integritas kulit b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
5. Cemas pada keluarga berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
6. Resiko infeksi b/d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan
K. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN
DX KOLABORASI TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d NOC : NIC :
Ketidakmampuan keluarga merawat Respiratory status : Ventilation Airway suction
anggota keluarga yang mengalami Respiratory status : Airway patency Auskultasi suara nafas sebelum
gangguan kesehatan Aspiration Control dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan
Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas Minta klien nafas dalam sebelum
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu suction dilakukan.
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan Berikan O2 dengan
mudah, tidak ada pursed lips) menggunakan nasal untuk
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak memfasilitasi suksion nasotrakeal
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan Gunakan alat yang steril sitiap
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas melakukan tindakan
abnormal) Anjurkan pasien untuk istirahat
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor dan napas dalam setelah kateter
yang dapat menghambat jalan nafas dikeluarkan dari nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Kolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan Nutritional Status : Nutrition Management
keluarga merawat anggota keluarga yang Nutritional Status : food and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
mengalami gangguan kesehatan Nutritional Status : nutrient Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Weight control menentukan jumlah kalori dan
Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan Anjurkan pasien untuk
tujuan meningkatkan intake Fe
Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan Anjurkan pasien untuk
Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan vitamin
Tidk ada tanda tanda malnutrisi C
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari Berikan substansi gula
menelan Yakinkan diet yang dimakan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Tidak efektifnya termoregulasi b.d NOC : NIC :
Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah Hydration Temperature Regulation
kesehatan Adherence Behavior (pengaturan suhu)
Immune Status Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Infection status Rencanakan monitoring suhu
Risk control secara kontinyu
Risk detection Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
4 Resiko gangguan integritas kulit b.d NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC : Pressure Management
Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah Membranes Anjurkan pasien untuk
kesehatan Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan longgar
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Hindari kerutan padaa tempat
Tidak ada luka/lesi pada kulit tidur
Perfusi jaringan baik Jaga kebersihan kulit agar tetap
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan bersih dan kering
kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mobilisasi pasien (ubah posisi
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan pasien) setiap dua jam sekali
kelembaban kulit dan perawatan alami Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
5 Cemas pada keluarga berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Anxiety Reduction
Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah 24 jam, cemas pasien berkurang dengan kriteria Gunakan pendekatan yang
kesehatan hasil: menenangkan
Anxiety Control Nyatakan dengan jelas harapan
Coping terhadap pelaku pasien
Vital Sign Status Jelaskan semua prosedur dan apa
Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas yang dirasakan selama prosedur
teknik nafas dalam Temani pasien untuk
Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah tidak memberikan keamanan dan
tegang mengurangi takut
Mengungkapkan cemas berkurang Berikan informasi faktual
TTV dbn mengenai diagnosis, tindakan
TD = 110-130/ 70-80 mmHg prognosis
RR = 14 – 24 x/ menit Dorong keluarga untuk
N = 60 -100 x/ menit menemani anak
S = 365 – 375 0C Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6 Resiko infeksi b/d Ketidakmampuan NOC : NIC :
keluarga mengenal masalah kesehatan Immune Status Infection Control (Kontrol
Knowledge : Infection control infeksi)
Risk control Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pertahankan teknik isolasi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah Batasi pengunjung bila perlu
timbulnya infeksi Instruksikan pada pengunjung
Jumlah leukosit dalam batas normal untuk mencuci tangan saat
Menunjukkan perilaku hidup sehat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Ketidakadekuatan
Kehilangan Nutrien meningkat (Kalori-Protein)
Peningkatan pemberian ASI
Marasmus
Penurunan massa otot, Ketidakseimbangan nutrisi Asupan cairan tidak Resiko tinggi
cepat letih, kurang dari kebutuhan seimbang dengan infeksi
kebutuhan tubuh
Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan
Intoleransi aktivitas Resiko ketidakseimbangan volume cairan
Diare
Kehilanganpenyimpanan
jaringan dan kapasitas Gangguancairantidak dapat di koreksi
fungsional
omi rendah, kurang pengetahuan, dukungan system social yang tidak memadai
Sering sakit
Defisiensi Protein
Feses cair
Ascites
Diare
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika
Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika